Selasa, 20 Maret 2018
PLAGIAT?
By. Satria Hadi lubis
Suatu ketika sebuah mobil yg sedang melaju kencang berpapasan dgn mobil lain di sebuah tikungan yg sepi. Pengemudi mobil lain tersebut langsung berteriak, "Sapiii !!" kepada pengemudi yg mobilnya sedang melaju kencang. Langsung saja pengemudi yg diteriaki sapi tsb marah karena merasa dicemooh dan balik berteriak tak kalah kencang, "Loe yang sapi!!!". Tiba-tiba mobilnya benar-benar menabrak rombongan sapi yg sedang melintas di tengah jalan.
Pengemudi yg pertama berteriak sapi sebenarnya sedang mengingatkan pengemudi yg mobilnya melaju dengan kencang bahwa ada sapi yg sedang menyeberang, tapi pengemudi yg membalas dgn marah itu menduga bahwa ia sedang dicemooh, sehingga yg terjadi adalah tabrakan mobilnya dgn rombongan sapi. Inilah PERSEPSI (Zhon, dalam bahasa Arab).
Setiap orang hidup dgn persepsinya masing-masing. Dan al Qur'an menyuruh kita untuk memiliki persepsi (zhon) yang baik-baik saja agar tdk kena musibah seperti yg dialami pengemudi yg mobilnya melaju kencang dalam cerita di atas. "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang" (Qs. 49 ayat 12).
Itulah sikap saya, selalu berpersepsi baik (husnuzhon) jika ada orang yg saya kenal atau tidak mengambil tulisan-tulisan saya di Facebook, twitter, blog atau website. Atau mengutip tulisan saya tanpa izin di buku-buku saya atau membuatnya menjadi e book (jumlahnya kalau tdk salah baru 17 buku). Atau mengutip tanpa izin dari makalah, hand out dan slide saya pada ratusan seminar dan pelatihan yg saya diminta mengisinya.
Saya husnuzhon bahwa tulisan saya yg diambil tanpa izin itu bukan bermaksud bahwa orang tsb melakukan plagiat, tapi semata ingin menyebarkan kebaikan. Malah saya sangat berterima kasih jika tulisan saya tersebar walau tanpa ada nama saya. Sebab berarti pahala amal jariyah akan saya dapatkan dan nilai-nilai dakwah sampai kemana-mana. Bukankah hal itu merupakan salah satu dari sekian banyak kebahagiaan hakiki? Bukankah hal itu merupakan warisan bermakna yg diidamkan-idamkan banyak orang, seperti sabda Nabi saw : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim).
Oleh sebab itu, saya kurang sependapat jika ada orang yg dengan mudahnya menuduh plagiat kepada orang lain yg mengambil tulisan orang lain. Apalagi di masa kini dimana begitu derasnya tulisan bersliweran di media sosial dan mesengger. Belum tentu mereka yg mengutip atau meng-copy paste tulisan orang lain tanpa mencantumkan nama penulisnya melakukan plagiat. Selama ia tidak mengklaim tulisan tsb karyanya maka lebih baik kita bersangka baik bahwa mereka menyebarkan tulisan tsb dgn maksud menebarkan nilai-nilai kebaikan.
Saya agak gemes kepada penulis-penulis muda yg kebetulan tulisannya di FB atau medsos viral tapi sdh sombong dan marah kalau namanya tidak dicantumkan. Padahal bisa jadi orang yg mengutipnya tidak tahu itu tulisannya. Padahal menulis buku saja mereka belum pernah.
Saya sependapat dgn Yusuf Qordhowi dan Sayyid Quthb rahimahullah yang pernah membahas tentang hukum copy right dalam Islam. Singkatnya beliau berdua tidak sependapat dgn pengertian copy right dalam pandangan Barat. Bagi seorang muslim (dalam batas tertentu) tdk mengapa tulisan atau karyanya diambil orang lain. Tidak perlu seketat etika copy right seperti pemahaman orang Barat yg materialistik.
Bagi seorang muslim, keuntungan pahala akibat karyanya disebar luas justru jauh lebih besar daripada keuntungan materinya. Itulah sebabnya kita melihat di jaman kejayaan Islam dengan ratusan ulamanya yg luar biasa (Imam Syafi'i, Ibnu Sina, dll) tidak ada yang namanya copy right (hak paten) seperti yg dipahami Barat. Hal itu karena mereka sudah cukup dgn pahala amal jariyah yg didapat dan tdk mempermasahkan keuntungan materi.
Malulah kita pada ulama-ulama yg menulis kitab ilmiah berjilid-jilid dan nilainya lebih tinggi daripada tulisan kita, tapi tidak nyinyir ketika tulisannya dikutip tanpa izin karena mereka tahu ilmu yg dia tulis adalah milik Allah swt. Oleh sebab Itu, janganlah kita mempermasalahkan tulisan kita di media sosial atau ranah publik lainnya yg diambil orang lain. Selain bisa merusak ukhuwah, juga menunjukkan keangkuhan kita karena mampu menulis.
Kecuali untuk tulisan ilmiah di ranah akademisi atau karya yg benar-benar baru (inovasi) yg memang perlu ketat memakai etika copy right, maka berbesar hatilah --wahai saudara-saudaraku-- untuk tidak marah atau su'dzhon jika tulisan atau karya kita dipakai orang lain.
Biarlah Allah yang memberikan pahala atas kebaikan tersebarnya tulisan kita. Biarlah Allah yg memberikan pahala kepada setiap orang yg meng-copas tulisan orang lain tanpa izin. Biarlah dakwah berkembang dengan kontribusi masing-masing kita tanpa su'zhon dgn tuduhan plagiatisme.
Jumat, 16 Maret 2018
RADIKALISME
Jika yg dimaksud radikal itu kembali ke akar (radiks). Kembali pada ajaran yg asli dan benar. Maka al Quran malah menganjurkan kita untuk radikal, yakni Istiqomah (Qs.41 ayat 30).
Jika yg dimaksud radikal itu adalah menyebarkan paham yg menyimpang (radikalisme), maka al Quran justru melarangnya (Qs. Al Fatihah).
Jika yg dimaksud radikal adalah penyimpangan ajaran, maka dalam setiap umat beragama pasti ada orang yg radikal. Bukan hanya dalam tubuh umat Islam.
Istilah radikal adalah rancu. Membingungkan dan meresahkan. Sebaiknya gunakan istilah ekstrem (eks=keluar, trem=garis).
Istilah ekstrem lebih tepat karena merujuk pada orang yg menyimpang dlm memahami ajaran agamanya.
Orang ekstrem itu :
-Menghalalkan segala cara, termasuk tindakan terorisme
-Merasa dirinya atau kelompoknya saja yg benar. Yang lainnya salah.
-Mendahulukan kekerasan, bukan kelembutan sehingga menimbulkan antipati orang yg berbeda agama/paham.
-Sulit toleransi dan menerima perbedaan pendapat. Lalu menggalang hoax untuk memfitnah kelompok yg dianggap musuhnya.
-Takut berlebihan atau bahkan nekad menyerang tanpa kompromi terhadap perbedaan.
Semua keekstreman bersumber dari pemahaman yg salah terhadap teks-teks agama. Ditambah merasa diperlakukan tdk adil oleh lingkungan.
Orang ekstrem itu mengambil sebagian, dan membuang sebagian. Orang Yahudi dilaknat Allah karena melakukan hal demikian.
Sudah menjadi sunnatullah dlm perjuangan bahwa tahapan, kelembutan dan dialog merupakan kata kunci keberhasilan. Bukan agitasi, kekerasan dan frontal tanpa tahapan. Kecuali kalau sang pejuang ingin dikenang sbg penjahat, bukan pahlawan.
Itulah sebabnya sudahi cara-cara kekerasan dalam berdakwah. Sudahi cara-cara yg frontal seperti ingin mendirikan khilafah tapi mengingkari demokrasi. Sudahi cara-cara yg emosional dan tdk kritis terhadap politik dan siasatnya, sehingga mudah didikte. Sudahi cara-cara yg lbh banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Sudahi debat kusir antar golongan tapi lupa esensi persatuan umat.
Jangan hancurkan negeri gemah ripah loh jinawi ini dgn tindakan ekstrem. Negara ini dibangun oleh para founding father, yg sebagian besar ulama, agar menjadi negeri baldatun thoyyiban wa robbun gofur. Pancasila rumusan dasar negaranya. Maka jangan benturkan Islam dgn Pancasila. Selain mubazir, juga kontra produktif. Lebih baik warnai kehidupan masyarakat dgn nilai-nilai Islam. Warnai kehidupan bernegara dgn nilai-nilai rahmatan lil alamin.
Bersatu bersama dalam ketundukan kepada Tuhan yg menciptakan semua manusia. "Atas berkat rahmat Allah...." (Pembukaan UUD'45).
Inilah mimpi indah saya dan kamu. Semoga.
By. Satria Hadi Lubis
BEGINILAH SEHARUSNYA AKTIVIS DAKWAH
Ikhtisar Buku :
By. Satria Hadi Lubis
"Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas.Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah.Dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barang siapa yang lemah memikul beban ini, maka ia terhalang dari pahala besar mujahid. Dan tertinggal bersama-sama orang –orang yang duduk. Lalu Allah swt akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban dakwah ini" (Imam asy-syahid Hasan al-Bana)
Ada 4 pokok pembahasan dalam buku ini :
1. Sikap Terhadap Kemenangan Dan Kesuksesan Dakwah
2. Mencetak Kader : Modal Menggapai Kemenangan
3. Terdepan Mengabdi Untuk Melayani Umat
4. Menata Organisasi, Meraih Kemenangan
Mari kita bahas satu persatu.
Pertama: Sikap Terhadap Kemenangan Dan Kesuksesan Dakwah
"Kami Tidak Mengaharapkan Sesuatu Dari Manusia; Tidak Mengharapkan Harta Benda Atau Imbalan Lainnya, Tidak Juga Popularitas, Apa Lagi Sekadar Ucapan Terima Kasih. Yang Kami Harap Hanyalah Allah, Dzat Yang Telah Menciptakan Kami" (Imam asy-syahid Hasan al-Bana)
Kemenangan yang hakiki adalah adanya pertolongan Allah atas setiap ikhtiar yang kita lakukan.
Tidak ada namaya kesuksesan kecuali karena pertolongan Allah swt.
Allah SWT telah meme
berikan banyak kemenangan dan kesuksesan kepada kita, seperti dipelihara-Nya iman kita, diizinkan-Nya kita bergabung dalam jamaah dakwah ini, diberikannya kemudahan kepada kita untuk menyebarkan dakwah, dan lain-lain.
Sesungguhnya kesuksesan (pertolongan Allah swt) kita lebih banyak dari pada kegagalan.
Tidak ada celah sedikitpun bagi kita untuk sombong dengan menganggap kemenangan itu berkat upaya kita, baik upaya secara individual maupun jama'ah.
Jadi hakikat kemenangan dan kesuksesan itu pada dasarnya berupa pertolongan demi pertolongan Allah swt yang selalu menghampiri kita, seperti bertambahnya aktivis dakwah, menyebarnya fikrah, meluasnya areal dakwah, meningkatnya berbagai keahlian, masuknya dakwah pada tataran politik, dan lain-lain.
Kesuksesan bisa membunuh orang yang lalai dengan kesuksesan tsb, tapi juga bisa mengantarkan untuk memperoleh kesuksesan berikutnya, tergantung bagaimana kita menyikapi kesuksesan.
Bagaimana cara menyikapi kemenanganan dan kesuksesan?
Dalam surat an-nashr:1-3 kita diperintahkan bertasbih, bertahmid dan beristighfar setelah datang pertolongan Allah. Karena yang membedakan kita dengan yang lain adalah ibadah kita. Yang membuat Allah swt cinta hingga kita diberi hadiah kemenangan.
Perlu kita camkan : kesuksesan itu merupakan bukti Allah SWT mencintai kita,karena kita diberi kehormatan sebagai perantara-Nya dalam menyampaikan ayat – ayat-Nya.
Bertasbih,tahmid dan istighfar bukan sekedar zikir dilisan tapi harus menghujam dalam kalbu dan terealisasi dalam bentuk amal. Contoh nyata bagi kita, yaitu Rasulullah, setelah fathu makkah, banyak agenda besar yang beliau lakukan, diantaranya:
1. Membebaskan Abu Sufyan dan orang – orang semcamnya.
2. Menghancurkan berhala tetapi disisi lain tidak langsung meninggikan bangunan ka’bah
3. Meneruskan perjuangan sampai menguasai seluruh jazirah Arab.
4. Mempertahankan soliditas jamaah
5. Melakukan kaderisasi kepemimpinan.
6. Merealisasikan janji untuk membawa keadilan dan kesejahteraan.
Dua: Mencetak Kader ; Modal Menggapai Kemenangan
"Jangan sampai perhatian kita kepada politik mengalahkan perhatian kita kepada tarbiyah" (Syeikh Mustafa Masyhur).
Memang, tarbiyah bukanlah segala-galanya, tapi segala-galanya berawal dari tarbiyah.
Ada 2 bentuk tarbiyah, Tarbiyah komunal (tarbiyah ijtimaiyah) dan tarbiyah individual (tarbiyah dzatiyah). Keduanya sama-sama penting karena masing-masing mempunyai keistimewaan sendiri dalam menjaga komitmen (iltizam) dakwah.
Wasiat Hasan al-Bana : ”Kewajiban utama bagi kita sebagai aktifis dakwah adalah menyampaikan kepada manusia tentang batas-batas islam secara jelas dan sempurna, tanpa ditambah dan dikurangi, dan tidak pula membuat rancu ajarannya. Hal yang demikian itu merupakan aspek teoritis dari fikrah kami. Kemudian pada saat yang bersamaan kami menuntut dan mengkondisikan mereka untuk mewujudkan dalam amal nyata. Hal yang kedua ini merupakan aspek amali dari fikrah kami”.
