By. Satria hadi lubis
Jika kaum muslimin belajar Islam dengan benar, sehebat apa pun makar musuh-musuh Islam tak akan mampu melemahkan kekuatan Islam.
Saat ini, aqidah dan persatuan umat Islam justru dirusak dan dipecah belah oleh orang Islam sendiri yang tidak paham terhadap Islam. Lalu secara sadar atau tidak sadar membantu musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam.
Itulah sebabnya, banyak ulama yang berpendapat bahwa kunci kembali kepada kejayaan Islam itu adalah kembali mempelajari Islam dengan benar, rutin dan sungguh-sungguh (back to tarbiyah), sesuai dengan perintah di dalam hadits, "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224)
Untuk mempelajari Islam dengan benar, ada TIGA SARANA yang tak boleh ditinggalkan dan perlu dilakukan secara bersamaan :
1. Belajar dengan guru/ustadz secara talaqi (temu muka) dan rutin. Jika di masa pendemi ini, talaqqi bisa diganti dengan pertemuan online.
Tujuan belajar dengan guru/ ustadz adalah agar ada tempat diskusi dan bertanya, sehingga tidak memahami Islam semaunya sendiri. Juga untuk mendapatkan berkah dari forum ta'lim/liqo', seperti yang disebut dalam hadits : “Jika kalian melewati taman surga, maka singgahlah dengan hati senang.“ Para sahabat bertanya, ”Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah dzikir.” (atau halaqah ilmu) (HR Attirmidzi).
Lebih baik lagi jika ustadznya bisa berperan sebagai coach (murobbi), sehingga ibarat dokter keluarga ia tahu bagaimana cara mengobati kesehatan mental mad'unya, karena hubungan mereka yang dekat dan terus bersama dalam pengajian.
Namun kekurangan ta'lim atau ceramah umum saat ini, termasuk fakultas syari'ah sekalipun, adalah tidak dekatnya hubungan antara ustadz dengan mad'unya. Istilahnya, "Kita kenal ustadznya, tapi ustadznya gak kenal kita."
Oleh sebab itu, ta'lim umum perlu ditundaklanjuti dengan ta'lim khusus (disebut dengan liqo', halaqoh atau mentoring) dimana pesertanya terbatas dan dipimpin oleh murobbi yang mengenal mad'unya. Murobbi ini yang akan lebih banyak berperan sebagai coach.
Bisnis yang ingin sukses saja butuh kehadiran coach, apalagi jika ingin sukses di dunia dan akhirat, tentu lebih penting lagi kehadiran coach yang akan membimbing seorang muslim untuk mempraktekkan Islam secara integral, bertahap dan bersungguh-sungguh dalam sebuah amal jama'i (aktivitas bersama yang terprogram).
2. Membaca Al Qur'an. Sarana kedua yang perlu dilakukan adalah membaca Al Qur'an secara rutin. Selain untuk mengetahui pokok-pokok ajaran Islam, juga untuk mendapatkan hidayah Allah swt. “Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus..." (Qs. 17 ayat 9).
Jika tidak mengetahui arti bacaan Al Qur'an, maka bacalah terjemahan Al Qur'an serta tafsir dan Hadits-nya. Jangan sampai berpuluh tahun menjadi muslim tapi tidak tahu arti Al Qur'an sebagai sumber ajaran Islam.
3. Membaca buku-buku agama atau menyimak ceramah agama melalui sarana online (Youtube, WA grup, Web, dll).
Belajar agama juga perlu dilengkapi dengan rajin membaca buku-buku agama atau mendengar ustadz-ustadz di sarana online yang kini semakin banyak jumlahnya. Namun ini hanya sarana pelengkap saja, bukan yang utama.
Sebagian kaum muslimin merasa sudah belajar Islam dengan benar padahal hanya mengandalkan sarana ketiga saja. Tidak menjalankan sarana pertama dan kedua di atas. Tentu hal ini keliru.
Sarana ketiga akan membuat seorang muslim menjadi Islamolog (tahu banyak tentang Islam), tapi belum tentu tahu sistematika amal Islam, praktek ukhuwah dan sumber hukum Islam (Al Qur'an), sehingga rentan menghasilkan orang-orang sombong yang merasa pintar agama padahal belum tentu pemahamannya benar. Sebagian pembenci Islam (kaum Islamophobia) lahir dari sini. Tidak punya guru/ustadz dan jarang baca Al Qur'an tapi li…