Minggu, 26 April 2015

Apa yang Dimaksud Hidup Seimbang?

Hidup seimbang berarti hidup dengan menjaga dua bentuk keseimbangan, yaitu keseimbangan internal dan eksternal.

Keseimbangan internal adalah keseimbangan dalam memenuhi hak dari diri Anda sendiri. Diri Anda memiliki empat dimensi, yaitu dimensi fisik, emosional, mental dan spritual. Masing-masing dimensi perlu dilayani haknya agar diri Anda seimbang. Hak dari dimensi fisik adalah kesehatan tubuh. Hak dari dimensi emosional adalah perasaan yang bersih. Hak dari dimensi mental adalah pikiran yang jernih. Hak dari dimensi spritual adalah kedekatan dengan Tuhan. Semua itu perlu dipenuhi haknya jika Anda ingin dikatakan hidup dengan seimbang.

Keseimbangan eksternal adalah keseimbangan dalam memenuhi hak orang-orang di sekitar Anda. Anda mungkin sudah mengtahui bahwa setiap orang pasti memiliki beberapa peran yang berbeda dalam hidupnya. Anda misalnya, mungkin memiliki peran sebagai ayah bagi anak Anda, suami bagi isteri Anda, anak bagi orang tua Anda, mahasiswa jika Anda kuliah, dan juga menjadi warga di dalam lingkungan sekitar Anda. Dalam contoh tadi berarti Anda memiliki 5 peran dalam hidup Anda.

Orang yang hidupnya seimbang melayani semua peran dalam hidupnya dengan baik. Artinya, ia memenuhi semua hak dari setiap peran hidupnya. Ketika Anda dapat memenuhi semua hak tersebut, baik dalam keseimbangan internal maupun eksternal, maka Anda telah berhasil menyeimbangkan hidup Anda. Sebaliknya, jika satu atau lebih dari hak-hak dalam hidup Anda terbengkalai, maka berarti hidup Anda tidak seimbang.

Dampak dari orang yang tidak hidup seimbang


Jika Anda hidup tidak seimbang, maka Anda melawan hukum keseimbangan. Anda tak dapat melawan hukum keseimbangan itu. Cepat atau lambat Anda akan merasakan akibatnya, yaitu :

  1. Gelisah terus menerus
Dampak pertama dari hidup yang tidak seimbang adalah kegelisahan yang terus menerus. Anda merasa ada yang tidak lengkap dalam hidup ini. Ada yang tercecer dan yang terabaikan, sehingga Anda sering dilingkupi rasa bersalah (feeling gulty). Mungkin Anda pernah menyaksikan film Leathal Weapon. Film yang berkisah tentang dua orang polisi. Polisi yang satu sudah lama berkarir dan bahagia dengan keluarganya. Sedang polisi yang satu lagi baru berkarir dan rumah tangganya kurang bahagia. Ia bercerai dengan istrinya. Dikisahkan dalam film itu bagaimana konflik batin yang dialami polisi yang bercerai dengan isterinya itu. Ia sering diliputi rasa bersalah dan penyesalan, sehingga hidupnya selalu gelisah. Ia digambarkan sering melakukan tindakan yang ceroboh, nekat, dan emosional dalam menjalankan perannya sebagai polisi. Untung ia selalu didampingi oleh polisi bijak yang keluarganya bahagia, sehingga selalu selamat dari bahaya melawan kekejaman penjahat.

  1. Keberhasilan yang selama ini telah dicapai akan berubah menjadi kegagalan
Kehidupan yang tidak seimbang akan menghancurkan kesuksesan Anda selama ini. Sebagai contoh, ketika Anda sukses berkarir tapi abai menyediakan waktu untuk mengurus isteri/suami Anda, maka cepat atau lambat istri/suami akan ‘merongrong’ keberhasilan Anda dalam karir. Mereka akan menuntut Anda, bahkan mungkin menuntut secara berlebihan sebagai pelampiasan terhadap kewajiban Anda yang selama ini terabaikan. Jika Anda tak dapat memenuhinya, mungkin hubungan Anda dengan isteri/suami akan berakhir dengan perceraian atau pertengkaran terus menerus. Dampak dari kegagalan rumah tangga ini, bisa mengganggu konsentrasi Anda dalam karir, sehingga cepat atau lambat karir Anda yang sukses akan menurun prestasinya, bahkan dapat hancur jika Anda tak mampu mengatasinya. Ini adalah hukum keseimbangan. Hukum yang akan bereaksi ketika Anda hidup tidak seimbang.

3.      Menyakiti orang lain
Ketika Anda hidup tidak seimbang, kemungkinan besar akan ada orang lain yang hak dan kewajibannya Anda abaikan. Ia mungkin akan kecewa dan sakit hati dengan Anda. Pada saat itu, Anda telah mengorbankan yang penting dalam hidup Anda, yaitu hubungan baik dengan orang lain. Rusaknya hubungan akan berdampak pada hilangnya kerjasama, bantuan dan ridho dari orang lain. Hal ini jelas akan menyulitkan Anda untuk memperoleh sukses.

  1. Tidak bisa menikmati kesuksesan yang lebih besar
Jika Anda hidup tak seimbang, Anda akan sulit untuk memperoleh kesuksesan lebih besar lagi. Hal ini karena ketidakseimbangan akan menganggu konsentrasi Anda untuk bergerak maju. Waktu, pikiran dan tenaga Anda habis untuk menyelesaikan masalah yang muncul dari ketidakseimbangan itu. Sebagai contoh, Anda sibuk bekerja tapi lupa menjaga kesehatan tubuh. Ketika Anda jatuh sakit, mungkin butuh waktu lama untuk sembuh kembali. Bahkan mungkin sakit itu menjadi kronis dan menahun. Waktu, pikiran dan tenaga Anda jelas akan beralih pada penyembuhan penyakit tersebut. Konsentrasi Anda untuk sukses yang lebih besar lagi akan terganggu. Anda menjadi terhalang untuk memperoleh sukses berikutnya atau sukses yang lebih besar lagi.

  1. Mengorbankan sesuatu yang berharga
Hidup yang tidak seimbang membuat Anda mengorbankan sesuatu yang berharga dalam hidup Anda. Hal itu bisa berupa hubungan baik dengan orang lain yang Anda hancurkan, kesehatan yang Anda abaikan, cita-cita luhur yang Anda lupakan, dan lain-lain. Sesuatu yang berharga itu mungkin baru disadari di kemudian hari, sehingga terlambat dan hanya penyesalan yang didapat. Persis seperti cerita seorang anak yang sibuk berkarir dan lupa kepada ibunya. Suatu ketika, ia mendatangi ibunya yang lama tidak dikunjunginya di rumah jompo. Ia membawa es krim kesukaan ibunya. Es krim itu diterima ibunya dengan sangat gembira. Ibunya berkata, “Sungguh kamu anak baik yang memperhatikan orang lain. Anakku tidak seperti kamu, ia sudah lama melupakanku”. Ternyata mata sang ibu sudah rabun dan telinganya sudah tuli. Ia tidak tahu bahwa yang memberikan es krim itu anaknya sendiri. Seketika itu juga si anak menangis tersedu-sedu. Ia sadar bahwa selama ini telah melupakan ibunya. Ia bertekad untuk lebih memperhatikan ibunya. Namun semua itu terlambat, karena keesokan harinya ibunya telah meninggal.

 
Hidup seimbang adalah kesuksesan

Mengapa kesuksesan itu berarti hidup seimbang?  Paling tidak ada tiga alasan yang mendasarinya :

1.      Hidup seimbang membuat Anda terbebas dari berbagai masalah yang tidak perlu terjadi.
Jika hidup Anda seimbang, Anda akan terbebas dari berbagai masalah. Sesungguhnya masalah itu muncul dari ketidakseimbangan. Misalnya, masalah kegemukan muncul karena ketidakseimbangan antara makan dengan olahraga. Masalah keluarga muncul karena ketidakseimbangan antara waktu untuk keluarga dan waktu untuk kegiatan lain. Masalah ekonomi muncul karena ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Masalah permusuhan dengan orang lain muncul karena ketidakseimbangan antara memahami dan dipahami oleh orang lain. Dengan hidup seimbang Anda bersikap preventif. Mencegah masalah sebelum masalah tersebut terjadi.

2.      Hidup seimbang membuat perasaan Anda tenteram dan bahagia.
Perasaan tenteram dan bahagia terkait dengan keseimbangan. Coba Anda lihat pemandangan yang indah (karena teksturnya yang seimbang), maka Anda akan merasakan perasaan yang tenteram dan bahagia. Coba Anda dengarkan lagu yang merdu (karena nadanya yang harmonis), maka Anda akan merasa senang. Jika Anda hidup dengan seimbang, alam (hukum alam) akan membantu Anda untuk merasakan ketenteraman dan kebahagiaan. Hal itu karena Anda hidup selaras dengan hukum keseimbangan alam.

3.      Hidup seimbang membuat Anda dapat mengembangkan potensi.
Manusia hidup dengan berbagai potensi. Potensi itu dapat berkembang jika disemai dalam ‘tanah’ yang tepat. ‘Tanah’ itu adalah hidup yang seimbang. Persis seperti tanaman yang akan tumbuh subur jika ditanam pada tanah dengan kandungan mineral yang seimbang. Potensi yang berkembang akan membuat Anda merasa lebih puas dan bahagia karena kebutuhan Anda untuk beraktualisasi diri dapat tercapai.

4.      Hidup seimbang membuat Anda tidak menyesal meninggalkan dunia.
Jika Anda hidup seimbang, Anda akan mengalami perasaan tenteram dan bahagia sampai Anda dipanggil Tuhan kelak. Anda tidak akan menyesal meninggalkan dunia ini karena Anda tahu telah melaksanakan seluruh hak Anda dengan baik. Tidak ada orang yang Anda sakiti atau Anda abaikan. Anda juga merasa telah menjadi hamba Tuhan yang baik karena tidak menyia-nyiakan umur Anda untuk merusak diri sendiri dan orang lain. Anda akan pulang ke ‘rumah Tuhan’ dengan hati puas dan ridho.

Empat hal inilah yang akan dialami oleh mereka yang hidupnya seimbang. Mereka menjadi orang yang sukses karena hidupnya seimbang. Sebaliknya, orang yang hidupnya tidak seimbang adalah orang yang gagal dalam hidup, walau ia kaya, tenar atau memiliki jabatan yang tinggi. Kekayaan, populeritas dan kedudukan yang tinggi tidak membantu seseorang untuk merasakan keempat hal diatas, jika ia gagal menyeimbangkan hidupnya.

Anda mungkin bertanya, adakah contoh orang yang sukses karena hidupnya yang seimbang? Tentu saja banyak contohnya. Mereka adalah para nabi dan rasul, ulama, orang-orang sholih dan para pahlawan. Kalau kita ingin menyebut namanya, beberapa diantaranya bisa disebutkan disini : Nabi Muhammad, keempat khalifah sepeninggal Nabi Muhammad (Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abu Tholib), para ulama seperti : Imam Malik, Syaf’i, Hambali, Hanafi, Nawawi, Ibnu Taimiyah, dan lain-lain. Para pahlawan pembela kebenaran, seperti Sholahudin Al Ayyubi, Omar Mukhtar, Sanusi, Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, dan lain-lain. Belum lagi dari orang-orang yang tidak terkenal, tapi sebetulnya ada di sekeliling kita karena mereka berhasil hidup dengan seimbang. Ingat! Hidup yang seimbang tidak mengharuskan seorang itu kaya, tenar atau berkedudukan. Bahkan mungkin ia berasal dari orang yang miskin, tidak terkenal atau jabatannya rendah, tapi ia lebih sukses hidupnya daripada orang yang kaya, tenar atau berkedudukan namun hidupnya tidak seimbang.

Orang yang hidupnya seimbang akan mengalami kesuksesan tanpa henti karena sukses bukan lagi dilihat sebagai tujuan, tapi proses. Anda akan jarang sekali mengalami kesuksesan jika sukses itu merupakan tujuan. Apalagi jika sukses itu Anda anggap sebagai tujuan yang besar, seperti memperoleh harta yang banyak, populeritas yang melangit dan jabatan setinggi-tingginya. Namun jika sukses adalah proses, maka Anda akan lebih mudah mencapainya dan akan lebih sering mengalaminya. Bahkan bisa menjadi sukses tanpa henti jika Anda terus menjaga kesuksesan itu, yakni dengan menjaga keseimbangan hidup Anda.
 

Konsultasi : Selalu Gagal

Assalammualaikum ustazd
Setiap apa yang saya kerjakan ataupun yang saya jalankan selalu gagal..., tidak pernah sukses/ berhasil..., setiap mengingat hal - hal masa lalu yang saya ingat adalah kesalahan yang fatal..., dan ketika ingin membenahi kesalahan-kesalahan tidak pernah berhasil..., kalau digambarkan dalam grafik...., grafik saya menurun terus hingga minus..., uang yang saya kumpulkan sejak masa sekolah menengah habis..., kendaraan saya hilang..., fasilitas untuk kerja saya (laptop dll ) tergadaikan..., keluar dari pekerjaan saya (salah satu perusahaan BUMN - inilah kesalahan fatal saya akibat tergiur dengan pekerjaan lain dengan alasan mencari pengalaman ). dan saya sekarang harus menaggung hutang hingga 100 jt...., kegagalan demi kegagalan saya alami hingga saat sekarang ini..., sejak 2 tahun belakangan ini....., dan tidak pernah balik ke atas lagi..., bagaimana ini bisa terjadi dengan saya..., bagaimana ini bisa berakhir....???
Jawab : 
Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudara Fery Rahmadsyah yang dikasihi Allah SWT, apakah betul Anda terus menerus mengalami kegagalan? Atau Anda sebenarnya juga mengalami keberhasilan-keberhasilan tapi kurang disyukuri sehingga yang tampak hanya kegagalan saja di mata Anda?
Namun jika Anda memang terus menerus mengelami kegagalan, maka ada banyak faktor yang bisa menjadi penyebabnya. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua faktor besar, yaitu faktor pribadi dan faktor pertolongan Allah SWT.
Secara pribadi, coba tolong dievaluasi apa yang menyebabkan Anda gagal terus menerus. Karakter pribadi yang berhasil biasanya mencerminkan tiga hal, pribadi yang tahan banting, kreatif dan mampu bergaul (membangun jaringan). Coba tolong dievaluasi apakah Anda mempunyai kepribadian yang tahan banting dan tidak mudah menyerah (berputus asa)? Selalu mencoba dan mencoba serta berani menghadapi kegagalan (try and error)? Atau sebaliknya apakah Anda termasuk orang yang mudah putus asa, tidak mau mencoba lagi apabila menemui kegagalan? Kemudian apakah Anda orang yang kreatif dalam melakukan aktivitas? Kreatif adalah kemampuan untuk menghadirkan ide dan cara baru dalam pekerjaan. Apakah Anda bekerja secara monoton selama ini dan ceroboh? Tidak mau ambil pusing dengan kualitas hasil pekerjaan dan tidak acuh terdapat pendapat orang lain yang memberikan masukan pada Anda (emang gue pikirin)? Lalu dari sisi pergaulan, apakah Anda orang yang mudah bergaul dengan berbagai tipe orang? Atau Anda suka memilih-milih dalam bergaul dan sulit bersosialisasi dengan banyak orang? Kepandaian bergaul dan membangun jaringan (nerworking) juga merupakan syarat bagi keberhasilan hidup kita.
Coba evaluasi tipe kepriibadian Anda. Jika kepribadian Anda belum termasuk kepribadian yang tahan banting, kreatif dan mudah bergaul, maka solusinya adalah memperbaiki tipe kepribadian Anda. Caranya dengan membaca buku-buku tentang bagaimana cara untuk menjadi orang yang tahan banting, kreatif dan mudah bergaul. Kemudian implementasikan kiat atau tips yang ada dalam buku tersebut secara sungguh-sungguh dan berkesinambungan, sehingga Anda memiliki kepribadian yang baru.
Namun jika kepribadian Anda saat ini sudah tahan banting, kreatif dan mudah bergaul, maka kegagalan yang terus menerus terjadi mungkin disebabkan karena hubungan kita yang kurang baik dengan Yang Maha Mengatur Segala Sesuatu (Allah SWT). Hal ini berarti yang perlu diperbaiki adalah hubungan kita dengan Allah SWT.
Dunia ini diatur oleh hukum Allah (sunnatullah) yang pasti, sehingga kalau kita ingin agar hukum Allah di alam ini turut membantu keberhasilan kita, maka caranya adalah dengan mendekati si pemilik hukum tersebut, yakni Allah SWT. Saudaraku Fery Rahmadsyah, saya ingin bertanya apakah Anda merasa dekat dengan Allah SWT? Apakah Anda beribadah secara teratur kepada Allah SWT? Jika beribadah secara teratur, apakah Anda hanya melaksanakan ibadah wajib atau juga melaksanakan ibadah sunnah, seperti membaca Al Qur’an, sholat dhuha, tahajud atau sholat sunnah lainnya (termasuk sholat sunnah hajat untuk meminta pertolongan Allah), serta zikir dan berdoa secara teratur dan sungguh-sungguh? Sebab Allah SWT hanya bisa didekati dengan cara beribadah kepadanya (bukan hanya sekedar ingat kepada Allah). Dan kalau Allah dekat kepada kita insya Allah pasti kita akan ditolong-Nya untuk keluar dari berbagai kesulitan hidup. Bahkan pertolongan itu bisa datang dari arah yang tidak disangka-sangka. “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya dia akan membukakan jalan keluar baginya” (QS. 65 : 2). “Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya” (QS. 65 : 4). Syaratnya adalah kita selalu bersyukur dan bersangka baik bahwa Allah pasti akan menolong kita. Jangan pernah berputus asa terhadap datangnya pertolongan Allah SWT. Seringkali kita tidak sabar menunggu datangnya pertolongan Allah, padahal pertolongan Allah itu sebentar lagi akan tiba.
Demikian saran saya, semoga bermanfaat. Saya berdoa semoga Allah SWT segera mengeluarkan Anda dari kegagalan yang terus menerus dan merubahnya dengan kesuksesan hidup dan kedekatan hubungan Anda dengan Allah SWT. Amiin ..ya robbal alamiin. 

Selasa, 21 April 2015

Konsultasi : Tidak PD Dipanggil Ustadz



Assalamualaikum Wr Wb Ahad kemarin ana ikut Daurah Murabbi di masjid Misbahul Amal Jatinegara, Bagaimana mengatasi rasa minder terhadap mad'u yang mempunyai kafaah yang lebih baik dari ana, dan selama ini terkadang sebagian tetangga memanggil ana dengan sebutan ustadz, sedangkan ana merasa berat/ belum siap dipanggil ustadz, Bagaimana mengatasi rasa ga PD? Syukron

Jawab :
Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudaraku Abu Azzam yang dikasihi Allah SWT. Alhamdulillah, beberapa waktu yang lalu Anda telah mengikuti dauroh murobbi dimana saya menjadi pengisi acaranya. Semoga Anda dipermudah oleh Allah SWT untuk menjadi murobbi yang sukses sampai akhir hayat nanti.
Untuk mengatasi rasa minder terhadap mad’u yang lebih baik kafa’ah (kemampuan)nya daripada kita sebagai murobbinya, maka Anda juga perlu jeli melihat sisi kelemahan/kekurangannya. Lalu hibur diri Anda dengan mengatakan, “Dia memang ahli dalam hal ini dan itu, tetapi dia juga ternyata lemah/kurang dalam hal ini dan itu. Sebaliknya, saya juga kurang dalam hal ini dan itu, akan tetapi saya juga memiliki kelebihan dalam hal ini dan itu. Dan kelebihan saya adalah kekurangan pada diri mad’u saya”. Jika Anda mampu meyakinkan diri Anda bahwa setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan, niscaya Anda tidak akan minder dalam menghadapi  mad’u.
Lalu agar minder Anda cepat hilang. Lakukakan juga sinergi dengan mad’u yang memiliki kafa’ah lebih tersebut untuk membantu Anda dalam mengefektifkan pembinaaan. Misalkan, ia punya kelebihan dalam bahasa Arab. Ajak ia untuk mengajarkan teman-teman satu halaqohnya (bahkan Anda sendiri) agar bisa berbahasa Arab. Dengan mengajaknya bekerjasama, ia akan lebih menghormati dan memaklumi kekurangan Anda (tidak akan sombong dengan kelebihannya).
Kemudian untuk pertanyaan kedua tentang tidak PD jika disebut ustadz oleh sebagian tetangga Anda, anggap saja bahwa ustadz itu adalah nama julukan Anda (bukan sebutan kehormatan). Sebab ustadz itu artinya guru dan sebagian orang bisa saja menjadi guru bagi sebagian yang lain. Bahkan Anda bisa saja balik memanggil orang yang menyapa Anda tersebut dengan panggilan ustadz juga, sehingga istilah ustadz di telinga Anda menjadi lebih familiar dan tidak sakral lagi. Dengan begitu Anda tidak merasa berat jika dipanggil ustadz, karena istilah tersebut menjadi biasa-biasa saja bagi Anda.
Lagi pula jika Anda dipanggil ustadz oleh lingkungan berarti mereka menghargai Anda. Penghargaan tersebut bisa menjadi modal awal untuk berdakwah kepada mereka, sehingga kata-kata Anda lebih didengar dan Anda telah dipermudah oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada mereka.
Semoga jawaban saya ini bermanfaat dan semoga Anda mampu mengatasi rasa minder dalam berdakwah, sehingga kelak Anda menjadi da’i  kharismatik yang turut membawa umat kembali kepada Allah SWT. Amiiin .. ya robbal alamin.

Konsultasi : Apa yang Harus Saya Lakukan?




Ass wr wb... langsung saja ya pak dengan permasalahan saya.. begini pak waktu ini saya lagi bingung harus bagaimana untuk menentukan sikap dan bagaimana untuk menyelesaikan masalah yang saya hadapi ini... Saya laki-laki umur 27 tahun dan mempunyai seorang pacar yang 7 tahun lebih mudah dari saya tepatnya umur 20 tahun.. kami menjalani hubungan ini sudah sekitar 4 tahun dan sudah berencana untuk menuju jenjang yang lebih tinggi baca: pernikahan
Kronologis ceritanya ketika kami pacaran baru menginjak usia sekitar 4 bulan keluarga dari pacar saya mendesak agar ortu saya segera datang ke rumah ortu pacar saya dengan alasan ortu pacar saya takut kalo nanti terjadi apa apa saya akan lari dari dari pacar saya... tapi setelah saya bilang ke orang tua saya dengan halus orang tua saya bilang jangan buru buru dulu.. dengan alasan kakak saya yang perempuan belum menikah dan nanti di takutkan kalo orang tua saya segera datang ke rumah pacar saya takut ortu dari pacar saya segera mendesak untuk menikahdan nanti di takutkan "nglangkahi " kakak perempuan saya yang menurut kepercayaan jawa yang di anut keluarga saya menyulitkan kakak perempuan saya untuk mendapat jodoh dan dengan berat hati saya terima dari keputusan orang tua saya.. tapi di satu sisi lain pihak orang tua pacar saya tetap saja mendesak agar orang tua saya untuk segera datang dan pada saat ini antara saya dan orang tua pacar saya sering ada sedikit beda pendapat dan tidak jarang ada sedikit gesekan.. dan walaupun dengan sangat berat hati pada akhirnya masalah ini saya selesaikan sendiri dengan jalan tunangan dengan cara saya sendiri tanpa menghadirkan ortu saya.. demi untuk menghilangkan ketakutan dan saya takut nanti di cap sebagai orang yang tidak bertanggung jawab dari orang tua pacar saya..
Setelah pertunangan itu keadaan saya dan pacar saya kembali tenang dan menjalani kehidupan seperti biasa dan pada saat kita menjalani ini sekitar 2 tahun kami memutuskan untuk membeli rumah dan bersamaan dengan itu kakak perempuan saya menikah dan tepat dengan janji orang tua saya akhirnya orang tua saya datang ke rumah pacar saya untuk menanyakan atau orang jawa bilang "nakokno"antara hubungan saya dan pacar saya dan saya anggap masalah ini semua clear..
Dan pada akhirnya datang juga masalah ini..pada saat ini hubungan saya dan pacar saya sudah memasuki tahun yang ke 4 dan orang tua saya berencana untuk menikahkan kami tahun depan dan sekitar 2 bulan yang lalu orang tua saya datang ke rumah ortu pacar saya untuk membicarakan masalah hari pernikahan...dan orang tua pacar saya sangat welcome dengan rencana ini dan perlu ibu ketahui pada saat orang tua saya datang ke rumah pacar saya.. saya dan pacar saya lagi ada sedikit pertengkaran masalah perhatian saya ke dia karena saya dan pacar sekarang keadaanya sama sama kerja untuk membayar rumah...
Dengan keadaan seperti ini.. pihak orang tua pacar khusunya ibu pacar saya bukannya menjadi penengah atau yang mendinginkan suasana namun malah menjadi "kompor" antara kami berdua...dan pada suatu saat terlontar kata kata dari ibu tunangan saya kepada saya intinya bahwa sebenarnya dia tidak setuju dengan hubungan kami..!! Alasanya cuman karena pacar saya sudah terlanjur suka sama saya!! What??!!! Dengan perasaan yang hancur lebur saya tahan perasaan saya...seribu pertanyaan datang kepada saya... kenapa dulu memaksa orang tua untuk segera datang? Kenapa dari dulu tidak bilang kalo memang tidak setuju dengan saya?!! Kenapa baru sekarang?!! Dan hal ini juga di ikuti oleh perubahan sikap tunangan saya kepada saya... jangankan untuk ketemu tlppun ngga pernah di angkat!! Di sms juga ngga pernah balas.!! Dan saya perfikiran mungkin ibu dari tunangan saya melontarkan kata kata tersebut kepada tunangan saya..mungkin ibu tunangan saya juga menyalahkan kenapa dia jatuh cinta kepada saya!! Dan menjelek jelekan saya di hadapan tunangan saya, karena beberapa kali aku sms akhirnya membalas sms yang indikasinya tunangan saya ngga mau di salahkan karena jatuh cinta kepada saya!! Dan dia sekarang mencoba untuk menghindar dari saya!! Walaupun yang saya rasakan bahwa tunangan saya masih berat untuk ninggalin saya...!
Tolong pak apa yang harus saya lakukan sekarang... di hadapan saya ibu tunangan saya marah bila saya ngga pernah datang ke rumah tunangan saya dan berduaan dengan tunangan saya di satu sisi lain tunangan saya sudah ngga mau ketemu saya lagi!! Dan di satu sisi lain lagi tunangan saya takut nanti di marahin kalo jatuh cinta sama saya!! Dan pacar saya sudah tidak bisa di ajak ngomong lagi...apa yang harus saya lakukan sekarang pak...

Jawab :
Ananda RH yang dicintai Allah SWT, empat tahun Anda mengenal tunangan Anda sebenarnya sudah cukup untuk mengenal dia, begitu pun sebaliknya. Sudah cukup juga untuk bersikap lebih dewasa dan mandiri dalam menjaga hubungan kalian berdua tanpa terlalu tergantung kepada orang tua. Dari kisah Anda, saya menyimpulkan bahwa Anda berdua masih sangat tergantung pada pendapat orang tua. Padahal pendapat orang tua tidak selalu benar, termasuk dalam menilai seperti apa jodoh bagi anaknya. Tunangan Anda sebenarnya mencintai Anda, akan tetapi ia belum mampu mandiri (masih sangat tergantung pada pendapat orangtuanya), sehingga saran orang tuanya juga diikuti untuk tidak lagi mau bertemu dengan Anda dan meneruskan rencana pernikahan.
 Saran saya, sebaiknya Anda memberanikan diri untuk bertemu orang tuanya (terutama ibunya) untuk meminta kepastian apakah rencana pernikahan Anda dengan anaknya akan diteruskan atau tidak. Jika orang tuanya menolak untuk melanjutkan pernikahan dengan berbagai alasan, sebaiknya Anda berlapang dada untuk melepaskan tunangan Anda. Mungkin ia bukan jodoh Anda. Pahit dan sakit memang meruntuhkan rencana pernikahan Anda dengan tunangan Anda yang sudah dibangun sekian lama, tetapi apa boleh buat jika orang tuanya menolak dan tunangan Anda sendiri belum berani mengambil keputusan sendiri.
Namun jika orang tuanya masih mau melanjutkan pernikahan anaknya dengan Anda dengan syarat tertentu, maka penuhi sebisa mungkin syarat tersebut (misalnya menuntut Anda agar lebih perhatian terhadap anaknya). Lalu menikahlah segera , jangan ditunda-tunda lagi. Bentuk keluarga yang lebih mandiri tanpa orangtua kedua belah pihak terlalu campur tangan. Caranya dengan tidak selalu minta pendapat orang tua ketika Anda berdua mengambil keputusan. Belajarlah mandiri dalam mengembil keputusan. Jika orang tua Anda atau orang tua tunangan Anda masih terlalu banyak campur tangan setelah Anda menikah kelak, konflik  yang sudah menyemai di awal pernikahan ini mungkin akan terus berulang di masa depan dengan intensitas yang makin lama makin berat, bahkan bisa berujung pada perceraian.   
Demikian saran saya. Semoga dapat bermanfaat.

Selasa, 14 April 2015

Konsultasi : Pakai Jilbab atau Pindah Kerja?



Assalamu 'alaikum wr. wbr.
Saya sudah 3 thn ini bekerja diperusahaan travel biro yang pemiliknya nonmuslim (chinese).Seiring dengan berjalannya waktu dan seringnya saya mengikuti pengajian atau siraman rohani saya semakin tahu apa hukumnya untuk seorang wanita yang tidak mengenakan jilbab atau menutup auratnya.Hati ini mantap ingin sekali mengenakan jilbab, tapi terbentur oleh peraturan perusahaanyangtidak memperbolehkan.
Saya mencoba melamar pekerjaan di tempat lainyangmemperbolehkan mengenakan jilbab.Dan sekarang ini saya sudah mendapatkannya tinggal tunggu keputusan saya ambil atau tidak penawaran dari perusahaan itu.
Yang membuat bimbang hati saya, penawaran gaji diperusahaan yang akan saya masukin ini sangat kecil jauh lebih rendah dari gaji yang saya terima sekarang selain itupun systemnyapun kontrak.Tapi perusahaan ini memperbolehkan saya mengenakan jilbab dan jarak tempuh dari rumahpun tidak terlampau jauh hanya sekitar 45 menit.
Sedangkan di perusahaan saya sekarang ini gajiyangsaya terima cukup tinggi dan sudah menjadi pegawai tetap tapi tidak bisa mengenakan jilbab dan jarak tempuh sekitar 2.5 jam.
Dengan gaji yang akan berkurang sekitar 1.2 jt apabila saya mengambil di tempat yang baru, merupakan angka yang cukup besar mengingat semua harga-harga yang selalu naik. Selain itu suami saya pun bukan seorang karyawan yang berpenghasilan tetap, suami saya usaha sendiri yang mana penghasilannya tidak pasti setiap bulannya, kadang dapat hasil lumayan, kadang tidak dapat hasil.
Yang mau saya tanyakan:
Keputusan apa yang harus saya ambil, apakah tetap dikantor yang lama atau mengambil penawaran pindah tempat ke perusahaan yang baru dengan konsekuensi gaji yang kurang.
Demikian pertanyaan dari saya ini. Atas Saran yang diberikan saya ucakpan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr wb

Jawab :
Wa’alaikum salam wr. wb.
Saudariku Sw yang sedang diuji untuk semakin dekat kepada Allah SWT, memang dilematis persoalan Anda. Pakai jilbab, tapi dapat gaji yang lebih kecil dan bukan pegawai tetap (kontrak) atau tidak pakai jilbab tetapi dapat gaji yang besar dan sudah menjadi pegawai tetap. Untuk mencari solusinya tentu kita harus kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadits sebagai sumber hukum yang mampu memecahkan segala persoalan. Tentu kita jangan memutuskan masalah ini dengan pertimbangan logika semata yang seringkali dihinggapi oleh hawa nafsu.
Dalam Islam, mematuhi perintah Allah itu hukumnya wajib dan perlu segera dilakukan selagi mampu. Dalam kasus yang Anda sampaikan, saya melihat Anda masih mampu untuk memilih alternatif memakai jilbab (sebagai kewajiban seorang muslimah) walau terpaksa pindah kerja dengan gaji yang lebih kecil dan dengan status pegawai kontrak. Mengapa?
Ada beberapa alasan yang bisa disampiakan disini :
1.      Dalam Islam, bukan kewajiban isteri untuk mencari nafkah sebanyak-banyaknya, tetapi kewajiban suami. Status isteri hanya sekedar membantu suami mencari nafkah, bukan pencari nafkah utama. Gaji kecil yang Anda dapatkan jika Anda pakai jilbab rasanya sudah cukup untuk menjadi alasan bahwa Anda telah membantu suami. Disini bukan berarti jika ada isteri yang bergaji lebih besar daripada suaminya itu tidak boleh, akan tetapi itu tidak mengurangi kewajiban suami untuk lebih bertanggung jawab dalam mencari nafkah.
2.      Masa depan adalah milik Allah SWT. Kita tidak tahu apa yang terjadi di masa depan. Mungkin saja setelah Anda memakai jilbab, Allah SWT lebih ridho dan lebih banyak memberikan kemudahan bagi Anda dan suami untuk mendapatkan penghasilan. Mungkin saja suami Anda penghasilannya lebih besar dari sekarang. Mungkin saja gaji Anda naik perlahan-lahan (bahkan cepat) kalau Anda bekerja di tempat yang baru dengan rajin. Mungkin saja status pegawai kontrak Anda hanya sementara dan di masa yang akan datang Anda diangkat menjadi pegawai tetap. Yakinlah bahwa rezeki itu kepunyaan Allah SWT dan akan diberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya dia akan membukakan jalan keluar baginya” (QS. 65 : 2). “Dan barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya” (QS. 65 : 4). Syaratnya adalah kita selalu bersyukur dan bersangka baik bahwa Allah pasti akan menolong kita. Jangan pernah berputus asa terhadap datangnya pertolongan Allah SWT. Seringkali kita tidak sabar menunggu datangnya pertolongan Allah, padahal pertolongan Allah itu sebentar lagi akan tiba.
3.      Jika Anda memakai jilbab dengan konsekuensi penghasilan Anda lebih kecil, maka cobalah untuk berhemat dalam pengeluaran rumah tangga. Selain melatih diri untuk tidak boros, gaji kecil yang Anda dapatkan bisa menjadi ujian terhadap kesabaran dalam mematuhi perintah Allah SWT (memakai jilbab). Jika Anda lulus dari ujian tersebut, bukan saja Allah kelak akan menurunkan pertolongan kepada Anda, akan tetapi juga membuat Anda merasa bangga dan berarti hidup di dunia karena telah memilih Allah daripada dunia (bahkan hal ini bisa diceritakan kepada anak cucu sebagai pelajaran tentang pentingnya sikap istiqomah dalam mematuhi perintah Allah SWT). Sebaliknya, jika karena dunia (gaji yang besar) kita kalah dalam mematuhi perintah Allah, maka kita akan terus menerus dihantui rasa bersalah, sehingga hidup kita menjadi tidak mantap dan tenang. Ujungnya-ujungnya kita akan mensugesti diri sendiri dengan mengatakan, “ah..ini saya lakukan karena saya tidak mampu mematuhi perintah Allah SWT. Allah pasti mau memaafkan saya, dan bukankah orang lain banyak juga yang tidak menjalankan perintah Allah?” Padahal Allah SWT telah berfirman : “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..” (QS. 286). “Berangkatlah (beramallah) kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. 9 : 41). 
Demikian jawaban saya. Semoga dapat bermanfaat bagi Anda dan para pembaca yang lain. 

Konsultasi : Mondok Dulu atau Langsung Nikah?



Assalamu 'alaikum wr. wbr.
Saya seorang akhwat berumur 27th blm menikah, sedang bekerja di luar negeri. Insya alloh awal tahun depan kontrak kerja saya selesai dan akan pulang ke Indonesia. Ada 2 rencana dalam hidup saya, nikah dan mondok di pesantren untuk belajar agama. Tapi saya bingung apakah setelah pulang langsung menikah saja atau mondok dulu? Mengingat umur saya sudah banyak dan juga belum ada calon.
Syukron atas sarannya.
Jazakallah khairon katsiraa
Ukhti

Jawab : 
Wassalamu’alaikum Wr, Wb
Ukhti yang disayangi Allah SWT, ketika kita ada di persimpangan jalan untuk memilih mana yang harus kita prioritaskan maka kita harus meminta petunjuk kepada Allah SWT dengan cara kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadits.
Mana yang harus dipilih antara mondok untuk belajar agama atau menikah karena usia ukhti sudah 27 tahun namun belum ada calon? Jawabannya menurut saya jelas dan pasti. Menikahlah lebih dahulu. Hal itu karena menikah merupakan sunnah Nabi yang perlu segera dilakukan demi menjaga kehormatan diri (tidak bermaksiat) dan melahirkan generasi pelanjut.
Jika ukhti ingin mempelajari agama maka hal itu bisa dilakukan setelah menikah. Dengan seizin suami, ukhti bisa belajar agama di ma’had (semacam kursus agama) atau pesantren yang tidak perlu mondok. Karena kalau ukhti mondok setelah menikah, maka akan mengurangi hak suami untuk mendapatkan pelayanan yang optimal dari isterinya.
Mengenai belum adanya calon maka nanti setelah pulang ke tanah air sebaiknya ukhti memperluas pergaulan. Misalnya dengan cara mengikuti perkumpulan keagamaan (sekaligus disitu ukhti bisa belajar Islam) atau mencari kerja (mungkin di tempat kerja yang baru bisa mendapat jodoh). Jangan lupa untuk memperbanyak doa dan mempercantik akhlaq pribadi, sehingga jalan untuk mendapatkan jodoh menjadi lebih mudah.
Semoga  jawaban ini bermanfaat dan saya doakan semoga ukhti segera mendapatkanjodoh yang sholih. Amiiin ya robbal alamin.