Senin, 19 September 2022

KUMPULAN NASEHAT

 

-Jika kamu dinasihati, jangan lihat siapa yg menasihati atau bagaimana cara menasihatinya, tapi lihat apa isi nasehatnya. Sebab hidayah itu bisa datang melalui lidah seorang penjahat sekalipun.


-Banyak manusia yang ambisius mengejar sukses hidup, tapi lalai mengejar sukses mati. Padahal sukses mati nyata, sedang sukses hidup semu.


-Betapa bodohnya manusia mengejar rezeki yang pasti datang, tapi lalai mengejar ridho Tuhannya yang belum tentu datang.


-Jika perbuatan buruk tidak berubah, teruslah menambah pengetahuan dan teruslah bertekad, lama kelamaan perbuatan buruk tersebut akan kelelahan mengikutimu.


-Tanda bahwa hidupmu diridhoi Allah adalah semakin tua semakin suka dan semakin banyak waktumu untuk berlama-lama ibadah kepada Allah. "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (Qs. 51:56).


By. Satria hadi lubis

AKHIRNYA MEREKA BERCERAI



By. Satria Hadi Lubis 


Setiap suami isteri memiliki kekurangan. Yang jika tidak dikelola dengan baik, kekurangan tsb bisa menjadi bencana dalam rumah tangga.


Syahdan, ada sepasang suami isteri yang rukun dan telah dikarunia anak-anak yang pintar dan sholeh.


Sampai suatu ketika di usia pernikahan mereka yang sudah puluhan tahun, sang suami menikah lagi secara diam-diam tapi akhirnya ketahuan oleh sang isteri.


Mengapa bisa ketahuan? Si isteri menyadap hape suaminya. Dan mengapa si isteri punya ide menyadap hape suaminya? Karena si suami sudah berkali-kali ketahuan serong. Ditutupi dan ketahuan lagi. Ditutupi dan ketahuan lagi. Sepertinya si suami punya kekurangan, yakni suka dikagumi banyak perempuan. Mungkin karena ia merasa ganteng dan masih menarik bagi perempuan. 


Sebenarnya alasan si suami untuk mendekati perempuan lain adalah agar bisa menikah lagi. Tapi ia gagal memberikan pemahaman kepada isteri untuk menerima konsep poligami, sehingga upaya mencari isteri baru dilakukan dgn diam-diam. 


Kekurangan sang isteri adalah terlalu mencintai suami, sehingga bawaannya cemburu dan curiga terus. Sampai suami merasa terkekang dan merasa gak nyaman, sehingga akhirnya malah membuktikan kecurigaan istrinya dengan menikah lagi secara diam-diam.


Tidak usah dipermasalahkan mana yg lebih dulu membuat masalah, si suami atau isteri. Ini sama saja dengan berdebat mana yg lebih dulu antara ayam dan telor ayam.


Yang perlu diambil pelajaran  adalah kekurangan masing-masing suami dan isteri perlu dikelola dgn baik. Jangan terpancing membalas kekurangan pasangan dgn tindakan emosional.


Mestinya sang suami paham, jika gagal memberikan penjelasan kepada isteri tentang konsep poligami, maka sebaiknya  jangan ngotot melangkah untuk poligami. Mentang-mentang tidak perlu izin isteri untuk berpoligami, bukan berarti suami bisa melakukan poligami secara diam-diam. Sebab mudharatnya lebih banyak, berbohong yang awalnya sedikit tapi lama kelamaan menjadi bukit. Jika ketahuan, maka bisa menjadi konflik berkepanjangan dalam sebuah rumah tangga.


Si isteri juga cintanya berlebihan. Cinta yg berujung pada cemburu dan curiga akut kepada gerak gerik suami. Membuat suami merasa terkekang dan tidak nyaman.


Mereka tidak mampu mengelola kekurangan masing-masing. Berlebihan dalam urusan kekurangan masing-masing.


Mereka akhirnya bercerai...

GENERASI JOGET

 


By. Satria hadi lubis


Ketika berjoget ria menjadi trend di media sosial dan dianggap prestasi bergelimang apresiasi


Ketika berjoget asyik dilakukan semua kalangan, baik yang muda maupun tua tanpa malu


Ketika itu pula dipertanyakan komitmen kita untuk maju sebagai sebuah bangsa


Bisakah kita maju mengejar ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi jika anak-anak mudanya lebih terobsesi memperbaiki lentur tubuhnya daripada lentur otaknya?


Bisakah kita maju mengejar ketertinggalan moral dan etika jika anak-anak mudanya lebih kesengsem  dengan penampilan keren di luar (outer beauty) daripada penampilan keren di dalam (inner beauty)?


Ketika joget lebih diapresiasi daripada pengetahuan


Ketika nyanyi lebih diapresiasi daripada nasehat


Ketika games lebih diapresiasi daripada science


Ketika pemer kemewahan lebih diapresiasi daripada akhlak


Ketika yang receh lebih diapresiasi daripada yang hikmah


Maka tunggulah kehancuran dari bangsa tersebut


Bangsa yang terus menjadi konsumen daripada produsen


Bangsa yang terus dinina bobokan oleh budaya impor daripada budaya berdikari


Bangsa yang terus terjajah secara ilmu  pengetahuan dan teknologi


Maka tunggulah kebinasaan dari bangsa tersebut


Maka...

Generasi joget adalah 

generasi yang menggali liang kuburnya sendiri

DOA MAMA

 

By. Satria hadi lubis 


Di belakang sebuah truk saya membaca tulisan sebagai berikut : "Dalam doa mama selalu ada namaku". Sayang, saya tidak sempat mengambil fotonya.


Ya ....benar!

Seorang ibu tak pernah lupa mendoakan anaknya. Walau ia sudah sepuh, bahkan setengah pikun dan tertatih-tatih, seorang ibu tetap mendoakan anaknya.


Jangan-jangan keselamatan dan kesuksesan kita selama ini berkat doa ibu kita di malam-malam sepinya, karena anaknya sudah sibuk dengan urusan masing-masing.


Jika doa ibu berhenti, mungkin kondisi kita lebih buruk daripada kondisi saat ini.


Jika tulisan di belakang truk tersebut dibalik menjadi, "Dalam doaku selalu ada nama mama." Apakah betul kita akan melakukannya?


Rasulullah saw bersabda tentang tiga amalan yang tidak terputus kalau seseorang meninggal dunia, salah satunya adalah anak sholeh yang selalu mendoakan orang tuanya.


Sebab memang sesederhana itu keinginan orang tua kita.


Tapi apakah kita melakukannya?


"Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

DALAM LINGKARAN DAKWAH

 

By. Satria hadi lubis 


Kalau Anda tidak bisa jadi khotib Jum'at, jadilah penceramah (ustadz).


Kalau Anda tidak bisa jadi penceramah, jadilah murobbi (mentor).


Kalau Anda tidak bisa menjadi murobbi, jadilah mad'u (peserta) yang rutin menghadiri liqo' (pengajian).


Kalau Anda tidak bisa menjadi mad'u, jadilah fasilitator (perantara) yang mengajak orang lain menjadi mad'u, mengajak orang masuk ke dalam lingkaran dakwah dengan berbagai sumber daya yang Anda miliki.


Kalau Anda tidak bisa menjadi fasilitator, maka biarkan dan diamlah. Jangan memusuhi dan menggangggu dakwah yang sedang dilakukan oleh saudara-saudara Anda. Inilah selemah-lemahnya iman karena pasif berdakwah.


Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman” (HR. Muslim).


Jangan kemukakan alasan sibuk untuk tidak ikut lingkaran (barisan) dakwah. Sebab orang nganggur juga sibuk rebahan.  


Kalau Anda tak bisa diam dengan cara memusuhi dakwah, bahkan menjadi kaum Islamophobia (pembenci Islam). Lalu buat apa Anda hidup? 


"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan" (Qs. 31 ayat 6).

TIGA SARANA BELAJAR ISLAM

 


By. Satria hadi lubis


Jika kaum muslimin belajar Islam dengan benar, sehebat apa pun makar musuh-musuh Islam tak akan mampu melemahkan kekuatan Islam.


Saat ini, aqidah dan persatuan umat Islam justru dirusak dan dipecah belah oleh orang Islam sendiri yang tidak paham terhadap Islam. Lalu secara sadar atau tidak sadar membantu musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam. 


Itulah sebabnya, banyak ulama yang berpendapat bahwa kunci kembali kepada kejayaan Islam itu adalah kembali mempelajari Islam dengan benar, rutin dan sungguh-sungguh (back to tarbiyah), sesuai dengan perintah di dalam hadits, "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224)


Untuk mempelajari Islam dengan benar, ada TIGA SARANA yang tak boleh ditinggalkan dan perlu dilakukan secara bersamaan : 


1. Belajar dengan guru/ustadz secara talaqi (temu muka) dan rutin. Jika di masa pendemi ini, talaqqi bisa diganti dengan pertemuan online.


Tujuan belajar dengan guru/ ustadz adalah agar ada tempat diskusi dan bertanya, sehingga tidak memahami Islam semaunya sendiri. Juga untuk mendapatkan berkah dari forum ta'lim/liqo', seperti yang disebut dalam hadits : “Jika kalian melewati taman surga, maka singgahlah dengan hati senang.“ Para sahabat bertanya, ”Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah dzikir.”   (atau halaqah ilmu) (HR Attirmidzi).


Lebih baik lagi jika ustadznya bisa berperan sebagai coach (murobbi), sehingga ibarat dokter keluarga ia tahu bagaimana cara mengobati kesehatan mental mad'unya, karena hubungan mereka yang dekat dan terus bersama dalam pengajian.


Namun kekurangan ta'lim atau ceramah umum saat ini, termasuk fakultas syari'ah sekalipun, adalah tidak dekatnya hubungan antara ustadz dengan mad'unya. Istilahnya, "Kita kenal ustadznya, tapi ustadznya gak kenal kita." 


Oleh sebab itu, ta'lim umum perlu ditundaklanjuti dengan ta'lim khusus (disebut dengan liqo', halaqoh atau mentoring) dimana pesertanya terbatas dan dipimpin oleh murobbi yang mengenal mad'unya. Murobbi ini yang akan lebih banyak berperan sebagai coach. 


Bisnis yang ingin sukses saja butuh kehadiran coach, apalagi jika ingin sukses di dunia dan akhirat, tentu lebih penting lagi kehadiran coach yang akan membimbing seorang muslim untuk mempraktekkan Islam secara integral, bertahap dan bersungguh-sungguh dalam sebuah amal jama'i (aktivitas bersama yang terprogram).


2. Membaca Al Qur'an. Sarana kedua yang perlu dilakukan adalah membaca Al Qur'an secara rutin. Selain untuk mengetahui pokok-pokok ajaran Islam, juga untuk mendapatkan hidayah Allah swt. “Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus..." (Qs. 17 ayat 9).


Jika tidak mengetahui arti bacaan Al Qur'an, maka bacalah terjemahan Al Qur'an serta tafsir dan Hadits-nya. Jangan sampai berpuluh tahun menjadi muslim tapi tidak tahu arti Al Qur'an sebagai sumber ajaran Islam.


3. Membaca buku-buku agama atau menyimak ceramah agama melalui sarana online (Youtube, WA grup, Web, dll).


Belajar agama juga perlu dilengkapi dengan rajin membaca buku-buku agama atau mendengar ustadz-ustadz di sarana online yang kini semakin banyak jumlahnya. Namun ini hanya sarana pelengkap saja, bukan yang utama.


Sebagian kaum muslimin merasa sudah belajar Islam dengan benar padahal hanya  mengandalkan sarana ketiga saja. Tidak menjalankan sarana pertama dan kedua di atas. Tentu hal ini keliru.


Sarana ketiga akan membuat seorang muslim menjadi Islamolog (tahu banyak tentang Islam), tapi belum tentu tahu sistematika amal Islam, praktek ukhuwah dan sumber hukum Islam (Al Qur'an), sehingga rentan menghasilkan orang-orang sombong yang merasa pintar agama padahal belum tentu pemahamannya benar. Sebagian pembenci Islam (kaum Islamophobia) lahir dari sini. Tidak punya guru/ustadz dan jarang baca Al Qur'an tapi li…

MENOLAK TENGGELAM

 


By. Satria hadi lubis 


Panglima Besar muslim, Musa bin Nushair rohimahullah, menaklukan Andalusia pada saat berusia 79 tahun! 


Ia bersama Thoriq bin Ziyad rohimahullah memimpin jihad membebaskan Semenanjung Andalusia (kini Spanyol dan Portugis) dari penyembahan berhala dan kezaliman. 


Di usia 79 tahun ia masih menarik tali kekang kudanya, menuruni lembah dan menaiki pegunungan di wilayah sangat luas tersebut. 


Di dalam diri Musa terus bergerak iman kepada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa, sehingga dirinya terus merasa mulia dan semangatnya terus terbarui meskipun kepalanya telah dipenuhi uban.


Musa menolak tenggelam, untuk berhenti berjuang bagi kemaslahatan orang banyak.


Ternyata usia tak menghalangi seseorang untuk selalu produktif mencari keridhoaan Allah.


Bandingkan dengan sebagian muslim di masa kini, yang sudah berhenti mengangkasa dengan alasan usia. Memanjakan tubuh dan pikirannya di kala usia baru separuh baya. 


Dengan dalih sibuk kerja dan keluarga, lingkaran perjuangannya menyempit. Padamlah api potensinya dalam memberi manfaat bagi sebanyak-banyaknya manusia.


Tenggelam dalam keasyikan diri dan keluarga. Tak mau bersusah payah lagi untuk produktif beramal dan berdakwah. 


Seakan Musa tak punya anak dan keluarga, seakan Musa tak punya pekerjaan lain. 


Padahal tempat istirahat kita adalah kematian. Sedang dunia tempat berjuang.

PACARAN : RENCANA MENYAKITI HATI



By. Satria hadi lubis 


Beberapa waktu yang lalu, saya melihat dua pemuda pemudi kisaran anak SMP sedang berpacaran di sebuah restoran.


Saya amati, betapa mesranya mereka. Tatapan matanya bersinar-sinar, senyum selalu mengembang dan muncul kata-kata manja dan kangen. Seakan-akan dunia milik mereka berdua. Yang lain ngontrak. 


Jika itu dilakukan oleh sepasang suami isteri sungguh hal tersebut adalah kebaikan dan keberkahan. Namun jika dilakukan oleh dua lawan jenis yang masih bau kencur (anak baru gede) sungguh ini adalah keburukan dan bencana.


Yang perlu dipahami oleh para remaja adalah sesungguhnya tak ada cinta SEBELUM nikah. Yang ada hanya NAFSU, walau diubah namanya dengan sebutan cinta, gebetan, pacaran, soulmate, bestie, dan nama palsu lainnya.


Anugerah berupa cinta hanya Allah berikan kepada mereka yang sudah menikah. Sedang  mereka yang belum menikah lalu pacaran sebenarnya hanya mengejar pelampiasan nafsu, yang ujungnya hanya dua : kenangan pahit berupa patah hati dan dosa berzina (dengan atau tanpa berhubungan seks). 


Jika kita renungkan,

pacaran sebenarnya adalah rencana untuk menyakiti hati sendiri atau orang lain. Membuat daftar mantan yang dikenang dengan pahit dan sedih berkepanjangan, bahkan mungkin setelah yang bersangkutan menikah kelak dengan orang lain. Buktinya, muncul ribuan lagu dan puisi patah hati yang membuat mewek jutaan pendengarnya karena merasa senasib.


Dosa dari pacaran jangan ditanya lagi. Pasti bejibun dan sulit dihapus, kecuali dengan taubat dan buanyaaakkk beramal sholih.


Zina akibat pacaran adalah dosa besar, yang mungkin baru dihukum oleh Allah dengan musibah puluhan tahun kemudian setelah mereka beranjak menua. Walau dari pacaran tersebut akhirnya mereka menjadi suami isteri. 


Perlu juga dipahami bahwa pacaran yang berujung pada patah hati sampai berkali-kali akan berpotensi mengubah hati pelakunya untuk berpandangan salah terhadap lawan jenis. Melihat lawan jenis sebagai "lawan" bukan lagi mitra. Bahkan sampai ada yang kemudian menyukai sesama jenis, karena trauma dengan lawan jenis.


Ketika menikah, mereka akan melihat suami atau isterinya bukan sebagai mitra tapi "lawan" yang perlu diwaspadai, sehingga mempengaruhi cara berkomunikasi dengan suami atau isterinya. Bawaannya curiga terus, meremehkan dan kasar kepada suami atau istrinya. Hal itu karena dulu punya pengalaman patah hati dengan mantan pacarnya.


Solusinya, hindarilah pacaran, apapun alasannya. Apalagi bagi abege bau kencur yang lulus ujian sekolah saja belum tentu.


Benarlah Allah dengan firman-Nya :


وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا


"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk" (Qs. Al-Isra' ayat 32).

INDIKATOR AKHIR YANG BAIK



By. Satria hadi lubis 


ADA teman saya yang punya cita-cita jika nanti ia meninggal jumlah pelayatnya mencapai 10.000 orang. Baginya, jumlah pelayat sebanyak itu adalah salah satu indikator husnul khotimah (akhir yang baik). Meninggal dalam keadaan dicintai orang banyak. Sebab kepergian orang baik akan ditangisi orang banyak, sebaliknya kepergian orang jahat akan membuat lega banyak orang. Sebagaimana diterangkan dalam hadis saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar orang yang menebar kerusakan di muka bumi meninggal :


يستريح منه العباد والبلاد والشجر والدواب


“Orang-orang beriman, negeri, pepohonan, serta binatang-binatang lega dengan kematiannya” (HR. Bukhari dan Muslim).


Kita perlu dan bisa juga membuat indikator husnul khotimah sesuai dengan persepsi kita masing-masing, asalkan tidak keluar dari syariat.


Kalau saya sendiri mengukur husnul khotimah dengan empat indikator dan ini pernah saya tulis dalam buku yang berjudul "Sukses Jalan Terus (Unstoppable Success)". Secara singkat indikator tersebut adalah :


1. Selalu SEIMBANG dalam hidup.

Seimbang dalam mengembangkan intelektual, spiritual, emosional dan fisik/kesehatan serta seimbang dalam berbagai peran hidup kita.


2. Selalu ISTIQOMAH. 

Tegak lurus di jalan Allah dan tak tergoda dengan berbagai godaan duniawi.


3. Selalu BERSYUKUR. 

Sebab syukur dan iman bagaikan dua sisi mata uang. Dengan bersyukur nikmat bertambah. Dengan kufur musibah bertambah.


4. Selalu memberikan MANFAAT bagi orang lain. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain. Manfaat tertinggi adalah ketika seseorang bisa menjadi teladan dalam mendekatkan diri kepada Allah (sebagai da'i), baru setelah itu manfaat lainnya berupa kebaikan yang sifatnya umum.


Insya Allah dengan selalu melakukan EMPAT hal tersebut, seseorang akan meninggal dalam kondisi husnul khotimah. Tidak peduli apakah pelayatnya banyak atau tidak. Mayatnya utuh, wangi dan tersenyum atau tidak, seperti Hamzah bin Abdul Mutholib ra, Ikrimah bin Abu Jahal ra, Abdullah bin Ummu Maktum ra, syahid dalam kondisi tubuhnya hancur tercerai berai di medan perang. Abu Dzar al Ghifari ra meninggal dalam sepi. Hasan al Banna, yang syahid dibunuh penguasa, dimakamkan tanpa dihadiri jutaan pengikutnya. Pemakaman beliau hanya dihadiri keluarganya saja. Sebab ada larangan dari rezim saat itu untuk menghadiri pemakamannya.


Jadi carilah indikator akhir yang baik untuk kematian kita masing-masing, sehingga kita dapat meninggalkan dunia ini dengan tenang tanpa banyak menyesal. 


Semoga kita bisa mengakhiri hidup ini dengan talqin syahadat sebagai simbol bahwa kita lahir dan memulai hidup ini dengan syahadat, mengisinya dengan syahadat serta mengakhirnya juga dengan syahadat.


Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang akhir perkataannya adalah La Ilaha ilallah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah), maka ia akan masuk surga" (HR. Abu Dawud No. 3116).

MEMPERBAIKI CINTA


By. Satria hadi lubis 


Seorang kakek ditanya saat ulang tahun pernikahannya ke-75, "Kek...apa rahasianya hingga pernikahannya awet sampai sekarang?"


Si kakek menjawab, "Saya dilahirkan di jaman dimana kalau kita merusak sesuatu kita memperbaikinya, bukan membuangnya."


Cinta itu menerima kekurangan pasangan apa adanya.


Cinta itu tidak membandingkan kekurangan pasangan dengan kelebihan orang lain.


Justru cinta itu membandingkan kelebihan pasangan dengan kekurangan orang lain.  


Hingga semakin mencintai di haribaan hati.


Sebab jika kekurangan yang dikenang, seribu kelebihan pasangan pun tak akan menarik lagi.

PENGAJIAN DAN KEIKHLASAN

 


By. Satria hadi lubis 


Ketahuilah saudaraku....bahwa hanya orang ikhlas yang bisa masuk surga, "kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" (Qs. 26 ayat 89).


Pernahkah kamu menguji keikhlasanmu?


Sarana yang paling tepat untuk menguji keikhlasanmu adalah dengan IKUT PENGAJIAN (LIQO') SECARA RUTIN. Sebab dunia liqo' adalah dunia sepi tanpa imbalan uang, tahta dan populeritas. Disana yang ada hanya "wajah" Allah. Disana yang ada hanya pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya untuk mencari ilmu dan ridho-Nya. Juga dalam rangka memenuhi perintah Nabi saw : "Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi kaum muslimin" (HR. Ibnu Majah).


Jika kamu betah berlama-lama dalam lingkaran liqo', kamu telah membuktikan kepada Allah 'azza wa jalla bahwa sebagian waktumu benar untuk menuntut ilmu dan berdakwah semata. Di tengah-tengah berbagai aktivitas lainnya yang rentan terganggu keikhlasannya karena ada imbalan gaji, uang, jabatan dan populeritas.


Namun selama kamu belum rutin hadir di liqo' atau pengajian, kamu layak ragu dengan keikhlasanmu. Jika layak ragu dengan keikhlasanmu, maka layak ragu juga dengan bekal keikhlasan apa yang akan kamu bawa untuk masuk surga? Padahal aktivitas lainnya rentan dengan pamrih? 


Buktikan di depan Allah kesungguhanmu, dengan mengikuti aktivitas liqo' yang tidak ada imbalannya, kecuali hanya ada ilmu, pahala dan ridho Allah SWT.


Tak ada alasan untuk berhenti liqo'. Di masa pandemi covid 19 misalnya, liqo' tetap bisa berjalan dengan sarana online (WA, zoom online, dan lain sebagainya). Bahkan bisa lebih fleksibel waktunya dan bisa dilakukan tanpa banyak waktu serta biaya yang dikeluarkan.


Jadi yang penting adalah KEMAUAN. Kemauan untuk membuktikan kepada Allah bahwa "Ya Allah...Saya orang ikhlas!", yaitu dengan hadir di liqo' yang tidak ada imbalannya, kecuali hanya ada pahala dan ridho Allah semata.


Cukuplah perkataan ulama di bawah ini mencerminkan betapa mulianya pengajian (liqo'), jika kamu menyadarinya.


"Andaikan pahala menghadiri majelis ilmu itu ditampakkan kepada manusia, niscaya mereka akan berperang memperebutkan satu tempat duduk di dalamnya sampai mereka akan meninggalkan kekuasaannya dan pasar-pasarnya" ( Kaab Al Ahbar, tabiin).