Selasa, 21 Maret 2023

CIRI ORANG BAIK SUKA TAHAJUD

 By. Satria hadi lubis

Jika engkau sering terbangun di malam hari, itu tanda bahwa Allah ingin membuatmu baik dan bahagia. Allah ingin bermesraan denganmu dengan tahajudmu.
Jika engkau susah bangun di malam hari, mungkin itu pertanda hidupmu kurang baik. Allah menjauhkanmu dari kenikmatan meminta ampun kepada-Nya.
Jangan mengatakan engkau orang baik, jika belum sering Tahajud. Sebab ciri orang baik adalah mudah bangun di malam hari untuk sholat Tahajud dan meminta ampun.
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat KEBAIKAN. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam.
Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar" (Qs. 51 ayat 15-18).

TIPS UNTUK SELALU BISA SHOLAT TAHAJJUD

 

By. Satria hadi lubis
"Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (QS. Al Israa’ ayat 79).
SHOLAT tahajud memiki banyak sekali manfaat, juga keutamaan. Diantara manfaat dan keutamaan sholat tahajud adalah ditempatkan ke tempat yang terpuji dalam urusan dunia dan akhirat, jalan meraih ridha Allah, dikabulkannya doa-doa dan juga pencegah dari berbuat dosa. Bahkan, saking banyaknya keutamaan dan manfaat sholat tahajud ini, Rasulullah saw hampir tidak pernah meninggalkan sholat tahajud.
Lantas bagaimana tips agar bisa selalu melaksanakan sholat tahajud setiap malam?
1. Niatkan dengan sungguh-sungguh sebelum tidur bahwa nanti di sepertiga malam akan bangun untuk sholat tahajud. Hal ini untuk mengaktifkan alam bawah sadar kita agar siap terjaga di sepertiga malam.
2. Tidur jangan terlalu malam. Idealnya tidur paling lambat jam 10 malam. Insya Allah di sepertiga malam akan bangun dengan sendirinya, mungkin karena ingin buang air kecil, minum atau alasan lainnya.
3. Setel alarm sesuai dengan waktu yang kita kehendaki untuk tahajud. Kalau bisa setel dalam tiga waktu berbeda, sehingga jika tidak terbangun pada bunyi alarm pertama, kita masih bisa terbangun karena bunyi alarm kedua atau ketiga.
4. Lebih baik lagi tidur dalam kondisi suci karena berwudhu dulu dan membaca doa sebelum tidur.
5. Jika sangat mengantuk, tidak mengapa jika sholat tahajud hanya 2 rakaat lalu ditutup 1 rakaat witir, bahkan 1 rakaat witir juga tidak mengapa.
Atau jika kuatir sulit terbangun karena tidur terlalu malam atau sangat lelah bisa juga sholat tahajud dilakukan sebelum tidur seperti yang dilakukan sahabat Abu Bakar shiddiq ra (namanya sholat qiyamul lail).
Jika tidak mempan juga lima tips di atas, maka menangislah dan minta ampun kepada Allah karena dosamu terlalu banyak, sehingga memberati matamu.
Juga karena engkau belum dipilih Allah sebagai ibadurrohman (hamba dari Tuhan yang Maha Pengasih) :
وَعِبَادُ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمۡشُونَ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ هَوۡنٗا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلۡجَٰهِلُونَ قَالُواْ سَلَٰمٗا
وَٱلَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمۡ سُجَّدٗا وَقِيَٰمٗا
"Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam,” dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri (TAHAJUD)" (Q.S. al Furqon ayat 63-64).
Catatan:
Sebagian orang ada yang caranya dengan menunda waktu sholat Isya sampai sepertiga malam dan digabung dengan sholat tahajjud. Cara ini tidak disarankan karena kuatir sholat isyanya bisa kebablasan karena tak terbangun. Selain itu juga ada ikhtilaf tentang kapan akhir sholat isya. Ada ulama yang mengatakan tengah malam (sekitar jam 24.00) dan ada juga yang mengatakan sampai terbit fajar.

PENTINGNYA KEAKRABAN

By. Satria hadi lubis

MENGAPA ada suami isteri yang sama-sama baik tapi akhirnya bercerai? Mengapa ada anak sholih yang terjerumus narkoba? Ada tetangga yang tidak menolong kita? Ada teman yang berburuk sangka dan menjelek-jelekkan kita?
Semuanya itu disebabkan karena KETIDAKAKRABAN.
Sadar atau tidak, ketika kita melakukan hubungan dengan orang lain ada dua variabel yang menjadi penentu kualitas hubungan, yaitu keakraban dan harapan.
Jika kita akrab dengan si A, dan sesuai dengan harapan/keinginan A, maka A akan suka dengan kita. Membela dan menjaga perasaan kita.
Jika kita akrab dengan si A, walau tidak sesuai harapan/keinginan A, maka A masih suka dengan kita. Bahkan tetap membela dan menjaga perasaan kita.
Jika kita tidak akrab dengan si A, tapi masih sesuai dengan harapan/keinginan A, maka A mungkin menyukai (mengidolakan) kita, namun hubungan kita dengan si A tidak timbal balik. A belum tentu mau memenuhi harapan kita, membela dan menjaga perasaan kita.
Jika kita tidak akrab dengan si A, dan tidak sesuai dengan harapan A, maka A biasa-biasa saja atau tidak menyukai (membenci) kita.
Dari rumus ini, kita mengetahui betapa pentingnya keakraban dengan orang-orang di sekitar kita atau orang-orang yang kita cintai. Misalnya, dengan pasangan, anak, orang tua, teman, atasan, bawahan, tetangga, dan lain-lain.
Berusahalah akrab dengan orang di sekitar kita. Dengan selalu senyum, salam, sapa dan sopan santun (5S). Dengan sikap menerima, empati, dan menghargai mereka. Dengan kata lain, selalu touch their heart dan hadir secara fisik di sekitar mereka.
Dengan hubungan yang akrab, walau kita kurang sesuai harapan mereka (tidak sama dalam hal keinginan, karakter, hobi, agama, suku, latar belakang, dll), niscaya orang lain akan tetap menyukai kita, bahkan membela dan menjaga perasaan kita.
Sebaliknya, ketidakakraban dengan orang-orang di sekitar kita atau dengan orang-orang yang kita sayangi dapat berdampak pada munculnya masalah bagi kedua belah pihak.
Ya itu tadi....suami istri yang sama-sama baik tapi akhirnya bercerai, anak sholih dan pintar yang terjerumus narkoba, teman yang berkhianat, binaan yang tidak betah liqo', semua itu karena ketidakakraban hubungan. Padahal dalam close relationship keakraban menjadi sangat penting dan menjadi dambaan setiap pihak.
Maka bila keakraban itu tidak didapatkan, mereka akan mencarinya dari tempat/orang lain yang belum tentu baik tapi bisa akrab dengan mereka. Itu juga yang bisa menjelaskan mengapa ada pelakor/pebinor berhasil merebut suami/istri orang lain. Mengapa ada orang mau menolong orang yang melakukan kejahatan. Semua itu karena keakraban.
Oleh karena itu, walau kita belum sesuai harapan suami/istri/anak atau siapapun orang di sekitar kita, tetaplah sabar berusaha dekat dan akrab dengan mereka, insya Allah mereka akan tetap menyukai, mencintai dan menjaga perasaan kita. Bahkan dalam jangka panjang mungkin malah memenuhi harapan kita.
"Maka berkat rahmat Allah kepadamu, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu..." (al Qur'an, surat Ali 'Imran, Ayat 159).

BETAPA BANYAK KESEMPATAN YANG HILANG

By. Satria hadi lubis

PERNAHKAH Anda merenung betapa banyak kesempatan Anda yang hilang?
Seorang ibu sibuk berkarir, tak punya waktu banyak untuk mendidik anaknya.
Seorang suami sibuk di kantor sampai malam, tak punya waktu bercengkrama dengan istrinya.
Seorang anak sibuk kuliah atau bisnis, tak punya waktu ngobrol dengan orang tuanya.
Seorang pemuda sibuk cari nafkah dan hura-hura (work hard, play hard) tak punya waktu untuk menikah dan punya anak.
Seorang pemimpin sibuk mencapai target, tak punya waktu untuk bergaul dan ibadah.
Seorang da'i sibuk berceramah kesana kemari, tak punya waktu membina anaknya dan generasi muda lainnya.
Banyak lagi contoh kesempatan yang hilang.
Rasulullah saw bersabda: "Manfaatkanlah lima perkara sebelum datang lima perkara :
waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang matimu” (HR. Al Hakim).
Yang tak disediakan waktu dan kesempatan itu suatu ketika akan menjadi penyesalan. Dan penyesalan itu pasti terlambat. Dan yang terlambat itu pasti meninggalkan rasa bersalah. Tentang amanah yang menggantung.
Lalu berapa banyak kesempatanmu yang hilang? Yang kelak akan menjadi penyesalan?
Cobalah renungkan...sebelum semuanya benar-benar terlambat.
"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman" (Qs. 19 ayat 39).

APA ITU BARAKALLAH?

 

By. Satria hadi lubis
Dalam keseharian, masyarakat muslim Indonesia seringkali mengatakan “barakallah” (semoga Allah memberkahi) atau "barakallahu laka/barakallah fiika" (semoga Allah memberkahimu/untuk lelaki) atau "barakallahu laki/barakallahu fiiki" (semoga Allah memberkahimu/untuk perempuan) sebagai ucapan selamat sekaligus doa. Kalimat itu, lazim ditemukan baik di percakapan sehari-hari maupun di media sosial.
Barokah adalah kata yang diinginkan oleh hampir semua hamba yang beriman, karena orang akan mendapat limpahan kebaikan dalam hidupnya di dunia dan di akhirat.
Barokah bukanlah cukup dan mencukupi saja, tapi barokah ialah ketaatan kepada Allah dengan segala keadaan yang ada, baik berlimpah atau sebaliknya.
Barokah itu: "albarokatu tuziidukum fi thoah" (barokah menambah taatmu kepada Allah).
Hidup yang barokah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru barokah sebagaimana Nabi Ayyub as, sakitnya menambah taatnya kepada Allah.
Barokah itu tak selalu panjang umur, ada yang umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Mus'ab ibn Umair ra, sahabat Rasulullah saw yang syahid di perang uhud pada usia muda.
Tanah yang barokah itu bukan karena subur dan panoramanya indah, karena tanah yang tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan Allah tanpa ada yang menandingi.
Rumah yang barokah itu bukan rumah yang mewah dan luas, tapi rumah yang penghuni di dalamnya taat mendekatkan diri kepada Allah. Walau rumah itu kecil dan sederhana seperti rumah Rasulullah saw di samping mesjid Nabawi, yang kini menjadi makam beliau.
Makanan barokah itu bukan yang komposisi gizinya lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat kepada Allah.
Ilmu yang barokah itu bukan ilmu yang banyak riwayat dan hapalannya, tapi yang mampu menjadikan seorang ikhlas meneteskan keringat dan darahnya untuk beramal serta berjuang bagi agama Allah.
Penghasilan barokah juga bukan gaji yang besar dan terus bertambah, tapi sejauh mana hal itu bisa menjadi jalan rezeqi bagi yang lainnya dan semakin banyak orang, termasuk anggota keluarganya, yang terbantu dengan penghasilan tersebut.
Anak-anak yang barokah bukanlah saat kecil mereka lucu dan imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar, populer, dan memiliki pekerjaan serta jabatan yang hebat, tapi anak yang barokah ialah anak yang senantiasa taat kepada Rabb-Nya dan aktivitasnya bermanfaat bagi orang lain, serta tak henti-hentinya mereka mendoakan kedua orang tuanya.
Oleh sebab itu, agar kita selalu mendapatkan barokah tidak bosan-bosannya saya mengucapkan "barakallahu lakum/fiikum" kepada semua pembaca tulisan ini. Semoga Allah memberkahi kamu semua. Aamiin yaa robbal aalamin.

MENTALITAS BERKELIMPAHAN

 

Milikilah mentalitas berkelimpahan yang selalu menganggap rezeki dan nikmat Allah ada dimana-mana.
Jika ada orang lain memperoleh nikmat, pasti bukan karena ia merebut jatah kita.
Mentalitas berkelimpahan akan menganggap orang lain sebagai sahabat pemberdayaan, bukan pesaing.
Ini mengakibatkan kayanya jiwa dan selalu berpikir positif.
Sebaliknya, jangan memiliki mentalitas kelangkaan yang menganggap orang lain sebagai perebut nikmat yang semestinya kita dapatkan.
Filosofi hidup seperti rebutan kue itu salah.
Mentalitas kelangkaan akan menganggap orang lain sebagai pesaing, baik pesaing potensial atau realita.
Ini mengakibatkan miskinnya jiwa dan mudah berburuk sangka.
By. Satria hadi lubis

ISRA' MI'RAJ : HIBURAN DARI ALLAH

 

By. Satria Hadi Lubis
Setelah pemboikotan selama lebih kurang 3 tahun oleh kafir Quraisy, maka wafatlah istri Nabi Muhammad saw tercinta Khadijah ra. Lalu tak berapa lama kemudian Abu Thalib, paman yg selalu membela beliau juga meninggal dunia.
Beliau saw sangat bersedih. Betapa berat terasa jalan yang harus ditempuh, tanpa pembela dan tanpa orang tercinta. Ditambah kaumnya yang memusuhi dakwah beliau. Karenanya, tahun itu disebut ‘amul huzni (tahun kesedihan).
Kesedihan itu semakin lengkap, manakala Rasulullah SAW mencoba membuka jalur dakwah baru di Thaif. Siapa tahu, Thaif yang sejuk, dingin, hijau, mempunyai pengaruh besar terhadap penduduknya, sehingga sikap mereka barangkali sejuk dan segar dalam menerima dakwah nabi saw. Namun, bukannya kedatangan Nabi Muhammad saw di Thaif disambut, tapi malah disambit.
Ditengah kedukaan mendalam yang bertubi-tubi itulah, Allah berkehendak memberikan hiburan yang luar biasa kepada Nabi-Nya yakni peristiwa Isra' Mi'raj. Perjalanan di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh. Peristiwa yang seakan memberi pesan kepada Rasulullah saw: “Bahkan, seandainya pun seluruh penghuni bumi, baik manusia maupun jin, tidak mau beriman kepadamu wahai Muhammad, engkau pun tidak perlu bersedih, sebab, buktinya, masyarakat langit semuanya gegap gempita menyambut kedatanganmu”.
Dari sudut pandang ini, peristiwa Isra’ dan Mi’raj merupakan tasliyah (hiburan pelipur lara) yang sangat luar biasa bagi Rasulullah saw. Namun bukan sekedar hiburan biasa, tapi hiburan yang menguatkan dan merubah. Tidak seperti hiburan yang biasa dilakukan oleh kebanyakan kita, tanpa makna dan tanpa perubahan.
Sebab setelah peristiwa Isra' Mi'raj, Nabi saw semakin kuat tekadnya dalam berdakwah dan semakin besar kemampuannya dalam merubah lingkungan, sehingga akhirnya Islam menyebar ke seluruh dunia.
Peristiwa Isra' dan Mi'raj mengingatkan kita tak ada hiburan yang lebih menguatkan dan merubah kecuali kembali kepada Allah. Tak ada hiburan yang membahagiakan kecuali bersimpuh atas kemahabesaran Allah 'Ajja wa Jalla. Hiburan-hiburan yang lainnya sifatnya nisbi dan sementara, sehingga menagih (addict) untuk diulang-ulang kembali tanpa memperoleh kebahagiaan sejati. Persis seperti meminum air laut yang tak bisa menghilangkan dahaga.
Itulah sebabnya beliau saw bersabda, "Rekreasiku adalah sholat" (HR. An Nasa'i dan Baihaqi, dishahihkan syekh Al-Bany, Sahih Jami' assagir, jilid 2, halaman 87).
Itulah sebabnya, Fudhail bin Iyadh, seorang ulama tabi'in berkata, "Jika sekiranya para raja tahu betapa bahagianya kami dengan munajat kepada Allah, niscaya mereka akan berusaha merebutnya walau dengan menggunakan pedang-pedang mereka".
Peristiwa Isra' Mi'raj menyadarkan kita, tak ada yang bisa diandalkan kecuali Allah SWT. Segala sesuatu yang dicintai pasti akan sirna kecuali Allah. Segala sesuatu selain Allah bisa mengecewakan, seperti sikap kaum Quraish dan penduduk Thaif yang mengecewakan Nabi saw.
Namun bukan berarti kita tak boleh menghibur diri dengan kesenangan duniawi. Sah saja asalkan halal dan dengan porsi secukupnya. Kesenangan duniawi seperti garam dalam makanan. Perlunya sedikit untuk membuat makanan menjadi nikmat. Jika garamnya kebanyakan, maka makanan (hidup kita) menjadi tidak nikmat lagi.
Peristiwa Isra' Mi'raj mengajarkan kita, jika sedih dan dirundung masalah maka kembalilah kepada Allah. Sebab hanya Allah Pencinta dan Pembela sejati kita. Ingatlah selalu sapa Allah ini :
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku" (Qs. 89 ayat 27-30).

AGAR TIDAK TERSESAT


By. Satria hadi lubis
AGAR kita tidak tersesat dalam memahami Islam, ditengah makin banyaknya informasi atau pendapat nyeleneh yang disebarkan kaum Islamophobia saat ini, maka kita perlu melakukan tiga aktivitas berikut ini secara bersamaan :
1. Membaca Al Qur'an.
Selain membaca al Qur'an (tilawah), bagi mereka yang buta bahasa Arab juga mesti membaca terjemahan al Qur'an agar tahu isi al Qur'an. Banyak muslim yang rajin baca al Qur'an, tapi karena tak pandai bahasa Arab tidak mengerti apa yang dibacanya. Oleh karena itu sebaiknya juga membaca terjemahan al Qur'an (dalam bahasa Indonesia, misalnya) sampai tamat. Saran saya minimal sebanyak tiga kali tamat, sehingga tahu pokok-pokok isi Al Qur'an. Lebih baik lagi jika membaca satu atau dua buku tafsir al Qur'an karangan ulama terkenal, seperti Ibnu Katsir atau Buya Hamka. Lagi pula dengan sering membaca al Qur'an, kita akan mendapat fadhilah berupa hidayah dari Allah SWT, sehingga tidak mudah tersesat dan disesatkan oleh berbagai pendapat yang membingungkan.
2. Membaca buku-buku Islam.
Hal yang perlu dilakukan agar tidak sesat pemahaman agama adalah banyak membaca buku-buku Islam, baik yang klasik atau kontemporer. Utamakan membaca buku aqidah dan persatuan umat, sehingga tidak mudah menyesatkan orang yang berbeda mazhab atau kelompok dengan kita.
2. Mengaji secara talaqi.
Yang dimaksud mengaji talaqi adalah mengaji ilmu agama dari guru (ustadz/murobbi) yang bertemu langsung di majelis ta'lim atau liqo' (pengajian). Hal ini untuk menjaga sanad keilmuan, untuk mengetahui dengan siapa saja seseorang belajar Islam. Selain itu juga sebagai tempat bertanya atau konsultasi agama. TIDAK CUKUP kita belajar Islam hanya dari youtube atau medsos. Sebab jadi tidak jelas sanadnya dan menafsirkan ajaran agama jadi semua gue karena tidak ada yang membimbing.
Lakukan ketiga aktivitas di atas secara simultan (bersamaan) dan rutin seumur hidup.
Orang yang sibuk membaca al Qur'an saja, tapi tidak punya guru dan jarang baca buku agama, bisa berdampak mudah menafsirkan ayat al Qur'an semua gue dan keluar dari pemahaman umum aqidah ahlus sunnah wal jama'ah.
Orang yang sibuk baca buku agama, dengan kata lain belajar Islam secara mandiri bermodal internet, youtube atau medsos, tapi jarang baca Al Qur'an dan tidak punya guru ngaji akan mudah tergoda untuk menjadi Islamolog (merasa banyak tahu ilmu Islam), tapi tak mampu memahami bagaimana sistematika mengamalkan Islam. Bahkan tak termotivasi untuk mengamalkan ajaran Islam (omongnya saja yang memukau).
Orang yang sibuk ngaji dengan guru, tapi tak pernah membaca isi Al Qur'an secara langsung dan jarang baca buku agama akan mudah mengkultus individukan gurunya. Alih-alih gurunya benar, tapi jika gurunya sesat atau modal PD doang, maka sang murid tak punya filter untuk mengkritisi pendapat gurunya.
Semoga dengan melakukan tiga aktivitas tersebut kita terhindar dari pemahaman Islam yang sesat, yang membuat kita jauh dari hidayah Allah SWT. Wallahu'alam.

MEWARISKAN ANAK IDEOLOGIS

 

By. Satria hadi lubis
SALAH satu kewajiban setiap muslim adalah mewariskan nilai-nilai Islam dan dakwah kepada anak-anaknya atau kepada generasi muda selanjutnya.
Allah berfirman : "Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah SEPENINGGALKU?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya” (Qs. 2 ayat 133).
"Dan hendaklah TAKUT (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar" (Qs. 4 ayat 9).
Dalam realitanya, ada empat golongan orang tua dalam upaya mewariskan dakwah kepada generasi selanjutnya :
1. Orang tua yang berhasil mendidik anak nasabnya (anak biologisnya) menjadi anak ideologi Islam. Mereka juga berhasil banyak mencetak anak-anak bukan nasabnya menjadi anak ideologi Islam.
Kedua, orang tua yang gagal mendidik anak nasabnya menjadi anak ideologi Islam, seperti kisah anak Nabi Nuh as. Namun mereka berhasil banyak mencetak anak bukan nasabnya menjadi anak-anak ideologi Islam.
Ketiga, orang tua yang berhasil mendidik anak nasabnya menjadi anak ideologi Islam. Namun mereka tidak turut serta (tidak berdakwah) untuk mencetak anak bukan nasabnya menjadi anak-anak ideologi Islam.
Keempat, orang tua yang gagal mendidik anak nasabnya menjadi anak ideologi Islam. Dan mereka juga tidak ikut serta mencetak anak bukan nasabnya menjadi anak-anak ideologi Islam.
Dari klasifikasi sederhana tersebut, tentu golongan pertama adalah golongan yang paling sukses. Mereka akan meninggalkan dunia ini dengan senyum kepuasaan dan kebanggaan sebagai seorang muslim, yang telah berhasil melakukan tauritsul amal (mewariskan amal Islam) kepada banyak anak-anak muda, baik anaknya sendiri maupun anak orang lain.
Golongan kedua adalah golongan yang telah berusaha untuk mendidik anak nasabnya tapi karena kurang tepat atau kurang ilmu dalam pola asuh, maka anaknya tidak mengikuti jalan orang tuanya. Walaupun kurang sukses dalam mendidik anaknya sendiri, namun mereka masih memiliki kebanggaan karena turut serta dalam barisan dakwah yang berhasil banyak mencetak anak-anak bukan nasabnya menjadi anak ideologis.
Golongan ketiga adalah golongan orang tua yang cukup sukses dan patut menjadi teladan dalam pendidikan anak nasabnya. Namun mereka perlu instrospeksi diri mengapa tidak turut berdakwah kepada anak-anak bukan nasabnya, yang semestinya bisa mereka didik dengan mencontoh keberhasilan mereka dalam mendidik anak nasabnya. Kelalaian dalam berdakwah akan dimintai pertanggungjawabnnya kelak di yaumil hisab.
Golongan keempat adalah golongan orang tua yang tidak paham untuk apa mereka hidup dan menghidupkan. Inilah golongan orang tua yang gagal dan jahil, yang hanya bisa bangga dengan keberhasilan materi, gengsi dan gelar-gelar semu untuk dirinya dan anaknya. Mereka tidak peduli dengan masa depan peradaban manusia dan Islam.
Pertanyaannya adalah, termasuk orang tua yang manakah Anda?
Ketahuilah wahai saudaraku...masing-masing kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT terhadap tugas ini.
Semoga kita terus berusaha menjadi orang tua golongan pertama sampai akhir usia kita, karena mereka inilah sebaik-baiknya golongan orang tua (sukses).
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (Qs. 66 ayat 6).
"Kemudian datanglah setelah mereka generasi pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti syahwatnya, maka mereka kelak akan tersesat" (Qs. 19 ayat 59).

PAMER HARTA

By. Satria hadi lubis

KASUS pamer harta yang dilakukan oleh seorang anak pejabat pajak menyita perhatian kita semua. Kalau kita telusuri memang banyak sekali akun media sosial yang isinya orang memamerkan harta. Entah itu dilakukan oleh yang bersangkutan, istrinya atau anak-anaknya.
Dalam Islam sendiri jelas hukumnya bahwa memamerkan harta hukumnya haram, karena termasuk perbuatan riya.
"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Qs. Luqman ayat 18).
Secara sosial, pamer harta juga menimbulkan kecemburuan sosial. Menunjukkan orang tersebut kurang peduli dan tidak empati terhadap kebanyakan orang yang hidupnya masih pas-pasan, bahkan fakir.
Bukan berarti seorang muslim tidak boleh kaya, bahkan kekayaan adalah barokah bila didapatkan dan disalurkan secara halal. Namun kekayaan seorang muslim mestinya disumbangkan untuk perjuangan dakwah dan kebaikan lainnya, bukan untuk dipamerkan.
Jadi kaya boleh, tapi bermewahan tidak boleh. Sebab mewah berarti membeli sesuatu sesuai keinginan syahwat dan biasanya untuk pamer, bukan untuk memenuhi kebutuhan.
Jika ada yang bertanya apa ukuran bermewahan? Jawabannya tergantung lingkungan. Di Arab Saudi misalnya, rata-rata mobil penduduknya adalah sekelas Alphard atau BMW karena pendapatan per kapitanya disana tinggi. Tapi di Indonesia, punya Alphard atau BMW sudah termasuk kemewahan karena pendapatan per kapita penduduk Indonesia masih rendah.
Namun sebaik-baiknya muslim terkait dengan pengelolaan kekayaan adalah mencontoh kepada Baginda Nabi Besar Muhammad saw. Beliau jika punya harta berlebih langsung disedekahkan, sehingga beliau terbiasa hidup sederhana. Rumah beliau sederhana, perabotan rumahnya sederhana, pakaiannya juga sederhana. Padahal beliau lebih mulia daripada raja dan presiden, tapi gaya hidupnya sederhana (zuhud). Bahkan beliau saw wafat dalam keadaan tidak meninggalkan harta warisan. Beliau saw memang memiliki kuda terbaik, pedang terbaik dan baju perang terbaik, tapi itu semuanya dalam rangka memenangkan jihad di jalan Allah SWT.
Oleh sebab itu, jika ada di antara muslim yang hidupnya suka pamer harta dan bermewahan seharusnya MALU kepada Rasulullah saw yang namanya ia sebut dalam sholatnya, serta syafa'atnya ia rindukan kelak di yaumul qiyamah.
Cukuplah surat di bawah ini sebagai peringatan tentang haramnya hidup mewah dan memamerkan harta.
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)" (Qs. At Takatsur ayat 1-8).

TAK CUKUP MENJADI ORANG BAIK, HARUS SHOLIH

 

By. Satria hadi lubis
SEKARANG ini banyak orang yang merasa cukup menjadi orang baik. Namun bagi seorang muslim, menjadi orang baik itu tidak cukup, tapi harus meningkat menjadi orang SHOLIH.
Syekh Thahir bin Asyur dalam Tafsir At-Tahrir wat Tanwir menyebutkan, orang sholih adalah orang (beriman) yang menjaga istiqamah. Sedangkan Tafsir An-Nasafi menyebut orang sholih sebagai orang yang baik lahir dan batinnya.
Perbedaan orang baik dengan orang sholih itu terletak pada niat, cara dan tujuannya. Orang baik niatnya macam-macam, tapi orang sholih niatnya hanya satu, yakni mencari ridho Allah SWT. Orang baik melakukan kebaikannya dengan cara yang dipandang baik oleh lingkungannya, tapi orang sholih melakukan kebaikan dengan cara sesuai syariat Allah. Orang baik tujuannya bisa macam-macam, tapi orang sholih tujuannya hanya satu, yaitu untuk berdakwah (mengajak manusia) kepada Allah SWT.
Perbedaan selanjutnya, orang baik agama dan ideologinya bisa bermacam-macam, tapi orang sholih hanya orang yang beragama Islam saja (muslim). Orang baik tidak bisa masuk surga jika ia kafir, tapi orang sholih pasti masuk surga...insya Allah.
Aisyah Radhiallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah! Ibnu Juz’an dahulu di masa jahiliyyah selalu menjaga hubungan silaturrahmi dan memberi makan fakir miskin. Apakah itu berguna baginya di akhirat?” Beliau menjawab: “Tidak akan berguna baginya. Karena ia (mati dalam keadaan kafir dan) tidak pernah mengucapkan: “Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku di Hari Pembalasan nanti” (HR. Imam Muslim dalam Shahih-nya 214).
Dalam prakteknya, ada orang yang citranya sholih, tapi diam-diam ia berbuat buruk atau jahat. Contohnya, seorang yang dikenal lingkungannya sebagai pak haji tapi sebenarnya ia koruptor. Atau orang yang dikenal ustadz tapi ternyata pedofil. Orang-orang "sholih" semacam inilah yang memperburuk citra Islam dan umatnya. "Al Islamu mahjubun bil muslimin (kecemerlangan Islam ditutupi oleh perilaku buruk umat Islam)" ujar Syeikh Muhamad Abduh.
Seorang muslim tak cukup dicitrakan sebagai orang baik saja, tapi ia perlu dikenal sebagai orang sholih, sehingga ia turut berdakwah di jalan Allah 'Ajja wa Jalla.
Semoga kita terus meningkatkan diri menjadi orang sholih dalam artian sebenarnya, dan akhirnya mendapatkan imbalan surga. Aamiin yaa robbal 'aalamin.

TEPO SELIRO

 

Tepo seliro (dalam bahasa Jawa) berarti menenggang perasaan orang lain. Sebuah sikap yang penting dalam pergaulan, berasal dari hati yang lembut dan merupakan bentuk kearifan lokal.
Tepo seliro membuat kita berpikir sebelum berkata. Agar kata-kata yang disampaikan punya efek positif. Konsekuensi selanjutnya, ada pada tindakan yang tertata.
Beberapa contoh sederhana tentang arti tepo seliro terhadap TETANGGA, antara lain :
1. Jika memelihara binatang peliharaan, dan kotorannya mencemari udara / tanah / rumput tetangga agar segera dibersihkan.
2. Membuang sampah tidak di bak sampah tetangga, agar tidak menggangu hak tetangga.
3. Tidak ngebut saat melintas di lingkungan sekitar.
4. Mengklakson mobil hanya jika perlu saja. Bahkan klakson jarang digunakan. Lebih baik berhenti dan menunggu saat ada warga yang melintas.
5. Berusaha untuk bertegur sapa, salam dan senyum saat berpapasan dengan tetangga, baik tua dan muda. Atau minimal memberi anggukan pada tetangga di lingkungan sebagai bentuk respek.
6. Ketika membangun atau merenovasi rumah, datang silaturahim dan permisi ke tetangga terdekat.
7. Mengkonstruksi ulang talang air / aliran kran air yang mengakibatkan kebocoran pada dinding tetangga. Sebaiknya diperhitungkan pula saat membangunnya.
8. Tidak parkir kendaraan 'sembarangan' di depan rumah tetangga tanpa ijinnya. Menghormati hak jalan dan hak ruang terbuka untuk tetangga.
9. Menyantuni anak-anak yatim di lingkungan tetangga dan memberdayakan tetangga yang tidak punya pekerjaan.
10. Berusaha menolong semampunya saat tetangga minta tolong.
11. Tidak membiarkan daun dan ranting tanaman menjulur ke rumah tetangga, sehingga mengotori halaman atau rumah tetangga.
12. Tidak menambah pagar atau bagian rumah tertentu, sehingga memakan jalan atau tanah umum yang bukan miliknya.
13. Jika ada makanan berlebih, utamakan tetangga untuk mendapatkan terlebih dahulu.
14. Jika ada kemungkaran atau kemaksiatan di lingkungan tetangga, gunakan aparat yang berwenang untuk menegurnya.
15. Banyak lagi yang lainnya.
Semoga kita bisa tepo seliro. Oke?
By. Satria hadi lubis

BALASLAH KEBURUKAN DENGAN KEBAIKAN

 

Dalam hidup ini, pasti ada saja orang yang tidak suka dengan kita. Jika orang tersebut tak mengganggu, ada baiknya orang-orang semacam ini kita diamkan saja.
Namun kadang mereka cukup menyita pikiran dan hati kita karena berbuat sesuatu yang menyakitkan, baik dari segi ucapan maupun perbuatan.
Maka timbul hasrat hati yang begitu besar untuk membalas perbuatan mereka. Namun apakah hal ini diperbolehkan dalam Islam?
Allah SWT berfirman: “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yg sangat setia” (QS. Fushilat ayat 34).
Menurut ayat diatas, jika ada yang berbuat jahat terhadapmu, terlebih khusus lagi jika mereka adalah kerabatmu, sahabatmu, baik melalui lisan maupun perbuatan, maka balaslah mereka dengan kebaikan.
Jika mereka memutus silaturahim denganmu, maka sambunglah kembali silaturahim tersebut.
Jika mereka berbuat dzalim kepadamu, maka maafkanlah.
Jika lisan mereka mencaci, menghina dan menjelek-jelekanmu, pun maafkanlah! Balaslah dengan kata-kata lembut.
Jika mereka mendiamkanmu dan tidak mau berbicara denganmu maka balaslah dengan mengucap salam dan mulai menyapa dengan kata-kata baik.
Maka jika semua hal itu kamu lakukan, niscaya orang-orang yang selama ini membenci dan memusuhimu akan berbalik menyayangi dan menjadi teman setiamu.
Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak!
Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.
Ingatlah bahwa hati manusia ada di dalam kekuasaan Allah SW. Dia berkuasa membolak-balikkan hati. Mengubah benci jadi cinta adalah urusan mudah bagi-Nya.
Mengapa utk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dgn baik oleh orang lain dulu?
Lepaskanlah segala amarah dan gengsi yang membelenggu, yang menahanmu utk memaafkan dan berbuat baik pada orang yang sudah mendzalimimu.
Semoga kita menjadi hamba-hamba-Nya yang penuh dengan cinta terhadap sesama, bahkan pada mereka yang menyakiti kita.
By. Satria hadi lubis

MEMBUAT TARGET RAMADHAN 1444H

 By. Satria hadi lubis

Sudahkah Anda membuat target di bulan Ramadhan 1444H tahun ini yang sifatnya kuantitatif (terukur)? Misalnya, tarawih dalam sebulan berapa kali, sedekah berapa kali dengan jumlah nominal berapa, tilawah al Qur'an sehari berapa lembar, sholat Dhuha berapa kali, dan lain-lain.
Jangan sampai Ramadhan tahun ini berjalan tanpa makna, hanya diisi dengan kegiatan rutinitas duniawi tanpa ada tekad untuk uzlah memperbanyak ibadah.
Berikut ini ada beberapa "jenis" ibadah yang bisa dipertimbangkan untuk menjadi target harian di bulan Ramadhan :
1. Tahajjud
2. Sahur (afdholnya mendekati azan subuh)
3. Sholat sunnah Fajar sebelum Subuh dan sholat sunnah rawatib lainnya
4. Sholat fardhu berjama'ah di masjid
5. Zikir pagi (Al-Ma'tsurat)
6. Sholat Syuruq (hanya berlaku jika tetap di tempat sholat subuh sampai terbitnya matahari)
7. Tilawah al Qur'an
8. Sholat Dhuha
9. Mencari nafkah halal
10. Menghindari berbohong (meskipun bercanda), berkata ghibah, khurafat, kata-kata makian dan porno
11. Sedekah (dianjurkan sedekah sebelum buka puasa)
12. Silaturahim (minimal WA saudara/teman)
13. Mengajak kepada kebaikan (berdakwah) secara langsung atau via medsos, kepada keluarga atau orang lain
14. Istighfar sebanyak mungkin
15. Zikir sebanyak mungkin
16. Zikir sore (Al Ma'tsurat)
17. Do'a sebelum buka (waktu yang mustajab)
18. Berbuka puasa tanpa menunda (sunnahnya diawali dengan minum air putih dan makan kurma)
19. Sholat Tarawih
20. Mengikuti majelis ilmu secara online (pengajian/liqo')
21. I'tikaf (minimal semalam, jika memungkinkan)
22. Menghapal al Quran
23. Membaca dan/atau menghapal hadist
24. Membaca Terjemahan Al Quran (banyak muslim yang seumur hidupnya belum pernah membaca terjemahan al Quran sampai tamat)
25. Membaca buku agama
26. Berzakat
27. Dll
Pilih dari berbagai kegiatan di atas mana yang akan dijadikan target. Lalu dicatat di hape atau buat di kertas besar agar terlihat mencolok dan mudah diingat. Catat juga realisasinya. Lalu bandingkan apakah target Ramadhan tercapai atau tidak. Jika tercapai, insya Allah keluar dari bulan Ramadhan kita sudah menjadi manusia baru yang lebih bertaqwa dan lebih bermanfaat untuk diri sendiri dan lingkungan kita.
Kemudian dari sisi kualitatif (kekhusyukan ibadah), maka sebaiknya kurangi berbagai gangguan yang dapat mengurangi kekhusyukan ibadah Ramadhan kita, seperti menyimpan televisi di gudang, membatasi pemakaian HP (kalau perlu keluar dari grup-grup WA yang kurang manfaatnya), mengurangi kegiatan sia-sia, jangan banyak tidur, dan lain-lain.
Semoga masukan diatas bermanfaat untuk menambah semangat ibadah kita di bulan Ramadhan.
Allahu Akbar!