Jumat, 16 Maret 2018
RADIKALISME
Jika yg dimaksud radikal itu kembali ke akar (radiks). Kembali pada ajaran yg asli dan benar. Maka al Quran malah menganjurkan kita untuk radikal, yakni Istiqomah (Qs.41 ayat 30).
Jika yg dimaksud radikal itu adalah menyebarkan paham yg menyimpang (radikalisme), maka al Quran justru melarangnya (Qs. Al Fatihah).
Jika yg dimaksud radikal adalah penyimpangan ajaran, maka dalam setiap umat beragama pasti ada orang yg radikal. Bukan hanya dalam tubuh umat Islam.
Istilah radikal adalah rancu. Membingungkan dan meresahkan. Sebaiknya gunakan istilah ekstrem (eks=keluar, trem=garis).
Istilah ekstrem lebih tepat karena merujuk pada orang yg menyimpang dlm memahami ajaran agamanya.
Orang ekstrem itu :
-Menghalalkan segala cara, termasuk tindakan terorisme
-Merasa dirinya atau kelompoknya saja yg benar. Yang lainnya salah.
-Mendahulukan kekerasan, bukan kelembutan sehingga menimbulkan antipati orang yg berbeda agama/paham.
-Sulit toleransi dan menerima perbedaan pendapat. Lalu menggalang hoax untuk memfitnah kelompok yg dianggap musuhnya.
-Takut berlebihan atau bahkan nekad menyerang tanpa kompromi terhadap perbedaan.
Semua keekstreman bersumber dari pemahaman yg salah terhadap teks-teks agama. Ditambah merasa diperlakukan tdk adil oleh lingkungan.
Orang ekstrem itu mengambil sebagian, dan membuang sebagian. Orang Yahudi dilaknat Allah karena melakukan hal demikian.
Sudah menjadi sunnatullah dlm perjuangan bahwa tahapan, kelembutan dan dialog merupakan kata kunci keberhasilan. Bukan agitasi, kekerasan dan frontal tanpa tahapan. Kecuali kalau sang pejuang ingin dikenang sbg penjahat, bukan pahlawan.
Itulah sebabnya sudahi cara-cara kekerasan dalam berdakwah. Sudahi cara-cara yg frontal seperti ingin mendirikan khilafah tapi mengingkari demokrasi. Sudahi cara-cara yg emosional dan tdk kritis terhadap politik dan siasatnya, sehingga mudah didikte. Sudahi cara-cara yg lbh banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Sudahi debat kusir antar golongan tapi lupa esensi persatuan umat.
Jangan hancurkan negeri gemah ripah loh jinawi ini dgn tindakan ekstrem. Negara ini dibangun oleh para founding father, yg sebagian besar ulama, agar menjadi negeri baldatun thoyyiban wa robbun gofur. Pancasila rumusan dasar negaranya. Maka jangan benturkan Islam dgn Pancasila. Selain mubazir, juga kontra produktif. Lebih baik warnai kehidupan masyarakat dgn nilai-nilai Islam. Warnai kehidupan bernegara dgn nilai-nilai rahmatan lil alamin.
Bersatu bersama dalam ketundukan kepada Tuhan yg menciptakan semua manusia. "Atas berkat rahmat Allah...." (Pembukaan UUD'45).
Inilah mimpi indah saya dan kamu. Semoga.
By. Satria Hadi Lubis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar