Selasa, 11 Juli 2023

JANGANLAH ENGKAU BERSEDIH

By. Satria Hadi Lubis

Janganlah engkau bersedih meratapi kebaikanmu yang dibalas air tuba.

Sebab jika di dunia ini tidak ada yang menghargaimu, yakinlah bahwa di langit ada yang memberkahimu.
Hidup kita ini bagai bunga mawar. Padanya terdapat keindahan yang membuat kita bahagia, namun padanya juga terdapat duri yang menyakiti kita.
Apapun yang ditakdirkan menjadi milikmu maka ia akan mendatangimu, walaupun engkau lemah!
Sebaliknya apapun yang tidak ditakdirkan menjadi milikmu, engkau tidak akan dapat meraihnya, bagaimanapun kekuatanmu!
Segala puji bagi Allah atas segala nikmat, karunia, dan kebaikan-Nya.
Semoga Allah menjadikan hari-harimu bahagia dengan segala kebaikan dan keberkahan.

MENGHAPUS DOSA DENGAN LELAH

 By. Satria hadi lubis

Jangan jadikan rasa lelah itu sia-sia dan berlalu begitu saja, apalagi menjadi bahan mengeluh.
Jadikan ia penghapus dosa dengan niat yang baik serta berharap kepada Allah.
Dosa yang dihapus adalah :
1. Dosa kecil
Sebab dosa besar butuh taubat khusus.
2. Dosa (maksiat) kepada Allah
Karena dosa sesama manusia harus diselesaikan di dunia dengan meminta maaf dan menunaikan haknya (jika ada).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu KELELAHAN, atau penyakit, atau kehawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya” (HR. Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573).
Imam Al-‘Aini Menjelaskan,
“Makna “Nashab” adalah rasa lelah (capek), wazannya (cetakan bahasa Arab) dan maknanya (sama)”. (‘Umdatul Qari’ 21/209).
Dalam hadits lain disebutkan :
“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (profesional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla” (HR Ahmad).
“Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tangannya pada siang hari (bekerja), maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah” (HR Ahmad).
Semoga lelah kita dalam beraktivitas, bekerja dan berdakwah, menjadi Lillah, sehingga mendapat pahala yang besar dan diampuni dosa-dosa kita oleh Allah SWT... Aamiin yaa robbal aalamin...

MENJADI PENYEBAB NIKMAT ATAU MUSIBAH

By. Satria hadi lubis
Kadang Allah memberikan nikmat kepadamu dengan cara memberikan nikmat juga kepada orang lain secara merata
Tetapi sebenarnya engkaulah penyebab nikmat yang diberikan Allah secara merata itu, walau engkau tak menyadarinya
Disebabkan doa dan ibadahmu, Allah Yang Maha Penyayang dan Maha Kaya memberikan nikmat kepadamu dan orang lain secara merata
Sebaliknya, kadang Allah memberikan musibah kepadamu dengan cara memberikan musibah juga kepada orang lain secara merata
Tetapi sebenarnya engkaulah penyebab musibah yang diberikan Allah secara merata itu, walau engkau tak menyadarinya
Disebabkan dosa dan kemaksiatanmu, Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Pemberi Balasan (Al Muntaqim) memberikan musibah kepadamu dan orang lain secara merata
Maka...
Jadilah engkau penyebab turunnya nikmat Allah kepada orang banyak dan bukan menjadi penyebab turunnya musibah Allah kepada orang banyak
Renungkan ayat dan hadits berikut :
"Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya” (QS Al Anfal 25).
إن الناس إذا رأوا المنكر فلم يغيروه أوشك أن يعمهم الله بعقابه

"Jika kebanyakan orang melihat kemunkaran atau kezaliman di depan mata mereka, tapi mereka tidak mengubahnya, padahal mereka mampu mengubahnya maka mereka akan terkena bencana pula" (HR Ahmad Tabrani). 

PUISI : HIDUP ADALAH MENUNGGU

 

By. Satria hadi lubis
Hidup adalah menunggu
Menunggu kematian
Perbedaannya terletak pada apa yang dilakukan ketika menunggu
Beruntunglah ia yang menunggu dengan memanfaatkan waktu sebaik mungkin
Untuk beramal produktif
Untuk ibadah dan dakwah
Merugilah ia yang menunggu dengan membuang waktu
Tidak digunakan untuk mengumpulkan pahala sebanyak mungkin
Serta membangun iman dan keikhlasan
Kita semua menunggu untuk pulang
Sebab rumah sesungguhnya adalah kuburan
Kampung sesungguhnya adalah akhirat
Suka atau tidak
Percaya atau tidak
Kita semua akan pulang.
Jakarta, 10 Juni 2023

SULIT MENANGIS UNTUK ALLAH

 

By. Satria hadi lubis
Banyak orang yang mudah menangis karena kehilangan
Kehilangan orang yang disayanginya
Kehilangan harta yang dijaganya
Kehilangan jabatan yang dicintainya
Namun...
Banyak orang yang sulit menangis karena sekedar mengingat
Mengingat Allah atas segala karunianya
Mengingat Allah atas segala kealpaannya
Mengingat Allah atas segala dosanya
Termasuk diri ini....ya Allah
Padahal...
Menangis karena Allah adalah kemuliaan dan kebahagiaan yang seringkali diiringi ketakwaan (ketakutan) kepada takdir Allah
Sebaliknya, menangis karena selain Allah adalah kesedihan yang seringkali diiringi kekecewaan kepada takdir Allah
Jarangnya diri ini menangis untuk Allah mungkin karena hati ini kotor dan keras
Terlalu banyak dosa dan maksiat yang dilakukan
Astaghfirullah....
Jadi ingin menangis karena selama ini sulit menangis untuk Allah (dalam kesendirian).
"Mu’adz radhiallahu’anhu pun suatu ketika pernah menangis tersedu-sedu. Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “Karena Allah ‘azza wa jalla hanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golongan itu?”
"Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam (jihad) di jalan Allah” (HR. Tirmidzi no. 1639).
"Surga dan neraka ditampakkan kepadaku, maka aku tidak melihat kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu benar-benar akan sedikit tertawa dan banyak menangis”.
Anas bin Malik radhiyallahu’anhu –perawi hadits ini- mengatakan,
“Tidaklah ada satu hari pun yang lebih berat bagi para sahabat selain hari itu. Mereka menutupi kepala mereka sambil menangis sesenggukan” (HR. Muslim, no. 2359).

TERUSLAH BERGERAK

 

Mereka akan bersorak di kala kau gagal.
Mereka akan masa bodoh di kala kau biasa-biasa saja.
Mereka akan mendengkimu di kala kau sukses.
Oleh sebab itu, konsentrasilah dengan pencapaian cita-citamu.
Fokus juga dengan perbaikan dirimu.
Tak usah peduli dengan reaksi mereka terhadap dirimu, selama itu bukan nasehat, dan hanya sekedar nyinyir.
Pujian tak membuat dirimu sombong.
Hujatan tak membuat dirimu minder.
Teruslah bergerak tanpa henti...
Menuju kesuksesan yang telah ditakdirkan Allah untukmu.
اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعك وَاسْتَعِنْ بِاَللَّهِ وَلَا تَعْجِز
“Bersungguh-sungguhlah dalam menuntut apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah" (HR. Muslim).
By. Satria hadi lubis

KESEMPATAN TERAKHIR

 

By. Satria hadi lubis
SETIAP bertambahnya usia kita, maka jatah umur kita berkurang. Kesempatan kita untuk memperbaiki diri juga semakin berkurang hingga yang ada tinggal kesempatan terakhir.
Orang-orang cerdas akan menggunakan setiap waktu yang tersisa sebagai kesempatan terakhir dalam hidupnya. Kalau tidak, ia akan menyesal dengan penyesalan yang mendalam.
"Dan pada hari itu neraka Jahannam didatangkan; pada hari itu sadarlah manusia tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu. Dia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini” (Qs. 89 ayat 23-24).
Meyakini hanya ada kesempatan terakhir dalam hidup juga membuat kita lebih sungguh-sungguh memperbaiki diri; lebih serius untuk bertaubat, menambah amal sholih dan menguatkan keikhlasan kepada Allah SWT.
Persis seperti perlombaan, seharusnya semakin mendekati garis finish kita semakin bersungguh-sungguh mengerahkan segenap daya upaya untuk menang (meraih husnul khotimah).
Tak peduli betapa buruknya masa lalu, yang penting adalah di saat ini kita menggunakan waktu yang tersisa sebagai kesempatan terakhir.
Al-Imam Ibnu Al-Jauziy berkata:
"Seekor kuda balap jika sudah mendekati garis finish ia akan mengerahkan seluruh tenaganya agar meraih kemenangan, maka jangan sampai kita kalah cerdas dengan kuda!
Sesungguhnya amalan itu ditentukan oleh penutupnya, jika pahit dalam permulaan semoga perpisahan nanti bisa berujung manis.
Imam Ibnu Taimiyyah berkata:
"Yang akan diperhitungkan adalah kesempurnaan akhir dari sebuah amal, bukan buruknya permulaan."
Imam Hasan Al-Bashriy berkata:
"Perbaiki apa yang tersisa padamu niscaya Allah akan mengampuni atas apa yang telah berlalu, maka manfaatkan sebaik-baiknya waktu yang tersisa, kita tidak tahu kapan rahmat Allah (kematian) akan datang menghampiri."

AYAH, PEJUANG DALAM DIAM

 By. Satria hadi lubis

Ayah akan melakukan apapun agar kamu, anaknya, berhasil.
Saat kamu merantau untuk kuliah, ayah mendukungmu meski artinya harus ada pengeluaran berkali lipat.
Tapi banyak di antara kamu yang nggak menyadari bahwa tabungan pendidikan buat kamu sekolah nggak sebanyak itu. Tapi orang tuamu lebih mengedepankan keinginanmu, meski artinya ayahmu harus bekerja lebih keras, menghemat dua kali lipat, agar pendidikanmu bisa lancar di tanah perantauan.
Agar tak membuatmu khawatir, ayah selalu bilang ia baik-baik saja, meski ada penyakit yang disembunyikannya.
Sebagai kepala keluarga, ia ingin terlihat tangguh di depan istri dan anak-anaknya. Ayah nggak ingin membuat keluarganya khawatir akan dirinya. Karena ia merasa memiliki tanggung jawab untuk membuat kehidupan keluarganya baik-baik saja.
Ketika ia merasa sakit, ia nggak ingin hal tersebut membuatmu atau ibumu khawatir. Ia lebih memilih untuk menyembunyikannya dan mengatakan kalau ia baik-baik saja. Pun kalau terlihat, ia hanya bilang sakitnya ringan, besok udah sembuh. Padahal mungkin saja ia menderita penyakit berat yang tidak mampu diobati karena biayanya mahal.
Agar tak membuatmu kecewa, ayah diam-diam mencari pinjaman dan mengabaikan malu dan gengsinya. Karena apa? Demi memenuhi keinginanmu yang terkadang melebihi kemampuan ayah.
Ayah sosok yang dalam diamnya berpikir keras untuk membahagiakanmu dengan mengorbankan tubuhnya yang makin lama makin ringkih.
Ayah lebih pintar menutupi pengorbanannya, sehingga kamu menganggap hal itu biasa saja dan memang sudah seharusnya.
Dengan semua pengorbanannya itu, masihkah kamu membuat sedih dengan menyakiti hati ayahmu?

KELUARGA PELANGI


By. Satria hadi lubis
BARU-baru ini saya membaca buku yang salah satu babnya berkisah tentang seorang ayah yang bangga dengan kerukunan keluarganya walau beda agama. Dimana ayahnya Islam, istrinya Kristen, kemudian anak-anaknya ada yang Islam, Kristen bahkan agnostik. Lalu dengan percaya diri si ayah menyebut keluarganya sebagai keluarga yang menghargai keberagaman. Keluarga Bhinneka Tunggal Ika. Keluarga yang menerapkan Pancasila.
Subhanallah...ini musibah. Sungguh keliru jika fenomena keluarga pelangi (keluarga yang anggota keluarganya berbeda-beda agamanya) dianggap sebagai keluarga Pancasila atau yang paling menghargai kebhinekaan. Kalau begitu pengertiannya, keluarga yang anggota keluarganya satu agama kurang pancasilais dan kurang menghargai kebhinnekaan donk?
Jangan bawa-bawa Pancasila dan kebhinnekaan untuk fenomena sebuah keluarga pelangi. Maksain banget dan bukan begitu pengertian Pancasila yang sesungguhnya.
Sejatinya, keluarga pelangi adalah keluarga yang TIDAK IDEAL dan tak patut dicontoh. Mana ada nurani seorang ayah atau ibu yang sukarela merestui anaknya menikah dengan orang yang beda agama. Pasti mereka menerimanya karena terpaksa. Sebab sudah terbayang berbagai kesulitan yang akan dihadapi anaknya di masa depan.
Keluarga pelangi adalah keluarga yang orientasinya duniawi belaka. Visinya sempit, hanya berjangka pendek. Atas nama cinta berjanji untuk bersama dan hidup rukun di dunia saja (itu pun kalau rukun). Tidak memikirkan dampak jangka panjang. Padahal pernikahan seharusnya bervisi jangka panjang, menyambung sampai ke negeri akhirat. Kita ingin berkumpul bersama suami, istri dan anak-anak kita bukan hanya di dunia saja, tapi juga sampai ke akhirat. Masuk surga bersama.
"(yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu" (Qs. 13 ayat 23).
Bayangkan... jika sebuah keluarga berbeda-beda agamanya, maka yang satu masuk surga dan yang lainnya masuk neraka (selama-lamanya). Inikah keluarga yang ideal? Tentu tidak!
Saya tak bisa membayangkan jika istri atau suami dan anak-anak yang saya cintai masuk neraka selama-lamanya karena beda agama dengan saya yang Islam. Apakah saya bisa hidup tenang di surga kelak?
Nabi Shalalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda: “Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorangpun, baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa kecuali ia akan menjadi penghuni neraka” (HR. Muslim).
Maha benar Allah yang mengharamkan pernikahan beda agama. Ulama Nahdhatul Ulama (NU) pada Muktamar ke-28 di Yogyakarta, bulan November 1989, juga menetapkan fatwa bahwa pernikahan beda agama di Indonesia hukumnya haram atau tidak sah.
Sebab di dalam keluarga pelangi terdapat kesulitan dan tragedi yang panjang.

TIPS MEMBATASI PEMAKAIAN GADGET UNTUK ANAK

 

By. Satria hadi lubis
Batasi pemakaian gadget untuk anak dengan cara :
1. Membuat jadwal kapan bermain gadget.
2. Pasang aplikasi parenting control, seperti kakatu agar anak tidak bisa membuka aplikasi yang riskan.
3. Jika anak sudah ketagihan hp ajak anak agar beraktivitas di dunia nyata. Bermain bersama ortu, jalan-jalan atau silaturahim.
4. Buat kompensasi bahwa sebelum bermain hp agar membaca Al Qur'an, membantu ortu atau belajar lebih dahulu.
5. Jangan beri hp smartphone untuk anak SD sampai SMA. Biarkan ia hanya bisa meminjam hp ortunya.
6. Banyak berdoa untuk anak. Sebab hp sekarang ini riskan membuat anak melakukan tindakan pornografi, bullying, anti sosial dan penyimpangan lainnya.
Semoga dengan usaha diatas anak-anak kita terlindungi dari bahaya penggunaan gadget yang tidak pada tempatnya.

ENERGI CINTA YANG TAK PERNAH HABIS

 By. Satria hadi lubis

Cinta merupakan pilar sebuah keluarga sakinah (bahagia). Cinta juga merupakan salah satu tujuan dibentuknya keluarga, sebagaimana firman-Nya: "..dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.." (QS. 30:21). Walau dalam realitanya, cinta dalam sebuah keluarga dapat naik dan turun, bahkan hilang, sehingga perlu dibenahi terus menerus.
Di awal pernikahan, biasanya cinta begitu menggebu antara suami dan isteri. Hal tersebut disebabkan masing-masing belum merasa kecewa dan dikecewakan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, cinta dapat menjadi pudar karena masing-masing semakin melihat kekurangan pasangannya. Semakin banyak interaksi yang mengecewakan, disamping yang menyenangkan juga.
Disinilah dibutuhkan kemampuan suami isteri untuk membakar kembali cintanya agar terus bergairah. Berbenah terus dalam energi penuh cinta.
Cara agar cinta terus bergairah dan tak pernah padam adalah :
1. Dengan BERSYUKUR terhadap kelebihan dan kekurangan pasangan.
Jangan suka membanding-bandingkan kekurangan pasangan dengan orang lain. Ingat..bahwa belum tentu yang kita lihat baik dari pasangan orang lain itu baik secara hakiki. Boleh jadi karena kita tidak tahu aibnya yang sengaja ditutupi oleh Allah dari pandangan kita.
2. Berlapang dada terhadap kekurangan pasangan dan melipatgandakan KESABARAN menghadapinya.
Allah berfirman : "Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu.." (Qs. 3 ayat 200).
Kesabaran harus meningkat seiring dengan bertambahnya usia perkawinan dan banyaknya ujian dalam pernikahan. Jika tidak sabar kita akan dikalahkan oleh keadaan dan bisa menghancurkan apa yang selama ini sudah kita bangun. Betapa sering kita mendengar suami isteri bercerai padahal mereka sudah berpuluh tahun berumah tangga.
Oleh sebab itu, pecinta sejati justru akan bersikap seperti seorang arkeolog kepada pasangannya. Semakin tua pasangannya, semakin berminat dan cinta kepadanya.
Pecinta sejati bukan ingin merubah pasangannya sesuai keinginannya, tapi mau menerima pasangannya apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Tugas kita menghadapi kekurangan pasangan adalah mendoakan dan menasehati dengan lemah lembut. Masalah ia berubah atau tidak itu tergantung kehendak Allah SWT.
Sebaliknya pecinta musiman adalah pecinta yang cepat menyerah dengan kekurangan pasangan. Lalu dengan mudah mencampakan pasangannya untuk mencari fatamorgana baru, yaitu orang lain yang dianggap lebih baik. Padahal ketika dijalani sama saja, bahkan bisa lebih parah. Tak seindah apa yang dibayangkan.
Pecinta musiman mencintai pasangannya "KARENA" bukan "WALAU PUN". Aku cinta engkau karena engkau cantik, karena engkau baik, karena engkau mapan, karena engkau pintar dan berbagai "karena" lainnya yang merupakan kelebihannya.
Namun pecinta sejati (yakni mereka yang telah mendapatkan anugerah cinta hakiki dari Allah SWT) akan mencintai pasangan dengan "WALAU PUN." Aku cinta engkau walau engkau semakin tua, walau engkau ternyata pelit, walau engkau cerewet dan berbagai "walau pun" lainnya. Ia mencintai kekurangan pasangannya dikarenakan sadar bahwa dirinya juga punya banyak kekurangan.
Bukankah kekurangan yang bertemu dengan kekurangan akan membuat hubungan menjadi saling melengkapi dan saling membantu? Bukankah dari kekurangan tersebut hidup kita menjadi indah dan menantang, serta tidak menjemukan? Bukankah cinta adalah ketidaksempurnaan yang indah, bukan mencari kesempurnaan tanpa rasa puas?
Ingatlah...bahwa tujuan menikah dan berkeluarga adalah memperoleh kebahagiaan jangka panjang, dunia dan akhirat. Kita berharap bisa terus berkumpul dengan pasangan (dan anak-anak) kita di dunia dan akhirat. "...(yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya..." (QS. Al-Ra'du: 23)
Masuk surga bersama pasangan membutuhkan energi yang tak pernah habis untuk mencintai pasangan. Masuk surga bersama pasangan membutuhkan cinta yang teruji dengan kekurangan dan kelebihan pasangan kita. Sebab tanpa cinta yang teruji tak mungkin seseorang bisa masuk ke dalam surga Allah SWT.
Dalam sebuah acara pemakaman, seorang istri yang suaminya baru meninggal berkata, "Aku kadang sebel dengan suamiku yang suka buang angin sembarangan dan tidurnya mendengkur. Namun ketika ia sakit parah, aku justru mengetahui denyut kehidupannya dari tidurnya yang mendengkur. Kini ia telah pergi dan aku merindukan segala kekurangannya tersebut sebagai bukti ia masih bersamaku." Ya...kadang kita baru sadar bahwa kekurangan pasangan merupakan hal yang kita rindukan justru setelah ia tiada.
Maka pandanglah lekat-lekat wajah pasanganmu ketika ia tidur disampingmu dan katakanlah dengan tulus (di dalam hatimu), "Aku mencintaimu dengan segala kelebihan dan kekuranganmu."

TIADA HARI TANPA AROFAH

 By. Satria hadi lubis

Tiada hari tanpa arofah
Karena arofah berarti mengenal, mengetahui
Mengenal diri sendiri
Semakin mengetahui diri ini mau kemana.
"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik" (Qs. 59 ayat 19).
Tiada hari tanpa arofah
Karena disana tempat wukuf (berhenti)
Berhenti sejenak merenungi apa yang akan diperbuat untuk hari esok (kiamat)
Diam... menyesali dosa-dosa yang banyak ini.
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Qs. 59 ayat 18).
Tiada hari tanpa arofah
Karena arofah adalah simulasi padang Masyhar
Tempat dimana semua manusia akan dihisab
Bermukim berlama-lama dalam gelisah, akankan diri ini selamat atau tidak.
“Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan” (Qs. 10 ayat 30).
Tiada hari tanpa arofah
Karena disana bertemunya Adam dan Hawa dalam rengkuhan cinta dan rindu
Mengabadikan wujud kasih ilahi robbi
Yang perlu diejawantahkan anak manusia bahwa hidup ini mesti berprinsipkan cinta kasih.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan hati mereka penuh dengan rasa kasih sayang” (Qs. 19 ayat 96).
Tiada hari tanpa arofah
Karena tanpa arofah tak ada haji yang mabrur
Tanpa arofah, tak ada manusia yang ingat akan dirinya dan Tuhannya
Terjebak dalam rutinitas hidup, lupa ujungnya mau kemana.
"Dan kepada mereka dikatakan, 'Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini; dan tempat kembalimu ialah neraka dan sekali-kali tidak akan ada penolong bagimu" (Qs. 49 ayat 34).
Tiada hari tanpa arofah
Maka janganlah bersibuk diri tanpa muhasabah, tanpa introspeksi diri
Di hari-harimu yang semakin habis.
"Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)” (Qs. 39 ayat 53-54).

KORBAN : MENDEKATKAN DIRI KEPADA ALLAH

By. Satria hadi lubis

KORBAN berasal dari bahasa Arab "qorroba-yuqarribu" yang artinya "mendekatkan". Hakikatnya kita mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Oleh sebab itu, barang siapa yang berkorban di hari raya Idul Adha tapi tidak semakin dekat (bertaqwa) kepada Allah setelah berkorban, maka ia tak paham makna berkorban. Walau ia tetap dapat pahala, namun korbannya hanya sebatas ibadah ritual belaka.
Sebab berkorban di hari raya Idul Adha merupakan simbol dari tekad seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah sepanjang sisa hidupnya. Ia akan berupaya bersungguh-sungguh menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya (taqwa).
Lagi pula, bukankah hidup ini memang perjalanan seorang manusia menuju (mendekati) Tuhannya? Perjalanan seorang hamba menuju kematiannya yang diharapkan husnol khotimah dengan cara mendekatkan diri kepada Allah?
Lagi pula, bukankah berkorbannya seorang hamba dengan memberikan waktu, tenaga, pikiran, perasaan, bahkan nyawanya sekalipun untuk Allah adalah jalan kebahagiaan dalam hidupnya? Bukankah berkorban (memberi) lebih membahagiakan daripada menerima? Itulah sebabnya Allah (yang menciptakan hati manusia) menyuruh kita berkorban demi kebahagiaan manusia itu sendiri, sedang Allah tidak membutuhkan apapun dari alam semesta ini.
Lagi pula, sebenarnya kita tak pernah berkorban apa pun karena kita dan semua yang kita miliki adalah milik Allah, sehingga ketika kita berkorban (memberi) sebenarnya hanya mengembalikan segala sesuatunya kembali kepada Allah.
Lagi pula, "pengorbanan" berupa harta dan jiwa tersebut insya Allah akan diganti Allah dengan imbalan surga selama-lamanya. Sedang berkorbannya hanya sebentar, selama hidup di dunia saja.
Maka tak pernah rugi seorang muslim dengan berkorban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al Qur'an" (Qs. 9 ayat 111).

SALAH MENGAJUKAN PERTANYAAN


By. Satria hadi lubis
KADANGKALA hubungan kita buruk dengan orang lain bukan disebabkan salah menjawab, tapi karena salah bertanya. Sebaliknya, pertanyaan yang tepat justru akan menambah kedekatan hubungan kita dengan orang lain.
Contohnya, ketika bertemu dengan teman lama, lalu kita bertanya, "Anak sudah berapa?", "Sudah nikah atau belum?", "Sekarang kerja apa?". Pertanyaan semacam itu bisa menyinggung perasaan dan merenggangkan hubungan. Sebab belum tentu teman kita punya anak walau sudah lama menikah. Teman kita belum tentu sudah menikah walau telah lama menjomblo dan ingin sekali menikah. Mungkin teman kita sekarang sedang menganggur, walau sudah berusaha cari kerja kemana-mana.
Dalam pernikahan juga begitu. Seringkali pertengkaran rumah tangga, bahkan perceraian, diawali oleh pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung perasaan pasangan. Dan ironisnya, pertanyaan itu terus menerus diulang pada kesempatan yang berbeda seakan tak ada kapoknya.
Contohnya, ketika suami pulang lebih lambat dari biasanya, istri bertanya, " Dari mana kamu?". Atau ketika isteri meminta uang belanja, suami bertanya, "Uang belanja kemaren buat apa?". Pertanyaan semacam itu bisa menyinggung perasaan pasangan karena seakan ia tidak dipercaya. Apalagi jika diiringi dengan nada kesal atau bahasa tubuh yang curiga.
Benarlah Rasulullah saw yang mengatakan "Jika tidak bisa berbicara yang baik, lebih baik diam". Lebih baik diam sambil tetap tersenyum dan tak curiga jika pasangan melakukan sesuatu yang menurut kita kurang berkenan. Daripada asal ngablak ngomong atau bertanya yang membuat pasangan tersinggung.
Khusus untuk para istri harus lebih mampu mengerem pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung perasaan suami. Sebab fitrahnya isteri itu lebih mudah curiga dan lebih cerewet bertanya daripada suami.
Pertanyaan istri yang salah dan berulang-ulang dilakukan akan menumpuk perasaan tersinggung suami sampai akhirnya ia melakukan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dengan memukul isterinya. KDRT suami biasanya diawali oleh KDRT psikis oleh istri dengan cara menyinggung perasaan suami karena melempar pertanyaan yang salah berulang-ulang. Secara logika tidak mungkin suami tiba-tiba memukul istri jika tidak karena kekesalan yang menumpuk akibat istri selalu berbicara atau bertanya yang menyakitkan hati.
Begitu pun suami, jangan mudah tersinggung dengan pertanyaan atau omongan istri yang kadang kurang menghargai suami. Seharusnya suami harus yakin bahwa pertanyaan atau omongan istri yang menyakitkan itu datang dari niat baik istri untuk mempertahankan mahligai rumah tangga agar selamat sampai ke tujuan (akhirat).
Kesimpulannya, mari kita sebagai suami atau istri lebih pandai melemparkan pertanyaan kepada pasangan, sehingga pasangan tidak tersinggung dengan pertanyaan kita. Sebab ketersinggungan yang menumpuk akan mengakibatkan pasangan merasa tidak nyaman berdekatan dengan kita dan memicu pertengkaran yang sebenarnya tak perlu terjadi.

Lain kali jika suami atau isteri pulang lebih lambat dari biasanya, pasangan bukannya bertanya, "Darimana kamu?", tapi bertanya, "Sayang...kamu mau apa?"  

TAK SALING MENGGANTIKAN

 

By. Satria hadi lubis
Infaq tidak menggantikan zakat.
Puasa tidak menggantikan sholat.
Dhuha tidak menggantikan tahajud.
Kerja halal tidak menggantikan dakwah.
Membina keluarga tidak menggantikan membina orang lain.
Jihad melawan hawa nafsu tidak menggantikan jihad harta dan nyawa.
Berbuat baik tidak menggantikan ibadah mahdhoh (khusus).
Semua amal Islam berkedudukan sendiri-sendiri dan tidak saling menggantikan (tidak mensubstitusi).
Lakukan amal-amal Islam tanpa saling menggantikan....
semampumu!
Seperti surga seluas langit dan bumi yang kita inginkan, seperti itu pulalah amal luas yang perlu kita lakukan.
Tak cukup masuk surga hanya mengandalkan satu amal saja. Misalnya, mengandalkan sholat fardhu saja.
Dan dari amal-amal yang luas itulah ada jalan-jalan takwa bagi-Mu.
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan-jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung" (Qs. 5 ayat 35).

BERGERAKLAH WALAU TAK PASTI

 

By. Satria hadi lubis
Setiap hari kita menghadapi ketidakpastian
Ketidakpastian akan rezeki, keselamatan, keamanan, bahkan kematian
Tak ada guna menunggu pasti untuk bergerak
Bergeraklah walau tak pasti
Walau peluangnya hanya 70 : 30, bahkan 50 : 50
Terjang hambatan keraguan!
Jangan menunggu kepastian!
Ada yang menunggu pasti untung untuk mulai berbisnis
Ada yang menunggu pasti mapan untuk menikah
Ada yang menunggu pasti penghasilannya untuk berdakwah
Padahal di dunia ini yang pasti hanya ketidakpastian
Maka bergeraklah walau tak pasti
Sesudah itu tawakkal
Jangan ragu untuk bergerak sekarang juga!
Karena ragu adalah musuh keberhasilan
Karena semakin menunda semakin halu ketakutannya
"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui" (Qs. 9 ayat 41).