Rabu, 06 Maret 2019

MENSURIAHKAN INDONESIA

Benarkan Indonesia bisa menjadi seperti Suriah? Dimana terjadi perang "saudara" tak ada habisnya? Jawabannya : Bisa! Asalkan terpenuhi dua syarat utama yang terjadi di Suriah. 1. PENGANUT SYIAH MAKIN BANYAK. Di Suriah, sekitar 75% warganya adalah muslim sunni dan 12% adalah Syiah. Mazhab Syiah paling dominan di Suriah adalah Syiah Alawi atau dikenal juga dengan Nushairiyyah. Syiah terbesar kedua adalah Syiah Imamiyah Itsna Asyariah (12 Imam). Di Indonesia, saya tidak tahu berapa banyak orang syiah, tapi sepertinya belum sampai sebanyak seperti di Suriah. Dari berbagai literatur sejarah Islam, kebencian orang Syiah terhadap kaum muslimin sangat mendarah daging. Jika jumlah mereka makin banyak, apalagi sampai berkuasa seperti rezim Assad di Suriah, maka mereka akan berani mengobarkan perang "saudara" dengan berbagai dalih, seperti yang juga terjadi di Iraq, Lebanon dan Bahrain (melalui percobaan kudeta). Oleh sebab itu, penganut Syiah di Indonesia harus dibatasi. Pemerintah dan umat Islam Indonesia perlu bahu membahu menyadarkan masyarakat akan bahaya ajaran syiah yang dapat menjadikan Indonesia seperti Suriah, merusak keutuhan NKRI. Tidak ada dalam sejarah Indonesia sesama kaum muslimin sampai mau berperang mengangkat senjata (apalagi membayangkan NU berperang melawan Muhammadiyah, FPI atau kelompok Islam lainnya...wah mustaaahilll). Paling banter antar umat Islam itu hanya perang "kata-kata" di medsos. Yang kalau ketemu juga akan damai lagi. 2. MASUKNYA KEKUATAN ASING Syarat kedua Indonesia bisa menjadi Suriah adalah masuknya kekuatan asing. Itu pun jika masuknya berupa kekuatan militer, bukan hanya sekedar psywar (ghozwul fikri). Di awal perang Suriah, syiah dan rezim Assad yang minoritas sebenarnya sudah hampir tumbang. Namun kemudian masuklah militer asing (Rusia, Iran, Hizbullah, dll) yang membantu syiah dan rezim Assad, sehingga kondisi berbalik dan perang suriah menjadi berkepanjangan seperti sekarang. Jika kekuatan militer asing tidak masuk ke Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia tidak akan bernasib sama seperti Suriah. Apalagi umat Islam Indonesia budayanya lebih soft (halus) dan toleran, maka lebih kecil kemungkinannya untuk terjadi perang saudara. Kecuali ya itu....dipengaruhi oleh kekuatan asing. Jika dua syarat utama di atas tidak ada, maka Indonesia akan aman-aman saja. Panasnya hanya di medsos atau demo-demo saja. Namun tidak sampai perang senjata sesama muslim. Jadi jika sekarang ini ada orang atau kelompok kecil tertentu yang memprogandakan kekuatiran berlebih bahwa Indonesia bisa menjadi seperti Suriah jika pemilu dimenangkan oleh calon presiden 01 atau 02, maka itu hoax untuk menakut-nakuti saja. Bagian dari ghozwul fikri (perang pemikiran) dengan tujuan membuat masyarakat phobia (takut berlebihan) terhadap maraknya kegiatan keislaman saat ini. Justru dengan maraknya kegiatan keislaman dan meningkatnya fenomena hijrah, terutama di kalangan muslim milenial, malah mestinya didukung oleh semua komponen bangsa. Sebab akan memperkokoh kekuatan NKRI dan melanggengkan kebhinnekaan yang dibangun pendiri bangsa ini. Sejarah membuktikan, umat Islam Indonesia yang mayoritaslah (dengan dua kekuatan ormas terbesar : NU dan Muhammadiyah) yang paling gigih mempertahankan keutuhan NKRI, baik umat Islam yang ada di militer maupun di sipilnya. Wallahu'alam bis showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar