Jumat, 16 Maret 2018

MARI PERANGI HOAX


By. Satria Hadi Lubis

Hoax (berita bohong) adalah perbuatan dosa. Bahkan bisa memasukkan seseorang ke neraka jika sering dilakukan tanpa sempat bertaubat. Dalilnya : "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing menuju kebaikan, dan kebaikan akan membimbing menuju surga. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk jujur, sampai akhirnya ia menjadi orang yang benar-benar jujur. Dan sesungguhnya kedustaan akan membimbing menuju kejahatan, dan kejahatan akan membimbing menuju neraka. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk dusta, sampai akhirnya ia benar-benar tertetapkan di sisi Allâh sebagai pendusta". [HR. Bukhari dan Muslim. Lafal di atas adalah lafal Bukhari].

Hadits di atas mengatakan dusta sebagai kejahatan, sehingga wajar jika aparat kepolisian sekarang ini giat memberantas berita hoax dengan delik sebagai kejahatan.

Saya melihat berita hoax bisa dilakukan oleh siapa saja, baik dari kubu "sana" maupun "sini". Jika benar The Family MCA yg ditangkap polisi baru2 ini sebagai pabrik berita hoax, termasuk hoax tentang penganiayaan ulama/ustadz yg dibesar2kan, maka ini sungguh kejahatan yg harus ditindak tegas. Sebab meresahkan masyarakat dan memecah belah anak bangsa. Tidak peduli pelakunya muslim atau bukan.

Namun jangan juga dibuat hoax baru bahwa semua orang yg membela Islam itu berarti Muslim Cyber Army (MCA). Dan setiap MCA pasti penyebar hoax. Polisi juga harus berlaku adil untuk memberantas hoax dari kubu mana pun.

Yang berbahaya adalah ketika kita melakukan generalisasi terhadap perilaku "oknum". Orang Islam yg taat digeneralisir sebagai radikal dan cikal bakal teroris. Orang Kristen digeneralisir sebagai anti Islam. Orang cina digeneralisir pasti jahat. Orang barat digeneralisir sebagai penjajah. Dan semisalnya.

Generalisasi semacam itu juga hoax (kebohongan) yg perlu diberantas karena kebaikan dan kejahatan bisa dilakukan siapa saja, tidak peduli dari kelompok manapun. Saat ini stereotipe semacam itu menjadi semakin panas dan liar, sehingga meningkatkan kebencian antar anak bangsa dan berpotensi menghancurkan NKRI yg kita cintai.

Saya sendiri tanpa sengaja pernah men-share berita hoax (untung bukan hoax tentang radikalisme). Seperti baru2 ini men-share video tentang makam Nabi Muhammad saw yg ternyata hoax. Maklum saya tdk terlalu canggih dalam IT sehingga tdk ahli memeriksa jejak digital sebuah berita hoax atau bukan.

Tapi sikap yg benar jika khilaf menyebar berita hoax adalah segera menghapusnya. Sebagai tanda bertaubat. Syukur2 disertai permintaan maaf jika menyakiti atau mencemarkan nama baik seseorang.

Janganlah hoax dilawan hoax. Tapi jawablah hoax dgn kejujuran, argumentasi dan data. Jangan juga menganggap remeh menyebarkan hoax dgn anggapan toh ini hanya bercanda atau sensasi saja. Hoax tetaplah kebohongan. Dan kebohongan itu dosa.

Renungkanlah hadist Nabi saw berikut : "Barangsiapa yang menyeru kepada sebuah petunjuk maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi akan pahala-pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang menyeru kepada sebuah kesesatan maka atasnya dosa seperti dosa-dosa yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun".
[ Hadits riwayat Muslim].
Bayangkan betapa banyak dosa pembuat hoax karena ia akan menanggung dosa setiap kali berita hoax-nya disebarkan oleh orang lain. Naudzubillah.

Oleh sebab itu, mari kita perangi hoax! Tidak peduli dari siapapun dan dari kelompok mana pun. Sesungguhnya Allah mencintai kejujuran dan mencintai orang-orang yg jujur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar