Sabtu, 10 Juni 2017

TUJUAN PUASA BUKAN HANYA TAQWA



Para ustadz dan khotib selalu mengingatkan bahwa tujuan ibadah puasa adalah "la'allakum tattaqun" (agar kamu bertaqwa). Yang diambil dari surat al Baqarah ayat 183.

Namun sebenarnya bukan hanya taqwa tujuan dari ibadah puasa. Dalam ayat selanjutnya, al Baqarah ayat 185 disebutkan tujuan lainnya, agar kamu bersyukur.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu BERSYUKUR”

Menurut ayat tsb, tujuan puasa juga agar manusia bersyukur. Bersyukur karena Allah menghendaki kemudahan bagi kita, bukan kesulitan. Itulah syariat ibadah puasa yg membolehkan kita berbuka jika sakit atau dalam perjalanan (di qodho pada hari yg lain). Juga bersyukur atas pemberian-Nya berupa Al Quran yang memudahkan hidup manusia. "Kami tidak menurunkan Al-Qur'an ini kepadamu agar engkau menjadi susah" (Qs. Surat Thoha ayat 2).

Al Qur'an yang mudah ini diturunkan pada bulan Ramadhan di malam nuzulul Qur'an. Kemudian diberikan kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur melalui malaikat Jibril selama 23 tahun.

Al Qur'an yang mudah dan tidak menyulitkan manusia ini harus disikapi dengan rasa syukur oleh seluruh umat manusia. Jika diawali dengan rasa syukur, maka Al Quran akan diterima dengan lapang dada, sehingga dengan mudah bisa menjadi petunjuk dan penjelas dari petunjuk tsb serta mampu menjadi furqon (pembeda) bagi orang-orang yang mengikutinya.

Jika ada di antara kaum muslimin yang merasa berat menjalankan syariat Islam, termasuk menjalankan ibadah puasa, maka hal itu disebabkan kurang bersyukur atas nikmat Allah berupa Al Qur'anul Karim. Tidak paham bahwa dgn al Quran justru hidup makin mudah. Aturan dan konsep buatan manusia lah yg membuat hidup menjadi rumit dan susah. Terkungkung dengan berbagai tradisi dan gengsi atas nama kebendaan. Takut dan berharap kepada banyak hal. Namun jika menjadikan al Quran sebagai aturan hidup kita. Al Qur'an dusturuna. Hidup menjadi lebih mudah. Takut dan berharap hanya kepada Allah semata. Tidak lagi pusing oleh berbagai hal yang remeh yg dibuat oleh budaya manusia. Yang mengorbankan perasaan, pikiran dan jasmani secara sia-sia.

Inilah hakekat diturunkannya Al Qur'an, agar manusia mudah menjalani hidup. Menjadi freeman (manusia bebas). Karena hidupnya hanya untuk ibadah saja. "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku" (Qs. 51 : 56). Disitu manusia mereguk kebahagiaan sejati. Atas nama syukur kepada Allah yg telah menurunkan al Qur'an yang mudah dan membebaskannya.

By. Satria Hadi lubis

Minggu, 19 Maret 2017

SEIMBANGKAH HIDUP ANDA?



Salah satu indikator hidup sukses adalah hidup yang seimbang. Hidup seimbang berarti hidup dengan menjaga dua bentuk keseimbangan, keseimbangan internal dan eksternal.

Keseimbangan internal adalah keseimbangan dalam memenuhi hak dari diri Anda. Diri Anda memiliki empat dimensi, yaitu dimensi fisik, emosional, mental dan spritual. Masing-masing dimensi perlu dilayani haknya agar diri Anda seimbang. Hak dari dimensi fisik adalah kesehatan tubuh. Hak dari dimensi emosional adalah hati yang bersih. Hak dari dimensi mental adalah pikiran yang jernih. Hak dari dimensi spritual adalah kedekatan dengan Tuhan. Semua itu perlu dipenuhi haknya jika Anda ingi dikatakan hidup dengan seimbang.

Keseimbangan eksternal adalah keseimbangan dalam memenuhi hak orang-orang di sekitar Anda. Anda mungkin mudah mengtahui bahwa setiap orang pasti memiliki beberapa peran yang berbeda dalam hidupnya. Anda misalnya, mungkin memiliki peran sebagai ayah bagi anak Anda, suami bagi isteri Anda, anak bagi orang tua Anda, mahasiswa jika Anda kuliah, dan juga menjadi warga di dalam lingkungan sekitar Anda. Dalam contoh tadi berarti Anda memiliki 5 peran dalam hidup Anda.

Orang yang hidupnya seimbang melayani semua peran dalam hidupnya dengan baik. Artinya, ia memenuhi semua hak dari setiap peran hidupnya. Ketika Anda dapat memenuhi semua hak tersebut, baik dalam keseimbangan internal maupun eksternal, maka Anda telah berhasil menyeimbangkan hidup Anda. Sebaliknya, jika satu atau lebih dari hak-hak dalam hidup Anda terbengkalai, maka berarti hidup Anda tidak seimbang.

Dampak dari orang yang tidak hidup seimbang

Jika Anda hidup tidak seimbang, maka Anda melawan hukum keseimbangan. Anda tak dapat melawan hukum keseimbangan itu. Cepat atau lambat Anda akan merasakan akibatnya, yaitu :

1. Gelisah terus menerus
Dampak pertama dari hidup yang tidak seimbang adalah kegelisahan yang terus menerus. Anda merasa ada yang tidak lengkap dalam hidup ini. Ada yang tercecer dan yang terabaikan, sehingga Anda sering dilingkupi rasa bersalah (feeling gulty). Mungkin Anda pernah menyaksikan film Leathal Weapon. Film yang berkisah tentang dua orang polisi. Polisi yang satu sudah lama berkarir dan bahagia dengan keluarganya. Sedang polisi yang satu lagi baru berkarir dan rumah tangganya kurang bahagia. Ia bercerai dengan istrinya. Dikisahkan dalam film itu bagaimana konflik batin yang dialami polisi yang bercerai dengan isterinya itu. Ia sering diliputi rasa bersalah dan penyesalan, sehingga hidupnya selalu gelisah. Ia digambarkan sering melakukan tindakan yang ceroboh, nekat, dan emosional dalam menjalankan perannya sebagai polisi. Untung ia selalu didampingi oleh polisi bijak yang keluarganya bahagia, sehingga selalu selamat dari bahaya melawan kekejaman penjahat.


2.Keberhasilan yang selama ini telah dicapai akan berubah menjadi kegagalan.
Kehidupan yang tidak seimbang akan menghancurkan kesuksesan Anda selama ini. Sebagai contoh, ketika Anda sukses berkarir tapi abai menyediakan waktu untuk mengurus isteri/suami Anda, maka cepat atau lambat istri/suami akan ‘merongrong’ keberhasilan Anda dalam karir. Mereka akan menuntut Anda, bahkan mungkin menuntut secara berlebihan sebagai pelampiasan terhadap kewajiban Anda yang selama ini terabaikan. Jika Anda tak dapat memenuhinya, mungkin hubungan Anda dengan isteri/suami akan berakhir dengan perceraian atau pertengkaran terus menerus. Dampak dari kegagalan rumah tangga ini, bisa mengganggu konsentrasi Anda dalam karir, sehingga cepat atau lambat karir Anda yang sukses akan menurun prestasinya, bahkan dapat hancur jika Anda tak mampu mengatasinya. Ini adalah hukum keseimbangan. Hukum yang akan bereaksi ketika Anda hidup tidak seimbang.

3. Menyakiti orang lain
Ketika Anda hidup tidak seimbang, kemungkinan besar akan ada orang lain yang hak dan kewajibannya Anda abaikan. Ia mungkin akan kecewa dan sakit hati dengan Anda. Pada saat itu, Anda telah mengorbankan yang penting dalam hidup Anda, yaitu hubungan baik dengan orang lain. Rusaknya hubungan akan berdampak pada hilangnya kerjasama, bantuan dan ridho dari orang lain. Hal ini jelas akan menyulitkan Anda untuk memperoleh sukses.

4.Tidak bisa menikmati kesuksesan yang lebih besar.
Jika Anda hidup tak seimbang, Anda akan sulit untuk memperoleh kesuksesan lebih besar lagi. Hal ini karena ketidakseimbangan akan menganggu konsentrasi Anda untuk bergerak maju. Waktu, pikiran dan tenaga Anda habis untuk menyelesaikan masalah yang muncul dari ketidakseimbangan itu. Sebagai contoh, Anda sibuk bekerja tapi lupa menjaga kesehatan tubuh. Ketika Anda jatuh sakit, mungkin butuh waktu lama untuk sembuh kembali. Bahkan mungkin sakit itu menjadi kronis dan menahun. Waktu, pikiran dan tenaga Anda jelas akan beralih pada penyembuhan penyakit tersebut. Konsentrasi Anda untuk sukses yang lebih besar lagi akan terganggu. Anda menjadi terhalang untuk memperoleh sukses berikutnya atau sukses yang lebih besar lagi.

5.Mengorbankan sesuatu yang berharga.
Hidup yang tidak seimbang membuat Anda mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup Anda. Hal itu bisa berupa hubungan baik dengan orang lain yang Anda hancurkan, kesehatan yang Anda abaikan, cita-cita luhur yang Anda lupakan, dan lain-lain. Sesuatu yang berharga itu mungkin baru disadari di kemudian hari, sehingga terlambat dan hanya penyesalan yang didapat. Persis seperti cerita seorang anak yang sibuk berkarir dan lupa kepada ibunya. Suatu ketika, ia mendatangi ibunya yang lama tidak dikunjunginya di rumah jompo. Ia membawa es krim kesukaan ibunya. Es krim itu diterima ibunya dengan sangat gembira. Ibunya berkata, “Sungguh kamu anak baik yang memperhatikan orang lain. Anakku tidak seperti kamu, ia sudah lama melupakanku”. Ternyata mata sang ibu sudah rabun dan telinganya sudah tuli. Ia tidak tahu bahwa yang memberikan es krim itu anaknya sendiri. Seketika itu juga si anak menangis tersedu-sedu. Ia sadar bahwa selama ini telah melupakan ibunya. Ia bertekad untuk lebih memperhatikan ibunya. Namun semua itu terlambat, karena keesokan harinya ibunya telah meninggal.

Hidup seimbang adalah kesuksesan

Mengapa kesuksesan itu berarti hidup seimbang?  Paling tidak ada tiga alasan yang mendasarinya :

1. Hidup seimbang membuat Anda terbebas dari berbagai masalah yang tidak perlu terjadi.
Jika hidup Anda seimbang, Anda akan terbebas dari berbagai masalah. Sesungguhnya masalah itu muncul dari ketidakseimbangan. Misalnya, masalah kegemukan muncul karena ketidakseimbangan antara makan dengan olahraga. Masalah keluarga muncul karena ketidakseimbangan antara waktu untuk keluarga dan waktu untuk kegiatan lain. Masalah ekonomi muncul karena ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Masalah permusuhan dengan orang lain muncul karena ketidakseimbangan antara memahami dan dipahami oleh orang lain. Dengan hidup seimbang Anda bersikap preventif. Mencegah masalah sebelum masalah tersebut terjadi.

2.  Hidup seimbang membuat perasaan Anda tenteram dan bahagia.
Perasaan tenteram dan bahagia terkait dengan keseimbangan. Coba Anda lihat pemsma andangan yang indah (karena teksturnya yang seimbang), maka Anda akan merasakan perasaan yang tenteram dan bahagia. Coba Anda dengarkan lagu yang merdu (karena nadanya yang harmonis), maka Anda akan merasa senang. Jika Anda hidup dengan seimbang, alam (hukum alam) akan membantu Anda untuk merasakan ketenteraman dan kebahagiaan. Hal itu karena Anda hidup selaras dengan hukum keseimbangan alam.

3. Hidup seimbang membuat Anda dapat mengembangkan potensi.
Manusia hidup dengan berbagai potensi. Potensi itu dapat berkembang jika disemai dalam ‘tanah’ yang tepat. ‘Tanah’ itu adalah hidup yang seimbang. Persis seperti tanaman yang akan tumbuh subur jika ditanam pada tanah dengan kandungan mineral yang seimbang. Potensi yang berkembang akan membuat Anda merasa lebih puas dan bahagia karena kebutuhan Anda untuk beraktualisasi diri dapat tercapai.

4. Hidup seimbang membuat Anda tidak menyesal meninggalkan dunia.
Jika Anda hidup seimbang, Anda akan mengalami perasaan tenteram dan bahagia sampai Anda dipanggil Tuhan kelak. Anda tidak akan menyesal meninggalkan dunia ini karena Anda tahu telah melaksanakan seluruh hak Anda dengan baik. Tidak ada orang yang Anda sakiti atau Anda abaikan. Anda juga merasa telah menjadi hamba Tuhan yang baik karena tidak menyia-nyiakan umur Anda untuk merusak diri sendiri dan orang lain. Anda akan pulang ke ‘rumah Tuhan’ dengan hati puas dan ridho.

Empat hal inilah yang akan dialami oleh mereka yang hidupnya seimbang. Mereka menjadi orang yang sukses karena hidupnya seimbang. Sebaliknya, orang yang hidupnya tidak seimbang adalah orang yang gagal dalam hidup, walau ia kaya, tenar atau memiliki jabatan yang tinggi. Kekayaan, populeritas dan kedudukan yang tinggi tidak membantu seseorang untuk merasakan keempat hal diatas, jika ia gagal menyeimbangkan hidupnya.

Anda mungkin bertanya, adakah contoh orang yang sukses karena hidupnya yang seimbang? Tentu saja banyak contohnya. Mereka adalah para nabi dan rasul, ulama, orang-orang sholih dan para pahlawan. Kalau kita ingin menyebut namanya, beberapa diantaranya bisa disebutkan disini : Nabi Muhammad, keempat khalifah sepeninggal Nabi Muhammad (Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abu Tholib), para ulama seperti : Imam Malik, Syaf’i, Hambali, Hanafi, Nawawi, Ibnu Taimiyah, dan lain-lain. Para pahlawan pembela kebenaran, seperti Sholahudin Al Ayyubi, Omar Mukhtar, Sanusi, Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, dan lain-lain. Belum lagi dari orang-orang yang tidak terkenal, tapi sebetulnya ada di sekeliling kita karena mereka berhasil hidup dengan seimbang. Ingat! Hidup yang seimbang tidak mengharuskan seorang itu kaya, tenar atau berkedudukan. Bahkan mungkin ia berasal dari orang yang miskin, tidak terkenal atau jabatannya rendah, tapi ia lebih sukses hidupnya daripada orang yang kaya, tenar atau berkedudukan namun hidupnya tidak seimbang.

Orang yang hidupnya seimbang akan mengalami kesuksesan tanpa henti karena sukses bukan lagi dilihat sebagai tujuan, tapi proses. Anda akan jarang sekali mengalami kesuksesan jika sukses itu merupakan tujuan. Apalagi jika sukses itu Anda anggap sebagai tujuan yang besar, seperti memperoleh harta yang banyak, populeritas yang melangit dan jabatan setinggi-tingginya. Namun jika sukses adalah proses, maka Anda akan lebih mudah mencapainya dan akan lebih sering mengalaminya. Bahkan hidup Anda menjadi sukses  tanpa henti jika Anda terus menjaga menjaga keseimbangan hidup Anda.##

By. Satria hadi lubis

SARA PHOBIA




Begitu mudah sekarang orang menuduh mereka yang membela agamanya dgn tuduhan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).

Sebuah tuduhan yg mengalamatkan sikap ekstrem kepada orang yang membela agamanya. Sikap tidak toleran, tidak menghormati heterogenitas bangsa Indonesia.

Sampai-sampai sebagian orang takut membela agamanya dan memilih bersikap netral, acuh ketika jelas-jelas agamanya dihina.

Padahal bagi seorang muslim (dan mungkin juga bagi pemeluk agama lain) sikap tidak membela agamanya berarti bisa dipertanyakan keimanannya dan bisa jatuh dalam kemunafikan. "Siapa yang membantu menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari sebuah kesulitan di antara berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan salah satu kesulitan di antara berbagai kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat .." (HR. Muslim No. 2699, At Tirmidzi No. 1425, Abu Daud No. 1455, 4946, Ibnu Majah No. 225, Ahmad No. 7427, Al Baihaqi No. 1695, 11250, Ibnu ‘Asakir No. 696, Al Baghawi No. 130, Ibnu Hibban No. 84). Dalam hadits lain, "Barangsiapa yang meninggal dunia dan belum berperang atau belum berniat untuk berperang (dalam membela agamanya), (maka) ia meninggal dalam salah satu cabang kemunafikan" (HR. Abu Dawud dalam Sunannya no. 2502. Dishahihkn oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6548).

Jika yang dimaksud SARA itu membela agama secara membagi buta sambil menjelekkan agama lain, serta menyebarkan kebencian dengan kata-kata kotor, maka saya setuju jika itu disebut SARA yang membahayakan kerukunan hidup antar agama.

Namun jika pembelaan itu berupa memberikan opini  penyeimbang terhadap berita yang tidak adil tentang agamanya, menyatakan
keberatan terhadap pembangunan rumah ibadah agama lain yg jelas-jelas timpang dgn rasio penduduk di tempat tsb, pembelaan terhadap kaumnya yg dibantai, nabinya yang dihina, Tuhannya yang dihujat, kitab sucinya yang dinista, dan semacamnya maka ini bukan SARA, tapi jeritan iman! Siapa pun akan marah jika melihat kezaliman atau mengetahui simbol-simbol suci agamanya diganggu. Justru aneh jika ada orang yang tdk marah jika agamanya dilecehkan.

Jadi jika setiap pembelaan agama dituduh SARA berarti yang menuduhnya telah mengalami SARA Phobia (ketakutan yang berlebihan terhadap SARA). Sikap yang sama ekstremnya dengan para pelaku SARA itu sendiri. Sikap yang sama berbahayanya dgn para pelaku SARA itu sendiri.

Sikap SARA Phobia justru berbahaya bagi jati diri bangsa Indonesia. Menghilangkan karakter religius dalam budaya luhur bangsa Indonesia yang diakui sejak dulu sangat penting bagi ketahanan bangsa.

Sikap SARA Phobia akan menumbuh suburkan sekulerisme, menjauhkan agama dari kehidupan harian anak-anak bangsa, dan akhirnya meruntuhkan eksistensi budaya bangsa Indonesia itu sendiri.

Ini mungkin yang dimaui musuh-musuh bangsa ini yang tidak ingin bangsa Indonesia menjadi kuat dan perkasa dalam percaturan dunia.

Jargon tuduhan pelanggaran HAM dan SARA diangkat tinggi-tinggi agar orang-orang awam makin takut membela agamanya, sehingga mereka otomatis jadi jauh dari agamanya. Makin jauh juga dari kemanusiannya. Dan makin dekat dengan kehancurannya.

Maka berpegang teguhlah kalian kepada Allah. "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu" (Qs. 47 ayat 7).

By. Satria hadi lubis






PERBEDAAN GAYA KOMUNIKASI LELAKI DAN PEREMPUAN




Dalam acara training Sekeluarga Menjemput Surga yg diselenggarakan Mommee.org hari ahad lalu (14 Ags 2016), ada seorang ibu yg bertanya mengapa suaminya sering gak nyambung kalau diajak bicara yg ujung-ujungnya menimbulkan suasana tdk nyaman satu sama lain.

Saya memberikan jawaban begini, berdasarkan penelitian yg disebutkan dlm buku Man From Mars and Woman From Venus, ada tiga perbedaan gaya komunikasi lelaki (suami) dan perempuan (isteri).

Yang pertama, lelaki lebih cenderung berbicara umum dan to the point. Perempuan cenderung bicaranya detail dan rinci. Itulah sebabnya kebanyakan lelaki terkesan lbh pendiam dan perempuan lbh cerewet karena perempuan betah bicara hal-hal yg kecil dan rinci.

Yang kedua, lelaki lebih suka bicara yang ada hubungannya dgn status dan kekuasaan. Sebaliknya perempuan lebih suka bicara tentang kedekatan hubungan (keintiman). Pembicaraan sesama lelaki biasanya tentang kerja, politik, olahraga, game perang, dll yg semuanya bermuara kpd persaingan dan kekuasaan. Perempuan jika berkumpul yg dibicarakan tentang keluarga, anak, percintaan, dll yg ada hubungannya dgn keseharian mereka (intim).

Yang ketiga, lelaki cenderung bicara dgn logika. Sebaliknya perempuan bicara dgn perasaan (emosional). Lelaki kadang tdk mengerti dgn argumentasi perempuan yg dipandangnya tidak logis, sehingga kadang meremehkan pendapat perempuan. Sebaliknya perempuan kadang menganggap lelaki kurang berperasaan dan egois. Tidak mengerti perasaan perempuan. Seorang isteri misalnya, lebih menuntut bahasa cinta yg verbal daripada suaminya. Perempuan ingin suaminya romantis. Sebaliknya, bagi suami romantisme itu masa lalu. Yang penting secara logis ia tetap melindungi istri dan anak-anaknya. Contoh lain, perempuan lebih suka nonton film drama cinta daripada film perang karena lbh memuaskan perasaan dan keintiman. Sebaliknya, lelaki lbh suka film perang atau action karena lebih logis dan memuaskan egonya.

Jika lelaki dan perempuan ngotot dengan gaya komunikasinya masing-masing, maka yg terjadi adalah miss communication yg berujung ketidaknyamanan. Pertengkaran suami isteri biasanya berawal dari sini. Dari ketidakmampuan untuk empati pada gaya komunikasi pasangannya.

Begitu pun yg terjadi di luar pernikahan, ketika ada lelaki atau perempuan yg susah bergaul dgn lawan jenis, termasuk susah cari jodoh, mungkin karena mereka kurang empati dgn gaya komunikasi lawan jenisnya dan ngotot dgn gaya bahasanya sendiri.

Kebanyakan masalah yg muncul dalam hubungan antara lelaki dan perempuan, antara suami dan isteri, biasanya karena ketidakmampuan berkomunikasi  yg baik. Itulah sebabnya, al Qur'an menyuruh kita untuk berbicara satu sama lain dgn qoulan karima. "..dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia (baik)” (QS. Al-Isra: 23).***

By. Satria hadi lubis

OMONGAN NGAWUR



"Gak apa-apa seks sebelum married, yang penting suka sama suka"

"Gak apa-apa serumah tanpa nikah, yang penting gak ganggu tetangga"

"Gak apa-apa pakaian seksi atau umbar aurat, yang penting kan gak ganggu orang"

"Gak apa-apa cewek cowok pacaran bebas, yang penting kan niatnya"

"Gak apa-apa lelaki suka lelaki, perempuan suka perempuan, yang penting kan kasih sayang"

"Ga apa-apa jadi orang yang biasa-biasa aja, gak usah fanatik, karena kita bukan hidup di Arab, tapi di Indonesia"

Gak apa-apa..Gak apa-apa..entah berapa banyak lagi omongan ngawur gak apa-apa semacam di atas.

Tumpukan gak apa-apa semakin menggulung. Banyak orang semakin gak peduli, egois, loe-loe gue-gue.

Lalu lahirlah anak-anak alay yang bebas bergaul. Ibu-ibu yang makin jauh dari taat, dan lelaki yang hobi maksiat. Rusak berjama'ah.

Padahal dari kata "gak apa-apa" itu muncullah dampak dashyat berupa kerusakan moral. Mulai dari cinta yang dipermainkan, rasa hormat pada lawan jenis yang  berkurang. Kemudian trauma kepada lembaga perkawinan karena banyak yg kawin cerai. Lalu muncullah fenomena orang yang enggan nikah atau nikah tapi sangat terlambat, sehingga susah punya anak. Yang jadi gay atau lesbian --yang saat ini semakin marak--  malah mustahil punya anak.

Menikah dan punya anak malah bikin repot dan membatasi kebebasan. Buat apa nikah toh saya sdh dapat seks, bahkan bisa gonta ganti lagi. Begitulah kira-kira jalan berpikir sebagian besar anak-anak muda di Eropa, Amerika, Jepang dan negara "maju" lainnya.

Apa yg kemudian terjadi? Saat ini penduduk usia muda di negara "maju" berkurang drastis karena jumlah anak sedikit dibanding jumlah orang tua yg tak lagi produktif. Padahal mesin industri harus tetap berjalan, tapi tenaga kerja sedikit. Lalu didatangkanlah imigran dari Afrika, Arab dan Asia yg beda kultur dan agama sehingga lama kelamaan menimbulkan konflik horizontal. Pemerintahnya kalang kabut. Sampai kemudian memberikan insentif bagi yg mau punya anak banyak agar penduduk aslinya tidak punah, seperti di Jerman dan Belanda. Tapi sudah terlambat karena budaya enggan nikah dan gak mau punya anak banyak sudah merajalela. Lambat tapi pasti mereka menuju kepunahan.

Omongan ngawur yang tampaknya ringan seperti di atas itu yang bisa berdampak besar pada kepunahan suatu bangsa.

Inikah yg dimaui para penganjur kebebasan moral di Indonesia atas nama HAM dan anti diskriminasi? Berpikirkah mereka tentang dampak jangka panjangnya? Yakni musnahnya sebuah bangsa, bangsa Indonesia. Selain dampak "sampingan" yang terjadi di depan mata, seperti tingginya kriminalitas, merosotnya kualitas SDM, dan maraknya penyakit kelamin dgn makin banyaknya pengidap HIV/AIDS misalnya.

Yang lebih penting lagi merajalelanya maksiat di masyarakat membuat banjir dosa sebuah negeri. Berkah menjadi hilang, kemajuan sulit diraih. Program apa pun yg dilakukan serba salah dan serba gagal karena tidak ada berkah.

Jika orang Barat maju dulu baru rusak moralnya. Nah.. kita bangsa Indonesia maju belum, tapi moral udah rusak duluan. Ironis! Ini akibat minder dan terpesona dgn Barat, sehingga meniru membabi buta Barat. Kalau pun mau meniru. Mestinya yg ditiru  itu semangat keilmuannya, bukan gaya hidupnya yang rusak.

Subhanallah...jadi ngeri membayangkannya. Bergidik memikirkannya. Kita gak mau semua itu terjadi pada bangsa ini di masa depan. Maka tak cukup diri ini berucap "Amit amit..naudzubillah minzalik". Namun perlu aksi nyata dengan amar ma'ruf nahi mungkar semampunya. Mulai dari mencegah kemungkaran di lingkungan rumah masing-masing. Kerjasama dgn RT/RW, tokoh masyarakat dan aparat berwenang untuk tdk membiarkan fenomena seks bebas merajalela. Jangan biarkan ada orang kumpul kebo, pacaran bebas sampai tengah malam, banci dan gay berkeliaran tanpa malu. Mari mulai dari lingkungan terdekat, mulai dari yg kecil dan mulai dari sekarang.

Jangan sampai anak cucu kita menyalahkan kita nanti di depan pengadilan Allah  karena abai mencegah kerusakan moral yg dapat memusnahkan sebuah bangsa.
"Atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" (Qs.7:173).#

By. Satria hadi lubis

MENUTUP AIB SENDIRI DAN ORANG LAIN


Usai shalat ashar di masjid Quba, seorang sahabat mengundang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beserta jamaah untuk menikmati hidangan daging unta di rumahnya. Ketika sedang makan, ada tercium aroma tidak sedap. Rupanya diantara yang hadir ada yang buang angin. Para sahabat saling menoleh. Wajah Rasulullah sedikit berubah tanda tidak senang. Maka tatkala waktu sholat maghrib hampir masuk, sebelum bubar, Rasulullah berkata: "Barangsiapa yang makan daging unta,  hendaklah ia berwudhu!". Mendengar perintah Rasulullah tersebut maka seluruh jamaah mengambil air wudhu. Dan terhindarlah aib orang yang buang angin tadi.

Aib adalah suatu cela atau kondisi yang tidak baik tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu, rasa malu ini membawa kepada efek sikologi yang negatif jika tersebar.

Namun banyak kita dapati di tengah keseharian kita, pembicaraan dan obrolan itu sepertinya tidak asyik kalau tidak membicarakan aib, cacat dan kekurangan yang ada pada orang lain, padahal obrolan itu bukanlah perkara ringan dalam pandangan Islam.

Ajaran Islam melarang keras aib seseorang diceritakan, dan tidak boleh sekali-kali menyebarkan tentang apa atau bagaimana kondisi yang tidak baik tentang seseorang, bahkan islam mengajarkan untuk menutupinya. Allah berfirman dalam Surat Al Hujarat ayat 12 yang artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Wahai orang yang beriman dengan lisannya, tetapi tidak beriman dengan hatinya. Janganlah kamu mengumpat kaum muslimin dan janganlah mengintip aib mereka, maka barang siapa yang mengintip aib saudaranya, niscaya Allah akan mengintip aibnya dan siapa yang diintip Allah akan aibnya, maka Allah akan membuka aibnya meskipun dirahasiakan di lubang kendaraannya." (HR. at-Tirmidzi)

Bahkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam juga melarang seseorang untuk membuka aib dirinya sendiri kepada orang lain, sebagaimana sabdanya: "Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR. Bukhori Muslim)

Sebaliknya, Rasulullah memberikan kabar gembira bagi orang-orang yang menutup aib saudara-saudara mereka, dengan menutup aib mereka di dunia dan akhirat, seperti dalam hadits shahih:  "Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)
Adapun aib yang ada pada seseorang bisa dibagi menjadi dua kategori:
Pertama, aib yang sifatnya khalqiyah, yaitu aib yang sifatnya qodrati dan bukan merupakan perbuatan maksiat. Seperti cacat di salah satu organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu jika diketahui oleh orang lain.
Aib seperti ini adalah aurat yang harus dijaga, tidak boleh disebarkan atau dibicarakan, baik secara terang-terangan atau dengan gunjingan, karena perbuatan tersebut adalah dosa besar menurut mayoritas ulama, karena aib yang sifatnya penciptaan Allah yang manusia tidak memiliki kuasa menolaknya, maka menyebarkannya berarti menghina dan itu berarti menghina Penciptanya. (Imam al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin).
Kedua, aib berupa perbuatan maksiat, baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan.  Maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi juga terbagi menjadi dua:
Pertama: Perbuatan maksiat yang hanya merusak hubungannya secara pribadi dengan Allah seperti minum khamr, berzina dll. Jika seorang muslim mendapati saudaranya melakukan perbuatan seperti ini hendaklah ia tidak menyebarluaskan hal tersebut, namun dia tetap memiliki kewajiban untuk melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar. Imam Syafi’i berkata, “Siapa yang menasehati saudaranya dengan tetap menjaga kerahasiaannya berarti dia benar-benar menasehatinya dan memperbaikinya. Sedang yang menasehati tanpa menjaga kerahasiaannya, berarti telah mengekspos aibnya  dan mengkhianatinya." (Syarh Shahih Muslim, Imam an Nawawi).
Kedua: Perbuatan maksiat yang dilakukan sembunyi-sembunyi tapi merugikan orang lain seperti mencuri, korupsi dan lain sebagainya. Maka perbuatan seperti ini diperbolehkan untuk diselidiki dan diungkap, karena hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan, karena akan lebih banyak lagi merugikan orang lain.
Sebuah kisah masyhur yang ditulis oleh Imam Ibnu Qudamah dalam kitab "Tawwabin" dapat dijadikan pelajaran bagi kita untuk menutup aib diri sendiri dan aib orang lain serta mengakuinya dihadapan Allah dengan bertaubat atas dosa tersebut.
Disebutkan bahwa pada zaman nabi Musa 'alaihis salam, Bani Israil ditimpa musim kemarau yang berkepanjangan. Mereka pun berkumpul mendatangi Nabi mereka. Mereka berkata , "Wahai Kaliimallah, berdoalah kepada Rabbmu agar Dia menurunkan hujan kepada kami." Maka berangkatlah nabi Musa 'alaihis salam bersama kaumnya menuju padang pasir yang luas bersama lebih dari 70 ribu orang. Mulailah mereka berdoa dengan kondisi yang lusuh penuh debu, haus dan lapar.
Musa berdoa, "Wahai Tuhan kami turunkanlah hujan kepada kami, tebarkanlah rahmat-Mu, kasihilah anak-anak dan orang-orang yang mengandung, hewan-hewan dan orang-orang tua yang rukuk dan sujud."
Setelah itu langit tetap saja terang benderang, matahari pun bersinar makin kemilau. Kemudian Musa berdoa lagi, "Wahai Tuhanku berilah akmi hujan".
Allah pun berfirman kepada Musa, "Bagaimana Aku akan menurunkan hujan kepada kalian sedangkan di antara kalian ada seorang hamba yang bermaksiat sejak 40 tahun yang lalu. Keluarkanlah ia di depan manusia agar dia berdiri di depan kalian semua. Karena dialah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian. "
Maka Musa pun berteriak di tengah-tengah kaumnya, "Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah sejak 40 tahun, keluarlah ke hadapan kami, karena engkaulah hujan tak kunjung turun."
Seorang laki-laki melirik ke kanan dan kiri, maka tak seorang pun yang keluar di depan manusia, saat itu pula ia sadar kalau dirinyalah yang dimaksud.
Ia berkata dalam hatinya, "Kalau aku keluar ke depan manusia, maka akan terbuka rahasiaku. Kalau aku tidak berterus terang, maka hujan pun tak akan turun. "
Maka kepalanya tertunduk malu dan menyesal, air matanya pun menetes, sambil berdoa kepada Allah, "Ya Allah, Aku telah bermaksiat kepadamu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku. Sungguh sekarang aku bertobat kepada-Mu, maka terimalah taubatku. "
Belum sempat ia mengakhiri doanya maka awan-awan tebalpun bergumpal, semakin tebal menghitam lalu turunlah hujan.
Nabi Musa pun keheranan dan berkata, "Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan kepada kami, namun tak seorang pun yang keluar di depan manusia."
Allah berfirman, "Aku menurunkan hujan karena seorang hamba yang karenanya hujan tak kunjung turun."
Musa berkata, "Ya Allah, Tunjukkan padaku hamba yang taat itu."
Allah berfirman, "Wahai Musa, Aku tidak membuka aibnya padahal ia bermaksiat kepada-Ku, apakah Aku membuka akan aibnya sedangkan ia taat kepada-Ku?!"
Setiap orang pasti memiliki kekurangan, cela dan dosa tertentu pada dirinya, maka suatu aib yang ada pada seseorang dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain untuk dapat belajar dan memperbaiki diri agar tidak melakukan hal serupa yang akan menimpa dirinya dan orang lain akibat perbuatannya tersebut.
Maka beruntung dan berbahagialah orang yang disibukkan oleh aibnya sendiri dari disibukkan dengan aib orang lain. Begitulah Rasulullah Saw menyampaikan dalam sabdanya: "Berbahagialah orang yang disibukkan dengan aibnya sendiri, sehingga ia tidak sempat memperhatikan aib orang lain." (HR Al-Bazzar dengan Sanad hasan).
Sungguh indahnya ajaran Islam yang menuntun kita agar menjaga aib kita sendiri dan menjaga aib orang lain, dan terus berupaya memperbaiki diri. Wallahu a'lam bishowab.

 By. Satria hadi lubis

KEGUNDAHAN SEORANG AYAH



Menjelang ajalnya, lelaki tua itu merasa gundah dan gelisah. Air matanya mengalir membayangkan hisab yang akan diterimanya kelak. Tak henti-hentinya ia berzikir dengan suara bergetar diliputi rasa takut dan harap bahwa ia telah menjalankan amanah kehidupan ini dengan baik.

Ada satu yang masih mengganjalnya yang membuatnya begitu gundah untuk meninggalkan dunia yang fana ini. Lelaki tua yg sepanjang hidupnya selalu berjuang membela kebenaran ini kemudian mengumpulkan anak-anaknya. Lalu terjadilah dialog yang Allah abadikan di dalam surah al Baqarah ayat 133:

أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

Lelaki tua itu adalah Nabi Yaqub as. Kegundahan beliau bukan karena masa depan materi anak-anaknya, tapi masa depan iman dan tauhid anak-anaknya. Subhanallah....inilah kegundahan seorang ayah yang paham betul apa makna warisan sesungguhnya. Bukan harta atau materi yang perlu dikuatirkan sebagai warisan untuk masa depan anak-anaknya, tapi iman dan tauhid.

Kegundahan Nabi Yaqub as adalah kegundahan setiap ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Kegundahan yang membuat seorang ayah berdoa siang dan malam dan menangis di sepertiga malam memikirkan iman anak-anaknya. Gelisah...apakah ia sudah menjadi ayah yang benar. Apakah upayanya sudah maksimal untuk mendidik anak-anaknya. Ia takut anak-anaknya akan menyeretnya ke neraka, karena belum maksimal mendidik anak-anaknya.

Kegundahan seorang ayah yang hanya bisa dijawab dengan iman dan tauhid dari anak-anaknya. Kegundahan yang hanya bisa dijawab dengan perbuatan sholih anak-anaknya, baik ketika ia masih hidup maupun sesudah meninggal.

Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, prestasi seabreg anaknya belum cukup membuatnya tenang jika anaknya jauh dari iman dan tauhid.

Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, kebaikan dan kecintaan anak-anak kepadanya di masa tua belum cukup membuatnya tenang jika anaknya jauh dari iman dan tauhid.

Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, bukan warisan harta benda yang membuatnya kuatir menelantarkan anak-anaknya sepeninggalnya, tapi warisan iman dan tauhid.

Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, bukan balas jasa materi yang ia harapkan dari anak-anaknya. Tapi doa dari anak yang sholih. Baik ketika ia baru meninggal, maupun sesudah lama ia meninggal. Ia yakin doa anak-anaknya akan mengurangi siksa kuburnya.

Bagi ayah yang beriman kepada Allah dan hari akhir, tidurnya menjadi tidak nyenyak karena di kepalanya terus terngiang-ngiang ayat Allah berikut:

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kebahagiaan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar" (Qs. 4 : 9).

Wahai anak-anakku....jika engkau mencintai ayahmu buatlah ia tenang dan bangga dengan iman dan tauhidmu. Bukan oleh prestasi semu, yang hanya menipumu dan menipunya. Bukan oleh prestasi semu yang tidak berguna di hari keabadian, bagimu dan baginya.

By. Satria hadi lubis

Sabtu, 18 Maret 2017

KEBAHAGIAAN VS KESENANGAN



Banyak orang yang tak tahu perbedaan kebahagiaan dengan  kesenangan. Padahal keduanya paradoks dan saling menisbikan satu sama lain. Jika kita ingin bahagia, maka tinggalkanlah kesenangan. Sebaliknya jika ingin senang, maka kebahagiaan sulit diperoleh. Tidak bisa seseorang mendapatkan keduanya, bahagia dan senang pada saat bersamaan.

Dalam bahasa Inggris, bahagia adalah happy atau happiness (kebahagiaan). Sedang kesenangan adalah pleasure atau fun. Jika dalam bahasa Arab, bahagia itu sa'adah atau sakinah. Sedang kesenangan itu syahwat atau mata'. Biasanya al Qur'an menggunakan istilah syahwat atau mata' untuk hal yg negatif. Misalnya, dalam surah ali Imran ayat 14 : "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang disenangi, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

"Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya" (Qs. 3:198).

Setiap anak manusia ketika ditanya, hidup untuk apa? Mereka pasti menjawab untuk mencari kebahagiaan (padanannya mencari ridho Allah, berguna bagi orang banyak, masuk surga, dan semacamnya). Namun apakah benar hidupnya untuk mencari bahagia? Jangan-jangan bukan kebahagiaan yang dicari tapi justru kesenangan yang negatif dan menyengsarakan.

Oleh karena itu agar tidak terjebak pada pencarian semu (yakni mencari bahagia tapi justru malah terperangkap pada kesenangan yg menyengsarakan) mari kita pelajari apa perbedaan antara kebahagiaan dan kesenangan.

1. Dilihat dari sasarannya. Bahagia itu sasarannya kepuasan hati. Senang sasarannya kenikmatan jasmani.
Bahagia adalah hati yang tenang dan puas. Sedang senang itu letaknya pada kenikmatan jasmani. Misalnya, makan enak itu senang. Tidur di kasur empuk itu senang. Naik mobil mewah yang nyaman itu senang. Tapi sholat khusyu' itu bahagia. Shaum itu bahagia. Membantu orang lain itu bahagia. Jadi bahagia adalah bahasa hati yang seringkali tidak ada hubungannya dengan kenikmatan jasmani. "Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram" (Qs. 13:28).

2. Dilihat dari dampaknya. Bahagia itu berdampak pada ketenangan. Senang berdampak pada ketagihan.
Orang yang bahagia akan merasa tenang dan tenteram. Sebuah perasaan yang damai dan merasa puas terhadap apa yang didapat. Tidak menagih dan kecanduan. Sedang senang akan membuat orang yang mengalaminya ketagihan. Ia ingin mengulangi hal tsb terus menerus, bahkan dengan dosis yang lebih tinggi. Contoh, memakai narkoba akan menyebabkan orang senang dan kesenangan tsb menjadi candu yang menuntut penambahan dosis sampai taraf yang membahayakan dan sulit dihentikan. Begitu juga kesenangan-kesenangan lainnya cenderung membuat ketagihan untuk menambah dosisnya yang berujung kepada kerusakan dan kesengsaraan.

3.  Dilihat dari waktunya. Bahagia itu langgeng (lebih lama). Senang itu temporer.
Bahagia yang dirasakan seseorang biasanya berjangka panjang. Jika pun diulang seperti sholat yang dilakukan berulang-ulang maka hal itu adalah cara seseorang untuk mendapatkan kebahagiaan jangka panjang. Sebaliknya, senang itu sangat temporer. Contohnya, ketika seseorang berhubungan seksual. Nikmatnya hanya berlangsung singkat. Setelah itu rasa nikmat dan senang itu sudah hilang. Dan harus diulang lagi untuk mendapatkan kesenangan serupa, bahkan kalau bisa menambah dosisnya agar memperoleh efek kesenangan yang sama. Itulah sebabnya saat ini makin banyak penyimpanan seksual yang terjadi karena mereka mencari kesenangan yang menuntut dosis kecanduan yang lebih tinggi lagi.

4. Dilihat dari faktanya. Bahagia itu belum tentu terlihat nyaman. Senang pasti berupa kenyamanan.
Orang yang bahagia belum tentu hidup kaya raya dan tinggal di alam bebas, tapi bisa juga kebahagiaan diperoleh oleh mereka yang hidup kekuarangan secara materi atau bahkan hidup di dalam penjara seperti yang dialami oleh Nabi Yusuf as, Nabi Isa as atau bahkan Nabi Ayub as yang terus menerus sakit.
Namun kesenangan pastilah berupa suasana yang nyaman dan enak, seperti tinggal di rumah mewah atau memakai baju yang mahal dan bagus.

5. Dilihat dari akhirnya. Bahagia berakhir dengan kesenangan dan ketenangan. Senang berakhir dengan kesedihan dan kesengsaraan.
Bagi orang yang mencari bahagia, kesenangan tetap akan diperolehnya tapi di surga kelak sebagai akhir yang baik. Sebaliknya bagi orang yang mengejar kesenangan, maka hidupnya akan berakhir dengan kesedihan dan nanti di akhirat akan masuk neraka sebagai kesengsaraan abadi. Naudzubillah.

Kesimpulannya, mari kita mencari kebahagiaan bukan  kesenangan. Prinsipnya, semakin bersenang-senang semakin jauh kita dari kebahagiaan. Sebaliknya, semakin ingin bahagia maka semakin harus menjauhi banyak kesenangan. Bukan berarti kita tidak boleh bersenang-senang, tetapi harus membatasi kesenangan. Persis seperti garam dalam makanan. Sedikit tapi tetap diperlukan. Wallahu'alam.

By. Satria hadi lubis

ISLAM MENGAJARKAN BENCI DAN CINTA



Islam adalah agama yg mengajarkan cinta , tapi juga Islam mengajarkan kebencian.

Coba perhatikan hadits berikut :
Imam al-Bukhari dan Muslim meri-wayatkan bahwa Nabi saw bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فيه وَجَدَ حَلَاوَة الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ الله ورسوله أَحَبَّ إليه مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّه إِلَّا لله ، وَمَنْ كَانَ يَكْرَه أَنْ يَرْجِعَ في الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَه الله منه ، كَمَا يَكْرَه أَنْ يُلْقَى في النَّارِ

“Ada tiga perkara, barangsiapa ketiganya ada pada dirinya ia pasti mendapati manisnya iman: barangsiapa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya; barangsiapa mencintai seseorang, ia mencintainya hanya karena Allah; barangsiapa benci kembali kepada kekafiran setelah Allah mengentasnya darinya sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam api (neraka).”

Cinta sempurna yang sejati menuntut penyesuaian diri dengan yang dicintai dalam segala yang yang dicintai dan dibencinya, dalam siapa yang diloyali dan dimusuhi. Sudah maklum bahwa barangsiapa yang mencintai Allah ia harus membenci musuh-musuh-Nya dan mencintai apa yang dicintai-Nya.

Namun kebencian tsb tidak boleh mengalahkan sikap adil, karena adil lebih dekat kepada taqwa.
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS: Al-Maidah Ayat: 8).

Terkait dengan kewajiban mencintai dan membenci ini, manusia diklasifikasi menjadi tiga:

1. Mereka yang wajib dicintai total. Mereka adalah para rasul dan orang-orang yang beriman dengan iman yang murni. Termasuk juga as-Salafush Shalih dan ahlussunnah wal jamaah karena kemurnian akidah mereka dan kebenaran yang mereka pegangi. Juga karena mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

2. Mereka yang wajib dibenci total. Mereka adalah musuh-musuh Allah.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang.”(Al-Mumtahanah: 1)

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (al-Mujadalah: 22)

3. Mereka yang di satu sisi wajib dicintai namun di sisi yang lain harus dibenci. Mereka adalah orang-orang beriman yang bermaksiat kepada Allah. Cinta dan benci ditujukan kepada mereka secara proporsional sebatas kebaikan dan kejahatan yang ada dalam diri mereka.

“Apabila ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai mereka kembali pada perintah Allah.” (Al-Hujurat: 9)

Jadi, Islam mengajarkan damai dan cinta. Islam juga mengajarkan perang dan benci. Islam mengajarkan kelembutan dan kekerasan. Seorang muslim harus mengambil keduanya. Tidak boleh mengambil yang lembut, tapi menolak yg keras. Atau sebaliknya. Itulah sebabnya ada surga dan neraka. Surga bukti cinta kasih Allah. Neraka bukti kekerasan dan kebencian Allah terhadap mereka yang melanggar aturan-Nya.

Ada banyak sekali ayat dan hadits yang secara jelas memerintahkan kita—sebagai seorang hamba Allah—untuk perang dan benci. Seorang hamba Allah sejati akan berusaha memenuhi dan mengejawantahkan perintah-Nya dengan sebaik-baiknya. Tidak berlebih-lebihan, tetapi juga tidak menyepelekan atau bahkan menentangnya. Ada ayat-ayat cinta, ada ayat-ayat benci. Semua datang dari Allah. Allah lebih tahu mengapa kita harus mencintai sesuatu dan membenci sesuatu. Jadi jangan hilangkan rasa cinta dan benci itu jika hal tsb proporsional dan sesuai dgn aturan Allah.

"Cintailah kekasihmu dengan sederhana, boleh jadi engkau akan membencinya pada suatu ketika. Dan bencilah orang yang engkau benci dengan sederhana, boleh jadi engkau akan mengasihinya pada suatu ketika." (HR At-Turmuzi).

By. Satria hadi lubis

HILANGKAN FASE REMAJA



Makin banyaknya remaja yang terjerumus  perbuatan zina, kriminal, dan perilaku kurang ajar terhadap guru serta orang tua membuat kita semua prihatin. Adakah yang salah dalam cara kita mendidik remaja? Mengapa banyak remaja Indonesia yang terlambat untuk dewasa? Sehingga sikapnya tidak bertanggung jawab dan kurang mandiri?

Semua ini berawal dari kesalahan paradigma bahwa ada fase remaja dalam kehidupan setiap orang. Padahal sebenarnya tidak ada fase itu. Itu hanya akal-akalan atas nama ilmu (psikologi) yg diciptakan para penjajah agar pemuda di negara jajahannya lambat dewasa. Tetap membeo dan tdk kritis.

Padahal fitrahnya tidak ada fase remaja itu. Fase yang mentolerir adanya kegalauan dan pubertas, sehingga lingkungan harus maklum jika remaja berbuat salah. Tidak boleh dihukum dan diberikan sangsi sosial.

Kalau dalam pendidikan Islam, tidak ada itu fase remaja. Yang ada hanya fase anak, pemuda dan dewasa. Fase anak dimulai semenjak lahir sampai akil baligh. Fase pemuda dimulai dari aqil baligh (haid/mimpi basah pertama kali, kisaran usia 12-15 tahun) sampai usia 25 tahun. Dan dewasa di usia 25 tahun ke atas. Pada fase pemuda, setiap orang sudah dituntut untuk bersikap dewasa. Juga boleh menikah dan mencari nafkah sebagai ciri kedewasaan seseorang.

Pendidikan "modern" di Indonesia yang terpengaruh westernisasi lalu memasukkan fase remaja sebagai fase transisi. Dimana sang remaja boleh labil dan belum dianggap cukup akalnya. Masih perlu dilindungi oleh undang-undang (perlindungan anak), sehingga jika sang remaja bermaksiat atau melakukan tindakan kriminal belum boleh dihukum atas nama HAM yg keblinger.

Hasil dari pendidikan dan budaya yg mentolerir fase remaja ini akhirnya memunculkan banyak remaja yang cengeng, manja, egois, cuek, dan kurang ajar (tidak tahu sopan santun). Kasus pemukulan guru di Makasar dan tempat-tempat lain membuktikan bahwa remaja Indonesia tumbuh kurang dewasa. Mereka lambat dewasa karena ditolerir oleh orang tua dan budaya;  masih anak-anak yg masih perlu dilindungi.

Bandingkan dengan generasi terbaik Islam yang sdh tumbuh dewasa di usia sangat dini. Ali bin Abu Thalib ra masuk Islam usia 9 tahun. Mus'ab bin Umair ra sdh jadi dai antar kota di usia 17 tahun. Imam Syafi'i sdh hapal Qur'an di usia 9 thn. Muhammad al Fatih memimpin penyerbuan 200.000 tentara ke Konstatinopel di usia 21 tahun. Dan masih banyak lagi contoh generasi terbaik yg dididik tanpa mengenal fase remaja, sehingga mereka menjadi dewasa sejak dini.

Diam-diam, negara maju pun juga sudah mengkoreksi cara mereka mendidik remaja. Kurikulum pendidikan mereka sudah bergeser meniru pendidikan (Islami) yang tidak mengenal fase remaja. Pendidikan vokasi sudah diajarkan sejak SMP di Jepang. Sekolah di Inggris lebih banyak menekankan manner (soft competency). Di Korsel, pendidikan menekankan sikap kesatria dan kejujuran. Di Finlandia, jam sekolah dibatasi dan tidak ada PR agar anak lbh banyak terjun dlm kehidupan nyata.

Sedang Indonesia yg masyarakatnya masih kesengsem dgn apa saja yg datang dari Barat malah ketinggalan jaman. Teori pendidikan yang dipakai oleh banyak pendidik malah mazhab yang memanjakan remaja. Melindungi anak dari kesalahan yang dilakukan remaja atas nama HAM anak. Yang justru sudah disadari kekeliruannya oleh para pendidik yg kritis di Barat sana.

Sudah saatnya, orang tua dan guru di Indonesia kembali kepada pendidikan yg lebih Islami. Lebih berani mendidik kemandirian kepada anak didik yg sudah akil baligh. Jangan memanjakan remaja. Jangan memaklumi remaja yang kurang ajar dan tidak disiplin. Jangan takut memberikan pendidikan dgn punishment yg tegas (walau reward juga tetap diberikan).

Jangan terpengaruh oleh doktrin pendidikan ramah anak (remaja) yg tidak boleh menghukum remaja usia aqil baligh. Selain tidak Islami, juga tidak mendidik adversity quotient anak remaja. Jangan melindungi anak remaja dari "bully" teman-temannya atau media sosial selama itu masih wajar, agar mentalnya kuat berlapis baja. Jangan takut jiwa anak remaja akan terluka jika mereka diberikan sangsi sosial karena perbuatan salah mereka. Pendek kata, jangan terpengaruh dengan teori pendidikan sok modern yg berlindung atas nama HAM, demokrasi atau nama nyeleneh lainnya, tapi ujungnya hanya memanjakan anak dan remaja. Membuat anak dan remaja menjadi cengeng, pengecut dan labil serta tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

Setiap remaja seharusnya sudah menjadi pemuda dgn karakter dewasa setelah akil baligh. Itulah sebabnya mereka diberikan dosa jika salah dan pahala jika benar oleh Allah swt, sebagai tanda mereka harus sudah mandiri dan bertanggung jawab.

By. Satria hadi lubis

BIJAK MENYIKAPI INFO DI MEDSOS


Jaman sekarang ini siapa yang tidak kenal media sosial (medsos). Hal ini sejalan dengan pertumbuhan medsos yang luar biasa. Data dari we are social pada Maret 2015 menunjukkan di Indonesia ada 72,7 juta pengguna internet, 74 juta pengguna medsos dimana 64 jutanya mengakses melalui hape. Data yang menunjukkan memang terjadi pertumbuhan yang pesat penggunaan media sosial.

Medsos memberikan dampak positif dan negatif yang perlu disikapi dengan arif. Beberapa dampak positif medsos adalah:

1. Menyambung tali silaturahim dengan kerabat, saudara, ataupun teman-teman yang lama yang sudah tidak bertemu. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Rahmat itu tidak diturunkan kepada kaum yang di dalamnya ada seorang pemutus keluarga.”(HR. Bukhari) . Dari sabda Rasulullah tersebut jelas bahwa Islam membenci orang yang memutuskan tali silaturahim dan dianjurkan untuk menjalin tali silahturahim dengan banyak orang.

2. Dapat melakukan bisnis. Dengan medsos sekarang ini  berkembang bisnis online yang pemasarannya meluas sampai ke mancanegara.

3. Media sosial juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana dakwah. Pengetahuan Islam akan cepat tersebar dengan medsos. Dengan mudah orang bertanya dan memperoleh jawaban tentang nilai-nilai Islam melalui medsos.

4. Media sosial juga dapat digunakan untuk mencari teman yang sesuai dengan keinginan dan tentunya sesuai dengan tuntunan agama.

5. Media sosial juga bisa menjadi ajang curhat dan penyampaian pendapat dari setiap orang. Secara psikologis, setiap orang membutuhkan dukungan dan motivasi dari orang lain, terutama ketika menghadapi masalah. Medsos dapat membantu sebagian orang untuk mendapatkan dukungan dan motivasi tsb, bahkan mungkin dari orang  yang tidak dikenalnya.

6. Media sosial saat ini bahkan bisa menjadi media informasi alternatif untuk menandingi media main stream yang kerap memojokkan umat Islam dan berpihak pada golongan tertentu.

Namun selain berbagai kelebihan tersebut, medsos juga memberikan dampak negatif yang tak kalah dahsyat, terutama bagi  anak didik kita. Di antara dampak negatif medsos adalah :

1. Susah bersosialisasi dengan orang sekitar. Ini disebabkan karena pengguna sosial media menjadi malas belajar berkomunikasi secara nyata. Hal ini memang benar sekali, karena anak teman saya mempunyai teman yang sangat aktif di sosial media, dia selalu memposting apa saja yang sedang dia kerjakan, namun keadaan yang berbeda 180 derajat jika bertemu secara langsung. Orang yang aktif di sosial media, jika bertemu langsung nyatanya adalah orang yang pendiam dan tidak banyak bergaul.

2. Media sosial akan membuat seseorang lebih mementingkan diri sendiri (egois). Mereka menjadi tidak sadar akan lingkungan sekitar, karena kebanyakan menunduk memperhatikan medsosnya.

3. Melupakan bahasa formal. Anak-anak yang mudah terpengaruh lebih sering menggunakan bahasa informal yang kasar dalam kesehariannya, sehingga aturan bahasa formal yang lebih santun menjadi terlupakan.

4. Mengurangi kinerja dan produktivitas kerja dan belajar. Karyawan, pelajar, dan mahasiswa yang bermain media sosial pada saat sedang bekerja akan mengurangi waktu kerja dan waktu belajar mereka.

5. Berkurangnya privasi pribadi. Medsos membuat kita bebas menulis dan men-share apa saja. Sering kali tanpa sadar kita mempublish hal-hal yang seharusnya tidak perlu disampaikan ke ruang publik.

6. Kejahatan dunia maya (cyber crime) menjadi marak bersamaan dengan maraknya pemakaian medsos. Kejahatan dunia maya sangatlah beragam, diantaranya carding, hacking, cracking, phising, dan spamming.

7. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki medsos maka pornografi menjadi merajalela. Termasuk pornografi terhadap anak-anak. Terkadang seseorang memposting foto yang seharusnya menjadi privasi dia sendiri ke sosial media. Hal ini sangat berbahaya karena bisa menjadi foto yang bisa disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu kita perlu memiliki sikap yang benar ketika berinteraksi dengan medsos dalam rangka meminimalisir dampak negatif medsos.
Tak jarang kita jumpai berita-berita yang bertujuan untuk mendapatkan respon di dunia maya dengan melakukan "provokasi", bahkan kadang berita palsu atau hoax dijadikan "trending topic".

Selain itu banyak berita-berita yang masih simpang siur atau sengaja dipelintir oleh "oknum" untuk membentuk opini masyarakat juga sering terjadi. Pengguna sosial media yang mayoritas penggunanya berpendidikan tinggi kadang terkecoh bahkan ikut larut dalam "berita" tersebut.

Seharusnya pengguna sosial media melakukan kroscek terlebih dahulu tentang suatu berita agar tidak "termakan" berita yang tidak benar.
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahu keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu iti" (QS: Al-Hujurat ayat 6).

Ayat diatas mungkin bisa dijadikan rujukan, dalam berinteraksi di sosial media harus cek dan ricek (tabayyun). Sebab kita tidak mengenal kredibilitas pembuat berita, sehingga tidak serta merta mempercayai apa yang dibawa olehnya.

Adapun sikap lain yang perlu dilakukan agar kita dan anak didik kita bersikap bijak terhadap medsos adalah :

1.Lebih mendekatkan diri kepada Allah swt agar tidak mudah tergoda dengan berita-berita yang belum tentu benar.
2.Membatasi dan menjadwal waktu kapan membuka medsos, sehingga waktu tidak habis hanya untuk medsos. Sebab masih banyak kewajiban kita yang lain. Khusus untuk anak SD dan SMP sebaiknya tidak diberikan hape karena mereka belum pandai memfilter informasi.
3.Menggunakan bahasa yang sopan dalam menggunakan media sosial agar orang lain tidak tersinggung.

Demikian yang bisa disampaikan kali ini. Jazakumullah khairan katsiro.

By. satria hadi lubis

ANAK-ANAK IDAMAN




Jika kita bicara tentang anak-anak idaman, maka kita harus mengacu pada generasi terbaik, yakni generasi para sahabat ra serta anak cucunya. Rasulullah saw bersabda : "Sebaik-baiknya generasi adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya" (HR Bukhari). Para ulama mengartikan tiga generasi tersebut adalah generasi sahabat, lalu tabi'in (anak sahabat) dan lalu tabiit tabi'in (cucu sahabat). Inilah generasi idaman dalam Islam. Tentu yg terbaik adalah generasi para sahabat yang bertemu dan dididik langsung oleh Rasulullah Muhammad saw.

Anak-anak idaman itulah yang juga disebutkan oleh Allah swt surah Al maidah ayat 54-55 :
"Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)".

Jadi berdasarkan dua ayat tsb, ciri anak idaman adalah: 1. Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah, 2. Lemah lembut kpd muslim dan bersikap tegas kpd orang kafir, 3. Berjihad di jalan Allah, 4. Tdk takut kepada celaan orang yang suka mencela, dan 5. Mengambil wali hanya Allah, Rasul dan orang-orang beriman yang shalat, zakat dan ruku (taat kepada Allah).

Pembentukan generasi atau anak-anak idaman semacam itu hanya bisa dilakukan melalui tarbiyah (pendidikan) Islamiyah. Dan itulah tugas kaum muslimin sepanjang jaman. Namun, di zaman sekarang ini pembentukan anak idaman menjadi sulit akibat keluarga tertular penyakit hubud dunya (cinta dunia) dan ghozwul fikri (serangan pemikiran) yang dilakukan mereka yg tdk suka dgn  Islam.

Strategi ghozwul fikri musuh-musuh Islam telah diinformasikan oleh Allah swt dalam surat fushilat ayat 26: "Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka".

Jadi strategi utama mereka adalah membuat hiruk pikuk di sekitar al Qur'an sehingga al Qur'an tidak lagi utama untuk dipelajari kaum muslimin, terutama generasi mudanya.

Sejauh ini strategi musuh-musuh Islam ini cukup berhasil dengan lahirnya anak-anak yang tidak idaman dgn ciri :
1. Bangga dgn mempelajari bahasa inggris daripada bahasa arab (Al Quran), sehingga tdk paham al Qur'an.
2. Kemaksiatan dianggap ringan. Padahal semakin banyak maksiat, semakin sulit paham Al Quran.
3. Terlena dengan berbagai permainan dan hiburan, sehingga tidak memiliki waktu untuk mengkaji al Quran.
4. Dimunculkan budaya hedonisme dan induvialisme yg merusak pola pikir kaum muslimin, termasuk anak-anak kaum muslimin.

Akhirnya, anak-anak Islam menjadi asing terhadap Islam itu sendiri. Bahkan lebih jauh mereka tidak bangga dengan Islam. Perilaku mereka menjadi terbolak-balik. Yang benar menjadi salah dan yg salah menjadi benar.

Yang Nyunnah dianggap radikal.
Yang nyeleneh dianggap toleran.
Yang memakai jilbab syar'i dianggap ekstrem.
Yang tidak memakai jilbab dianggap cantik.
Yang sholat lima waktu perlu diwaspadai.
Yang tidak sholat perlu ditolerir.
Yang jenggotan dan rajin ke masjid dianggap cikal teroris.
Yang jenggotan rajin dugem dianggap keren.
Yang ke majelis ta'lim pekanan dianggap fanatik terhadap Islam.
Yang ke mall rutin dianggap gaul.
Yang hapal al Qur'an dianggap militan.
Yang hapal jenis batu akik dianggap nyeni.
Yang anaknya memakai jilbab dianggap melanggar HAM.
Yang anaknya pake rok mini dianggap lucu dan imut.
Yang memakai baju koko dianggap sok alim.
Yang tidak pakai baju dianggap macho.
Yang hariannya bicara islam dituduh sok suci.
Yang hariannya ghibah dianggap up to date.
Media Islam dituduh menyebarkan radikalisme.
Media porno dianggap lumrah.

Benarkah apa yang disabdakan Rasulullah saw:

ﺑَﺪَﺃَ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡُ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ ﻭَﺳَﻴَﻌُﻮﺩُ ﻛَﻤَﺎ ﺑَﺪَﺃَ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ
ﻓَﻄُﻮﺑَﻰ ﻟِﻠْﻐُﺮَﺑَﺎﺀِ

“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208).

Solusinya terhadap kondisi yang terbolak balik itu yang menjauhkan anak-anak Islam dari ciri anak idaman adalah kita harus mendidik dengan lebih percaya diri dan memakai kacamata kuda. Maksudnya, harus lebih berani dan jangan takut dengan celaan dari orang-orang yg suka mencela seperti yang disebutkan Allah dalam surah al Maidah ayat 54 diatas.

Setiap muslim yg sadar harus turun ke lapangan menyelamatkan anak-anak muslim dari kehancuran. Setiap muslim yg sadar harus mau jadi murobbi atau mentor (guru yg involve) untuk anak-anak didiknya. Sesama orang tua juga harus mau mendidik anak muslim di sekitarnya dan menjadikan anak muslim tersebut menjadi anak ideologis, walau bukan anak nasabnya.

Kita berkejaran dgn waktu untuk menyelamatkan anak-anak kaum muslimin. Kita berkejaran dgn umur kita yg singkat untuk menyelamatkan anak-anak Iagar mereka menjadi anak idaman. Setiap kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah terhadap peran ini. Barangsiapa yg pulang tanpa ada gelar da'i (guru dakwah) yang melekat pada dirinya untuk membentuk generasi idaman,  maka ia akan pulang dlm keadaan bangkrut.

Jika kita lihat sejarah mengapa tampil pemimpin semacam Umar bin Khatab, Mushab bin Umair, Thoriq bin Ziyad, Musa bin Nashir, Muh. Al Fatih, Shalahuddin al Ayyubi, Ibnu Tarbiyah, empat imam mazhab, dan sederet pahlawan besar lainnya,  maka kita akan melihat ada satu kesamaan di antara mereka, yakni dibentuk melalui tarbiyah (pendidikan) rutin yg mengutamakan surat 5 ayat 54 di atas .

Semoga dengan kesungguhan menyebarkan pendidikan yg Islami lahir anak-anak idaman yang dirindukan umat dan diridhoi Allah serta Rasul-Nya. Aamiin ya Robbal Alamin. ###

By. Satria hadi lubis 

AMANAH DALAM ISLAM



Dari sekian banyak yang dibicarakan Al-Qur’an, amanah merupakan salah satu bagian yang penting dari yang dibicarakan oleh Al-Qur’an. Dikatakan penting, karena amanah merupakan salah satu ciri ketaatan seseorang kepada Allah. Sementara sifat khianat yang merupakan lawan dari sifat amanah merupakan salah satu ciri pembangkangan seseorang terhadap Allah, yang bisa jadi akan membawanya pada keadaan cacat keislaman dan keimanannya. Abdurrahman Hasan Habannakah mengungkapkan: “Sesungguhnya Islam telah mewajibkan kaum muslimin untuk memiliki sifat amanah, dan mengharamkan mereka menempuh jalan khianat. Orang yang memiliki sifat amanah berarti ia taat kepada Allah, dan orang yang memiliki sifat khianat berarti ia berbuat maksiat kepada Allah, dan bisa jadi ia sampai pada suatu keadaan dimana keislaman dan keimanannya menjadi cacat.”

Hal ini pun sebetulnya telah diungkapkan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya:

لا إيمان لمن لا أمانة له

“Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah.” (HR. Ahmad).

Jelas sekali bahwa amanah merupakan sifat orang-orang yang beriman.  Orang yang menunaikan amanah berarti memiliki sifat orang-orang yang beriman. Sebaliknya orang yang khianat berarti memiliki sifat orang munafik. Ini merupakan bukti bahwa amanah memiliki urgensi yang sangat tinggi dalam Islam.

Pengertian Amanah

Secara bahasa, amanah berasal dari kata bahasa Arab : أَمِنَ يَأْمَنُ أَمْناً  yang berarti aman/tidak takut. Dengan kata lain, aman adalah lawan dari kata takut. Dari sinilah diambil kata amanah yang merupakan lawan dari kata khianat. Dinamakan aman karena orang akan merasa aman menitipkan sesuatu kepada orang yang amanah.

Secara istilah, ada sebagian orang yang mengartikan kata amanah secara sempit yaitu menjaga barang titipan dan mengembalikannya dalam bentuk semula. Padahal sebenarnya hakikat amanah itu jauh lebih luas. Amanah menurut terminologi Islam adalah setiap yang dibebankan kepada manusia dari Allah seperti kewajiban-kewajiban agama, atau dari manusia seperti titipan-titipan, termasuk titipan harta.

Luasnya ruang lingkup amanah disebutkan juga oleh Sayyid Sabiq dalam bukunya Islamuna: “Amanah adalah segala sesuatu yang wajib dipelihara dan ditunaikan kepada orang yang berhak menerimanya. Amanah adalah kata yang pengertiannya luas mencakup segala hubungan. Konsisten dalam keimanan serta merawatnya dengan faktor-faktor yang menyebabkan berkembang dan kekalnya adalah amanah, memurnikan ibadah kepada Allah adalah amanah, berinteraksi secara baik dengan perorangan dan kelompok adalah amanah; dan memberikan setiap hak kepada pemiliknya adalah amanah.

Ruang Lingkup Amanah

Amanah sendiri terdiri dari beberapa macam, sebagaimana yang disebutkan oleh Wahbah Az-Zuhayli, yaitu: pertama, menjaga amanah yang ada pada hak-hak Allah SWT. Hal ini terdiri dari melaksanakan segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya, menggunakan segala perasaan dan anggota badan pada sesuatu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kedua, menjaga amanah yang ada pada hak-hak diri sendiri. Yaitu bahwa seseorang tidak melakukan perbuatan kecuali yang bermanfaat baginya baik dalam agama, dunia dan akhirat. Tidak melakukan suatu perbuatan yang membahayakannya di dunia dan akhirat; menjaga diri dari hal-hal yang menyebabkan sakit; serta melakukan kaedah-kaedah ilmu kesehatan. Ketiga, menjaga amanah pada hak-hak orang lain; yaitu dengan mengembalikan barang-barang titipan dan pinjaman, tidak curang dalam melakukan transaksi, dan tidak menyebarkan rahasia dan cacat orang lain.

A. Amanah terhadap Allah

Amanah terhadap Allah terbagi dalam tiga hal, yaitu:

-Amanah Iman kepada Allah
Iman kepada Allah adalah amanah fitrah yang diberikan Allah kepada manusia sejak lahir. Artinya, manusia dapat mengenal dan beriman kepada Allah berdasarkan niat, kehendak, dan usahanya. Amanah fitrah ini khusus diberikan Allah kepada manusia, karena selain manusia beriman dan taat kepada-Nya berdasarkan pemberian Allah, bukan berdasarkan niat, kehendak dan usahanya.

Amanah iman ini berdasarkan firman Allah Ta`ala, yang artinya :
“Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.”(QS. Al-Ahzab: 72)

Iman kepada Allah, menerima dan melaksanakan perintah-Nya merupakan fitrah manusia. Dalam arti manusia diciptakan oleh Allah mempunyai potensi atau kesiapan untuk hal itu. Potensi atau kesiapan itu berbentuk kehendak, upaya, kesungguhan dan semacamnya. Sementara makhluk lain tidak diciptakan Allah untuk mempunyai potensi dan kesiapan untuk hal itu. Kepatuhannya hanya sebatas melaksanakan kehendak Allah, bukan lahir dari kehendak, usaha dan kesungguhannya.

Iman kepada Allah sebagai fitrah ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW:

ما من مولود إلا يولد على الفطرة, فأبواه يهودانه وينصرانه ويمجسانه

“Tidak ada seorang pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (Muttafaq Alaih).

Fitrah yang dimaksud dalam hadits di atas adalah Islam yang termasuk di dalamnya iman, bukan bagaikan kertas putih sebagaimana diartikan oleh sebagian orang.

Keadaan iman sebagai fitrah sesuai juga dengan keadaan amanah sebagai fitrah. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW, “…..amanah masih kuat dalam lubuk hati manusia. Kemudian turunlah Al-Qur’an, maka mereka mulai mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah.”

Sabda Rasulullah bahwa amanah masih kuat dalam lubuk hati manusia mengisyaratkan bahwa amanah merupakan sifat fitrah manusia, yang melekat kuat dalam lubuk hati manusia. Sifat amanah ini tidak akan melekat pada lubuk hati kalau bukan sifat fitrah. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah setelah itu: “Kemudian turunlah Al-Qur’an, maka mereka mulai mempelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah.” Sabda ini menunjukkan bahwa petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah terhadap amanah datang setelah melekatnya sifat amanah dalam lubuk hati manusia. Keberadaan sifat amanah dalam hati mendahului petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak terjadi kecuali sifat itu memang sudah ada secara fitrah.

-Amanah Ibadah
Ibadah hanya kepada Allah merupakan bagian dari amanah yang harus ditunaikan seseorang, karena ibadah kepada-Nya merupakan salah satu perintah konsekwensi iman kepada Allah dan merupakan tujuan utama manusia diciptakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta`ala yang artinya :

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Tugas ini adalah amanah dari Allah yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh manusia. Arti dasar ibadah adalah ketundukan dan kepasrahan. Dan yang dimaksud dengan ibadah adalah untuk mentauhidkan Allah, malaksanakan ajaran-ajaran agama-Nya, dan tidak melakukan penyembahahan selain kepada-Nya.

-Amanah Dakwah dan Jihad
Tugas dakwah dan jihad adalah amanah yang harus dipikul oleh orang muslim. Setiap muslim harus menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW : “Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemunkaran maka cegahlah dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka cegahlah dengan lisannya, dan jika ia tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)

B. Amanah terhadap sesama Manusia

Amanah terhadap sesama manusia memiliki cakupan yang luas, baik dari sisi orang yang menjadi sasaran amanah maupun dari sisi bentuk-bentuk amanah. Di antara bentuk-bentuk amanah adalah:

-Amanah dalam harta
Harta adalah amanah dari Allah yang harus dikelola dan dipergunakan untuk kebaikan. Allah telah memberikan petunjuk kepada kita untuk menunaikan amanah dalam harta, termasuk pula yang berkaitan dengan titipan, pinjaman, wasiat dan lain sebagainya.

Di antara amanah dalam harta yang harus ditunaikan seseorang adalah memberikan nafkah terhadap orang yang menjadi tanggungannya seperti isteri, anak, orang tua, dan pembantu, baik dalam bentuk makanan, pakaian, biaya pendidikan dan lain sebagainya.

Memberikan nafkah kepada keluarga merupakan jenis nafkah yang paling utama, karena memberikan nafkah kepada keluarga termasuk wajib, sedangkan yang lainnya termasuk sunnah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW : “Satu dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, satu dinar yang kamu infakkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang kamu infakkan kepada keluargamu, maka yang paling besar pahalanya adalah apa yang kamu infakkan kepada keluargamu.” (HR. Muslim)  

Begitu juga harta yang ada di dalam kendali seseorang dalam sebuah yayasan, organisasi atau negara yang bukan milik pribadinya, melainkan milik yayasan, organisasi atau negara tersebut, maka ia harus memeliharanya atau memberikannya kepada yang berhak. Berkaitan dengan ini Ibnu Taimiyah berkata di dalam bukunya As-Siyasah Asy-Syar`iyyah: “…Bagi setiap penguasa dan wakilnya dalam pemberian hendaknya memberikan setiap hak kepada pemiliknya, dan para pengurus harta itu tidak boleh membagikannya menurut keinginannya sendiri seperti pemilik harta membagikan hartanya, karena mereka adalah orang-orang yang diberikan amanah dan para wakil bukan pemilik.”

Sebagai amanah, maka orang yang menerima harta orang lain akan berurusan dengan Allah sebelum ia berurusan dengan orang yang memberikan amanah kepadanya. Jika dalam menerima amanah tersebut ia mempunyai niat untuk mengembalikannya, maka Allah pun akan membantunya untuk dapat mengembalikannya. Tapi jika ia mempunyai niat untuk tidak mengembalikannya, maka Allah pun akan membinasakannya. Jika ini dipahami dan diyakini oleh semua orang, maka tidak akan pernah terjadi korupsi di negeri ini.

-Amanah dalam fisik dan nyawa
Termasuk amanah terhadap orang lain adalah menahan diri untuk tidak menyakiti dan mengganggu fisik dan nyawa orang lain, seperti menghina, menyakiti, membunuh dan semacamnya. Rasulullah SAW bersabda,

المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده

“Orang muslim (sejati) adalah apabila orang-orang muslim disekitarnya merasa aman dari lisan dan tangannya.”

-Amanah dalam Kehormatan
Termasuk amanah terhadap orang lain adalah menjaga nama baik atau kehormatan orang lain, tidak mencemarkan nama baik atau merusak kehormatannya. Di antara perbuatan yang dilarang berkenaan dengan amanah ini adalah berghibah, mengadu domba, menuduh orang lain berzina, dan semacamnya.

-Amanah dalam Rahasia
Apabila seseorang menyampaikan sesuatu yang penting dan rahasia kepada kita, itulah amanah yang harus dijaga. Rasulullah bersabda,

إذا حدث رجل رجلا بحديث ثم التفت فهو أمانة (رواه أبو داود)

“Apabila seseorang membicarakan sesuatu kepada orang lain (sambil) menoleh ke kiri dan ke kanan (karena yang dibicarakan itu rahasia) maka itulah amanah (yang harus dijaga). (HR. Abu Dawud)

Dalam sebuah keluarga, suami isteri harus menjaga rahasia keluarga, lebih-lebih lagi rahasia ranjang. Masing-masing tidak boleh membeberkan rahasia ranjang keluarganya kepada orang lain, kecuali kepada dokter, penasehat perkawinan atau hakim pengadilan untuk tujuan yang sesuai dengan bidang tugas mereka masing-masing. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya amanah yang paling besar disisi Allah pada hari kiamat ialah menyebarkan rahasia isteri, misalnya seseorang laki-laki bersetubuh dengan isterinya, kemudian ia membicarakannya kepada orang lain tentang rahasia isterinya.” (HR. Muslim)

Begitu juga pembicaraan dalam sebuah pertemuan atau hasil keputusan yang dinyatakan rahasia, tidak boleh dibocorkan kepada orang lain yang tidak berhak mengetahuinya. Dalam hal ini Rasulullah bersabda, “Majelis pertemuan itu harus dengan amanah kecuali pada tiga majelis: Di tempat pertumpahan darah yang dilarang, di tempat perzinahan, dan di tempat perampokan.” (HR. Abu Dawud)

-Amanah dalam kekuasaan
Di antara amanah dalam kekuasaan ialah seseorang tidak menggunakan kekuasaan yang diberikan kepadanya untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau keluarganya. Ia tidak boleh mengambil tambahan dari gaji yang telah ditentukan untuknya dengan cara yang tidak benar, seperti menerima suap, atau menerima suap dengan nama hadiah, korupsi, kolusi, nepotisme dan sebagainya, karena semua itu adalah merupakan bentuk pengkhianatan dan penipuan yang akan membahayakan umat keseluruhan, yang jelas-jelas diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang kami angkat menjadi pekerja untuk mengerjakan sesuatu, dan kami beri upah menurut semestinya, maka apa yang ia ambil lebih dari dari upah yang semestinya, maka itu adalah korupsi.” (HR. Abu Dawud).

Di antara amanah dalam kekuasaan adalah memberikan suatu tugas atau jabatan kepada orang yang paling memiliki kapabilitas dalam tugas dan jabatan tersebut. memberikan tugas atau jabatan kepada orang yang tidak kapabel atau kepada seseorang yang dianggap kapabel padahal ada orang yang lebih kapabel lagi, disebabkan karena ada hubungan kerabat atau persahabata, satu daerah, suku, golongan, partai, atau karena suap dan semacamnya, berarti ia telah berbuat khianat dan akan menyebabkan kehancuran. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi:

إذا وسد الأمر إلى غير أهله فانتظر الساعة

“Apabila suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah datangnya kehancuran.”  (HR. Al-Bukhari)

Suatu ketika, Abu Dzarr menghadap kepada Rasulullah dan meminta jabatan, maka Rasulullah pun bersabda kepadanya, “Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya kamu itu adalah orang yang lemah, dan jabatan itu adalah amanah yang pada hari kiamat akan menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang dapat melaksanakan tugas kewajibannya dan memenuhi tanggungjawabnya.” (HR. Muslim)

Termasuk amanah juga, orang yang tidak memiliki kapabilitas dalam memegang suatu tugas atau jabatan kepemimpinan tidak boleh memintanya. Dalam tradisi masyarakat yang berpegang teguh kepada Islam, tidak ada seorang pun yang meminta jabatan kepemimpinan.

-Amanah dalam Ilmu Pengetahuan.
Di antara amanah dalam ilmu pengetahuan adalah menyebarluaskannya kepada masyarakat dan menerangi hati mereka. Orang yang menyembunyikan ilmunya berarti telah berbuat khianat terhadap ilmu tersebut dan Rasulullah mengancam orang yang bersikap demikian:

من سئل عن علم فكتمه, ألجمه الله بلجام من نار يوم القيامة

“Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya, maka Allah akan mengekangnya dengan kekangan api neraka pada hari kiamat nanti.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Di antara amanah dalam ilmu adalah kembali kepada yang benar setelah yang benar itu jelas. Seperti jika ada orang yang mengemukakan suatu pendapat, kemudian dia melihat bahwa ada dalil yang lebih kuat berbeda dengan pendapatnya, maka ia hendaknya mencabut pendapatnya dan beralih kepada dalil yang lebih kuat. Hal ini disinggung oleh Rasulullah dalam haditsnya: “Barangsiapa bersumpah dengan sebuah sumpah lalu ia melihat ada yang lebih baik selainnya, maka hendaklah ia mengambil yang lebih baik dan membayar kaffarah terhadap sumpahnya.”

Di antara amanah dalam ilmu adalah tidak malu menjawab dengan kalimat “Saya tidak tahu”, jika memang ia tidak mengetahui tentang suatu masalah.

C. Amanah terhadap Diri Sendiri

Amanah terhadap diri sendiri adalah bahwa seseorang tidak melakukan sesuatu kecuali yang paling baik dan paling bermanfaat bagi dirinya. Rasulullah SAW bersabda,

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

“Dari kesempurnaan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi, Malik dan Ahmad)

Semua nikmat yang Allah berikan kepada manusia harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik, seperti umur, kesehatan, dan bahkan seluruh organ yang ada pada tubuh manusia adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan dihadapan Allah kelak. Sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al Qur’an: “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan dimintai pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra: 36)

Abdullah bin Amru bin Al-Ash berkata, “Kemaluan itu adalah amanah, telinga adalah amanah, mata adalah amanah, lidah adalah amanah, ucapan adalah amanah, tangan adalah amanah, kaki adalah amanah, dan tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki sifat amanah.”

Kesimpulan

Amanah adalah sifat dan sikap yang wajib dimiliki oleh setiap muslim karena tidak ada iman tanpa amanah. Pada dasarnya, seluruh hidup kita selama di dunia ini sebenarnya adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Sehingga merugi dan celakalah orang yang tidak menunaikan amanah ini dengan sebaik-baiknya.

Cukuplah Rasulullah sebagai sosok manusia yang paling amanah, sampai kawan dan lawan pun merasa aman dan tenang hidup serta bermuamalah bersama dengan beliau. Sungguh bumi ini akan damai dan sejahtera jika setiap penghuninya melaksanakan semua kewajibannya dengan penuh rasa amanah. Rasulullah SAW bersabda,

كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته

“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban dari yang dipimpinnya.”

 ----------

[1] Abdurrahman Hasan Habannakah Al-Maydani, Al-Akhlaq Al-Islamiyyah wa Ususuha, (Damaskus: Dar Al-Qalam, cet. 2, 1407 H/1987 M), jld. 1, hal. 647.

[2] Ibrahim Muthafa, Al-Mu`jam Al-Wasith, (Istambul: Al-Maktabah Al-Islamiyyah, tth), h. 28.

[3] Wahbah Az-Zuhayli, At-Tafsir Al-Munir fi Al-Aqidah wa Asy-Syariah wa Al-Akhlak,(Beirut: Daar Al-Fikr Al-Muashir, 1418 H/1998 M), jld. 9, juz 8, hal. 9.

[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Ciputat: Lentera Hati, 1421 H/2000 M), cet. 1, vol. 2, hal. 458.

[5] Sayyid Sabiq, Islamuna, (Beirut: Daar Al-Kitab Al-Arabi, tth.) hal. 166-167.

[6] Wahbah Az-Zuhaily, jilid. 3, juz 5, hal. 123

[7] Sayyid Quthub, Fi Zhilal Al-Qur’an, jilid 2, hal. 688.

[8] Ibnu Taimiyah, As-Siyasah Asy-Syar`iyah fi Islah Ar-Rai`I wa Ar-Raiyyah, Daar Al-Ma`rifah, tth, hal. 9-10.

[9] Al-Qurthubi, Al-Jami` Li Ahkaam Al-Qur’an, jilid 3, hal. 166.


Senin, 13 Maret 2017

9S



Senang dan salut kepada mereka yang tiap pagi bisa tersenyum menyapa orang-orang di sekelilingnya.

Mereka menerapkan 3S (Senyum, Salam, Sapa) atau bahkan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun).

Lebih salut lagi jika hal tsb datang dari orang-orang yang saya tahu penghasilannya kecil, tapi tetap bisa 8S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Sama Siapa Saja). Yang bagi anak-anak muda generasi milenial susah untuk melakukannya karena terbiasa cuek. Bahkan juga mereka yang penghasilannya tinggi belum tentu bisa menerapkan 8S. Yang ada malah cemburut, kecut, seperti dirundung masalah.

Ternyata...kebahagian itu dimulai dari hal kecil.
Dan semua itu berawal dari rasa syukur akan nikmat setiap hari yang diberikan oleh Allah 'ajja wa jalla kepada kita, hamba yang dikasihi-Nya. Jadi rumusnya sekarang berubah menjadi 9S (Syukur, Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Sama Siapa Saja)...😊

Yuk....terapkan 9S !!

PEREMPUANMU BUKAN PEREMPUANKU



Perempuanmu bukan perempuanku…
Perempuanmu ingin menjadi tulang punggung
Perempuanku ingin menjadi tulang rusuk
Perempuanmu menuntut kesetaraan tanpa batas
Perempuanku menuntun kemuliaan tanpa batas

Perempuanmu bukan perempuanku...
Perempuanmu keluar melihat dunia dengan tubuh melenggok
Perempuanku keluar melihat dunia dengan tubuh tertutup
Perempuanmu keluar bekerja larut atas nama eksistensi
Perempuanku giat di rumah atas nama aktualisasi

Perempuanmu bukan perempuanku…
Perempuanmu merusak keluhuran mencari fatamorgana
Perempuanku meluruskan fitrah mencari kedamaian
Perempuanmu menerjang meradang melawan lelaki
Perempuanku merangkul merayu mendekap lelaki

Perempuanmu bukan perempuanku...
Perempuanmu terlatih merasai kekurangan lelaki
Perempuanku terlatih merasai kelebihan lelaki
Perempuanmu sabar mengasah lisannya mengutuki lelaki tangguh agar menjadi minder menatap dirinya
Perempuanku sabar membelai tangannya di punggung lelaki rapuh agar tetap bisa tegak menantang dunia

Perempuanmu bukan perempuanku…
Perempuanmu merubah dunia dengan nafsunya
Perempuanku merubah dunia dengan imannya
Perempuanmu merubah cinta menjadi benci atas nama feminisme
Perempuanku merubah benci menjadi cinta atas nama adam dan hawa

Menangis dunia kini karena perempuanmu menang dan digandrungi
Lupa engkau tanpa perempuanku engkau tak pernah ada
Lalai engkau tanpa perempuanku dunia tak akan beradab
Karena perempuanku adalah ibumu dan ibuku…

By. Satria hadi lubis

Selasa, 07 Februari 2017

SURAT TERBUKA UNTUK PARA ISTRI YANG SUAMINYA MENYEBALKAN


(Boleh dibaca oleh para suami)

Sering saya mendapat curhatan dari para isteri yang suaminya nyebelin. Ada yg suaminya punya kebiasaan buruk, pemikiran yg menyimpang sampai yang suka selingkuh. Ada juga suaminya kawin lagi gak bilang-bilang. Atau bilang, tapi kurang mampu berlaku adil.

Suami yang begini membuat isteri sedih, menjadi beban pikiran, bahkan ada yg depresi karena menangis berkepanjangan di malam-malam yang kelam.

Untukmu wahai para isteri...
Jika suamimu menyusahkanmu maka pahamilah lebih dahulu bahwa setiap laki-laki juga sedang belajar mensikapi masalah hidupnya yg keras. Bekerja mencari nafkah bagi keluarga, berkarir, terjun ke masyarakat dan berdakwah, semua itu memiliki tingkat stres yg berbeda-beda. Setiap lelaki mensikapi tuntutan tsb dgn cara yg berbeda pula. Ada yang cepat dewasa oleh tempaan masalah dan ada juga yg lambat dewasanya. Ada yang mencari solusi syar'i, tapi ada juga yg tergoda dgn jalan pintas. Ada yang cepat taubat, ada juga yg lambat taubatnya.

Pahami itu dulu wahai para isteri ...bahwa suamimu di luar sana punya persoalan sendiri yg mungkin tidak diceritakannya kepadamu. Lalu kamu datang mengeluh ini dan itu, menuntut ini dan itu. Termasuk di antaranya menuntut perhatian dan cintanya.

Sayangnya, sebagian isteri memintanya tanpa melihat kondisi suaminya. Contohnya, suami baru pulang kerja sudah disambut dgn seribu satu cerita yg intinya keluhan dan masalah, sehingga makin membuat mumet suami. Lalu ekspresi suami menjadi diam, acuh, bahkan ketus dan marah. Respon suami yg tdk sesuai harapan isteri ini kemudian menimbulkan praduga macam-macam yg ujungnya menjadi pertengkaran suami isteri. Akhirnya, keduanya merasa tidak dimengerti satu sama lain. Merasa tdk bahagia satu sama lain. Lalu penyalurannya muncul perilaku buruk yg semakin memperparah hubungan suami isteri.

Wahai para isteri....tahukah engkau mengapa laki-laki menikahimu? Engkau dinikahi karena lelaki pada dasarnya rapuh di balik egonya yg kuat. Lelaki butuh tempat berlabuh  untuk memperbaiki kerapuhan pikiran, hati dan jasadnya dari berbagai tekanan kehidupan. Itulah sebabnya engkau dinikahi, agar lelaki dapat berlabuh di hatimu yang menentramkan. Itulah sebabnya doa lelaki adalah : "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami).." (QS. 25:74).

Maka jadilah isteri penyenang hati suamimu. Sambutlah ia dgn senyummu yg paling manis, sambutlah ia dgn kelembutan kata dan berita gembira agar hatinya menjadi senang. Seperti yg dilakukan Ummu Sulaim yg tak langsung memberitahu suaminya, Abu Tholah, tentang kematian anak mereka karena baru pulang dari jihad. Tapi Ummu Sulaim terlebih dahulu melayani semua kebutuhan suaminya sampai tuntas. Baru setelah itu ia kabarkan tentang kematian anak mereka dgn cara yg lembut.

Wahai para isteri....tugas utama engkau adalah melayani suami. Saya ulangi, MELAYANI suami. Yang dimaksud melayani disini bukan mencucikan bajunya dan menyiapkan segala perlengkapan kerjanya karena itu bisa dilakukan oleh pembantu. Bukan juga tertawa, bercanda dan jalan-jalan karena itu bisa dilakukan oleh anak-anaknya atau teman-temannya. Bukan juga menasehatinya ini dan itu karena itu bisa dilakukan gurunya, atasannya atau orang tuanya. Namun yg dimaksud melayani disini adalah MEMUASKAN kebutuhan biologisnya. Karena hanya ini yg tdk bisa dilakukan oleh orang lain di sekitarnya, kecuali oleh isterinya. Jika ini yg dipahami isteri (yakni memenuhi kebutuhan biologis suaminya) dijamin hampir 80% masalah suami selesai. Yang 20% diselesaikan dgn bonus pelayanan isteri lainnya.

Jika masalah kebutuhan biologis suami selesai, maka ia akan besar hati dan ringan tangan memenuhi berbagai keinginan isterinya. Sebab lelaki akan pusing dan stres jika kebutuhan biologisnya tidak terpenuhi saat itu juga. Beda dgn perempuan yg bisa menahan keinginan biologisnya. Itulah sebabnya Rasulullah saw bersabda : "Demi jiwa Muhammad yang ada di Tangan-Nya. Seorang istri belum menunaikan hak Rabbnya, sebelum dia menunaikan hak suaminya. Seandainya suami meminta pelayanan dirinya dalam kondisi dia di dapur, maka dia (tidak diperkenankan) untuk menolaknya.” (HR. Ibnu Majah, 1853 dan dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih At-Targhib, 1938)

Banyak isteri yg mengeluh bahwa ia telah melayani suaminya dgn baik tapi koq tetap dikhianati. Ketika saya tanya, apakah ibu telah memuaskan kebutuhan biologis suami ibu, maka ia menjawab malu-malu dgn jawaban yg tak pasti. Ingatlah, tidak sempurna ketaatan seorang isteri jika suaminya masih gelisah terhadap kebutuhan biologisnya.

Wahai para isteri...belajarlah bagaimana cara memuaskan kebutuhan biologis suamimu. Tampillah bergairah di depannya. Kuasai ilmunya. Para ulama terdahulu telah membuat berbagai kitab tentang sex education yang syar'i. Pelajarilah dan lakukan komunikasi seksual terbuka dgn suami. Tanyakan kepada suami apa yg diinginkannya agar ia puas. Jangan belajar ilmu ini lewat jalan yg tdk syar'i. Misalnya melalui video porno atau sarana maksiat lainnya yang membuat kebutuhan mulia ini berubah menjadi hina.

Wahai para isteri...insya Allah rumah tanggamu akan tenteram dgn solusi yg disampaikan diatas. Namun jika engkau telah melayani kebutuhan biologis suamimu dengan baik, tapi suamimu tetap berkelakuan buruk dan selingkuh, maka kesalahan bukan terletak lagi padamu tapi di suamimu yang jahil dan lupa diri. Dia bertanggung jawab di hadapan Allah karena tdk bersyukur mendapatkan isteri yang sholihah.

Saran saya, walau suamimu menyebalkan tetaplah berbuat baik kepadanya. Tak perlu banyak memberi nasehat kepada suami yg sedang lupa diri karena hanya membuatnya makin marah. Doakan saja dan minta Allah memberikan berbagai ayat (pelajaran) di sekitar hidupnya agar ia cepat bertaubat.

Wahai para isteri...ketahuilah tujuan utama berumah tangga bukanlah untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia, tapi untuk menyempurnakan ibadahmu kepada Allah, sehingga engkau bisa masuk ke dalam surga-Nya. Seringkali Allah memberikan engkau suami yang baik, tapi kadangkala juga tidak, semua adalah jalan yang mengantarkan engkau ke surga-Nya.

Jika engkau mendapatkan suami yang menyebalkan maka bersabarlah. Sebab surgamu terletak di tangan suamimu. Rasulullah saw bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933). Dalam hadits lain disebutkan : "Wanita mana saja yang meninggal dunia, kemudian suaminya merasa ridho terhadapnya, maka ia akan masuk surga".  (HR Ibnu Majah, dan di hasankan oleh Imam Tirmidzi).

Oleh sebab itu, tetaplah taat dan melayani suami walau ia tak membalasnya dgn kebaikan. Toh hidup hanya sebentar. Engkau hanya butuh bersabar melayani suamimu yang menyebalkan sekian tahun, tapi imbalannya engkau mendapatkan surga selamanya karena diridhoi oleh suamimu.

Wahai para isteri...Memang engkau sakit hati dan berkorban perasaan karena suamimu yg menyebalkan. Tapi tidak mengapa. Toh.. hanya sebentar. Satu hari dalam perhitungan Allah sama dengan seribu tahun dalam perhitungan manusia. Jadi hanya kurang dari 1 jam engkau bersabar dgn kelakuan suamimu. Daripada engkau melawannya yg menyebabkan engkau tidak diridhoinya, sehingga tidak masuk surga-Nya. Malah masuk ke neraka-Nya.

Jika suatu ketika suamimu berubah makin baik itu adalah bonus dari Allah, tapi kalau tidak, yg penting engkau telah dapat surga-Nya karena telah menyenangkan suami untuk mendapat ridhonya.

Wahai para isteri....Jangan mudah juga meminta cerai jika suamimu menyebalkan. Termasuk jika suami berpoligami. Sebab jika suami yang berpoligami bisa berlaku adil dalam nafkah maka agama justru tidak menghalalkan isteri meminta cerai. Jangan terpengaruh dgn ajaran femenisme yang menuntut kesetaraan semu yg justru menyengsarakan fitrah manusia.

Wahai para isteri....Perlu diketahui bahwa wanita bercerai dan tdk punya suami (janda ditinggal hidup suami) lebih sulit masuk surganya daripada wanita bersuami. Kalau wanita bersuami syarat masuk surganya hanya tiga, yaitu sholat fardhu, puasa ramadhan dan taat kepada suami (serta menjaga kemaluannya). Rasulullah saw bersabda : "Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktu, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki.” (HR. Ibnu Hibban 9/471 no.4163 dan ath-Thabrani 5/34 no.4598 dan yang lainnya; dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Adab az-Zafaf 286).

Namun jika janda (kecuali yg ditinggal mati oleh suaminya dgn ridhonya) maka syarat masuk surganya jauh lebih berat dan banyak. Kedudukan janda yang bercerai hidup dgn suaminya sama dengan lelaki (suami), karena sekarang ia menanggung urusannya sendiri. Sedang ketika jadi isteri tanggung jawabnya ada di pihak suaminya.

Oleh sebab itu, mendingan tetap jadi istri. Selain masih ada yang menanggung dalam hal nafkah, juga lebih mudah masuk surganya. Modalnya "hanya" mengorbankan perasaan karena suami menyebalkan, karena harus tetap taat kepada suami yang menyebalkan.

Hal itu jauh lebih ringan daripada lelaki (suami) yang masuk surganya berat karena harus dihisab dgn berbagai pertanyaan. Suami juga lebih berat  pengorbanannya. Korban perasaan yg lebih banyak di kehidupannya yg luas, korban pemikiran yg lbh memusingkan, korban waktu yg lbh terbatas, korban tenaga yg lebih terkuras,  bahkan korban nyawa jika diperlukan untuk berjihad. Itulah sebabnya rata-rata usia lelaki lebih pendek daripada usia perempuan karena tekanan hidupnya lebih berat daripada perempuan.

Wahai para isteri....maka bersyukurlah menjadi isteri walau suami menyebalkan. Semoga Allah mengikhlaskan hatimu dan meringankan langkahmu untuk tetap menjadi isteri yang sholihah.##.

By. Satria hadi lubis

NB : akan menyusul surat terbuka untuk para suami yang isterinya menyebalkan.

MOMENTUM KEHIDUPAN



Paling tidak ada 6 (enam) momentum dalam perjalanan hidup yang bisa mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan kita di masa depan. Maka berhati-hatilah dalam mengambil keputusan pada enam momentum tsb. Sebab bisa membuat kita menyesal berkepanjangan.

Enam momentum itu ialah :

1. Saat memilih sekolah
Pilihlah sekolah (Perguruan Tinggi) yang sesuai bakat (minat) dan peluang kerja yang ada. Salah pilih sekolah akan membuat ilmu yang ditekuni menjadi agak mubazir dan sulit berkarir. Maklum, di Indonesia ijazah masih penting. Melamar pekerjaan masih melihat ijazahnya apa.

2. Saat memilih jodoh
Pilih jodoh yang sholih/sholihah. Jangan tergoda dengan kriteria lain, seperti fisik atau materi. Sebab pernikahan itu seumur hidup. Bekal kesholihan lebih langgeng daripada bekal lainnya. Banyak perceraian terjadi karena lemah iman dan matere.

3. Saat memilih pekerjaan
Pilih pekerjaan yg berkarir panjang dan sesuai bakat. Ingat, hampir 8 jam lebih per hari kita di tempat kerja. Rugi jika tidak bahagia. Uang bukan segalanya. Yang penting bahagia di tempat kerja (job happiness).

Untuk fresh graduate ada usia rawan sampai dengan usia 27 tahun untuk memilih pekerjaan. Setelah itu agak sulit mencari kerja, kecuali memutuskan untuk wirausaha atau menjadi profesional.

4. Saat memilih rumah
Pilih rumah yang home sweet home (baiti jannati). Cirinya, lingkungannya baik, tetangganya gaul, rumahnya asri, tidak terlalu ramai kendaraan dan dekat masjid. Rumah di lingkungan yang buruk akan menjadi ancaman tersendiri dalam mendidik anak-anak.

5. Saat memilih komunitas (teman bergaul)
Pilih teman bergaul yang baik dan membimbing menuju taqwa. Jangan sungkan menjauhi teman-teman yang buruk dan pikirannya hanya duniawi. Ingat, temanmu adalah siapa sebenarnya kamu.

6. Saat memilih pemimpin
Pilih pemimpin yang muslim, sholih dan amanah. Entah itu saat pemilihan ketua RT/RW, walikota/bupati, gubernur, bahkan presiden. Jangan golput dan cuek dengan pemilihan pemimpin di tempat kita. Salah memilih pemimpin bisa sengsara selama bertahun-tahun. Dan bisa mempengaruhi kondisi ekonomi, sosial, dan iman keluarga dan diri kita pribadi.

Sekali lagi, berhati-hatilah dalam mengambil keputusan pada enam momentum di atas. Pertimbangkan dengan matang. Bermusyawarahlah dengan orang-orang bijak. Dan jangan terburu-buru (emosional).

Saya melihat banyak mereka yang memiliki masalah serta kesedihan berkepanjangan disebabkan kesalahan dalam mengambil keputusan pada enam momentum di atas. Atau gabungan dari kesalahan dalam enam momen di atas.

Semoga Allah selalu membimbing kita di dalam setiap momen kehidupan...aamiin.

By. Satria hadi lubis