Inilah agenda besar tarbiyah. Karena tarbiyah adalah ruh gerakan kita. Tarbiyah adalah jiwa dalam amal dakwah kita. Sekali kita menggeser tarbiyah menjadi kegiatan sekunder, kita menjauhkan dakwah ini dari tujuannya sekaligus membuat dakwah rapuh dan jauh dari kemenangannya.
Agenda tarbiyah bertujuan mencetak kader berkualitas sebanyak-banyaknya. Dalam istilah Al-Qur’an ini disebut ribbiyuuna katsiir. Ada 5 hal yang perlu dilakukan dalam agenda besar tarbiyah:
1. Membudayakan tarbiyah dzatiyah. Tarbiyah dzatiyah di sini bukan sebatas membaca buku atau mengembangkan pemahaman dan ilmu secara mandiri, tetapi yang paling mendasar adalah meningkatkan ibadah yaumiyah. Tarbiyah dzatiyah berarti upaya personal kader dakwah untuk bermujahadah (upaya sungguh-sungguh) membiasakan ibadah-ibadah sunnah. Mulai dari tilawah, qiyamullail, shalat sunnah, dzikir, hingga puasa sunnah. Tarbiyah dzatiyah seperti itu akan membuat ikhwah lebih imun terhadap godaan, mencegahnya dari kemaksiatan dan membuatnya istiqamah di medan perjuangan
2. Penyegaran halaqah/usrah. Yakni dengan terus memperbaiki dinamika halaqah/usrah, sekaligus produktifitasnya. Dinamis agar tidak jenuh dan jemu, tidak dikalahkan oleh dakwah ammah yang gegap gempita. Produktif maksudnya halaqah/usrah bukan sekedar “dinikmati” dan dirindukan tiap pekan, tetapi juga mampu mencapai tiga tujuan utamanya, yakni : membentuk muwashafat peserta, mencetak peserta menjadi murabbi dan mengembangkan potensi secara maksimal.
3. Mencetak muwajih. Karena tidak semua mad’u dan simpatisan tertarik langsung dengan halaqah, majelis taklim adalah sarana dakwah yang masih cukup efektif. Minat terhadap taklim semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah simpatisan dan meluasnya medan dakwah. Namun, ketersediaan muwajih taklim masih sangat terbatas sehingga agenda kaderisasi untuk mencetak muwajih menjadi sangat penting.
Struktur dan halaqah perlu membuat sistem yang efektif untuk merealisasikan agenda ini.
4. Mencetak murabbi. Sebagaimana halaqah/usrah merupakan sarana paling efektif dalam kaderisasi, ketersediaan murabbi/naqib juga sangat penting. Selain menyelenggarakan daurah atau program lain untuk menyiapkan murabbi, sebqiknua juga ada sertifikasi murabbi untuk memacu ikhwah menjadi murabbi yang handal.
5. Mengokohkan fikrah dakwah. Terutama pada era jamahiriyah yang tantangannya semakin beragam dan manuver siyasah terus berkembang. Agar asholah fikrah tidak tergerus dari kader dakwah. Salah satu cara yang bisa dilakukan secara personal aktivis dakwah adalah dengan mengkaji kembali buku-buku mufakir dakwah generasi awal.
Ketiga: Terdepan Mengabdi Untuk Melayani Umat
Rasulullah SAW bersabda: ”Barang siapa yang menghilangkan penderitaan seorang muslim, maka Allah kan membebaskannya dari kesulitan di Hari Kiamat”
Melayani umat bukanlah strategi dakwah, tetapi ia adalah bagian dari amal sekaligus tujuan dakwah. Maka kemenangan dakwah juga harus diikuti dengan peningkatan pelayanan untuk umat. Hal ini tentu saja diiringi dengan peningkatan pemahaman dakwah.
Paling tidak ada 8 hal yang perlu dilakukan dalam agenda pelayanan umat, terutama ketika dakwah menuai kemenangan: 1.Meningkatkan pemahaman politik
2.Meningkatkan citra Islam yang damai
3.Memberantas korupsi
4.Menegakkan supremasi hukum dan disiplin
5.Memprioritaskan pendidikan
6.Membangun ekonomi Islam dan meningkatkankesejahteraan
7.Mewarnai media massa
8.Menjalin silaturahim dengan kelompok lain
Keempat: Menata Organisasi, Meraih Kemenangan
“Setelah berdiri pemerintahan Islam saja kita tidak boleh mengesampingkan tarbiyah.Terlebih lagi jika kita baru memperoleh kemenangan sedikit dari perjuangan panjang menegakkan Daulah dan Khilafah Islamiyah.” (Dr. Ali Abdul Halim Mahmud).
Dengan mengoptimalkan segala potensi kader hingga memunculkan kesiapan dan stok pemimpin yang mampu memimpin hingga mengokohkan wilayah dakwah dengan tujuan agar semua dapat merasakan keberkahan dakwah yang utuh.
Ini juga merupakan agenda penting agar organisasi semakin kokoh sehingga kerja-kerja dakwah lebih mudah dan pelayanan umat berjalan optimal.
Agar organisasi dakwah semakin kuat, maka perlu dilakukan 7 langkah utama:
1.Meningkatkan kemampuan manajemen. Meliputi kecerdasan dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
Penyebab umat islam tertinggal karena lemahnya kemampuan oraganisasi, kita terbiasa mengelola orgonisasi secara amatiran.
Cara meningkatkan keterampilan manajerial adalah : menambah pengalaman berorganisasi dan belajar dari pengalaman tsb, membaca buku terkait teori manajemen, mengikuti pelatihan atau training keorganisasian.
2.Meningkatkan karakter kepemimpinan (leadesrdhip) dalam diri aktivis dakwah.
Karakterk kepemimpinan adalah karakter untuk mampu mempengaruhi orang lain dan membuat seseorang selalu terdepan (pelopor) dalam perubahan.
Hal yang mesti dilakukan adalah: meningkatkn kepercayaan diri untuk memimpin, harus memiliki kemampuan untuk selalu berprestasi / kebutuhan untuk berprestasi (need for achievment). Sebagaimana dalam surat al Maidah ayat 48 : "dan berlomba- lombalah kamu dalam kebaikan".
Kita harus`memiliki mental juara bukan mental pecundang, sebagaimana Surat al Imran ayat 110 : "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia". Dan dalam surat Al Anfaal ayat 60: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi".
3. Memberdayakan personil berbasis potensi (potensi adalah kekuatan yang tersembunyi yang dimiliki oleh setiap orang).
Allah SWT telah memberikan setiap orang potensi yang berbeda- beda. Yang bekerja sesuai dengan potensinya akan menghasilkan karya yang lebih optimal daripada mereka yang bekerja tidak sesuai dengan potensinya.
Dakwah membutuhkan berbagai keahlian (kafaah). Maka keahlian yang beragam itu harus dibingkai dalam sebuah amal jama’i yang harmonis dan solid.
Dakwah harus lebih memperhatikan pengembangan potensi para kadernya dan memberdayakan sesuai dengan potensinya masing-masing.
Dakwah tidak mungkin mengandalkan lagi orang- orang yang serba bisa (generalis) untuk mengelola dakwah. Ke depan dibutuhkan orang- orang yang spesialis di bidangnya dalam mengemban dakwah ini
4. Menyeimbangkan piramida dakwah. Menyeimbangkan pertumbuhan kuantitas dengan kualitas. Jumlah anggota setiap jenjang dalam tarbiyah (marhalah) harus bertambah secara proporsional.
5. Mengokohkan wilayah dakwah.
Agenda yang dapat dilakukan untuk penyebaran kader dakwah adalah :
-Memberikan wawasan kepada kader tentang pentingnya penyebaran aktivis dakwah
-Program pemindahan kader dengan melakukan analisis tentang prospek kepindahannya dan menyediakan sarana dan prasarana terkait kepindahannya
6.Memberdayakan perempuan.
Watak perempuan yang suka bersosialisasi, maka hal ini perlu diperhatikan, terutama dalam tugas struktural dan peran sebagai muballighah.
7.Mengokohkan keluarga. Peningkatan kekokohan keluarga harus terus dilakukan, diantaranya meningkatkan nilai – nilai kesetiaan, pembagian peran suami istri, pemberian nafkah dan pendidikan anak.
Ada 3 sendi yang perlu dikokohkan dalam keluarga: Sendi tarbiyah, Sendi Komunikasi, dan Sendi Ekonomi.
Mari kita renungkan alimat bijak dari Imam Syahid : “Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiaannya ditengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang baik bagi tanah air dibawah naungan Islam yang hanif. Akulah lelaki bebas yang telah mengetahui rahasia wujudnya, maka ia pun berseru, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah swt dan tiada sekutu baginya. Kepada yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang – orng yang berserah diri. Inilah Aku, Dan kamu, kamu sendiri siapa??"
Semoga kita termasuk aktivis dakwah yang berupaya mencapai kondisi ideal seperti yg dipaparkan dalam buku ini, hingga menjadi salah seorang yang ambil bagian dalam menanam saham kemenangan dakwah.
By. Satria Hadi Lubis
"Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas.Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah.Dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barang siapa yang lemah memikul beban ini, maka ia terhalang dari pahala besar mujahid. Dan tertinggal bersama-sama orang –orang yang duduk. Lalu Allah swt akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban dakwah ini" (Imam asy-syahid Hasan al-Bana)
Ada 4 pokok pembahasan dalam buku ini :
1. Sikap Terhadap Kemenangan Dan Kesuksesan Dakwah
2. Mencetak Kader : Modal Menggapai Kemenangan
3. Terdepan Mengabdi Untuk Melayani Umat
4. Menata Organisasi, Meraih Kemenangan
Mari kita bahas satu persatu.
Pertama: Sikap Terhadap Kemenangan Dan Kesuksesan Dakwah
"Kami Tidak Mengaharapkan Sesuatu Dari Manusia; Tidak Mengharapkan Harta Benda Atau Imbalan Lainnya, Tidak Juga Popularitas, Apa Lagi Sekadar Ucapan Terima Kasih. Yang Kami Harap Hanyalah Allah, Dzat Yang Telah Menciptakan Kami" (Imam asy-syahid Hasan al-Bana)
Kemenangan yang hakiki adalah adanya pertolongan Allah atas setiap ikhtiar yang kita lakukan.
Tidak ada namaya kesuksesan kecuali karena pertolongan Allah swt.
Allah SWT telah meme
berikan banyak kemenangan dan kesuksesan kepada kita, seperti dipelihara-Nya iman kita, diizinkan-Nya kita bergabung dalam jamaah dakwah ini, diberikannya kemudahan kepada kita untuk menyebarkan dakwah, dan lain-lain.
Sesungguhnya kesuksesan (pertolongan Allah swt) kita lebih banyak dari pada kegagalan.
Tidak ada celah sedikitpun bagi kita untuk sombong dengan menganggap kemenangan itu berkat upaya kita, baik upaya secara individual maupun jama'ah.
Jadi hakikat kemenangan dan kesuksesan itu pada dasarnya berupa pertolongan demi pertolongan Allah swt yang selalu menghampiri kita, seperti bertambahnya aktivis dakwah, menyebarnya fikrah, meluasnya areal dakwah, meningkatnya berbagai keahlian, masuknya dakwah pada tataran politik, dan lain-lain.
Kesuksesan bisa membunuh orang yang lalai dengan kesuksesan tsb, tapi juga bisa mengantarkan untuk memperoleh kesuksesan berikutnya, tergantung bagaimana kita menyikapi kesuksesan.
Bagaimana cara menyikapi kemenanganan dan kesuksesan?
Dalam surat an-nashr:1-3 kita diperintahkan bertasbih, bertahmid dan beristighfar setelah datang pertolongan Allah. Karena yang membedakan kita dengan yang lain adalah ibadah kita. Yang membuat Allah swt cinta hingga kita diberi hadiah kemenangan.
Perlu kita camkan : kesuksesan itu merupakan bukti Allah SWT mencintai kita,karena kita diberi kehormatan sebagai perantara-Nya dalam menyampaikan ayat – ayat-Nya.
Bertasbih,tahmid dan istighfar bukan sekedar zikir dilisan tapi harus menghujam dalam kalbu dan terealisasi dalam bentuk amal. Contoh nyata bagi kita, yaitu Rasulullah, setelah fathu makkah, banyak agenda besar yang beliau lakukan, diantaranya:
1. Membebaskan Abu Sufyan dan orang – orang semcamnya.
2. Menghancurkan berhala tetapi disisi lain tidak langsung meninggikan bangunan ka’bah
3. Meneruskan perjuangan sampai menguasai seluruh jazirah Arab.
4. Mempertahankan soliditas jamaah
5. Melakukan kaderisasi kepemimpinan.
6. Merealisasikan janji untuk membawa keadilan dan kesejahteraan.
Dua: Mencetak Kader ; Modal Menggapai Kemenangan
"Jangan sampai perhatian kita kepada politik mengalahkan perhatian kita kepada tarbiyah" (Syeikh Mustafa Masyhur).
Memang, tarbiyah bukanlah segala-galanya, tapi segala-galanya berawal dari tarbiyah.
Ada 2 bentuk tarbiyah, Tarbiyah komunal (tarbiyah ijtimaiyah) dan tarbiyah individual (tarbiyah dzatiyah). Keduanya sama-sama penting karena masing-masing mempunyai keistimewaan sendiri dalam menjaga komitmen (iltizam) dakwah.
Wasiat Hasan al-Bana : ”Kewajiban utama bagi kita sebagai aktifis dakwah adalah menyampaikan kepada manusia tentang batas-batas islam secara jelas dan sempurna, tanpa ditambah dan dikurangi, dan tidak pula membuat rancu ajarannya. Hal yang demikian itu merupakan aspek teoritis dari fikrah kami. Kemudian pada saat yang bersamaan kami menuntut dan mengkondisikan mereka untuk mewujudkan dalam amal nyata. Hal yang kedua ini merupakan aspek amali dari fikrah kami”.
Inilah agenda besar tarbiyah. Karena tarbiyah adalah ruh gerakan kita. Tarbiyah adalah jiwa dalam amal dakwah kita. Sekali kita menggeser tarbiyah menjadi kegiatan sekunder, kita menjauhkan dakwah ini dari tujuannya sekaligus membuat dakwah rapuh dan jauh dari kemenangannya.
Agenda tarbiyah bertujuan mencetak kader berkualitas sebanyak-banyaknya. Dalam istilah Al-Qur’an ini disebut ribbiyuuna katsiir. Ada 5 hal yang perlu dilakukan dalam agenda besar tarbiyah:
1. Membudayakan tarbiyah dzatiyah. Tarbiyah dzatiyah di sini bukan sebatas membaca buku atau mengembangkan pemahaman dan ilmu secara mandiri, tetapi yang paling mendasar adalah meningkatkan ibadah yaumiyah. Tarbiyah dzatiyah berarti upaya personal kader dakwah untuk bermujahadah (upaya sungguh-sungguh) membiasakan ibadah-ibadah sunnah. Mulai dari tilawah, qiyamullail, shalat sunnah, dzikir, hingga puasa sunnah. Tarbiyah dzatiyah seperti itu akan membuat ikhwah lebih imun terhadap godaan, mencegahnya dari kemaksiatan dan membuatnya istiqamah di medan perjuangan
2. Penyegaran halaqah/usrah. Yakni dengan terus memperbaiki dinamika halaqah/usrah, sekaligus produktifitasnya. Dinamis agar tidak jenuh dan jemu, tidak dikalahkan oleh dakwah ammah yang gegap gempita. Produktif maksudnya halaqah/usrah bukan sekedar “dinikmati” dan dirindukan tiap pekan, tetapi juga mampu mencapai tiga tujuan utamanya, yakni : membentuk muwashafat peserta, mencetak peserta menjadi murabbi dan mengembangkan potensi secara maksimal.
3. Mencetak muwajih. Karena tidak semua mad’u dan simpatisan tertarik langsung dengan halaqah, majelis taklim adalah sarana dakwah yang masih cukup efektif. Minat terhadap taklim semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah simpatisan dan meluasnya medan dakwah. Namun, ketersediaan muwajih taklim masih sangat terbatas sehingga agenda kaderisasi untuk mencetak muwajih menjadi sangat penting.
Struktur dan halaqah perlu membuat sistem yang efektif untuk merealisasikan agenda ini.
4. Mencetak murabbi. Sebagaimana halaqah/usrah merupakan sarana paling efektif dalam kaderisasi, ketersediaan murabbi/naqib juga sangat penting. Selain menyelenggarakan daurah atau program lain untuk menyiapkan murabbi, sebqiknua juga ada sertifikasi murabbi untuk memacu ikhwah menjadi murabbi yang handal.
5. Mengokohkan fikrah dakwah. Terutama pada era jamahiriyah yang tantangannya semakin beragam dan manuver siyasah terus berkembang. Agar asholah fikrah tidak tergerus dari kader dakwah. Salah satu cara yang bisa dilakukan secara personal aktivis dakwah adalah dengan mengkaji kembali buku-buku mufakir dakwah generasi awal.
Ketiga: Terdepan Mengabdi Untuk Melayani Umat
Rasulullah SAW bersabda: ”Barang siapa yang menghilangkan penderitaan seorang muslim, maka Allah kan membebaskannya dari kesulitan di Hari Kiamat”
Melayani umat bukanlah strategi dakwah, tetapi ia adalah bagian dari amal sekaligus tujuan dakwah. Maka kemenangan dakwah juga harus diikuti dengan peningkatan pelayanan untuk umat. Hal ini tentu saja diiringi dengan peningkatan pemahaman dakwah.
Paling tidak ada 8 hal yang perlu dilakukan dalam agenda pelayanan umat, terutama ketika dakwah menuai kemenangan: 1.Meningkatkan pemahaman politik
2.Meningkatkan citra Islam yang damai
3.Memberantas korupsi
4.Menegakkan supremasi hukum dan disiplin
5.Memprioritaskan pendidikan
6.Membangun ekonomi Islam dan meningkatkankesejahteraan
7.Mewarnai media massa
8.Menjalin silaturahim dengan kelompok lain
Keempat: Menata Organisasi, Meraih Kemenangan
“Setelah berdiri pemerintahan Islam saja kita tidak boleh mengesampingkan tarbiyah.Terlebih lagi jika kita baru memperoleh kemenangan sedikit dari perjuangan panjang menegakkan Daulah dan Khilafah Islamiyah.” (Dr. Ali Abdul Halim Mahmud).
Dengan mengoptimalkan segala potensi kader hingga memunculkan kesiapan dan stok pemimpin yang mampu memimpin hingga mengokohkan wilayah dakwah dengan tujuan agar semua dapat merasakan keberkahan dakwah yang utuh.
Ini juga merupakan agenda penting agar organisasi semakin kokoh sehingga kerja-kerja dakwah lebih mudah dan pelayanan umat berjalan optimal.
Agar organisasi dakwah semakin kuat, maka perlu dilakukan 7 langkah utama:
1.Meningkatkan kemampuan manajemen. Meliputi kecerdasan dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
Penyebab umat islam tertinggal karena lemahnya kemampuan oraganisasi, kita terbiasa mengelola orgonisasi secara amatiran.
Cara meningkatkan keterampilan manajerial adalah : menambah pengalaman berorganisasi dan belajar dari pengalaman tsb, membaca buku terkait teori manajemen, mengikuti pelatihan atau training keorganisasian.
2.Meningkatkan karakter kepemimpinan (leadesrdhip) dalam diri aktivis dakwah.
Karakterk kepemimpinan adalah karakter untuk mampu mempengaruhi orang lain dan membuat seseorang selalu terdepan (pelopor) dalam perubahan.
Hal yang mesti dilakukan adalah: meningkatkn kepercayaan diri untuk memimpin, harus memiliki kemampuan untuk selalu berprestasi / kebutuhan untuk berprestasi (need for achievment). Sebagaimana dalam surat al Maidah ayat 48 : "dan berlomba- lombalah kamu dalam kebaikan".
Kita harus`memiliki mental juara bukan mental pecundang, sebagaimana Surat al Imran ayat 110 : "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia". Dan dalam surat Al Anfaal ayat 60: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi".
3. Memberdayakan personil berbasis potensi (potensi adalah kekuatan yang tersembunyi yang dimiliki oleh setiap orang).
Allah SWT telah memberikan setiap orang potensi yang berbeda- beda. Yang bekerja sesuai dengan potensinya akan menghasilkan karya yang lebih optimal daripada mereka yang bekerja tidak sesuai dengan potensinya.
Dakwah membutuhkan berbagai keahlian (kafaah). Maka keahlian yang beragam itu harus dibingkai dalam sebuah amal jama’i yang harmonis dan solid.
Dakwah harus lebih memperhatikan pengembangan potensi para kadernya dan memberdayakan sesuai dengan potensinya masing-masing.
Dakwah tidak mungkin mengandalkan lagi orang- orang yang serba bisa (generalis) untuk mengelola dakwah. Ke depan dibutuhkan orang- orang yang spesialis di bidangnya dalam mengemban dakwah ini
4. Menyeimbangkan piramida dakwah. Menyeimbangkan pertumbuhan kuantitas dengan kualitas. Jumlah anggota setiap jenjang dalam tarbiyah (marhalah) harus bertambah secara proporsional.
5. Mengokohkan wilayah dakwah.
Agenda yang dapat dilakukan untuk penyebaran kader dakwah adalah :
-Memberikan wawasan kepada kader tentang pentingnya penyebaran aktivis dakwah
-Program pemindahan kader dengan melakukan analisis tentang prospek kepindahannya dan menyediakan sarana dan prasarana terkait kepindahannya
6.Memberdayakan perempuan.
Watak perempuan yang suka bersosialisasi, maka hal ini perlu diperhatikan, terutama dalam tugas struktural dan peran sebagai muballighah.
7.Mengokohkan keluarga. Peningkatan kekokohan keluarga harus terus dilakukan, diantaranya meningkatkan nilai – nilai kesetiaan, pembagian peran suami istri, pemberian nafkah dan pendidikan anak.
Ada 3 sendi yang perlu dikokohkan dalam keluarga: Sendi tarbiyah, Sendi Komunikasi, dan Sendi Ekonomi.
Mari kita renungkan alimat bijak dari Imam Syahid : “Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiaannya ditengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang baik bagi tanah air dibawah naungan Islam yang hanif. Akulah lelaki bebas yang telah mengetahui rahasia wujudnya, maka ia pun berseru, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah swt dan tiada sekutu baginya. Kepada yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang – orng yang berserah diri. Inilah Aku, Dan kamu, kamu sendiri siapa??"
Semoga kita termasuk aktivis dakwah yang berupaya mencapai kondisi ideal seperti yg dipaparkan dalam buku ini, hingga menjadi salah seorang yang ambil bagian dalam menanam saham kemenangan dakwah.
JADWAL IBADAH HARIAN
Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan
1. Agenda pada sepertiga malam akhir
a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,
b. Menunaikan shalat witir
c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh. Tidur sejenak jika lelah.
Rasulullah saw bersabda:
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)
2. Agenda Setelah Terbit Fajar
a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh
” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)
b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا
“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)
وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ
“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.
c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.
Rasulullah saw bersabda:
وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا
“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)
بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)
d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ
“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)
e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi
Dalam hadits nabi disebutkan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ
” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)
Agenda prioritas : Membaca Al-Quran dengan dicicil. Jika 1 juz sehari berarti dicicil sehabis sholat fardhu 5 halaman. Juga membaca zikir pagi/petang (Al matsurat).
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78).
3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat
Rasulullah saw bersabda:
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah. Dan semua itu tergantikan dengan dua rakaat sholat dhuha”. (Bukhari dan Muslim)
4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ
“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)
Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)
d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari
Allah berfirman :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)
Rasulullah saw bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله
“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .
5. Agenda saat shalat Zhuhur
a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki
b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang shalat rawatib 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).
6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar
a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid
b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ
“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)
c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah
Rasulullah saw bersabda:
وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ
“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.
Agenda prioritas : Membaca Al-Quran. Juga membaca zikir pagi/petang (Al matsurat).
7. Agenda sebelum Maghrib
a. Menghafal Al-Quran
b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media
c. Menyibukkan diri dengan doa
Rasulullah saw bersabda:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Doa adalah ibadah”
8. Agenda setelah terbenam matahari
a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib
b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)
c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat
d. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً
“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)
9. Agenda pada waktu shalat Isya
a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid
b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat
c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim
d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid
e. Dakwah melalui media atau lainnya
f. Menghafal Al-Quran
Agenda prioritas : Membaca Al Qur'an untuk menyempurnakan target bacaan Al Qur'an.
Tidur paling lambat jam 9-10 malam agar bisa sholat tahajud. Lagipula begadang tiada artinya.
Note : ibadah yang sifatnya sunnah bisa fleksibel waktu dan jumlahnya. Namun yang penting dilakukan secara rutin. Walau mungkin tidak bisa dilakukan semuanya. Yang penting ada kemauan dan usaha yg kuat untuk melaksanakannya.
By. Satria hadi lubis.
BARU KUSADARI
Baru kusadari ..
Hidup ini sederhana
Sekedar bersyukur saja cukup sudah.
Keinginan yang terus menuntutlah yang membuat hidup menjadi rumit dan memberatkan.
"Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya)" (Qs. 27:73).
Baru kusadari..
Sakit hati sebenarnya kata lain dari tdk mau melepas pasrah saja, karena merasa memiliki.
Padahal jika ikhlas dan sadar bahwa semua milik dan terjadi atas kehendak-Nya maka akan plong dada ini dan lega tanpa ada beban perasaan.
"Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan" (Qs. 3:109).
Baru kusadari..
Keinginan memperbaiki orang lain, termasuk orang-orang yang dicintai bisa berlebihan dan memaksa.
Yang tanpa sadar mengambil hak Allah untuk mengendalikan hamba-hambaNya.
"Sesungguhnya engkau tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk" (Qs.28:56).
Baru kusadari
Perubahan pikiran ini semudah membalikkan telapak tangan
Terombang ambing jika tidak waspada
Maka waspadalah dgn selalu zikir dan senantiasa meminta perlindungan-Nya.
Lengah sedikit bisa menjadi penyesalan berkepanjangan jika pikiran itu diwujudkan dalam amal yang buruk.
"Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya"
Baru kusadari..
Ternyata masih banyak yang harus kupelajari
Kesombongan dan rasa malaslah yg membuat aku bodoh untuk memahami kebesaran Allah dalam setiap urusanku
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Qs. 41:53)
Baru kusadari....
Hidup ini sederhana
Sekedar bersyukur saja cukup sudah.
Keinginan yang terus menuntutlah yang membuat hidup menjadi rumit dan memberatkan.
"Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya)" (Qs. 27:73).
Baru kusadari..
Sakit hati sebenarnya kata lain dari tdk mau melepas pasrah saja, karena merasa memiliki.
Padahal jika ikhlas dan sadar bahwa semua milik dan terjadi atas kehendak-Nya maka akan plong dada ini dan lega tanpa ada beban perasaan.
"Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan" (Qs. 3:109).
Baru kusadari..
Keinginan memperbaiki orang lain, termasuk orang-orang yang dicintai bisa berlebihan dan memaksa.
Yang tanpa sadar mengambil hak Allah untuk mengendalikan hamba-hambaNya.
"Sesungguhnya engkau tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk" (Qs.28:56).
Baru kusadari
Perubahan pikiran ini semudah membalikkan telapak tangan
Terombang ambing jika tidak waspada
Maka waspadalah dgn selalu zikir dan senantiasa meminta perlindungan-Nya.
Lengah sedikit bisa menjadi penyesalan berkepanjangan jika pikiran itu diwujudkan dalam amal yang buruk.
"Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya"
Baru kusadari..
Ternyata masih banyak yang harus kupelajari
Kesombongan dan rasa malaslah yg membuat aku bodoh untuk memahami kebesaran Allah dalam setiap urusanku
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Qs. 41:53)
Baru kusadari....
MARI PERANGI HOAX
By. Satria Hadi Lubis
Hoax (berita bohong) adalah perbuatan dosa. Bahkan bisa memasukkan seseorang ke neraka jika sering dilakukan tanpa sempat bertaubat. Dalilnya : "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing menuju kebaikan, dan kebaikan akan membimbing menuju surga. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk jujur, sampai akhirnya ia menjadi orang yang benar-benar jujur. Dan sesungguhnya kedustaan akan membimbing menuju kejahatan, dan kejahatan akan membimbing menuju neraka. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk dusta, sampai akhirnya ia benar-benar tertetapkan di sisi Allâh sebagai pendusta". [HR. Bukhari dan Muslim. Lafal di atas adalah lafal Bukhari].
Hadits di atas mengatakan dusta sebagai kejahatan, sehingga wajar jika aparat kepolisian sekarang ini giat memberantas berita hoax dengan delik sebagai kejahatan.
Saya melihat berita hoax bisa dilakukan oleh siapa saja, baik dari kubu "sana" maupun "sini". Jika benar The Family MCA yg ditangkap polisi baru2 ini sebagai pabrik berita hoax, termasuk hoax tentang penganiayaan ulama/ustadz yg dibesar2kan, maka ini sungguh kejahatan yg harus ditindak tegas. Sebab meresahkan masyarakat dan memecah belah anak bangsa. Tidak peduli pelakunya muslim atau bukan.
Namun jangan juga dibuat hoax baru bahwa semua orang yg membela Islam itu berarti Muslim Cyber Army (MCA). Dan setiap MCA pasti penyebar hoax. Polisi juga harus berlaku adil untuk memberantas hoax dari kubu mana pun.
Yang berbahaya adalah ketika kita melakukan generalisasi terhadap perilaku "oknum". Orang Islam yg taat digeneralisir sebagai radikal dan cikal bakal teroris. Orang Kristen digeneralisir sebagai anti Islam. Orang cina digeneralisir pasti jahat. Orang barat digeneralisir sebagai penjajah. Dan semisalnya.
Generalisasi semacam itu juga hoax (kebohongan) yg perlu diberantas karena kebaikan dan kejahatan bisa dilakukan siapa saja, tidak peduli dari kelompok manapun. Saat ini stereotipe semacam itu menjadi semakin panas dan liar, sehingga meningkatkan kebencian antar anak bangsa dan berpotensi menghancurkan NKRI yg kita cintai.
Saya sendiri tanpa sengaja pernah men-share berita hoax (untung bukan hoax tentang radikalisme). Seperti baru2 ini men-share video tentang makam Nabi Muhammad saw yg ternyata hoax. Maklum saya tdk terlalu canggih dalam IT sehingga tdk ahli memeriksa jejak digital sebuah berita hoax atau bukan.
Tapi sikap yg benar jika khilaf menyebar berita hoax adalah segera menghapusnya. Sebagai tanda bertaubat. Syukur2 disertai permintaan maaf jika menyakiti atau mencemarkan nama baik seseorang.
Janganlah hoax dilawan hoax. Tapi jawablah hoax dgn kejujuran, argumentasi dan data. Jangan juga menganggap remeh menyebarkan hoax dgn anggapan toh ini hanya bercanda atau sensasi saja. Hoax tetaplah kebohongan. Dan kebohongan itu dosa.
Renungkanlah hadist Nabi saw berikut : "Barangsiapa yang menyeru kepada sebuah petunjuk maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi akan pahala-pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang menyeru kepada sebuah kesesatan maka atasnya dosa seperti dosa-dosa yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun".
[ Hadits riwayat Muslim].
Bayangkan betapa banyak dosa pembuat hoax karena ia akan menanggung dosa setiap kali berita hoax-nya disebarkan oleh orang lain. Naudzubillah.
Oleh sebab itu, mari kita perangi hoax! Tidak peduli dari siapapun dan dari kelompok mana pun. Sesungguhnya Allah mencintai kejujuran dan mencintai orang-orang yg jujur.
APA MASALAH BESAR DALAM KELUARGA?
By. Satria Hadi Lubis
Keluarga bahagia adalah keluarga yang sibuknya menyelesaikan masalah besar, bukan masalah kecil. Masalah besar dalam rumah tangga muslim adalah tegak atau tidaknya Tauhid di dalam rumah tangga. Tegak atau tidaknya rukun Islam dan dakwah di dalam rumah tangga tsb. Sehingga sebagian besar sumber daya anggota keluarga dicurahkan untuk hal tsb, bukan yang lainnya. Itulah keluarga Baginda Nabi Besar Muhammad saw. Walau rumahnya kecil dan sederhana, dengan bangga beliau berkata, "baiti jannatii" (rumahku surgaku) karena di rumahnya tegak Tauhid.
Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra pernah marah kepada sahabatnya yg minta cerai hanya gara-gara tidak lagi mencintai pasangannya. Karena bagi Umar itu masalah kecil. Yang besar itu masalah TAUHID. Ketika Rasulullah saw pulang dan di rumahnya tidak ada makanan, beliau dgn mudah memaafkan istrinya. Karena bagi Rasulullah yang besar itu masalah TAUHID. Ketika Rasulullah saw pulang malam dan tidak dibukakan pintu setelah memberi salam tiga kali dengan ringan beliau tidur di halaman rumahnya. Rasulullah saw tidak marah karena bagi beliau itu masalah kecil. Yang besar bagi beliau dalam rumah tangga itu masalah TAUHID. Ketika nabi Yaqub as sakaratul maut, yang dikuatirkan untuk anak-anaknya bukan masalah materi, tapi masalah tauhid. “Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” (Qs. 2 : 133). Karena bagi Nabi Yaqub as yang besar itu masalah TAUHID, bukan yg lainnya.
Ciri lainnya dari keluarga yang sibuk dengan masalah kecil adalah mereka lebih sibuk mencari uang atau aktualisasi keduniaan lainnya daripada aktivitas dakwah dan ibadah. Sedih dan bahagianya keluarga bukan karena tegak atau tidaknya Tauhid, tapi karena kenikmatan dunia. Pikiran, waktu, tenaga, dan perasaan anggota keluarga habis tercurah untuk berbagai pernik-pernik dunia. Momen-momen bahagia menurut keluarga tersebut adalah momen rekreasi atau berbangga dengan materi serta status sosial. Bukan momen ibadah dan dakwah yang mereka lakukan.
Pada saat ini kita melihat tingkat perceraian meningkat dimana-mana. Setiap satu jam rata2 ada 40 perceraian terjadi di Indonesia. Ya...Indonesia termasuk negara yg tingkat perceraiannya tertinggi di dunia. Padahal Islam, yg dipeluk sebagian besar penduduk Indonesia, mempermudah pernikahan dan mempersulit perceraian. Ini malah yg terjadi sebaliknya. Di Indonesia, pernikahan semakin ribet dan perceraian semakin mudah dilakukan oleh pasangan suami isteri.
Yang memprihatinkan, sebagian besar perceraian saat ini disebabkan masalah-masalah kecil yang tak ada hubungannya dengan Tauhid. Misalnya, bercerai karena masalah ekonomi/nafkah, karakter, cara komunikasi, kebutuhan biologis, dan lain-lain. Yang semestinya bisa diselesaikan dgn komunikasi yg baik antar suami isteri.
Padahal semestinya suami isteri jangan bercerai karena masalah kecil. Bercerailah karena masalah besar, yakni Tauhid tumbang di dalam keluarga tsb. Yakni, ketika Rukun Islam tidak dijalankan dan diabaikan. Misalnya, pasangannya beda agama, tidak sholat, atau tidak puasa wajib. Rumah tangga tanpa Tauhid sebaiknya dibubarkan saja karena sudah tdk bisa membawa penghuninya ke surga bersama-sama. Bukankah menikah itu untuk dibawa ke dunia dan akhirat? Bukan semata-mata karena cinta buta?
Suami isteri yg bercerai karena masalah-masalah kecil selain Tauhid menunjukkan ketidakdewasaan emosi. Juga menunjukkan kesalahan prioritas dalam meraih kebahagiaan. Mestinya tegakkan Tauhid dulu dalam rumah tangga maka nanti masalah kecil yg lainnya akan selesai. Bukan sebaliknya, sibuk dgn hal-hal kecil selain Tauhid sehingga membuang energi dan waktu. Sedang bahagia menjadi semakin jauh. Pantas jika keluarga-keluarga muslim demikian diam-diam mengakui bahwa keluarganya adalah baiti naarii (keluargaku nerakaku), bukan baiti jannati.
Lalu gimana kalau pasangannya berkali-kali selingkuh dan melakukan KDRT? Ini termasuk masalah Tauhid juga. Masalah dosa besar, sehingga boleh bercerai. Namun jika alasan2 lainnya maka termasuk masalah kecil yg kurang layak suami isteri untuk bercerai. Walau bukan berarti haram hukumnya.
Oleh sebab itu, mari kita menjadi suami dan isteri yang tahu skala prioritas. Tidak meributkan masalah kecil dalam rumah tangga. Bersedia bersabar dan berkorban perasaan atas kekurangan pasangan. Toleransi terhadap kesalahan yang tidak prinsip. Sebab no body perfect. Jika mindset ini yg kita pegang, selain membuat rumah tangga kita langgeng karena tidak meributkan masalah-masalah kecil, juga mengurangi beban mental kita. Tidak sedikit-sedikit stress atau sakit hati akibat melihat kekurangan pasangan.
Sebab berumah tangga adalah kesabaran (yang berlipat ganda). Sebab kebahagiaan hanya didapat oleh orang-orang yang mampu bersabar.
SI PEMUTUS KELEZATAN
By. Satria Hadi Lubis
Salah satu kenangan yang tak terlupakan ketika kita di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi adalah melakukan sholat jenazah sehabis sholat fardhu.
Kita diingatkan terus bahwa suatu ketika kitalah yang akan dishalatkan. Diingatkan terus menerus suatu ketika kematian akan menjemput kita.
Nabi saw mengingatkan kita untuk banyak mengingat hari pemutus kelezatan. "Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits ini, “Hasan shahih.”)
Adalah Yazid Ar-Raqasyi rahimahullahu berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa gerangan yang akan menunaikan shalat untukmu setelah kematianmu? Siapakah yang mempuasakanmu setelah mati? Siapakah yang akan memintakan keridhaan Rabbmu untukmu setelah engkau mati?” Kemudian ia berkata, “Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian menangis dan meratapi diri-diri kalian dalam hidup kalian yang masih tersisa? Duhai orang yang kematian mencarinya, yang kuburan akan menjadi rumahnya, yang tanah akan menjadi permadaninya dan yang ulat-ulat akan menjadi temannya… dalam keadaan ia menanti dibangkitkan pada hari kengerian yang besar. Bagaimanakah keadaan orang ini?” Kemudian Yazid menangis hingga jatuh pingsan. (At-Tadzkirah, hal. 8-9)
Sungguh, hanya orang-orang cerdas sajalah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati. Shahabat yang mulia, putra dari shahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka. Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:
أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, “Ad-Daqqaq berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan giat/semangat dalam beribadah.
Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan perasaan cukup dan malas dalam beribadah. Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu, yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak akan merasa sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya. Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan datangnya hari kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?”
Bayangkanlah saat-saat sakaratul maut mendatangimu. Ayah yang penuh cinta berdiri di sisimu. Ibu yang penuh kasih juga hadir. Demikian pula anak-anakmu yang besar maupun yang kecil. Semua ada di sekitarmu. Mereka memandangimu dengan pandangan kasih sayang dan penuh kasihan. Air mata mereka tak henti mengalir membasahi wajah-wajah mereka. Hati mereka pun berselimut duka. Mereka semua berharap dan berangan-angan, andai engkau bisa tetap tinggal bersama mereka. Namun alangkah jauh dan mustahil ada seorang makhluk yang dapat menambah umurmu atau mengembalikan ruhmu. Sesungguhnya Dzat yang memberi kehidupan kepadamu, Dia jugalah yang mencabut kehidupan tersebut. Milik-Nya lah apa yang Dia ambil dan apa yang Dia berikan. Dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan.
Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata, “Tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil dan tiada berarti baginya. Dan semua yang ada di atas dunia ini hina baginya.”
Adalah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bila mengingat mati ia gemetar seperti gemetarnya seekor burung. Ia mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan akan kematian, hari kiamat dan akhirat. Kemudian mereka menangis hingga seakan-akan di hadapan mereka ada jenazah.
Tentunya tangis mereka diikuti oleh amal shalih setelahnya, berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersegera kepada kebaikan. Beda halnya dengan keadaan kebanyakan manusia pada hari ini. Mereka yakin adanya surga tapi tidak mau beramal untuk meraihnya. Mereka juga yakin adanya neraka tapi mereka tidak takut. Mereka tahu bahwa mereka akan mati, tapi mereka tidak mempersiapkan bekal. Ibarat ungkapan penyair:
Aku tahu aku kan mati namun aku tak takut
Hatiku keras bak sebongkah batu
Aku mencari dunia seakan-akan hidupku kekal
Seakan lupa kematian mengintai di belakang
Padahal, ketika kematian telah datang, tak ada seorangpun yang dapat mengelak dan menundanya.
فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ
“Maka apabila telah tiba ajal mereka (waktu yang telah ditentukan), tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya.” (An-Nahl: 61)
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang ajal/waktunya.” (Al-Munafiqun: 11)
Wahai betapa meruginya seseorang yang berjalan menuju alam keabadian tanpa membawa bekal. Lupa hari pemutus kelezatan. Janganlah engkau, wahai jiwa, termasuk yang tak beruntung tersebut. 😭
Langganan:
Komentar (Atom)