Selasa, 25 April 2023

BAGAIMANA KITA HIDUP BEGITULAH KITA AKAN MATI

 Bagaimana cara hidup kita, demikianlah cara mati kita.

Orang yang selalu berbuat baik, insya Allah dia akan mati dalam kondisi berbuat baik.
Orang yang selalu berbuat jahat, dia pun akan mati dalam kondisi berbuat jahat.
Orang yang jarang ke masjid, jangan berharap meninggal dalam kondisi beribadah di masjid. Sebagaimana orang yang biasa mendatangi tempat maksiat, besar kemungkinannya ia akan mati di tempat maksiat.
Barangsiapa ingin mati dalam keadaan husnul khatimah, maka selalu lakukan amal-amal yang baik. Niscaya kapan pun maut datang, ia akan mati dalam husnul khatimah.
Sebaliknya, kematian yang su’ul khatimah, biasanya karena terbiasa melakukan perbuatan yang suu’ (buruk). Sebab kita tak pernah tahu ketika sedang bermaksiat, ternyata Malaikat Maut datang dan mencabut nyawa kita.
Allah berfirman : “(Allah) yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian; siapakah diantara kalian yang terbaik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Qs. Al-Mulk ayat 2).
By. Satria hadi lubis

JANGAN MENUNGGU BAHAGIA


By. Satria hadi lubis
Untuk menjadi orang kaya, kamu perlu menunggu sampai berhasil mencari uang.
Untuk menjadi orang berpangkat, kamu perlu menunggu sampai saatnya dipilih atau dipromosikan.
Untuk menjadi orang tenar, kamu perlu menunggu sampai saatnya kamu terkenal.
Namun...
Untuk menjadi orang yang bahagia, kamu TAK PERLU MENUNGGU.
Bahagia itu bisa sekarang juga....now!
Rugi kalau kamu menunggu bahagia suatu saat NANTI.
Rugi jika baru bahagia setelah kamu kaya, berpangkat dan tenar!
Padahal kaya, pangkat dan tenar itu belum tentu diperoleh sampai kapanpun
Sedang bahagia bisa diperoleh SEKARANG JUGA!
Berapa waktu yang terbuang percuma jika kamu MENUNGGU bahagia
Padahal hidup hanya sekali dan kamu BERHAK bahagia SAAT INI.
Berbahagialah detik ini juga dengan cara bersyukur.
Berbahagialah menit ini juga dengan cara mengingat keagungan Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Barbahagialah jam ini juga dengan cara berbagi kepada orang lain dengan apa yang kamu punya.
Berbahagialah hari ini juga dengan cara berpegang teguh kepada nilai-nilai mulia.
Berbahagialah bulan ini juga dengan cara hidup seimbang antara memenuhi kebutuhan jasmani, akal dan jiwa.
Berbahagialah tahun ini juga dengan cara menjalankan peran yang sedang kamu lakukan saat ini dengan sebaik-baiknya.
Jangan kamu MENUNGGU bahagia, karena itu kerugian serugi-ruginya.
Tapi berbahagialah SEKARANG juga. Sebab itu keberuntungan dan kemenangan hidup SEJATI!

MENGELOLA KEKURANGAN SUAMI ISTERI

 By. Satria hadi lubis

Setiap suami isteri memiliki kekurangan. Yang jika tidak dikelola dengan baik, kekurangan tersebut bisa menjadi bencana dalam rumah tangga.
Syahdan, ada sepasang suami isteri yang hidup rukun dan telah dikarunia anak-anak yang pintar dan sholeh.
Sampai suatu ketika di usia pernikahan mereka yang sudah puluhan tahun, sang suami menikah lagi secara diam-diam tapi akhirnya ketahuan isterinya.
Mengapa bisa ketahuan? Si isteri menyadap hape suaminya. Dan mengapa si isteri punya ide menyadap hape suaminya? Karena si suami sudah berkali-kali ketahuan serong. Ditutupi dan ketahuan lagi. Ditutupi dan ketahuan lagi. Sepertinya si suami punya kekurangan, yakni suka dikagumi banyak perempuan. Mungkin karena ia merasa ganteng dan masih menarik bagi perempuan.
Sebenarnya alasan si suami untuk mendekati perempuan lain adalah agar bisa menikah lagi. Tapi ia gagal memberikan pemahaman kepada isterinya untuk menerima konsep poligami, sehingga upaya mencari isteri baru dilakukan dengan diam-diam.
Kekurangan sang isteri adalah terlalu mencintai suami, sehingga bawaannya cemburu dan curiga terus bahwa suaminya serong. Sampai suami merasa terkekang dan merasa gak nyaman, sehingga akhirnya malah membuktikan kecurigaan istrinya dengan selingkuh betulan dan akhirnya menikah lagi secara diam-diam.
Tidak usah dipermasalahkan mana yang lebih dulu membuat masalah, si suami atau isteri. Ini sama saja dengan berdebat mana yang lebih dulu antara ayam dan telor ayam.
Yang perlu diambil pelajaran adalah kekurangan masing-masing suami dan isteri perlu dikelola dengan baik. Jangan terpancing membalas kekurangan pasangan dengan tindakan emosional.
Mestinya sang suami paham, jika gagal memberikan penjelasan kepada isteri tentang konsep poligami, sebaiknya jangan ngotot melangkah untuk poligami. Mentang-mentang tidak perlu izin isteri untuk berpoligami, bukan berarti suami bisa melakukan poligami secara diam-diam. Sebab mudharatnya lebih banyak, yakni berbohong yang awalnya sedikit tapi lama kelamaan menjadi bukit. Jika ketahuan, maka bisa menjadi konflik berkepanjangan dalam sebuah rumah tangga.
Si isteri juga cintanya berlebihan. Cinta yang berujung pada cemburu dan curiga akut kepada gerak gerik suami. Membuat suami merasa terkekang dan tidak nyaman.
Si suami sudah berkali-kali menasehati istrinya agar tidak terlalu mengekang dan mencurigainya. Saking kesalnya, si suami sampai menjatuhkan talaq ke istrinya. Lalu rujuk lagi dan ditalaq lagi. Sampai akhirnya jatuh talaq tiga.
Cerita di atas merupakan akibat dari ketidakmampuan keduanya mengatasi kekurangan masing-masing. Dan berlebihan dalam mengeksploitasi kekurangan pasangannya.
Di kemudian hari ...
Si suami menyesal karena di balik kekurangan istrinya masih banyak lagi kelebihannya. Si istri juga menyesal dengan alasan yang sama. Tapi nasi sudah jadi bubur. Mereka tak dapat bersatu lagi karena talaq tiga sudah jatuh.
Mereka akhirnya bercerai...

HILANG UNTUK MENDAPATKAN YANG LEBIH BAIK

 By. Satria hadi lubis

Baru-baru ini, saya kehilangan sandal di sebuah mesjid setelah sholat Jum'at. Saya mencoba mencari hikmah dibalik musibah kehilangan sandal tersebut.
Salah satu hikmah yang saya dapat adalah beberapa hari sebelum sandal itu hilang, saya ingin sekali membeli sandal idaman saya di sebuah toko, tetapi ragu-ragu untuk membelinya dengan alasan sandal lama saya masih bagus dan mubazir kalau beli sandal lagi.
Keraguan saya tersebut berganti menjadi mantap untuk membeli sandal idaman saya tersebut setelah saya kehilangan sandal. Sebab saya tak punya sandal yang lain lagi, sehingga keinginan saya untuk memperoleh sandal idaman saya menjadi tercapai.
Dalam hidup ini, kita kadang ragu untuk mengambil keputusan. Padahal keraguan tersebut dapat merugikan diri sendiri dan menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan yang lebih baik. Lalu Allah yang Maha Hikmah membantu kita dengan cara mendatangkan musibah berupa KEHILANGAN agar kita tak berlama-lama ragu dalam mengambil keputusan mencari penggantinya.
Saya jadi teringat dengan doa yang diajarkan Rasulullah saw ketika kita mendengar musibah orang yang meninggal dunia.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِ
"Ya Allah, ampunilah ia, kasihilah ia, berilah ia kekuatan, maafkanlah ia, dan tempatkanlah di tempat yang mulia (surga), luaskan kuburannya, mandikan ia dengan air salju dan air es. Bersihkan ia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju putih dari kotoran, berilah ganti rumah YANG LEBIH BAIK dari rumahnya (di dunia), berilah ganti keluarga (atau istri di surga) yang LEBIH BAIK daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) YANG LEBIH BAIK daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan ia ke surga, jagalah ia dari siksa kubur dan neraka." (HR. Muslim).
Dari doa tersebut, kita belajar ternyata dibalik musibah kehilangan orang yang meninggal dunia ada jalan untuk memperoleh pengganti yang lebih baik. Paling tidak kita mendapatkan yang lebih baik di sisi lain.
Oleh sebab itu, janganlah kita berlarut-larut dalam kesedihan dan keraguan. Sebab bisa jadi di balik musibah kehilangan ada rencana Allah agar kita mendapatkan pengganti yang lebih baik.
Jadi jika ada seorang gadis di-ghosting cowok yang dicintainya tidak usah berlarut dalam sedih. Segera ambil keputusan untuk banting setir melupakannya. Yakinlah bahwa Allah akan mengganti cowok ghost itu dengan pria yang lebih baik.
Jika ada istri atau suami punya pasangan yang suka selingkuh dan KDRT jangan berlama-lama dalam derita dan ragu mengambil keputusan bercerai. Sebab dibalik musibah perceraian tersebut, Allah telah menyediakan jodoh yang lebih baik.
Begitu pun untuk musibah lain, seperti kehilangan harta, kehilangan pekerjaan, kehilangan orang-orang yang dicintai, bahkan kehilangan kesehatan. Semua itu mungkin saja cara Allah agar kita mendapatkan pengganti yang lebih baik. Mungkin pengganti yang serupa atau yang berbeda tapi esensinya lebih baik daripada sebelumnya dan lebih mendekatkan kita kepada Allah SWT.
Maha Benar Allah dengan segala hikmah-Nya di balik musibah berupa kehilangan.

TIPS MELAWAN KONSUMERISME

 By. Satria hadi lubis

Seringkali ketika menyesal setelah membeli barang. Bukan karena barang itu jelek mutunya, tapi ternyata barang itu tidak begitu kita butuhkan, sehingga barang itu teronggok tak terpakai.
Untuk melawan karakter buruk konsumerisme pada diri kita sehingga kita susah berhemat, maka masukkan ke dalam daftar sukses harian kita :
"Aku sukses jika hari ini aku dapat mengendalikan keinginanku untuk tidak membeli sesuatu".
Membeli apa yang diinginkan (want) berarti membeli apa yang tidak dibutuhkan (need). Kebutuhan bersifat primer, tapi keinginan bersifat konsumtif. Misalnya, beli sepatu karena sepatu satu-satunya rusak adalah kebutuhan. Tapi membeli sepatu lagi padahal sepatu yang ada masih bagus maka itu sifat konsumtif (yang buruk).
Jika godaan membeli masih terus ada, ajukan pertanyaan berikutnya tiga kali dengan jeda waktu yang cukup untuk menganalisa,
"Seberapa penting aku membeli barang tersebut?"
"Adakah alternatif yang lain sehingga aku tidak harus membelinya?".
Betapa banyak orang yang susah menabung (untuk investasi) karena pemboros dan jiwa konsumerisnya meledak-ledak.
"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudaranya setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya" (Qs. Al Isro' ayat 27).

ANDAI KAMI TAHU... TAHUN INI RAMADHAN TERAKHIR KAMI

 Ya Allah...Andai kami tahu Ramadhan tahun 1444H/2023 ini adalah Ramadhan terakhir kami...

Tentu kami akan melaksanakan berbagai ibadah dan amal sholih dengan ikhlas dan sungguh-sungguh agar dosa-dosa kami Engkau ampuni.
"Barang siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR. Bukhari no. 2014).
Ya Allah....andai kami tahu....tahun ini Ramadhan terakhir kami
Tentu kami akan sibuk memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu. Tentu kami tak akan jemu melantunkan zikir rindu mendayu, merayu ... kepada-Mu
Andai kami tahu... tahun ini Ramadhan terakhir kami...
Tentu sholat kami, kami kerjakan di awal waktu, dengan khusyuk lagi tawadhu, tubuh dan kalbu bersatu memperhambakan diri menghadap Rabbul Jalil.
Menangisi kecurangan janji kami terhadap "Inna Sholati Wanusuki Wamahyaya Wamamati Lillahirabbil 'Alamin" (Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku, kuserahkan hanya kepada Allah Robb seru sekalian alam).
Meratapi kelalaian kami di Ramadhan tahun-tahun sebelumnya yang abai dan tak bermakna.
Ya Allah....Andai kami tahu...tahun ini Ramadhan terakhir kami ...
Tidak akan kami sia-siakan masa yang ada untuk menyembah-Mu. Di setiap kesempatan masa yang terluang, alunan Al-Quran bakal kami bacakan, dan bakal kami amalkan...
Andai kami tahu....tahun ini Ramadhan terakhir kami...
Tentu malamnya kami sibukkan dengan bertarawih, tadarus, bertahajud, mengadu, merintih, meminta belas kasih-Mu
Ya Allah...Andai kami tahu....tahun ini Ramadhan terakhir kami ...
Tentu diri kami akan ikhlas menjalankan perintah-Mu tanpa sedikitpun ada keterpaksaan, menambah pahala amal-amal sholih terakhir yang melimpah untuk bekal pulang kami.
Andai kami tahu...tahun ini Ramadhan terakhir kami...
Tentu kami bakal menyediakan lahir dan batin, mempersiapkan rohani dan jasmani untuk menanti-nanti jemputan Izrail
Karena kami sadar sesadarnya bahwa Ramadhan tidak setiap saat, tapi kematian adalah setiap waktu.
Duhai Robb ...Andai tahun ini Ramadhan terakhir buat kami ...
Jadikanlah ia Ramadhan yang paling berarti dalam hidup kami..
Cintai kami ya Robb.....
Jangan biarkan kami menyia-nyiakan lagi Ramadhan kali ini....
Akhirnya ya Allah,
Ijinkan kami memohon... Ampuni dosa kami, ampuni dosa ibu bapak kami. Dan pertemukan kami dengan Ramadhan tahun depan.... ya Allah 'Azza Wa Jalla.
By. Satria hadi lubis

KECERDASAN MENGUMPULKAN PAHALA

 

By. Satria hadi lubis
KECERDASAN tertinggi adalah kecerdasan mengumpulkan pahala dan menjauhi dosa. Setiap gerak hati, pikiran dan perbuatan selalu ditimbang mana yang pahalanya paling banyak dan mana yang dosanya paling sedikit.
Untuk itu dibutuhkan pengetahuan tentang agama, terutama bab tentang kaidah fiqih, fiqih aulawiyat (cara memilih prioritas) dan fiqih muwazanah (cara memilih mana yang resikonya paling kecil dan manfaatnya paling besar).
Semua kecerdasan tak ada gunanya jika implementasinya tidak berujung pada kecerdasan mengumpulkan pahala dan menjauhi dosa. Mana yang pahalanya paling besar dan mana yang dosanya paling kecil.
Imam Ghazali pernah mengatakan, "Hidup ini ibarat berjalan di sebuah jembatan. Sepanjang jembatan itu penuh dengan duri. Kalian pasti akan menginjak duri tersebut, maka pilihlah menginjak duri (dosa) yang paling kecil."
Kecerdasan mengumpulkan pahala juga kecerdasan mengumpulkan pahala jariyah. Pahala yang tidak akan putus mengalir kepada pelakunya walau ia telah meninggal dunia.
Rasulullah saw bersabda : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).
Habiskan waktu dan curahkan tenaga serta pikiran Anda untuk mencari inovasi dan peluang mengumpulkan pahala, terutama pahala yang tak pernah putus pahalanya sepanjang masa (pahala jariyah).
Jika begitu, Anda termasuk orang yang paling beruntung dan paling cerdas di muka bumi ini. Insya Allah...

EFEK DOSA DI MASA DEPAN

 By. Satria hadi lubis

Wahai saudaraku...
jangan pernah meremehkan dosa, terutama dosa hablum minannas (dalam hubungannya dengan sesama manusia).
Sebab ia akan berbalas walau masanya lama. Mungkin 40 tahun kemudian baru dirasakan efeknya.
Seorang pengusaha yang bangkrut usahanya menangis sedih karena teringat dosanya 40 tahun lalu yang pernah melecehkan seseorang dengan sebutan, "Hai...orang bangkrut!"
Maka sudah menjadi sunnatullah (ketetapan Allah) bahwa perbuatan buruk akan berbalas kesialan di masa depan.
Ada orang yang memfitnah temannya di tempat kerja, lalu tuanya sakit-sakitan. Hidup susah mati pun susah.
Ada suami yang suka selingkuh di masa mudanya, lalu tuanya lama kena stroke sampai meninggal.
Ada isteri yang suka merendahkan suaminya, lalu diceraikan dan susah cari jodoh lagi. Masa tuanya miskin dan kesepian.
Ada anak yang durhaka kepada orang tuanya, lalu susah cari kerja dan jomblo sampai tua dalam kefakiran.
Entah sudah begitu banyak sebenarnya bukti di sekeliling kita tentang efek dosa yang berbalas di masa depan.
Sayang...kebanyakan manusia tidak jeli mengamatinya dan lalai introspeksi diri.
Pemutus ketetapan Allah tentang efek dosa ini hanyalah dengan taubatan nasuha. Lalu minta maaf sebisa mungkin kepada orang yang pernah dizaliminya.
Jika tidak, takdirnya di masa depan akan ditulis oleh tinta Ilahi sebagai orang yang sial dan sengsara.
"Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat nanti); agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (Qs. As Sajdah ayat 21).

KEIKHLASAN DALAM BERKORBAN

By. Satria hadi lubis

Banyak orang yang berkorban untuk kebahagiaan orang lain.
Seorang ayah berkorban waktu, tenaga, bahkan kesehatannya untuk kebahagiaan anaknya.
Seorang suami berkorban harta untuk kebahagiaan istrinya.
Seorang istri berkorban perasaan untuk kebahagiaan suaminya.
Sampai....
Seorang pahlawan berkorban nyawa untuk kedaulatan negerinya.
Pengorbanan akan berbuah pahala dan surga asalkan diniatkan dengan ikhlas dan dengan cara yang diridhoi Allah SWT.
Salah satu indikasi keikhlasan adalah melupakannya, tidak mengungkitnya dan tidak meminta balas budi.
Biarlah malaikat pencatat amal yang merekamnya dengan teliti dan tepat bagi bekal kita di yaumul akhir.
Sebaliknya, tugas kita yang sudah ditolong atas pengorbanan orang lain adalah mengingatnya, menyebut-nyebutnya dan membalas budinya.
Jangan dibalik, yang berkorban suka mengungkit dan meminta balas budi. Yang diberi pertolongan malah lupa dan tak tahu balas budi. Yang berkorban menjadi tidak ikhlas dan tak dapat pahala, yang ditolong menjadi tak tahu diri dan kurang ajar.
Jangan pernah juga merasa paling berjasa dan paling banyak berkorban.
Karena sesungguhnya tak ada pengorbanan tanpa izin Allah. Karena sesungguhnya tak ada pengorbanan karena semuanya milik Allah.
Sebab jika kayu yang dipaku tahu betapa sakitnya menjadi paku yang dipukul palu, ia akan malu sendiri.

SEMAKIN TUA SEHARUSNYA MAKIN BAHAGIA


By. Satria hadi lubis
Semakin tua seharusnya kita makin bahagia,
karena keinginan berkurang, tak mau lagi macam-macam.
Bukankah yang membuat kita tak bahagia adalah nafsu besar tenaga kurang?
Semakin tua seharusnya kita makin bahagia,
karena ada panggilan jiwa yang semakin kuat untuk mencari kebutuhan spritual, bukan lagi materi.
Bukankah yang membuat kita tak bahagia adalah hati yang gersang karena lelah mengejar materi?
Semakin tua seharusnya kita makin bahagia,
karena semakin pandai dan ikhlas untuk melepas, memaafkan dan melupakan apa saja yang menyakitkan.
Bukankah yang membuat kita tak bahagia adalah ketidakmampuan mengambil hikmah atas musibah dan memaksa untuk memiliki?
Semakin tua seharusnya makin bahagia,
karena pribadi makin matang dan dewasa, mampu mengatur waktu dan sumber daya dengan lebih baik.
Bukankah yang membuat kita tidak bahagia itu ritme hidup yang kacau dan sembrono?
Semakin tua seharusnya kita makin bahagia,
karena makin banyak kenalan yang mendukung kita, anak-anak juga menjaga kita.
Bukankah yang membuat kita tak bahagia adalah rasa sepi dan tak dihargai?
Semakin tua seharusnya kita makin bahagia,
karena ekonomi relatif lebih mapan, lebih banyak waktu untuk berpikir esensial dan bermakna.
Bukankah yang membuat kita tak bahagia adalah pikiran yang cupu dan kurang bersyukur?
Semakin tua seharusnya kita makin bahagia,
karena makin mengerti arti hidup yang singkat ini, semakin mengenal Tuhan dan rahasia dibalik keberadaan alam semesta ini.
Bukankah yang membuat kita tak bahagia adalah keterasingan jiwa terhadap Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Penyayang?
Seperti kata pepatah, "Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi (bahagia)", bukan makin menjadi banyak berbuat dosa
Maka jika engkau masih muda dan ingin bahagia
Carilah bahagia itu dengan benar,
sehingga berapa pun usiamu kau sudah bahagia tanpa perlu menunggu tua.

MENGASAH GERGAJI

 

By. Satria hadi lubis
Stephen R. Covey menceritakan tentang seorang penebang pohon yang melamar pekerjaan di sebuah pabrik pengolahan kayu.
Ia diterima dan sangat suka dengan bayaran yang diterima. Ia pun bekerja dengan tekun.
Pimpinannya memberi ia gergaji dan menunjukkan pohon-pohon mana saja yang boleh ditebang.
Pada hari pertama bekerja ia bisa menebang 18 pohon.
"Selamat! pertahankan itu," kata pimpinannya.
Tersemangati oleh kata-kata bosnya tadi, penebang kayu semakin bekerja dengan keras.
Namun pada hari berikutnya ia hanya bisa menebang 15 pohon.
Hari ketiga, meski ia bekerja bertambah keras, ia hanya bisa merobohkan 13 pohon.
Hari demi hari semakin sedikit pohon yang bisa ia tebang.
“Saya sepertinya kehilangan kekuatanku,” pikir penebang kayu. Ia pun menemui bosnya dan meminta maaf atas kinerjanya yang buruk. Ia tidak tahu apa yang terjadi.
“Kapan terakhir kali kamu mengasah gergajimu?” tanya bos.
“Mengasah gergaji? Saya tak punya waktu untuk mengasah gergaji. Saya sibuk menebang pohon ....”
Seperti itulah kehidupan kita. Kita terkadang begitu sibuk, bekerja keras dan tak punya waktu untuk mengasah "gergaji" (mengembangkan kapasitas intelektual, emosional, spritual dan jasmani) kita, sehingga hasil yang didapatkanpun tidak sesuai dengan harapan kita.
Orang-orang di masa sekarang lebih sibuk dan semakin sibuk dibandingkan orang-orang sebelumnya.
Tak ada yang salah dengan bekerja keras. Akan tetapi kita tidak boleh mengabaikan hal-hal yang penting dalam kehidupan ini.
Mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, memberi waktu yang cukup untuk keluarga, memiliki cukup waktu untuk istirahat, meluangkan waktu untuk belajar dan membaca, mengikuti kajian ilmu umum maupun keislaman, mengembangkan bakat, berolahraga, dan sebagainya adalah contoh "mengasah gergaji".
Jika kita terus giat bekerja, tidak menyiapkan waktu untuk mengasah "gergaji", mengasah otak, perasaan, spiritual dan jiwa, kita akan menjadi tumpul dan kehilangan efektivitas. Hidup juga terasa jalan di tempat, bahkan terasa kering dan membosankan. Ujungnya, akan ada penyesalan di kemudian hari.
Ingat....jangan lupa untuk "mengasah gergaji" mu secara rutin dalam empat aspek : intelektual, emosional, spritual dan jasmani. Lebih baik lagi juga mengajak seluruh anggota keluarga dan lingkungan agar berkembang bersama.
Hmm...Sudahkah Anda "mengasah gergaji" hari ini ?

KAPAN DISEBUT IBADAH?

 "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku" (Qs. 51 ayat 56).

Tugas manusia adalah beribadah (mengabdi) kepada Allah). Para ulama membagi ibadah dalam dua kategori, yaitu : ibadah umum (ghoiru mahdhoh), seperti bekerja, menikah, bergaul, dan lain-lain, serta ibadah khusus (mahdhoh), seperti sholat, wudhu, shaum, zakat, haji, dan lain-lain.
Sesuatu disebut ibadah jika terpenuhi tiga syarat : niatnya Lillah (ikhlas untuk Allah), dikerjakan dengan cara Billah (sesuai aturan/syariat Allah) dan tujuannya Ilallah (kepada Allah).
Jika salah satunya tidak memenuhi syarat tersebut, maka tidak dapat disebut ibadah. Otomatis tidak mendapatkan pahala karena tidak diridhoi Allah SWT.
Jadi hati-hatilah dalam berniat dan dalam berbuat.
"(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati” (Qs. 2 ayat 112).
Rasulullah saw bersabda : ''Pada hari kiamat nanti, dunia akan dibawa, kemudian dipisah-pisahkan, apa yang dikerjakan karena Allah dan apa yang dilakukan bukan karena Allah, lalu dicampakkan ke dalam api neraka (yang bukan karena Allah)'' (HR. Baihaqi)
By. Satria hadi lubis

SOMBONG KAMI YA ALLAH...

 

Ya Allah...
Sombongnya kami ya Allah
Karena kami lebih sibuk dengan urusan kami
Panggilan-Mu sering kami abaikan...
Perintahmu banyak yg kami lalaikan..
Padahal nikmat berupa nafas saja kami tak mampu menghitungnya...
Padahal nikmat 360 otot tubuh yang bergerak setiap waktu dalam tubuh kami, tak pula kami mampu membalasnya kepada-Mu...
Sombong sekali kami ya Allah...
Karena telah berulang kali Kau beri nikmat, kami hanya mengucap alhamdulillah...
Tanpa pernah mengerti bahwa Kau beri nikmat ini agar jiwa ini tahu berterima kasih dengan beramal sholih...
Βukan sekedar mengucapkan alhamdulillah ...apalagi jika tanpa ucapan syukur sama sekali...
Sombong sekali kami ya Allah...
Mungkin jika Kau tunjukkan kekotoran hati ini, maka hati kamilah yang paling hitam legam...
Tapi Engkau begitu bijak menyembunyikan semua aib kami ...
Agar tak ada yang mampu melihat keburukan kami...
Ya Allah...
Hari ini ...di penghujung Ramadhan ini...
izinkan kami bertaubat....bersujud diatas sajadah kami...
Merenungi dan menangisi setiap waktu yang kami tinggalkan hanya untuk dunia yang melenakan...
Meninggalkan-Mu sendirian... padahal cinta-Mu begitu besar....padahal diri ini milik-Mu
Ya Allah....
Engkau yang Maha Pengampun, Maha Suci dan Maha Besar...
Tiada daya upaya yang mampu melampaui kekuasaan-Mu...
Kami lemah ya Allah..
Maafkan kami ...
Laa ilaaha illaa anta, tiada ilah kecuali Engkau
Subhaanaka innii kuntu minazhzhaalimiin...Maha Suci Engkau, sesungguhnya kami telah menzalimi diri kami sendiri...
Ya Allah....engkau Maha Memaafkan dan mencintai orang yang meminta maaf..
Maka maafkanlah kami...
Allahumma innaka affuwwun, tuhibbu afwa, fa' fuannii
By. Satria hadi lubis

AGAR TIDAK RIYA

By. Satria hadi lubis

PERNAH baca postingan kek gini di medsos?
>> "Alhamdulillah, dah murojaah satu juz"
>> "Sebentar lagi mau pergi kajian hadits"
>> "Hafalan hadits umdatul ahkam yang ke 120 kok lupa lagi ya"
>> "5 menit lagi mau berjama'ah isya' di masjid"
>> "Suara ane tadi pas jadi imam shalat kedengaran ga ya ama makmum akhwat di belakang."
>> "Sedang berada di kajian ustadz fulan. Persis depan beliau."
>> "Khutbah jum'at di Masjid Nabawi kali ini sangat menyentuh"
>> "Aduh, tadi pas di majelisnya ustadz fulan gak sempat nyatat, padahal faidahnya banyak"
>> "Otw mekkah.... "
>> "Bismillah.. Aku datang memenuhi panggilanmu ya Allah.. Moga selamat sampai Makkah"
>> "Ini dah masuk thawaf ke berapa ya...? Lupa ane."
>> "Lantai tiga masjidil haram sepi bangett.. Sambil narsis depan ka'bah"
>> "Lantai 20 menara zam zam. Masyaallah... Sungguh agung ciptaan-Mu ya Allah..."
>> "Lagi muraja'ah jangan diganggu"
>> "Botak lagi.. Botak lagi... Padahal umrohnya baru minggu kmaren... Alhamdullah.."
>> "Alhamdulillah kajian Sohih Bukhori dah nyampe hadits ke 5700-san"
>> "Ada yang mau bantuin ana muraja'ah gak..?
>> "Lagi nunggu adzan Maghrib. Madinah"
>> "Alhamdulillah umrohnya lancar"
Postingan semacam ini bisa membuat pelakunya jatuh pada riya.' Mungkin maksudnya tahaduts bin ni'mah (menyampaikan kepada orang lain nikmat Allah sebagai cara bersyukur), namun jika postingan tersebut :
1. Dilakukan terlalu sering;
2. Dilakukan pada saat kejadian (live report);
3. Dilakukan dengan niat pamer dan ingin tenar serta ingin dipuji.
Maka kemungkinan besar postingan semacam itu bisa jatuh pada perbuatan riya' yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Maka :
"Rahasiakanlah amal baikmu seperti engkau merahasiakan aibmu"
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya yang pertama-tama orang diputuskan - diperiksa ketika diadakan hisab pada hari kiamat ialah seseorang lelaki yang mati syahid - mati dalam peperangan fi-sabilillah. Orang itu didatangkan, lalu diperlihatkanlah kepadanya akan kenikmatan -yang akan dimilikinya, kemudian ia pun dapat melihatnya pula. Allah berfirman: "Apakah yang engkau amalkan sehingga dapat memperoleh kenikmatan-kenikmatan itu?" Orang itu menjawab: "Saya berperang untuk membela agamaMu ya Allah - sehingga saya terbunuh dan mati syahid." Allah berfirman: "Engkau berdusta tetapi sebenarnya engkau berperang itu ialah supaya engkau dikatakan sebagai seorang yang berani dan memang engkau sudah dikatakan sedemikian itu." Orang itu lalu disuruh minggir, kemudian diseret atas mukanya sehingga dilemparkan ke dalam api neraka.
Selanjutnya ialah seorang lelaki yang belajar sesuatu ilmu agama dan mengajarkannya serta membaca al-Quran, ia didatangkan, lalu diperlihatkanlah padanya kenikmatan-kenikmatan yang dapat diperolehnya dan ia juga dapat melihatnya. Allah berfirman: "Apakah amalan yang sudah engkau kerjakan sehingga engkau dapat memperoleh kenikmatan-kenikmatan itu?" Orang itu menjawab: "Saya belajar sesuatu ilmu dan sayapun mengajarkannya, juga saya membaca al-Quran untuk mengharapkan keridhaanMu." Kemudian Allah berfirman: "Engkau berdusta, tetapi sesungguhnya engkau belajar ilmu itu supaya engkau dikatakan sebagai seorang yang alim, juga engkau membaca al-Quran itu supaya engkau dikatakan sebagai seorang pandai dalam membaca al-Quran dan memang engkau telah dikatakan sedemikian itu. Selanjutnya orang itu disuruh minggir dan diseret atas mukanya sehingga dilemparkanlah ia ke dalam api neraka.
Ada pula seorang lelaki yang telah dikaruniai kelapangan hidup oleh Allah dan pula diberi berbagai macam harta benda. la didatangkan lalu diperlihatkanlah padanya kenikmatan-kenikmatan yang dapat diperolehnya dan ia juga dapat melihatnya itu. Allah berfirman: "Apakah amalan yang sudah engkau lakukan sehingga dapat memperoleh kenikmatan-kenikmatan itu?" la menjawab: "Tiada suatu jalanpun yang Engkau cinta kalau jalan itu diberikan nafkah, melainkan saya pun menafkahkan harta saya untuk jalan tadi karena mengharapkan keridhaanMu." Allah berfirman: "Engkau berdusta, tetapi engkau telah mengerjakan yang sedemikian itu supaya dikatakan: "Orang itu amat dermawan sekali" dan memang sudah dikatakan sedemikian itu." Orang itu lalu disuruh minggir terus diseret atas mukanya sehingga dilemparkanlah ia ke dalam api neraka" (HR. Muslim).