Senin, 11 September 2023

SEDIH SEKARANG, INSYA ALLAH BAHAGIA DI MASA DATANG

 By. satria hadi lubis

Hari-hari ini banyak orang tua yang akan melepaskan anaknya untuk kembali masuk pesantren atau bahkan pertama kali mengantarkan anaknya masuk pesantren.
Suasana yang mengharukan muncul di mana-mana. Berpisah dengan anak dan akan jarang bertemu dengan anak adalah berat bagi kebanyakan orang tua. Jauh lebih berat dari kesedihan yang dirasakan anaknya. Sebab kasih orang tua sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.
Hanya bedanya anak lebih ekspresif, bisa menunjukkan dengan tangisannya. Tapi orang tua mampu menahan ekspresi tangisnya.
Orang tua yang menitipkan anaknya ke pesantren bukanlah orang tua yang "membuang" anaknya. Ini pikiran keliru dari orang-orang yang tidak senang dengan pendidikan pesantren. Tidak senang dengan bagaimana Islam mengajarkan secara turun temurun dari zaman ulama salaf sampai sekarang cara mendidik anak menurut Islam.
Justru yang terjadi sebaliknya. Orang tua yang menitipkan anaknya di pesantren adalah orang tua yang bervisi jauh ke depan. Ingin melihat anaknya kelak menjadi pecinta Al Qur'an dan menjadi anak-anak yang sholeh. Menjadi pembela Islam di garda terdepan dan mewariskan pengetahuan Islam kepada generasi selanjutnya.
Orang tua yang menitipkan anaknya di pesantren rela mengorbankan perasaan rindunya kepada anak. Sedih sebenarnya tidak lagi rutin ketemu anak yang dicintainya.
Bukan itu saja, di antara orang tua yang menitipkan anaknya di pesantren juga harus berjibaku mendanai biaya anaknya di pesantren. Kepala menjadi kaki, kaki menjadi kepala. Demi untuk melihat anaknya tersenyum kelak BAHAGIA karena menjadi anak sholeh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.
Selamat membina diri anak-anakku di pesantren-pesantren di seluruh penjuru negeri. Jemputlah kelak ibu bapakmu di surga dengan mahkota al Qur'an-mu.
Sungguh kami rela bersedih-sedih sekarang untuk kebahagiaanmu kelak. Insya Allah!

URUS SAJA DIRIMU SENDIRI!

 By. Satria hadi lubis

ADA sebagian orang yang jika dinasehati menjawab dengan marah : "Urus saja dirimu sendiri!", "Ngapain juga usil dengan urusan gue!", "Kek dirinya udah bener aja...sampai sok suci nasehatin orang lain!", "Ini kan hak gue, lagian elo juga gak kasih makan ke gue!", dan ucapan ketus lainnya yang menunjukkan bahwa dia gak mau dinasehatin.
Jawaban semacam itu mungkin saja merupakan keberhasilan ideologi liberalisme dan induvidualiasme dengan berlindung atas nama Hak Azasi Manusia (HAM) untuk meracuni pola pikir manusia agar bebas melakukan apa saja, mengumbar syahwatnya tanpa batas.
Dampaknya, kini makin banyak orang yang minder menasehati orang lain karena kuatir dituduh mencampuri urusan orang lain dan tidak menghargai HAM.
Dampaknya dapat kita lihat, saat ini kerusakan moral makin menjadi-jadi. Mulai dari perilaku tidak beradab, mengumbar aib, sampai korupsi, narkoba, penyimpangan seksual (LaGiBeTe), dan lain-lain.
Padahal tak ada yang namanya kerusakan moral itu tidak menyebar jika didiamkan. Walau awalnya hanya segelintir orang yang melakukannya dan merusak dirinya sendiri (seperti narkoba atau seks bebas), tapi lama kelamaan hal itu akan menular ke masyarakat dan menjadi budaya baru. Dulu LaGiBete di Amerika dan Eropa ditolak, tapi lama kelamaan malah disahkan menjadi undang-undang.
Islam sebagai ajaran yang peduli dengan kebahagiaan manusia sudah menyampaikan jauh-jauh hari di dalam al Qur'an bahwa jika nasehat sudah tidak berjalan dan dimusuhi (dengan jawaban semisal "Urus saja dirimu sendiri!"), maka masyarakat akan rusak dan menuju kehancurannya.
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah" (Qs.3 ayat 110).
"Hendaklah kamu beramar makruf (menyuruh berbuat baik) dan benahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdoa dan tidak dikabulkan (doa mereka)." (HR. Abu Dzar).
Dari dua dalil di atas, Islam justru mengajarkan bahwa masyarakat terbaik adalah masyarakat yang budaya saling menasehatinya (amar ma'ruf nahi munkar) hidup.
Oleh karena itu, teruslah memberi nasehat (amar ma'ruf nahi munkar) walau dicela oleh orang-orang yang pemikirannya liberal induvidualistik. Yang kurang peduli terhadap masa depan bangsanya dari kerusakan moral.
Dan bagi kita yang dinasehati janganlah tersinggung dengan nasehat sekasar apapun selama esensinya baik, contohnya nasehat dari nitizen yang asal jeplak di medsos.
Untuk mereka yang baperan dengan menganggap nasehat orang lain mencampuri urusan pribadinya, maka jangan menyesal kalau nanti mati maka orang lain di sekitarnya akan berkata dengan ketus, "Urus saja dirimu sendiri! Sana jalan sendiri ke kuburan!"

PINTAKU KEPADA ANAKKU

 By. Satria hadi lubis

Wahai anak-anakku...
Bukankah engkau tahu ayat Allah berikut ini?
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (QS. At Tahrim: 6).
Ayat yang mulia ini menetapkan bahwa aku sebagai ayahmu akan dihisab atas benar atau tidaknya aqidah anak-anakku.
Ayat Allah yang agung ini menandaskan tentang tanggung jawabku terhadap baik atau buruknya akhlaq anak-anakku.
Sering aku merenung...
Akankah aku bisa selamat dari hisab api neraka akibat perbuatan anak-anakku?
Akankah aku dapat lulus dari pertanyaan-pertanyaan tajam yang Allah ajukan tentang mengapa begini dan begitu terhadap perbuatan anak-anakku?
Mampukah aku beragumentasi di hadapan Allah yang Maha Tahu mengapa aku gagal atau berhasil mendidik anak-anakku?
Sungguh semua kemungkinan hisab ini membuat aku khawatir di siang hari dan gundah di malam hari.
Karena membayangkan neraka yang penjaganya malaikat keras lagi kasar dan bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
Di keheningan malam-malam yang panjang...
Kadang menetes air mata ini karena ketakutanku akan hisab keluarga yang telah Allah tetapkan ini.
Mungkin aku tak seperti ayah lain yang lupa dan tak peduli dengan ayat tentang tanggung jawab keluarga ini.
Tapi aku peduli dan tak lupa !
Aku peduli dengan peran dan tanggung jawabku sebagai ayah.
Aku tak lupa bahwa aku akan dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatan anak-anakku kelak di yaumil hisab.
Itulah sebabnya aku bersusah payah mendidik kalian siang dan malam.
Itulah sebabnya pikiran dan hatiku gelisah memikirkan kesejahteraan kalian dalam lelahku mencari nafkah.
Itulah sebabnya aku berdoa dengan doa yang tak putus untuk kebahagiaan kalian....wahai anakku-anakku.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” (Qs. 25 ayat 74).
Pintaku.. wahai anak-anakku.
Tolong selamatkan aku dari hisab api neraka akibat pertanggungjawaban tentang anak ini.
Ketika tak ada lagi pertolongan anak kepada bapaknya dan pertolongan bapak kepada anaknya.
"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu terpedaya kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu terpedaya oleh penipu dalam (menaati) Allah" (Qs 31 ayat 33).
Tolong selamatkan aku... ayahmu ini dengan engkau menjadi anak-anak yang sholih sesuai syariat Islam.
Tak ada gunanya pemberian materi dari kalian jika aku tak selamat dari hisab api neraka ini.
Tak ada prestasi yang membanggakanku kecuali aku bisa tersenyum bahagia karena lolos dari hisab keluarga ini.
Lalu aku menyambut kalian ...wahai anak-anakku di surga kelak untuk berkumpul bersama selamanya.
Pintaku ...wahai anak-anakku.
Bantulah aku dalam kesabaranku yang berlipat ganda untuk membimbing kalian sampai ajalku tiba.
Mohonku...wahai anak-anakku.
Janganlah engkau menjadi musuh bagiku... ayahmu ini di hari hisab kelak.
Sungguh tak ada kesedihan dan kebahagian yang lebih besar selain datang dari kalian...wahai kekasih-kekasih hatiku.
Ya Allah...ya Robbana...saksikanlah bahwa aku sudah menyampaikan...
"Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Qs. 64 ayat 14).

FATHERLESS : AYAH ADA TAPI TIADA

 By. Satria hadi lubis

Fatherless adalah kondisi ketika ayah ada tapi tiada. Maksudnya, ayah ada di sebuah keluarga tapi perannya dalam membina anak-anaknya tidak dominan. Yang lebih dominan adalah ibu. Sedang ayah sibuk di luar rumah mencari nafkah atau sibuk dengan kegiatan lainnya.
Kondisi fatherless di Indonesia cukup memprihatinkan. Terbukti banyak sekali data yang menginformasikan tentang meningkatnya kenakalan remaja, meningkatnya kriminalitas dengan pelaku anak, meningkatnya pemakaian narkoba, perilaku seks bebas dan penyimpangan seksual serta lahirnya anak-anak yang mudah stres, depresi sampai bunuh diri.
Nanti jika anak-anak fatherless ini menikah dan berkeluarga, mereka tidak dewasa mengelola rumah tangganya. Muncul suami-suami yang tak mampu memimpin keluarga atau isteri-isteri yang tak mampu mengelola emosi, sehingga rentan terjadinya perceraian.
Berdasarkan laporan Statistik Indonesia 2023, kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada tahun 2022. Jelas angka ini meningkat 15% dibandingkan 2021 yang mencapai 447.743 kasus. Ini berarti di tahun 2022 setiap satu jam terjadi 60 perceraian di Indonesia!
Jadi dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang tumbuh kembang tanpa pengasuhan ayah (fatherless) akan lambat dewasanya. Usia psikologis anak akan jauh lebih lambat dari usia biologisnya.
Oleh sebab itu, "gerakan" mengembalikan ayah ke rumah untuk menjalankan peran sebagai pembina (pendidik) anak-anaknya perlu digesa segera agar masa depan bangsa tidak suram akibat menurunnya kualitas generasi mendatang.
Komunitas keayahan perlu diperbanyak, kampanye bahaya fatherless perlu ditingkatkan, dan seminar/kelas-kelas parenting perlu dihadiri oleh para ayah, sehingga kesadaran dan keahlian ayah untuk mengasuh anak semakin meningkat.
Peran penting ayah dalam keluarga ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Seorang ayah adalah bagian tengah dari gerbang surga. Jadi, tetaplah di gerbang itu atau lepaskan" (H.R. Tirmidzi).
Hadis di atas menggambarkan bahwa ayah merupakan kunci penting dalam membimbing dan mendidik anak dalam suatu keluarga untuk sukses dan masuk surga bersama.
Semoga para ayah semakin sadar pentingnya menjadi ayah yang sebenarnya untuk anak-anaknya.

PENTINGNYA BASA BASI

By. Satria hadi lubis

Anak-anak muda sekarang sering menganggap remeh pentingnya basa basi.
Jika berpapasan dengan orang lain, terutama yang lebih tua, mereka tidak senyum, salam dan sapa (3S). Walaupun itu adalah tetangganya atau orang tua yang dikenalnya.
Nanti ketika dewasa dan bekerja baru mereka merasa betapa pentingnya basa basi tersebut. Kondite mereka bukan saja diukur dari kompetensi, tapi juga dari moral dan kemampuan mereka menerapkan sopan santun (etiket).
Nah...basa basi adalah bagian dari sopan santun itu sendiri yang penting bagi masyarakat timur, termasuk Indonesia. Jangan sampai kita mengikuti budaya barat yang minim basa basi. Cuek terhadap orang lain dan induvidualistik.
Dengan basa basi, kita menghargai dan mengakrabkan diri dengan orang lain.
Kita adalah makhluk sosial yang diciptakan Allah untuk peduli dengan orang lain.
Suatu ketika kita pasti membutuhkan bantuan orang lain. Bisa jadi hal tersebut datang dari orang yang selama ini kita selalu berbasa basi dengannya walau tak begitu kenal dekat.
Rasulullah saw bersabda tentang pentingnya berbasa basi dengan senyuman :
"Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu” (HR Tirmidzi).
Betapa indahnya hidup ini jika sopan santun dan basa basi bisa diterapkan dalam pergaulan. Kita saling berbalas untuk berbasa basi dengan ikhlas dan hati yang lapang, sebagaimana firman Allah SWT :
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah penghormatan itu (dengan serupa dengannya)" (Q.s. An Nisa’ ayat 86).
Mari kita tingkatkan "kecerdasan" berbasa basi dan etiket (sopan santun), terutama bagi anak-anak muda yang makin tergerus dengan gaya hidup hedon dan induvidualistik.
Ketahuilah...bahwa basi basi tidak pernah basi.

NENEK MOYANG KITA BUKAN SEORANG PELAUT

 By. Satria hadi lubis

NENEK moyang umat Islam bukan seorang pelaut. Itu judul lagu. Nenek moyang kita adalah para nabi, sahabat nabi, ulama, dan orang-orang sholih sebelum kita. Karena kita disatukan dengan mereka oleh kesamaan iman.
Nenek moyang kita pernah menguasai dunia selama lebih kurang 1300 tahun (622 sd 1924 M). Semenjak Nabi saw hijrah ke Madinah sampai runtuhnya Khilafah Turki Utsmani.
Sedang Amerika baru menguasai dunia sejak 1945 setelah menang perang dunia kedua. Eropa sekitar 700 tahunan berjaya, semenjak menang perang Salib di akhir abad ke 13.
Jadi nenek moyang kita jauh lebih lama dari Amerika dan Eropa dalam menguasai dunia. Walau silih berganti dinasti yang berkuasa, mereka tetap hebat dan berpengaruh di dunia saat itu.
Rahasianya adalah hidup mereka bagai kuda pacuan. Mereka berlomba berprestasi dan sangat produktif. Disamping itu mereka hanya takut kepada Allah. Tidak cinta kepada dunia dan tidak takut kepada kematian.
Semua itu hasil dari belajar agama (tarbiyah Islamiyah) yang syamil wa mutakammil (integral dan menyeluruh) sebagai tradisi umat Islam saat itu. Lalu bersamaan dengan ditinggalkannya tarbiyah (menuntut ilmu agama) maka umat Islam perlahan tapi pasti mengalami kemunduran sampai saat ini.
Kita ditakdirkan Allah lahir dan hidup ketika umat Islam dalam keadaan terpuruk, sehingga wajar banyak diantara orang Islam saat ini yang minder terhadap Islam itu sendiri. Mereka seolah buta dengan kejayaan nenek moyangnya. Lalu terpesona dengan budaya luar, baik Barat maupun Timur.
Jadi, jika umat Islam ingin kembali jaya maka hiduplah seperti nenek moyangnya. Hidup dan matilah seperti nenek moyangnya. Mereka mengawali hidup dari belajar Islam dan mati dalam keadaan meyakini Islam. "Wa laa tamu tunna illa wa antum muslimun" (janganlah kamu mati kecuali setelah mengislamisasi kehidupanmu), al Quran surah 3 ayat 102.
Dengan tarbiyah Islam mereka meyakini dunia hanya persinggahan sementara menuju kebahagiaan surga.
Bekalnya adalah beramal menjadi pemakmur bumi, sehingga rahmat Allah swt dirasakan oleh semua manusia.
كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik" (Q.S. Ali 'Imran, Ayat 110).

AYAH....

 

Ayah....sosok yang dalam diamnya tak ragu mengasihi anaknya.
Ayah...yang kekuatirannya terhadap masa depan anaknya dilampiaskan dalam nasehat tanpa basa basi.
Ayah...yang siap pasang badan melindungi anaknya, walau anak mengecewakannya.
Ayah....tak pernah lelah mencari nafkah demi anaknya, walau kesehatannya makin ringkih.
Ayah....yang dalam memori anaknya sewaktu kecil lebih terlupakan kenangan manis bersamanya lebih daripada ibu.
Ayah...yang berdoa untuk kesuksesan anaknya tanpa kata, tanpa jeda. Gemetar membayangkan hisabnya kelak tentang iman dan amal anaknya.
Ayah...pengorbananmu tak terbalas, jasamu sering terlupakan. Keikhlasanmu tanpa pamrih.
Ayah...kini kau telah tiada
Maafkan aku
karena tak dapat melupakan rinduku kepadamu...
By. Satria hadi lubis

HORMAT UNTUK LAKI-LAKI


By. Satria hadi lubis
LAKI-LAKI adalah ciptaan Allah yang menakjubkan.
Dia rela membagi penghasilannya untuk menafkahi anak dan istrinya, ketika ia sebenarnya bisa menggunakannya untuk dirinya sendiri.
Dia mau bekerja siang dan malam agar keluarganya hidup senang dan berkecukupan, ketika ia sebenarnya bisa santai tanpa tanggung jawab.
Dia korbankan masa lajangnya dan ikhlas menua bersama satu perempuan, ketika ia sebenarnya bisa memilih perempuan-perempuan lainnya.
Dia bina masa depan keluarganya
dengan hutang di sana sini
dan membayar cicilannya yang tak lunas-lunas,
sampai stres.
Walau dia telah bersusah payah...
tapi masih dimarahi atasan dan isterinya serta dikecewakan anaknya yang tak menurut dan melupakan jasanya.
Memang hidup laki-laki itu untuk MENGALAH dan MEMBAHAGIAKAN orang lain.
Di sisi lain, seorang laki-laki juga serba salah :
Kalau dia keluar rumah,
kata orang dia ngelayap...
Kalau dia tinggal di rumah, kata orang dia malas...
Kalau dia menangis, kata orang dia cengeng...
Kalau dia tidak menangis, kata orang dia tak punya perasaan...
Kalau dia marahi anaknya,
kata orang dia galak dan tak tahu cara mendidik anak...
Kalau dia tak marah, kata orang
dia laki-laki yang tak tegas...
Kalau dia tak membolehkan isterinya bekerja, kata orang dia mengungkung isterinya...
Kalau dia membolehkan isterinya
bekerja, kata orang dia makan penghasilan isteri...
Kalau dia dengar apa kata ibunya, kata orang dia anak mami...
Kalau dia dengar kata isterinya, kata orang dia DKI
(Dibawah Ketiak Istri)...
Namun di tengah keserbasalahan dan tuduhan tersebut, laki-laki
tetap TEGAR....
HORMAT kita untuk laki-laki (sejati)...
Semoga Allah memberkahi laki-laki dengan segala pengorbanannya dan memberikan pahala berlimpah...aamiin.

SURGA HANYA UNTUK ORANG YANG BAHAGIA

By. Satria hadi lubis
SURGA hanya untuk orang yang hidupnya sudah bahagia ketika di dunia.
Karena itu Allah SWT memanggil para calon penghuni surga dengan sebutan "Jiwa yang tenang (bahagia)."
"Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
dan masuklah ke dalam surga-Ku" (Qs. Al Fajr ayat 27-30).
Tidak peduli apakah ia kaya atau miskin, tenar atau tidak tenar, berpangkat atau tidak berpangkat. Yang penting jiwanya tenang dan bahagia.
Sebaliknya, mereka yang jiwanya tidak tenang, hatinya selalu dengki dan sombong, walau kaya, tenar dan berpangkat, maka mereka belum memenuhi syarat untuk masuk surga.
"Dan yang menyertai dia berkata: “Inilah yang tersedia pada sisiku telah siap.” Allah berfirman: “Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat menghalangi kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sesembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat” (QS. Qaf ayat 23-26).
Sifat-sifat yang disebutkan pada ayat di atas adalah sebagian dari sifat orang-orang yang tidak bahagia hidupnya di dunia, sehingga akhirnya masuk neraka.
Oleh sebab itu jika ingin masuk surga (yang isinya ketenangan), maka kita harus menyiapkan diri lebih dahulu untuk menjadi orang yang jiwanya tenang (bahagia) ketika di dunia.
Lalu apakah ciri orang yang hidupnya di dunia tenang dan bahagia? Cirinya adalah :
1. Beriman dan beribadah kepada Allah.
2. Berdakwah dan memberikan manfaat kepada orang lain (beramal sholih).
3. Sabar dan bersyukur.
3. Selalu berdoa untuk mendapatkan kematian yang baik (husnul khotimah).

TIDAK CUKUP MENJADI ORANG YANG BAIK

 

By. Satria hadi lubis
Tidak cukup kita menjadi orang yang baik. Sebab orang baik belum tentu ikhlas. Arti ikhlas adalah orang yang hanya mencari ridho dan pahala Allah semata.
Orang yang pamrih kepada selain Allah, pamrih kepada sanjungan, perhatian, dan imbalan dunia, merusak perasaan dan menjauhkan ketenangan jiwa. Menimbulkan berbagai penyakit hati dan kekecewaan.
Yang membuat kita tak bahagia.
Padahal Allah ingin kita bahagia dan selamat.
Hidup hanya sekali....saudaraku
Merugi kita berbuat baik tapi tidak ikhlas. Kita tak akan mendapat pahala dan ridho Allah SWT.
Bukankah surga hanya untuk orang yang ikhlas?
Sedang orang baik yang pamrih kepada selain Allah tidak akan selamat di akhirat?
Bukankah orang yang ikhlas pasti baik.
Tapi orang yang baik belum tentu ikhlas?
Perhatikan dalil berikut :
”Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan (orang kafir), lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan” (Qs. 25 ayat 23).
"kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (ikhlas)" (Qs. 26 ayat 89).
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus?" (Qs An-Nisa' (4) ayat 125).
Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil, yaitu riya’ (tidak ikhlas)” (HR Ahmad).
Maka janganlah bangga menjadi orang yang baik.
Melajulah terus menjadi orang yang ikhlas (yang pasti baik).
Hanya orang ikhlas yang pasti bahagia dan selamat.

LAYAK DIHINA

By. Satria hadi lubis
Ketika hidup loe dihabiskan untuk hal-hal yang tak berguna.
Bawaannya males untuk ngapa-ngapain, rebahan, nonton, scroll-scroll dan nge-game terus.
Lebih suka lowbat otaknya daripada mikir.
Udah gitu males ibadah dan gak percaya Kemahakuasaan Allah dalam mengatur seluk beluk hidup loe.
Dan itu berlangsung lama, bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.
Maka pada saat itu loe LAYAK dihina.
Ketahuilah....bahwa keadaan loe yang sekarang adalah dampak dari kebiasaan loe selama bertahun-tahun di masa lalu.
Ketika saat ini yang loe dapetin banyak sialnya dan banyak gagalnya, maka itu hasil dari karakter loe yang minus sejak dulu.
Jika ingin berubah dan hidup loe makin baik di masa depan, maka banting setirlah untuk mengubah kebiasaan loe mulai hari ini!
Emang sih...banyak orang yang pengen hasilnya instan.
Hari ini jadi orang baik, langsung besoknya atau minggu depan atau bulan depannya udah banyak dapat cuan dan keberuntungan hidup.
Itu bulshit man...!
Inget ya..!
Gak keliatan hasilnya secara instan jika loe berubah, tapi butuh waktu lama untuk menuai hasilnya.
Kemalangan atau keberhasilan hidup loe adalah hasil dari hukum TANAM TUAI. Salah satu dari sekian banyak hukum alam (sunnatullah) yang berlaku bagi siapa saja.
Apa yang loe tanam hari ini itulah yang akan loe tuai di hari esok.
Maka jika nasehat dari orang lain, "teguran" dari Allah, dan loe sendiri emang udah bebal untuk berubah, sehingga karakter buruk loe nempel terus, maka emang loe LAYAK DIHINA.
"Mereka diliputi KEHINAAN di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali Allah (hablum minallah) dan tali dengan manusia (hablumminannas). Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka MENGINGKARI ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas" (Qs. 3 ayat 112).

SEPANJANG JALAN KENANGAN

 By. Satria hadi lubis

Semakin menua kita, semakin panjang jalan kenangannya. Semakian mudah kita kangen dengan masa lalu yang dulu dijalani biasa-biasa saja, tapi kini menjadi luar biasa dan ngangenin.
Jika waktu bisa diputar ulang, ingin rasanya kembali ke masa lalu, ketika kita masih kecil atau remaja.
Ketika orang tua masih ada dan ketika orang-orang yang kita kangeni di masa lalu masih ada.
Ketika bermain di sawah lapang, berlari-lari mengejar layangan dengan kaki ngeker.
Ketika belajar di sekolah sambil bernyanyi diiringi dengan memukul-mukul meja saat guru tak ada.
Tertawa lepas, bergurau gembira, seakan dunia ini isinya hanya gelak dan tawa.
Hidup tak selamanya indah, tapi yang indah itu tetap hidup dalam kenangan.
Namun masa tak bisa berhenti, terus berjalan menuakan kita. Tak peduli apakah kita setuju atau tidak, siap atau tidak siap.
Lalu akhirnya kita bekerja, menikah dan terjun ke masyarakat dengan peran dan tanggung jawab yang tak ringan.
Mulai bersikap dewasa dan mendewasakan orang lain, mendidik dan belajar serta mencari nafkah dengan peluh dan lelah.
Itulah jalan hidup...
Yang akan dilalui oleh setiap anak manusia.
Sepanjang jalan kenangan tak ada artinya tanpa sepanjang jalan harapan menuju masa depan di dunia dan akhirat.
Jangan hidup hanya dengan kangen dan nostalgia.
Hiduplah untuk saat ini, hari ini, dengan sepenuh hati dan pikiran, mewujudkan aksi setapak demi setapak menuju kesuksesan masa depan di dunia dan akhirat.
Masa lalu dengan kenangan manisnya harus menjadi pelajaran dan batu pijakan untuk merangkai kebahagiaan hari ini dan di masa depan.
Biarkan yang lalu menjadi kenangan dan pengalaman karena masa depan masih menanti untuk diperjuangkan dan masa kini menyapa untuk dinikmati sepenuh hati.
"Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan" (Qs. 2 ayat 134).

AIB DI DUNIA, AIB DI AKHIRAT


By. Satria hadi lubis
AIB membuat malu jika terungkap. Itulah sebabnya salah satu doa orang yang beriman meminta kepada Allah agar aibnya disembunyikan.
Dalam Sahih Ibn Hibban, doa ini diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Umar yang mendengar bahwa Rasulullah saw. selalu membaca doa ini pagi dan sore.
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينِي، وَدُنْيَايَ، وَأَهْلِي، وَمَالِي، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِي، وَآمِنْ رَوْعَاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِي مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِي، وَعَنْ يَمِينِي، وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأَعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي». (صحيح ابن حبان)
"Ya Allah, aku memohon keselamatan dunia dan akhirat pada-Mu. Aku memohon ampunan dan keselamatan agama, dunia, keluarga, dan hartaku. Tutupilah segala aib (kekuranganku), tenangkanlah hatiku, jagalah depan, belakang, kanan, kiri, dan atasku. Aku berlindung pada-Mu dari musibah yang tak terduga" (HR. Ibnu Hibban).
Dalam kenyataannya, ada orang yang aibnya dibuka Allah di dunia, seperti yang dialami oleh para artis yang viral karena selingkuh atau politikus yang ketahuan korupsi.
Ada juga yang kelak dibuka aibnya di Yaumul Hisab.
"(Allah berfirman), "Inilah kitab (catatan) Kami yang menuturkan kepadamu dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan" (Qs. 45 ayat 29).
Namun ada juga yang aibnya ditutupi Allah kelak di Yaumil Hisab.
“Tidaklah seorang hamba menutupi (aib) seorang hamba (yang lain) di dunia melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat” (HR Muslim).
Jadi terkait aib ini ada empat golongan manusia :
1. Manusia yang aibnya dibuka Allah di dunia dan di akhirat.
2. Manusia yang aibnya ditutup Allah di dunia dan di akhirat.
3. Manusia yang aibnya ditutup Allah di dunia, tapi dibuka di akhirat.
4. Manusia yang aibnya dibuka Allah di dunia, tapi di tutup di akhirat.
Kita memohon kepada Allah agar termasuk orang-orang yang aibnya ditutup Allah di dunia dan akhirat.
Caranya dengan rendah hati, tidak sombong dan tidak terpancing untuk membongkar aib orang lain. Sambil terus berusaha memperbaiki diri agar aib kita berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia.
Ketahuilah...aib itu seperti sampah busuk yang ditutupi, jika ia terbuka niscaya semua orang akan lari menjauhi kita.
Kita disanjung bukan karena kita hebat, tapi karena Allah masih menutupi aib kita.