Ikhtisar Buku :
By. Satria Hadi Lubis
"Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas.Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah.Dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barang siapa yang lemah memikul beban ini, maka ia terhalang dari pahala besar mujahid. Dan tertinggal bersama-sama orang –orang yang duduk. Lalu Allah swt akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban dakwah ini" (Imam asy-syahid Hasan al-Bana)
Ada 4 pokok pembahasan dalam buku ini :
1. Sikap Terhadap Kemenangan Dan Kesuksesan Dakwah
2. Mencetak Kader : Modal Menggapai Kemenangan
3. Terdepan Mengabdi Untuk Melayani Umat
4. Menata Organisasi, Meraih Kemenangan
Mari kita bahas satu persatu.
Pertama: Sikap Terhadap Kemenangan Dan Kesuksesan Dakwah
"Kami Tidak Mengaharapkan Sesuatu Dari Manusia; Tidak Mengharapkan Harta Benda Atau Imbalan Lainnya, Tidak Juga Popularitas, Apa Lagi Sekadar Ucapan Terima Kasih. Yang Kami Harap Hanyalah Allah, Dzat Yang Telah Menciptakan Kami" (Imam asy-syahid Hasan al-Bana)
Kemenangan yang hakiki adalah adanya pertolongan Allah atas setiap ikhtiar yang kita lakukan.
Tidak ada namaya kesuksesan kecuali karena pertolongan Allah swt.
Allah SWT telah meme
berikan banyak kemenangan dan kesuksesan kepada kita, seperti dipelihara-Nya iman kita, diizinkan-Nya kita bergabung dalam jamaah dakwah ini, diberikannya kemudahan kepada kita untuk menyebarkan dakwah, dan lain-lain.
Sesungguhnya kesuksesan (pertolongan Allah swt) kita lebih banyak dari pada kegagalan.
Tidak ada celah sedikitpun bagi kita untuk sombong dengan menganggap kemenangan itu berkat upaya kita, baik upaya secara individual maupun jama'ah.
Jadi hakikat kemenangan dan kesuksesan itu pada dasarnya berupa pertolongan demi pertolongan Allah swt yang selalu menghampiri kita, seperti bertambahnya aktivis dakwah, menyebarnya fikrah, meluasnya areal dakwah, meningkatnya berbagai keahlian, masuknya dakwah pada tataran politik, dan lain-lain.
Kesuksesan bisa membunuh orang yang lalai dengan kesuksesan tsb, tapi juga bisa mengantarkan untuk memperoleh kesuksesan berikutnya, tergantung bagaimana kita menyikapi kesuksesan.
Bagaimana cara menyikapi kemenanganan dan kesuksesan?
Dalam surat an-nashr:1-3 kita diperintahkan bertasbih, bertahmid dan beristighfar setelah datang pertolongan Allah. Karena yang membedakan kita dengan yang lain adalah ibadah kita. Yang membuat Allah swt cinta hingga kita diberi hadiah kemenangan.
Perlu kita camkan : kesuksesan itu merupakan bukti Allah SWT mencintai kita,karena kita diberi kehormatan sebagai perantara-Nya dalam menyampaikan ayat – ayat-Nya.
Bertasbih,tahmid dan istighfar bukan sekedar zikir dilisan tapi harus menghujam dalam kalbu dan terealisasi dalam bentuk amal. Contoh nyata bagi kita, yaitu Rasulullah, setelah fathu makkah, banyak agenda besar yang beliau lakukan, diantaranya:
1. Membebaskan Abu Sufyan dan orang – orang semcamnya.
2. Menghancurkan berhala tetapi disisi lain tidak langsung meninggikan bangunan ka’bah
3. Meneruskan perjuangan sampai menguasai seluruh jazirah Arab.
4. Mempertahankan soliditas jamaah
5. Melakukan kaderisasi kepemimpinan.
6. Merealisasikan janji untuk membawa keadilan dan kesejahteraan.
Dua: Mencetak Kader ; Modal Menggapai Kemenangan
"Jangan sampai perhatian kita kepada politik mengalahkan perhatian kita kepada tarbiyah" (Syeikh Mustafa Masyhur).
Memang, tarbiyah bukanlah segala-galanya, tapi segala-galanya berawal dari tarbiyah.
Ada 2 bentuk tarbiyah, Tarbiyah komunal (tarbiyah ijtimaiyah) dan tarbiyah individual (tarbiyah dzatiyah). Keduanya sama-sama penting karena masing-masing mempunyai keistimewaan sendiri dalam menjaga komitmen (iltizam) dakwah.
Wasiat Hasan al-Bana : ”Kewajiban utama bagi kita sebagai aktifis dakwah adalah menyampaikan kepada manusia tentang batas-batas islam secara jelas dan sempurna, tanpa ditambah dan dikurangi, dan tidak pula membuat rancu ajarannya. Hal yang demikian itu merupakan aspek teoritis dari fikrah kami. Kemudian pada saat yang bersamaan kami menuntut dan mengkondisikan mereka untuk mewujudkan dalam amal nyata. Hal yang kedua ini merupakan aspek amali dari fikrah kami”.
Inilah agenda besar tarbiyah. Karena tarbiyah adalah ruh gerakan kita. Tarbiyah adalah jiwa dalam amal dakwah kita. Sekali kita menggeser tarbiyah menjadi kegiatan sekunder, kita menjauhkan dakwah ini dari tujuannya sekaligus membuat dakwah rapuh dan jauh dari kemenangannya.
Agenda tarbiyah bertujuan mencetak kader berkualitas sebanyak-banyaknya. Dalam istilah Al-Qur’an ini disebut ribbiyuuna katsiir. Ada 5 hal yang perlu dilakukan dalam agenda besar tarbiyah:
1. Membudayakan tarbiyah dzatiyah. Tarbiyah dzatiyah di sini bukan sebatas membaca buku atau mengembangkan pemahaman dan ilmu secara mandiri, tetapi yang paling mendasar adalah meningkatkan ibadah yaumiyah. Tarbiyah dzatiyah berarti upaya personal kader dakwah untuk bermujahadah (upaya sungguh-sungguh) membiasakan ibadah-ibadah sunnah. Mulai dari tilawah, qiyamullail, shalat sunnah, dzikir, hingga puasa sunnah. Tarbiyah dzatiyah seperti itu akan membuat ikhwah lebih imun terhadap godaan, mencegahnya dari kemaksiatan dan membuatnya istiqamah di medan perjuangan
2. Penyegaran halaqah/usrah. Yakni dengan terus memperbaiki dinamika halaqah/usrah, sekaligus produktifitasnya. Dinamis agar tidak jenuh dan jemu, tidak dikalahkan oleh dakwah ammah yang gegap gempita. Produktif maksudnya halaqah/usrah bukan sekedar “dinikmati” dan dirindukan tiap pekan, tetapi juga mampu mencapai tiga tujuan utamanya, yakni : membentuk muwashafat peserta, mencetak peserta menjadi murabbi dan mengembangkan potensi secara maksimal.
3. Mencetak muwajih. Karena tidak semua mad’u dan simpatisan tertarik langsung dengan halaqah, majelis taklim adalah sarana dakwah yang masih cukup efektif. Minat terhadap taklim semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah simpatisan dan meluasnya medan dakwah. Namun, ketersediaan muwajih taklim masih sangat terbatas sehingga agenda kaderisasi untuk mencetak muwajih menjadi sangat penting.
Struktur dan halaqah perlu membuat sistem yang efektif untuk merealisasikan agenda ini.
4. Mencetak murabbi. Sebagaimana halaqah/usrah merupakan sarana paling efektif dalam kaderisasi, ketersediaan murabbi/naqib juga sangat penting. Selain menyelenggarakan daurah atau program lain untuk menyiapkan murabbi, sebqiknua juga ada sertifikasi murabbi untuk memacu ikhwah menjadi murabbi yang handal.
5. Mengokohkan fikrah dakwah. Terutama pada era jamahiriyah yang tantangannya semakin beragam dan manuver siyasah terus berkembang. Agar asholah fikrah tidak tergerus dari kader dakwah. Salah satu cara yang bisa dilakukan secara personal aktivis dakwah adalah dengan mengkaji kembali buku-buku mufakir dakwah generasi awal.
Ketiga: Terdepan Mengabdi Untuk Melayani Umat
Rasulullah SAW bersabda: ”Barang siapa yang menghilangkan penderitaan seorang muslim, maka Allah kan membebaskannya dari kesulitan di Hari Kiamat”
Melayani umat bukanlah strategi dakwah, tetapi ia adalah bagian dari amal sekaligus tujuan dakwah. Maka kemenangan dakwah juga harus diikuti dengan peningkatan pelayanan untuk umat. Hal ini tentu saja diiringi dengan peningkatan pemahaman dakwah.
Paling tidak ada 8 hal yang perlu dilakukan dalam agenda pelayanan umat, terutama ketika dakwah menuai kemenangan: 1.Meningkatkan pemahaman politik
2.Meningkatkan citra Islam yang damai
3.Memberantas korupsi
4.Menegakkan supremasi hukum dan disiplin
5.Memprioritaskan pendidikan
6.Membangun ekonomi Islam dan meningkatkankesejahteraan
7.Mewarnai media massa
8.Menjalin silaturahim dengan kelompok lain
Keempat: Menata Organisasi, Meraih Kemenangan
“Setelah berdiri pemerintahan Islam saja kita tidak boleh mengesampingkan tarbiyah.Terlebih lagi jika kita baru memperoleh kemenangan sedikit dari perjuangan panjang menegakkan Daulah dan Khilafah Islamiyah.” (Dr. Ali Abdul Halim Mahmud).
Dengan mengoptimalkan segala potensi kader hingga memunculkan kesiapan dan stok pemimpin yang mampu memimpin hingga mengokohkan wilayah dakwah dengan tujuan agar semua dapat merasakan keberkahan dakwah yang utuh.
Ini juga merupakan agenda penting agar organisasi semakin kokoh sehingga kerja-kerja dakwah lebih mudah dan pelayanan umat berjalan optimal.
Agar organisasi dakwah semakin kuat, maka perlu dilakukan 7 langkah utama:
1.Meningkatkan kemampuan manajemen. Meliputi kecerdasan dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
Penyebab umat islam tertinggal karena lemahnya kemampuan oraganisasi, kita terbiasa mengelola orgonisasi secara amatiran.
Cara meningkatkan keterampilan manajerial adalah : menambah pengalaman berorganisasi dan belajar dari pengalaman tsb, membaca buku terkait teori manajemen, mengikuti pelatihan atau training keorganisasian.
2.Meningkatkan karakter kepemimpinan (leadesrdhip) dalam diri aktivis dakwah.
Karakterk kepemimpinan adalah karakter untuk mampu mempengaruhi orang lain dan membuat seseorang selalu terdepan (pelopor) dalam perubahan.
Hal yang mesti dilakukan adalah: meningkatkn kepercayaan diri untuk memimpin, harus memiliki kemampuan untuk selalu berprestasi / kebutuhan untuk berprestasi (need for achievment). Sebagaimana dalam surat al Maidah ayat 48 : "dan berlomba- lombalah kamu dalam kebaikan".
Kita harus`memiliki mental juara bukan mental pecundang, sebagaimana Surat al Imran ayat 110 : "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia". Dan dalam surat Al Anfaal ayat 60: "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi".
3. Memberdayakan personil berbasis potensi (potensi adalah kekuatan yang tersembunyi yang dimiliki oleh setiap orang).
Allah SWT telah memberikan setiap orang potensi yang berbeda- beda. Yang bekerja sesuai dengan potensinya akan menghasilkan karya yang lebih optimal daripada mereka yang bekerja tidak sesuai dengan potensinya.
Dakwah membutuhkan berbagai keahlian (kafaah). Maka keahlian yang beragam itu harus dibingkai dalam sebuah amal jama’i yang harmonis dan solid.
Dakwah harus lebih memperhatikan pengembangan potensi para kadernya dan memberdayakan sesuai dengan potensinya masing-masing.
Dakwah tidak mungkin mengandalkan lagi orang- orang yang serba bisa (generalis) untuk mengelola dakwah. Ke depan dibutuhkan orang- orang yang spesialis di bidangnya dalam mengemban dakwah ini
4. Menyeimbangkan piramida dakwah. Menyeimbangkan pertumbuhan kuantitas dengan kualitas. Jumlah anggota setiap jenjang dalam tarbiyah (marhalah) harus bertambah secara proporsional.
5. Mengokohkan wilayah dakwah.
Agenda yang dapat dilakukan untuk penyebaran kader dakwah adalah :
-Memberikan wawasan kepada kader tentang pentingnya penyebaran aktivis dakwah
-Program pemindahan kader dengan melakukan analisis tentang prospek kepindahannya dan menyediakan sarana dan prasarana terkait kepindahannya
6.Memberdayakan perempuan.
Watak perempuan yang suka bersosialisasi, maka hal ini perlu diperhatikan, terutama dalam tugas struktural dan peran sebagai muballighah.
7.Mengokohkan keluarga. Peningkatan kekokohan keluarga harus terus dilakukan, diantaranya meningkatkan nilai – nilai kesetiaan, pembagian peran suami istri, pemberian nafkah dan pendidikan anak.
Ada 3 sendi yang perlu dikokohkan dalam keluarga: Sendi tarbiyah, Sendi Komunikasi, dan Sendi Ekonomi.
Mari kita renungkan alimat bijak dari Imam Syahid : “Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiaannya ditengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang baik bagi tanah air dibawah naungan Islam yang hanif. Akulah lelaki bebas yang telah mengetahui rahasia wujudnya, maka ia pun berseru, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah swt dan tiada sekutu baginya. Kepada yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang – orng yang berserah diri. Inilah Aku, Dan kamu, kamu sendiri siapa??"
Semoga kita termasuk aktivis dakwah yang berupaya mencapai kondisi ideal seperti yg dipaparkan dalam buku ini, hingga menjadi salah seorang yang ambil bagian dalam menanam saham kemenangan dakwah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar