Idealnya, interaksi antar suami
isteri dilumuri dgn kelembutan, baik dalam komunikasi, sikap dan
perilaku. Suami isteri harus membiasakan diri membubuhi ucapannya dgn
magic words (kata-kata ajaib yg melunakkan hati). Jika suami disediakan
makanan oleh isteri ucapkanlah terima kasih. Jika isteri melihat
suaminya tidak senang, segera ucapkanlah maaf. Kata magic words yg perlu
sering dilakukan selain terima kasih dan maaf adalah silakan, permisi,
tolong, dan semisalnya. Jangan menggunakan magic words ketika masih
menjadi pengantin baru saja, tapi juga pengantin lama perlu sering
mengucapkannya, baik ketika bertemu tatap muka dengan pasangan maupun
melalui komunikasi jarak jauh.
Selain itu, kurangi komunikasi yg
ujungnya menggunakan tanda seru (perintah). Sebaliknya, perbanyak
kalimat berita atau pertanyaan untuk menghaluskan cara komunikasi suami
isteri. Hal ini mungkin terasa sulit bagi suami atau isteri yg berasal
dari suku tertentu yang terbiasa bersuara keras, namun jika dibiasakan
insya Allah cara komunikasi kita bisa berubah lebih lembut.
Kelembutan adalah watak dari ajaran Islam. Rasulullah saw adalah orang
yang paling lembut kepada orang lain, apalagi terhadap isteri-isterinya.
"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu..." (Qs. 3:159).
Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Alloh
adalah Dzat Yang Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap
perkara" (HR Bukhori-Muslim). Beliau membuktikan langsung dalam perilaku
sehari-hari tentang kelembutan tersebut. Beliau tidak pernah melotot,
menaikkan nada suara dan marah kepada istri-isterinya. Beliau juga
banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. Sungguh suami
teladan adalah Nabi kita Muhammad saw!
Suatu ketika beliau pulang
kemalaman dan istrinya Aisyah ra tidak mendengar suaminya mengetuk
pintu. Setelah tiga kali Rasulullah saw mengetuk pintu dan memberi
salam, beliau dengan ringan tidur di teras rumahnya tanpa rasa kesal
berlebihan. Beliau maklum mungkin isterinya kelelahan setelah seharian
mengurus rumah. Tidak ada kemarahan yang ditunjukkan oleh beliau saat
itu.
Beliau juga biasa memanggil istri-istrinya dengan panggilan
kesukaan dan panggilan yang indah. Seperti "Yaa Humaira" untuk memanggil
Aisyah. Memanggil dengan panggilan kesayangan kepada suami atau isteri
merupakan sunnah rasul yang perlu ditiru olah suami isteri di jaman
sekarang. Panggillah isteri atau suami dgn panggilan yang disukainya
dan hanya kita yang memanggil pasangan dengan panggilan tersebut,
sehingga terasa kemesraan dan makna khususnya. Jangan dengan panggilan
yang terlalu umum dan pasaran, seperti mas, say, honey, ummi, abi atau
yang semisalnya, sehingga menjadi tidak spesial dan istimewa.
Kalau bisa di dalam keluarga ada kode etik untuk tidak saling teriak,
mengucapkan umpatan kasar, apalagi sampai melakukan KDRT (Kekerasan
Dalam Rumah Tangga). Memang KDRT bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba.
Ia merupakan proses panjang dari seringnya suami atau isteri berkata
dan berperilaku kasar kepada pasangannya. Yang kemudian dibalas dengan
yang lebih kasar oleh pasangannya. Demikian terus berkulminasi sampai
akhirnya terjadi KDRT.
Perlu juga dipahami bahwa kadar kekasaran
yang dilakukan oleh suami atau isteri kepada pasangannya tidak sama
dengan kekasaran yang diterima oleh suami atau isteri dari orang di luar
rumah. Kadar sakit hatinya lebih tinggi jika dilakukan oleh suami atau
isteri kepada pasangannya daripada dilakukan oleh orang lain. Sebab
orang yang paling potensial menyakitkan hati kita justru adalah orang
yang paling kita cintai, yaitu suami, isteri atau anak-anak. Oleh sebab
itu, berhati-hatilah dalam berkata-kata dan berperilaku terhadap
pasangan dan anak. Luka akibat kekasaran yang dilakukan pasangan
sembuhnya lebih lama daripada luka akibat kekasaran yang dilakukan oleh
orang di luar rumah.
Semoga keluarga kita adalah keluarga yang interaksinya selalu dalam kelembutan dan kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar