Apa yang dilakukan isteri ketika suami pulang terlambat? Apakah isteri akan menyambutnya dengan senyum dan siap melayani atau bertanya dengan nada selidik dan curiga? Jawaban atas pertanyaan ini merupakan tes sederharna apakah suasana saling percaya ada di dalam rumah tangga atau tidak. Jika isteri tersenyum dan melayani lebih dahulu sampai suami sendiri menjelaskan kenapa ia pulang terlambat, maka berarti sang isteri menempatkan sangka baik dan kepercayaan dalam hubungan dengan suaminya. Tapi jika sebaliknya, sering bertanya dengan nada curiga, merupakan indikasi sang isteri kurang percaya kepada suaminya.
Perintah
selalu bersangka baik adalah perintah yang turun langsung dari Allah SWT. "Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang
lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang".QS.
al-Hujurat (49) : 12. Dalam ayat di atas, Allah mengharamkan kita untuk
bersangka buruk (su’uzhon) kepada
orang lain. Jika kepada orang lain yang mungkin tidak begitu dekat hubungannya
dengan kita Allah swt melarang bersangka buruk, apalagi terhadap orang yang
serumah dan seranjang dengan kita, yakni suami atau isteri kita. Namun realita
saat ini menunjukkan sebaliknya, hubungan suami isteri menjadi tidak sehat
karena ada ketidakpercayaan satu sama lain. Studi menarik yang dilakukan jurnal
CyberPsychology menunjukan ada 28 juta pasangan bercerai hanya gara-gara
menunda jawaban ketika pasangan mengirim pesan via whatsapp dan facebook. “Kenapa
tidak dijawab sih pesan saya? Kamu lagi ngapain?” ini pertanyaan yang sering
diajukan suami atau isteri ketika pasangannya tidak langsung menjawab. Ada
gejala ketidakpercayaan yang berkelindan menjadi kecurigaan, sehingga menjadi
pemicu pertengkaran antar suami isteri. Sebagian mereka karena tidak mampu
memulihkan kepercayaan akhirnya berujung pada perceraian.
Lalu bagaimana agar suami isteri terbiasa bersangka baik dan
saling percaya? Ada beberapa hal yang perlu dilakukan :
1.
1. Jangan
berbohong kepada pasangan
Biasanya ketidakpercayaan antar
suami isteri berawal dari perasaan pernah dibohongi. Mungkin suami atau isteri
kurang terbuka dengan pasangan, sehingga ketika ada kejadian yang tidak
dimengerti pasangan ia merasa dibohongi. Atau mungkin salah satu pihak pernah
melanggar janji, sehingga pihak yang lain merasa dibohongi. Oleh sebab itu,
terbukalah kepada pasangan dan jika berjanji maka tepatilah, sehingga pasangan
makin percaya kepada kita. Ada sebagian kecil suami yang menjadikan tindakan
Rasulullah saw yang pernah berbohong kepada isterinya, Aisyah ra, tentang rasa
makanan sebagai dalih untuk berbohong kepada isterinya dalam pengertian yang
luas, termasuk untuk menikah lagi tanpa diketahui isterinya. Dalih semacam ini
tentu sangat tidak tepat. Seakan-akan Rasulullah saw mengajarkan kita berbohong
kepada isteri. Padahal yang diperbolehkan hanya berbohong tentang rasa makanan
agar menyenangkan hati isteri. Atau kalau mau diperluas berbohong tentang
pakaian atau hal-hal kecil lainnya yang dilakukan isteri agar menyenangkannya.
Bukan berbohong dalam hal-hal yang menyakiti hati pasangan.
2.
2. Cari
seribu satu alasan untuk bersangka baik
Dalam kisah haditsul ifki (berita
bohong), dimana Aisyah ra diisukan selingkuh dengan Shafwan bin Mu’aththal ra
maka sikap Rasulullah saw justru tetap percaya kepada Aisyah ra walau berita
itu sudah tersebar ke seluruh seantero Madinah. Bahkan Rasulullah saw bertanya
pun tidak kepada Aisyah untuk mengecek apakah berita tersebut benar atau tidak. Sampai akhirnya Allah
yang menjawab tuduhan bohong tersebut : “Sesungguhnya
orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golonganmu juga.
Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagimu bahkan ia adalah baik
bagimu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang
dikerjakan dan siapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar
dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar”. (QS. An-Nuur [24]: 11).
Begitulah Nabi kita sangat percaya dengan isterinya. Begitulah mestinya kita
sebagai pengikut Nabi Muhammad saw, mestinya mencari seribu satu alasan untuk
tetap percaya dan selalu bersangka baik kepada pasangan.
3. 3. Lebih
banyak memberikan “setoran” daripada “penarikan”
Agar selalu tumbuh sangka baik dari
pasangan maka suami atau isteri perlu lebih banyak memberikan “setoran”
daripada “penanrikan”. Yang dimaksud “setoran” adalah banyak memberikan
kebaikan-kebaikan kepada pasangan, seperti tersenyum, berkata lembut, menolong,
menepati janji, dan lain-lain, sehingga membuat pasangan kita simpati kepada
kita. Sedang yang dimaksud “penarikan” adalah perbuatan yang bersifat
mengecewakan, sehingga menimbulkan antipasti dari pasangan. Misalnya,
berbohong, berkata kasar, egois, melanggar janji, dan lain-lain. Jika kita
lebih banyak melakukan “setoran” daripada “penarikan” maka sangka baik akan
lebih mudah tumbuh daripada kalau kita lebih banyak melakukan “penarikan”.
Oleh sebab itu, mari kita budayakan sangka baik
dan saling percaya kepada pasangan. Mulai dari yang kecil, misalnya tidak suka
memeriksa handphone pasangan. Di sisi lain, handphone juga tidak usah di-password agar tidak mengundang
kecurigaan pasangan. Jika pun kita curiga pada pasangan maka harus didahului
dengan bukti-bukti yang kuat (data dan fakta ada). Bukan hanya berdasarkan opini
semata tanpa bukti yang kuat sehingga tidak menyesal kelak karena menuduh tanpa
bukti. Allah swt mengingatkan kita agar tabayyun
(check and recheck) terhadap
informasi (negatif) yang belum jelas. Apalagi jika informasi itu tentang
pasangan kita. Tentu kita harus lebih hati-hati lagi.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS.
Al-Hujurot[49]:6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar