By. Satria hadi lubis
DULU sewaktu kecil kita bercita-cita setinggi langit
Semakin dewasa, semakin realistis
Hanya ingin punya rumah, kalau perlu beberapa
Tetapi setelah susah payah berusaha
Yang didapat hanya satu rumah, itu pun luasnya tak seberapa
Itupun sudah sesak riuh dengan anak-anak
Semakin menua, rumah yang riuh dengan anak-anak semakin sepi karena anak-anak pergi dengan prioritasnya masing-masing
Tinggallah rumah yang dipakai hanyalah bagian kamar untuk tidur dan kamar mandi
Bagian rumah lainnya semakin jarang dipakai, bahkan dikunjungi saja tidak
Dibiarkan kosong dan berdebu, karena tak lagi kuat untuk membersihkannya
Apalagi jika rumahnya berlantai dua atau tiga.
Ternyata kavling kita semakin menyempit bersamaan dengan bertambahnya usia
Mungkin rumah hanya ramai ketika lebaran atau kegiatan silaturahim
Selain itu sepi melompong bertahun-tahun
Rumah yang luas tak lagi perlu karena jalan saja sudah susah
Hanya tempat tidur yang terpakai, sesekali ke kamar mandi
Ambisi besar yang dulu dimiliki untuk memiliki kavling luas dan harta berlimpah tak lagi bisa dinikmati
Kalah oleh tubuh yang menua dan takdir yang jelas
Bahwa kita hanya butuh kavling yang sedikit
Berusaha kaya memang boleh, tapi tak usah bermewahan dan serakah menghalalkan segala cara
Sebab yang kita nikmati di masa tua hanya kavling yang semakin menyempit, yaitu kamar tidur dan kamar mandi
Hingga akhirnya di akhir hayat yang kita tiduri selamanya hanya kavling seluas 1x2 meter
Yang dekorasinya sama, tak peduli kita kaya atau miskin
Yang namanya sama : kuburan
"Dunia sudah pergi meninggalkan, dan akhirat datang menghampiri, dan setiap dari keduanya ada pengekornya, maka jadilah kalian dari orang-orang yang mendambakan kehidupan akhirat dan jangan kalian menjadi orang-orang yang mendambakan dunia, karena sesungguhnya hari ini (di dunia) yang ada hanya amal perbuatan dan tidak ada hitungan dan besok (di akhirat) yang ada hanya hitungan tidak ada amal.” (HR. Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar