Minggu, 09 Oktober 2022

CINTA ATAS NAMA AGAMA


By. Satria hadi lubis 


Rasulullah saw telah mencanangkan bahwa yang membuat pernikahan itu langgeng adalah agama (ad dien), bukan yang lainnya.


"Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling utama yang harus jadi perhatian adalah masalah ad dien (agamanya). Maka pilihlah berdasarkan agamanya, niscaya kamu beruntung" (HR. Bukhari Muslim).


Karena itu, ta'aruf (pengenalan) terhadap calon suami atau isteri itu adalah ta'aruf terhadap dien-nya. Indikatornya   adalah quwatul aqidah (aqidah yang kuat), matanal khuluq (akhlaq yang kokoh) dan shohihul ibadah (ibadah yang benar) dari calon suami atau isteri kita.


Pengenalan terhadap selain dien boleh saja dilakukan tetapi tak terlalu penting. Itulah sebabnya pernikahan dalam Islam tidak diawali dengan pacaran, apalagi pacaran yang lama dan "brutal" sampai melakukan hubungan seksual sebelum nikah dengan alasan mengenal luar dalam. Cukup mengenal ad dien saja.


Sedang perbedaan sifat, karakter, gaya hidup, hobi, dan lain-lain dari suami isteri adalah dinamika dalam pernikahan. Suka duka yang merupakan takdir dalam pernikahan, yang perlu dihadapi dengan sabar dan syukur, sehingga menjadi ladang pahala.


Jangan percaya dengan mitos bahwa nikah itu harus memilih pasangan yang paling banyak persamaannya dengan kita. Tapi percayalah bahwa memilih pasangan harus mengutamakan kualitas dien-nya, sebagaimana yang disabdakan Nabi saw dalam hadits di atas.


Dalam 32 tahun perjalanan pernikahan saya, yang menyatukan saya dengan istri (Ustadzah Kingkin Anida) adalah agama. Cinta kami berdua dibangun atas nama agama. Marah yang kembali reda juga gara-gara pertanggungjawaban agama.

Sedih yang kembali riang juga karena nilai-nilai agama.

Musibah yang kembali aman juga karena dikuatkan oleh agama.


Agama yang dihidupkan dalam bentuk dakwah di internal keluarga dan ke eksternal keluarga telah membuat pernikahan kami, alhamdulillah, bisa bertahan selama 32 tahun (7 Oktober 1990 - 7 Oktober 2022). Dan insya Allah, akan terus langgeng sampai maut memisahkan kami di dunia. Lalu bersatu lagi kelak di akhirat...insya Allah.


Bagi kami....

Cinta atas nama agama adalah cinta sejati dan puncak dari cinta-cinta lain yang paling membahagiakan.


Bagi kami...

Cinta atas nama agama (yang dihidupkan dalam dakwah) adalah cinta segitiga yang agung antara suami, isteri dan Allah, sebagai Sang Pemilik Cinta itu sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar