By. Satria hadi lubis
Beberapa waktu yang lalu, saya melihat dua pemuda pemudi kisaran anak SMP sedang berpacaran di sebuah restoran.
Saya amati, betapa mesranya mereka. Tatapan matanya bersinar-sinar, senyum selalu mengembang dan muncul kata-kata manja dan kangen. Seakan-akan dunia milik mereka berdua. Yang lain ngontrak.
Jika itu dilakukan oleh sepasang suami isteri sungguh hal tersebut adalah kebaikan dan keberkahan. Namun jika dilakukan oleh dua lawan jenis yang masih bau kencur (anak baru gede) sungguh ini adalah keburukan dan bencana.
Yang perlu dipahami oleh para remaja adalah sesungguhnya tak ada cinta SEBELUM nikah. Yang ada hanya NAFSU, walau diubah namanya dengan sebutan cinta, gebetan, pacaran, soulmate, bestie, dan nama palsu lainnya.
Anugerah berupa cinta hanya Allah berikan kepada mereka yang sudah menikah. Sedang mereka yang belum menikah lalu pacaran sebenarnya hanya mengejar pelampiasan nafsu, yang ujungnya hanya dua : kenangan pahit berupa patah hati dan dosa berzina (dengan atau tanpa berhubungan seks).
Jika kita renungkan,
pacaran sebenarnya adalah rencana untuk menyakiti hati sendiri atau orang lain. Membuat daftar mantan yang dikenang dengan pahit dan sedih berkepanjangan, bahkan mungkin setelah yang bersangkutan menikah kelak dengan orang lain. Buktinya, muncul ribuan lagu dan puisi patah hati yang membuat mewek jutaan pendengarnya karena merasa senasib.
Dosa dari pacaran jangan ditanya lagi. Pasti bejibun dan sulit dihapus, kecuali dengan taubat dan buanyaaakkk beramal sholih.
Zina akibat pacaran adalah dosa besar, yang mungkin baru dihukum oleh Allah dengan musibah puluhan tahun kemudian setelah mereka beranjak menua. Walau dari pacaran tersebut akhirnya mereka menjadi suami isteri.
Perlu juga dipahami bahwa pacaran yang berujung pada patah hati sampai berkali-kali akan berpotensi mengubah hati pelakunya untuk berpandangan salah terhadap lawan jenis. Melihat lawan jenis sebagai "lawan" bukan lagi mitra. Bahkan sampai ada yang kemudian menyukai sesama jenis, karena trauma dengan lawan jenis.
Ketika menikah, mereka akan melihat suami atau isterinya bukan sebagai mitra tapi "lawan" yang perlu diwaspadai, sehingga mempengaruhi cara berkomunikasi dengan suami atau isterinya. Bawaannya curiga terus, meremehkan dan kasar kepada suami atau istrinya. Hal itu karena dulu punya pengalaman patah hati dengan mantan pacarnya.
Solusinya, hindarilah pacaran, apapun alasannya. Apalagi bagi abege bau kencur yang lulus ujian sekolah saja belum tentu.
Benarlah Allah dengan firman-Nya :
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk" (Qs. Al-Isra' ayat 32).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar