Minggu, 13 Oktober 2024

HATI YANG BERSIH

 

Suatu ibadah yang sangat bernilai di sisi Allah, tapi sedikit wujudnya di tengah-tengah manusia adalah “hati yang bersih”.
Sebagian dari mereka ada yang mengatakan, “Setiap kali melewati rumah seorang muslim yang megah, saya mendoakannya agar diberkahi.”
Sebagian lagi berkata, “Setiapkali melihat kenikmatan pada seorang muslim (mobil, proyek, pabrik, istri shalihah, keturunan yang baik), saya mendoakan, ‘Ya Allah, jadikanlah kenikmatan itu penolong baginya untuk taat kepada-Mu dan berikanlah keberkahan kepadanya’."
Ada juga dari mereka yang mengatakan, “Setiap kali melihat seorang muslim berjalan bersama istrinya, saya berdoa kepada Allah, 'Semoga Allah menyatukan hati keduanya diatas ketaatan kepada Allah SWT.”
Ada lagi yang mengatakan, “Setiapkali aku berpapasan dengan pelaku maksiat, kudoakan agar dia mendapatkan hidayah.”
Yang lain lagi mengatakan, “Saya selalu berdoa, "Semoga Allah memberikan hidayah kepada hati manusia seluruhnya, sehingga leher mereka terbebas (dari neraka), begitu pula wajah mereka diharamkan dari api neraka.”
Yang lainnya lagi mengatakan, “Setiapkali hendak tidur, aku berdoa, ‘Ya Rabb-ku, siapapun dari kaum muslimin yang berbuat zalim kepadaku, sungguh aku telah memaafkannya. Oleh karena itu, maafkanlah dia, karena diriku terlalu hina untuk menjadi sebab disiksanya seorang muslim di neraka.”
Itulah hati-hati yang bersih. Alangkah l perlunya kita kepada hati-hati yang seperti itu.
Ya Allah... jangan halangi kami untuk memiliki hati yang bersih, karena hati yang bersih adalah penyebab kami masuk ke surga-Mu ...ya Allah.
"(yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" (Qs. Asy-Syu'ara' ayat 88-89).
Suatu malam, Al Hasan Al Bashri berdoa, “Ya Allah, maafkanlah siapa saja yang menzalimiku." Dan ia terus memperbanyak do’a itu.
Maka ada seseorang yang bertanya kepadanya, “Wahai Abu Sai’d (Al Hasan Al Bashri), sungguh malam ini aku mendengar engkau berdoa untuk kebaikan orang yang menzalimimu, sehingga aku berangan-angan, andai saja aku termasuk orang yang menzalimimu, maka apakah yang membuatmu melakukannya?”.
Beliau menjawab bahwa Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman,
ﻓَﻤَﻦْ ﻋَﻔَﺎ ﻭَﺃَﺻْﻠَﺢَ ﻓَﺄَﺟْﺮُﻩُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪ
“Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya kembali kepada Allah." (Qs. Asy-Syuura ayat 40)
(Lihat kisah ini pada kitab Syarah Shahih Bukhari, karya Ibnu Baththal, 6/575-576)
Sungguh, itulah hati yang dijadikan bersih dan dibina oleh para pendidik dan para guru dengan berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka, selamat atas surga yang didapatkan oleh mereka.
Janganlah engkau bersedih meratapi kebaikanmu. Sebab jika di dunia ini tidak ada yang menghargainya, yakinlah bahwa di langit ada yang memberkahinya.
Edited by. Satria hadi lubis

MENGATASI RASA BERSALAH

 By. Satria hadi lubis

SALAH satu yang membuat kita tidak percaya diri dan bimbang untuk melangkah maju adalah perasaan bersalah (feeling guilty). Perasaan bersalah adalah rasa bertanggung jawab atau menyesal atas kesalahan yang terjadi, baik nyata atau imajiner. Biasanya merupakan bagian dari reaksi terhadap musibah.
Perasaan bersalah yang berlebihan dapat menguasai hidup kita, karena kita memikirkannya terus menerus. Dampaknya dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan dapat mengakibatkan depresi.
Ada yang merasa bersalah ketika orang yang dicintainya meninggal, merasa bersalah ketika hubungannya dengan orang lain memburuk atau merasa bersalah ketika terjadi musibah terhadap orang lain.
Oleh karena itu, jika teman-teman merasa bersalah secara berlebihan cobalah untuk menghilangkan rasa bersalah tersebut dengan mengenal kesalahannya terlebih dahulu dan move on.
Beberapa cara mengatasi rasa bersalah adalah :
1. Menghargai usaha kita.
Salah satu cara yang cukup efektif menghilangkan rasa bersalah adalah menyadari dan menghargai usaha kita.
Cobalah evaluasi kembali usaha apa saja yang telah dilakukan. Biar bagaimanapun, jika itu adalah usaha terbaik yang bisa kita lakukan, tak perlu lagi merasa bersalah.
Mungkin saja ada faktor luar yang membuat usaha kita tak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Melihat dari sudut pandang orang lain.
Pada saat kita merasa bersalah, cobalah melihat semuanya dari sudut pandang orang lain.
Tanyakan kepada diri sendiri bagaimana jika orang lain memiliki masalah yang sama. Mungkin lebih mudah untuk mengasihi orang lain, sehingga kita tidak terlalu keras menyalahkan diri sendiri. Dengan begitu, kita bisa memperlakukan diri sendiri sebagaimana kita mengasihani orang lain yang mengalami masalah yang sama.
3. Melihat emosi dari rasa bersalah ini lebih dalam.
Jika rasa bersalah yang dirasakan tidak kunjung hilang, bisa jadi ini adalah topeng dari emosi yang lain. Entah itu rasa marah, terintimidasi, atau perasaan tertekan. Misalnya, ketika kita menjalani hubungan dengan seseorang yang memiliki kepribadian narsistik, mereka cenderung sering membuat kita merasa bersalah. Padahal, kesalahannya tidak sepenuhnya disebabkan oleh kita.
Oleh karena itu, salah satu cara untuk menghilangkan rasa bersalah adalah melihat kembali lebih dalam mengenai apa yang ada di balik emosi tersebut. Apakah murni perasaan bersalah atau ada emosi lain yang menyebabkan rasa bersalah itu terus muncul.
4. Berpikir positif.
Alih-alih mengingatkan diri sendiri mengenai kesalahan kita, cobalah untuk berdamai dengan diri sendiri bahwa kita memang salah dan akan melakukan hal yang lebih baik lagi di kemudian hari.
Kesalahan adalah guru terbaik dalam sebuah pengalaman. Ketika kita berbuat salah, sebenarnya kita belajar bagaimana hal tersebut bisa terjadi dan bagaimana dapat menghindarinya di lain waktu.
Memaafkan diri sendiri dan berjanji untuk melakukan yang terbaik adalah salah satu cara yang efektif dalam menghilangkan rasa bersalah.
Terakhir, minta kepada Allah agar diberikan hati yang bersih dan akal yang sehat, sehingga kita terus bersangka baik terhadap takdir Allah SWT.

HATI-HATI DENGAN PIKIRAN

 By. Satria hadi lubis

Suatu hari, Rasulullah SAW menjenguk seseorang yang sedang sakit demam. Beliau menghibur dan membesarkan hati orang tersebut.
Beliau bersabda:
"Semoga penyakitmu ini menjadi penghapus dosamu".
Orang itu menjawab,
"Tapi ini adalah demam yang mendidih, yang jika menimpa orangtua yang sudah renta sepertiku, bisa menyeretnya ke lubang kubur"
Mendengar keluhan orang itu, Rasulullah saw bersabda:
"Kalau demikian anggapanmu, maka akan begitulah jadinya."
(HR. Ibnu Majah).
Sungguh indah apa yang disabdakan Rasulullah SAW.
Perhatikan pesan-pesan Rasulullah saw berikut ini:
"Barangsiapa yang ridho, maka keridhoan itu untuknya. Barangsiapa mengeluh, maka keluhan itu akan menjadi miliknya"
(HR. At-Tirmidzi).
"Salah satu kebahagiaan seseorang adalah keridhoannya menerima keputusan Allah"
(HR. Ahmad).
Jika kita memikirkan bahagia, maka kita akan bahagia.
Jika kita berpikiran sedih, maka kita menjadi sedih.
Jika kita berpikiran gagal, kita menjadi gagal. Jika kita berpikiran sukses, maka kita niscaya akan sukses.
Jika kita berpikiran sakit, kita juga menjadi sakit.
Jika kita berpikiran sehat, maka kitapun akan sehat.
Inilah The Law of Attraction, hukum Tarik Menarik, yang merupakan hukum Allah (sunnatullah) yang berlaku di alam semesta.
You are what you think. Anda adalah apa yang Anda pikirkan.
Selalulah berpikir positif dan jangan pernah biarkan pikiran negatif membelenggu otak dan kehidupan kita.
Jadi tetap semangat dan jangan pernah menyerah pada keadaan.
Tugas kita hanya dua, yaitu: berusaha optimal dan berdoa. Selanjutnya terserah Allah untuk menentukan hasilnya.
Nabi saw bersabda:
"Ketika seorang hamba berkata Laa Haula Wa Laa Quwwata Ila Billah, maka Allah berfirman: "Lihatlah (hai para malaikat), orang ini telah menyerahkan urusannya kepada-Ku" (HR. Ahmad).
Berpikirlah positif, berusaha optimal, berdoa, dan jangan pernah menyerah kepada keadaan.

TERTIPU

 

Pada mulanya seorang mencari Allah, mendekat pada Allah, haus dan rindu mendengar suara Allah.
Sejalan dengan itu, kehidupannya mendapatkan nikmat dari Allah. Dan Allah melimpahinya dengan apa yang menyenangkan hatinya.
Tetapi lama kelamaan,
rasa haus dan rindu akan Allah bergeser menjadi rasa haus akan nikmat dari Allah.
Akhirnya, didalam kegairahan mencari nikmat Allah, ia kehilangan apa yang paling penting, yakni KEINTIMAN dengan Allah itu sendiri.
Kesibukannya dalam urusan mencari nikmat dari Allah justru membuatnya menjauh dari Allah.
Ia lupa bahwa tanpa "kunci" itu, yakni keintiman dengan Allah, semua nikmat itu hanyalah fatamorgana.
Ketika ia kehilangan apa yang sejatinya paling berarti bagi dirinya yakni hubungannya dengan Allah, maka apa yang dianggapnya paling berarti berupa nikmat dari Allah ternyata hanya debu.
"Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? (Tidak) Sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. Al Mu’minun: 55-56)
By. Satria hadi lubis

Jumat, 11 Oktober 2024

SIAPKAH KITA BERLAMA-LAMA DI ALAM KUBUR?

 

By. Satria hadi lubis
Menurut ilmu pengetahuan...
Umur alam semesta sekitar 13,8 milyar tahun
Umur bumi sekitar 4,5 milyar tahun
Dan bumi diperkirakan akan hancur 6,5 milyar tahun lagi
Alam semesta akan hancur 30-40 milyard tahun lagi.
Namun Allah Maha Kuasa menjadikan kiamat terjadi kapan saja
Bisa besok, lusa, setahun lagi, dua puluh tahun lagi, seratus tahun lagi, atau beribu-ribu tahun lagi.
Berarti setelah kita mati...
Bisa ribuan tahun lagi kita menunggu kiamat di alam kubur masing-masing
Siapkah kita?
Kesepian...
yang melebihi kesepian yang pernah kita rasakan di dunia?
Ketakutan
yang melebihi ketakutan yang pernah kita rasakan di dunia?
Atau sebaliknya,
Memperoleh nikmat bagi orang-orang beriman dan bertakwa?
"Kebiasaan Utsman Radhiyallahu anhu jika berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis sampai membasahi janggutnya. Lalu beliau Radhiyallahu anhu ditanya, ‘Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi engkau tidak menangis. Namun engkau menangis dengan sebab ini (melihat kubur), (Mengapa demikian?)’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (yang artinya) ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat. Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat darinya.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah; dihasankan oleh Al Bani).
Dalam hadits riwayat Anas bin Malik disebutkan nikmat kubur untuk orang yang bertakwa : "Lihatlah tempat tinggalmu di neraka. Namun Allah menggantinya dengan surga." Lalu kuburannya dilapangkan sejauh tujuh puluh hasta dan penuh dengan nuansa hijau sampai hari kebangkitan" (HR. Bukhari dan Muslim).

BERTAHAN DALAM SEPI

 

By. Satria hadi lubis
SIAPA yang pertama kali menyambut Anda ketika pulang ke rumah? Entah itu dari kantor atau dari urusan lain?
Kalau saya yang pertama kali menyambut saat ini adalah seekor kucing. Kucing ini bukan kucing saya, hanya kucing kampung yang gak ada namanya.
Kucing ini termasuk kucing jantan muda. Kucing ini setia dan gak pernah bosan menyambut saya kalau pulang. Berlari-lari manja mengelilingi saya dengan wajah memelas meminta makan.
Dia terus mengikuti saya sampai ke depan pintu rumah dan selalu ingin masuk bersama ke dalam rumah. Namun saya selalu melarangnya masuk karena dari dulu kebiasaan keluarga saya adalah kucing tidak boleh masuk ke dalam rumah.
Kadang saya memberinya makanan, kadang juga tidak. Tapi karena sudah lebih dari dua tahun adegannya selalu sama. Lama-lama saya merasa bersalah kalau tidak memberi makanan kepada kucing tersebut.
Begitulah....kucing tersebut tanpa ia sadari telah membuat saya senang setiap kali pulang karena disambut secara "gegap gempita" olehnya.
Dahulu waktu anak-anak saya masih kecil, merekalah yang pertama kali menyambut saya ketika pulang. Dengan wajah polos, anak-anak menyambut saya dengan mimik gembira dan melompat-lompat minta digendong.
Namun waktu terus berlalu, kini anak-anak saya sudah besar, bahkan sebagian di antara mereka tak lagi tinggal di rumah. Tak ada lagi sambutan sampai melompat-lompat dan berteriak riang, "Abi pulaangg....abi pulang" dari anak-anak yang sudah beranjak dewasa.
Kucing itulah yang kini menggantikan anak-anak saya untuk menyambut saya setiap kali pulang dengan teriakannya yang ringkih, "Meong-meong..."
Begitulah nasib orang tua...
Perlahan tapi pasti anak-anak punya dunianya sendiri. Suatu ketika yang ada di rumah itu tinggal sepasang suami isteri yang sudah sepuh, atau bahkan tinggal isteri atau suaminya saja. Sebab pasangannya sudah pergi mendahului ke rahmatullah.
Anak-anak, perlahan tapi pasti, akan pergi satu persatu. Kalau pun ada di rumah mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Tak lagi menempel, berdekatan secara fisik dengan orangtuanya seperti waktu kecil dulu.
Begitulah sunnatullah (hukum alam) perjalanan hidup sebuah keluarga.
Berawal dari sendiri...kemudian menikah dan memiliki keluarga, dimana kita bisa berkumpul dan bercengkrama dengan riang bersama anak-anak. Namun suatu ketika anak-anak akan besar juga.
Orang tua akan kembali sendiri lagi....
bertahan dalam sepi
yang dapat menggeroti kesehatan fisik dan mentalnya.
KECUALI mereka yang beriman dan terus beramal sholih serta saling menasihati di dalam kebenaran (berdakwah) dan kesabaran.
"Demi waktu (Ashar), sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Qs. 103 ayat 1-3).

DARI PERANG FISIK MENJADI PERANG PEMIKIRAN

 By. Satria hadi lubis

Dulu para pendahulu kita berjihad dengan berperang melintas lembah dan gunung, menaklukan orang-orang yang ingkar kepada Allah.
Kini medan jihad kita berbeda. Bukan lagi berperang secara fisik (kecuali di negara tertentu), tapi "berperang" secara pola pikir (ghozwul fikri). Ghozwul fikri inilah yang membuat kaum muslimin menjadi bodoh dan minder terhadap agamanya.
Setiap muslim harus memahami berbagai bentuk ghazwul fikri dan bahayanya dalam kehidupan. Kita tidak boleh terpedaya dan tertipu dengan upaya-upaya pihak tertentu yang dapat merusak fikroh Islamiyah yang kita miliki menjadi fikrah jahiliyah.
Perang pemikiran (ghozwul fikri) sangat berbeda dengan perang secara fisik. Daya rusaknya tidak kalah bahkan lebih besar daripada perang fisik. Namun, karena banyak kaum muslimin yang tak menyadari adanya perang pemikiran (ghazwul fikri) di tengah-tengah mereka, maka mereka terlena dan tanpa terasa telah bobol "benteng-benteng" pemikirannya bahkan yang paling berbahaya sampai merusak "benteng" akidahnya.
Berbagai sarana telah digunakan oleh musuh-musuh Islam dalam menghancurkan kaum muslimin secara halus dan perlahan. Mereka menggunakan media massa dan media sosial untuk membentuk mind set masyarakat agar terbentuk opini bahwa zaman telah berubah dan terus berkembang, sehingga sudah tidak tepat lagi jika agama dijadikan pijakan dalam kehidupan bermasyarakat.
Mereka gaungkan nilai-nilai sekularisme, liberalisme, feminisme, atheisme, dan isme-isme lainnyan yang terlihat lebih modern, baik di bidang pendidikan, pergaulan, pekerjaan, bahkan di bidang perundang-undangan.
Untuk itu marilah kita simak ayat-ayat berikut :
"Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya" (Qs. 61 ayat .
"...Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka mampu. Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya” (Qs. 2 ayat 217).
Kewaspadaan terhadap ghozwul fikri harus selalu dilakukan oleh kaum muslimin, terutama oleh para da'i dan ulamanya, sehingga ajaran Islam tidak tercerabut dari akar-akarnya yang asli (asholah) sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.
Allah SWT memberitahukan kepada kita bagaimana cara menghadapi ghozwul fikri :
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kalian dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (Qs. 8 ayat 45 dan 46).
Caranya adalah dengan meneguhkan hati, memperbanyak zikir (mendekatkan diri kepada Allah), dan jangan berselisih di antara sesama muslim serta bersabar.
Semoga kita tidak terpengaruh oleh berbagai ghozwul fikri yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam, sehingga kita tetap berada dalam ke-Islaman yang benar dan asli.

SIBUKKAN DIRIMU DENGAN DAKWAH

 

Saat naik mobil di jalan macet, iklan-iklan yang menawarkan perkara dunia akan terlihat jelas di kiri dan kanan kita.
Namun saat kita naik mobil meluncur di jalan tol, maka
iklan-iklan perkara dunia mungkin masih bisa terlihat di kiri dan kanan kita walau hanya sekejap mata.
Tapi jika kita mengendarai mobil balap yang melesat di atas sirkuit, maka iklan-iklan yang menawarkan perkara dunia tidak akan lagi kita hiraukan, pandangan akan fokus ke depan.
Justru di mobil balap, iklan-iklan perkara dunia yang akan menempel di bodi mobil kita sebagai sponsor. Semakin cepat kita membalap dan menjadi juara, semakin tertarik iklan-iklan perkara dunia untuk menempel di mobil balap kita.
Begitulah perumpamaan kehidupan. Kalau pergerakan kita lambat, perkara dunia akan terus terlihat dan terus mengganggu dan menggoda kita.
Tapi kalau pergerakan kita sudah cepat dan fokus dalam dakwah, maka tidak usah heran kalau perkara dunia yang justru akan mengejar-ngejar kita tanpa kita pinta.
Allah SWT berfirman :
"Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya (di dunia) dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat" (Qs. 42 ayat 20).
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT memberi banyak kebaikan, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut-semut di lubangnya dan ikan-ikan selalu mendoakan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain” (HR. Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili).
Edited by. Satria hadi lubis

SEDERHANALAH


By. Satria hadi lubis
Sederhana adalah perkataan mewah walau datang dari perilaku bersahaja
Sederhana dikatakan mewah karena tidak semua orang bisa hidup sederhana
Sederhana adalah pilihan hidup
Orang yang tidak punya uang tidak bisa dikatakan hidup sederhana
Mereka tidak punya pilihan, kecuali hidup miskin
Sederhana sebenarnya datang dari orang yang punya uang tapi memilih hidup berdasarkan kebutuhan, bukan keinginan
Sederhana membuat hidup menjadi simpel dan bahagia
Mewah membuat hidup menjadi rumit dan gelisah
Apalagi jika kemewahan itu dinikmati dari hutang yang bertumpuk
Orang berjiwa besar hidup sederhana
Orang yang ingin dicitrakan besar (seperti crazy rich) hidup dalam kemewahan
Kaya terpuji, tapi mewah tercela
Sedang sederhana adalah kemuliaan, walau dianggap sebelah mata oleh mereka yang hatinya silau dengan kemegahan dunia
Hidup sederhana meringankan hisab di akhirat
Hidup mewah sebaliknya
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu
Sampai kamu masuk ke dalam kubur
Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat dari perbuatanmu itu)
Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui
Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti
Nisacaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim
Kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepada sendiri
Kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)" (al Qur'an, surat ke 102 : At Takatsur).

TAK ADA KATA TUA UNTUK TERUS PRODUKTIF

 

Pohon ini tua dan keropos, dengan batangnya yang lapuk dan terluka. Tapi masya Allah masih mampu menghasilkan buah yang lebat.
Seakan memberi pelajaran kepada siapa saja yang menua dan melemah serta sakit-sakitan untuk terus semangat memberikan manfaat kepada orang banyak. Terus optimis dan selalu produktif membuahkan karya pada sisa waktu di dunia ini.
Biarkan video ini mengingatkan kita bahwa terlepas dari tantangan yang mungkin ditimbulkan oleh penuaan atau kesulitan yang mungkin dihadapi, kita tetap mampu menjadi produktif, relevan, berdampak, dan berbuah.
Hidup memiliki tujuan, dan pengalaman adalah harta yang dibutuhkan dunia. Jadi, pegang teguh impian dan visi hidupmu untuk dibagikan kepada generasi mendatang.
JANGAN PERNAH MENYERAH. Tidak ada kata terlalu tua bagimu untuk mencintai, dicintai, dan untuk berbagi.
Teruslah berjalan dan menikmati hidup. Hari-hari terbaik masih ada di depanmu.
Edited by. Satria hadi lubis

KAMU MENANGIS UNTUK APA?

 By. Satria hadi lubis

Semakin berumur, semakin takut kita akan kematian.
Justru yang mengerikan itu jika kita makin berumur makin lupa diri, makin lupa bahwa sebentar lagi pulang.
Oleh karena itu agar selalu ingat kematian yang memutuskan segala asa, maka sering-seringlah menangis di tempat sepi karena takut kepada Allah.
Biarkan orang banyak melihat kita selalu ceria, tapi yakinkan kepada Allah bahwa kita takut neraka dengan banyak menangis. Yang diiringi dengan taubat, memperbanyak amal sholih dan menjauhi dosa.
Itulah sunnah para sahabat dan para ulama seperti yang disebutkan dalam banyak kisah.
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menangis saat sakitnya (menjelang kematian). Maka ditanyakan kepadanya: "Apa yang membuatmu menangis?" Beliau pun menjawab: "Aku tidak menangisi dunia kalian (yang akan kutinggalkan). Tapi aku menangisi jauhnya perjalananku sedangkan bekalku teramat sedikit. Aku menjalani sore hari di sebuah tanah yang tinggi sedangkan tempat jatuhnya antara surga atau neraka dan aku tidak tahu manakah di antara keduanya yang akan diberikan kepadaku?"
Mu'adz radhiyallahu 'anhu pernah menangis tersedu-sedu. Ditanyakan kepadanya: "Apa yang membuatmu menangis?" Beliau menjawab: "Karena Allah 'Azza wa Jalla hanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surga dan satunya lagi akan masuk ke dalam neraka. Sedang aku tidak mengetahui akan termasuk golongan yang manakah aku di antara kedua golongan itu ?"
Ulama Tabi'in Al-Hasan Al-Bashri juga pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya: "Apa yang membuatmu menangis?" Maka ia pun menjawab: "Aku khawatir besok Allah akan melemparkan diriku ke dalam neraka, dan Dia pun tidak lagi memperdulikanku."
Salah satu keutamaan menangis diterangkan dalam Hadis Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : "Tidak akan masuk neraka, seseorang yang menangis karena takut kepada Allah." (HR At-Tirmidzi, Ahmad, An-Nasai)
Jadi banyaklah menangis dalam kesendirian karena takut kepada Allah. Bukan malah suka mengeluh dan menangis karena disakiti orang lain, kehilangan harta benda, jabatan atau seseorang. Tapi di sisi lain jarang menangis karena tak ingat dan tak takut kepada Allah.
“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan” (al Qur'an, surah At Taubah : 82).

MASALAH YANG BERULANG


By. Satria hadi lubis
Mungkin kamu pernah mengalami kondisi ini : terperosok pada masalah yang sama secara berulang-ulang, tanpa ada progres (kemajuan).
Seorang muslim semestinya tidak begitu. Rasulullah saw bersabda : "Seorang Mukmin itu tidak jatuh dalam lubang yang sama sebanyak dua kali" (HR. Bukhari-Muslim).
Misalnya, setiap pagi ketika mau berangkat kerja kamu selalu mencari-cari kunci motor terlebih dahulu. Setiap kamu mengambil dompet di tas selalu mencari-cari sampai kesel. Membayar di gerbang tol seringkali kartu tolnya habis. Setiap berjanji dengan orang lain kamu sering terlambat. Setiap bertengkar dengan pasangan selalu pada tema yang sama. Bahkan keinginan untuk sholat tahajjud menjadi sulit karena selalu ketiduran. Masih banyak lagi contoh masalah besar dan kecil lainnya yang berulang-ulang terjadi tanpa ada perbaikan yang signifikan.
Rasanya kesal bin jengkel bila sering terjebak pada masalah yang sama. Seperti taubat yang tak sungguh-sungguh. Membuat kita terlihat bodoh, bahkan merasa gagal. Juga bisa merusak hubungan dengan orang lain
Solusinya bagaimana?
Cari AKAR MASALAH yang sesungguhnya. Lalu TENTUKAN SOLUSINYA.
Misalnya, jika kamu selalu mencari kunci motor setiap ingin berangkat kerja, maka akar masalahnya adalah kebiasaan kamu yang meletakkan kunci motor sembarangan. Solusinya adalah miliki tempat khusus untuk menyimpan kunci motor.
Jika selalu bertengkar dengan pasangan pada masalah yang sama, mungkin akar masalahnya penjelasan yang tidak tuntas, sehingga solusinya komunikasi terbuka dan tuntas.
Temukan akar masalah, lalu cari solusinya. Setelah itu DISIPLIN dengan solusi yang sudah dipilih. Insya Allah dengan itu kamu menjadi lebih bijak. Tidak terjebak pada masalah yang sama secara berulang-ulang.

RESIKO YANG DIRIDHOI ALLAH

By. Satria hadi lubis

KETAHUILAH....bahwa hidup ini pasti beresiko. Apapun yang kita pilih untuk dilakukan pasti ada resikonya. Hal itu sudah merupakan hukum alam (hukum Allah). Bahkan tidur terus di rumah pun juga ada resikonya (kena serangan jantung, misalnya).
Kalau tidak mau ada resiko, tinggal saja di atas kuburan untuk menunggu mati. Tapi itupun juga ada resikonya, yaitu tidak mampu mempertanggungjawabkan hidupnya untuk apa ia diciptakan.
أَفَحَسِبۡتُمۡ أَنَّمَا خَلَقۡنَٰكُمۡ عَبَثٗا وَأَنَّكُمۡ إِلَيۡنَا لَا تُرۡجَعُونَ
"Maka apakah kamu mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (al Qur'an, Surat Al-Mu'minun, ayat 115).
Hidup enak tapi lupa Allah-pun ada resikonya, yaitu istidroj' (ialah orang yang banyak melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan, lalu sekonyong-konyong luluh lantak disiksa Allah).
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةٗ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ
"Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa" (al Qur'an, Surat Al-An'am, ayat 44).
Jadi hidup ini adalah pilihan menghadapi resiko. Tugas kita bukan memilih resiko yang kita anggap baik atau yang ringan, tapi memilih resiko yang PALING DIRIDHOI Allah. Itulah sebabnya ketika ada diantara para sahabat yang enggan berperang, Allah berfirman :
كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلۡقِتَالُ وَهُوَ كُرۡهٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكۡرَهُواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ خَيۡرٞ لَّكُمۡۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّواْ شَيۡـٔٗا وَهُوَ شَرّٞ لَّكُمۡۚ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ وَأَنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagi kamu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal tidak baik bagi kamu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (al Qur'an, Surat Al-Baqarah, ayat 216).
Allah memerintahkan kita untuk memilih resiko bukan berdasarkan kesenangan, tapi berdasarkan apa yang menurut syariat itu baik atau tidak. Bahkan Allah memuji orang-orang yang mengorbankan dirinya (syahid) demi mencari keridhoan Allah,
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡرِي نَفۡسَهُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ رَءُوفُۢ بِٱلۡعِبَادِ
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah" (al Qur'an, Surat Al-Baqarah, Ayat 207).
Para nabi, para sahabat, ulama, da'i, dan para pejuang di jalan Allah lainnya sadar betul resiko dari aktivitas yang mereka pilih. Mereka bisa di-bully, dipenjara, disiksa, bahkan dibunuh. Hidupnya mungkin tidak bisa sekaya para pengusaha atau artis. Tapi mereka siap menerima resiko itu, karena yang mereka cari di dunia ini bukan mana yang paling senang atau paling ringan, tapi mana yang PALING DIRIDHOI Allah 'ajja wa jalla.
Bukankah menjadi da'i di jalan Allah adalah jalan yang paling berat resikonya, tapi paling mulia?
وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلٗا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah (da'i) dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)" (al Qur'an, Surat Fushilat, ayat 33).
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
“Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
“Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa” (HR. Tirmidzi no. 2398, Ibnu Majah no. 4024, Ad Darimi no. 2783, Ahmad (1/185). Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 3402 mengatakan bahwa hadits ini shohih).
Al Munawi mengatakan, “Barangsiapa yang menyangka bahwa apabila seorang hamba ditimpa ujian yang berat, itu adalah suatu kehinaan; maka sungguh akalnya telah HILANG dan hatinya telah BUTA. Betapa banyak orang sholih yang mendapatkan berbagai ujian yang menyulitkan. Tidakkah kita melihat mengenai kisah disembelihnya Nabi Allah Yahya bin Zakariya, terbunuhnya tiga Khulafa’ur Rosyidin, terbunuhnya Al Husain, Ibnu Zubair dan Ibnu Jabir. Begitu juga tidakkah kita perhatikan kisah Abu Hanifah yang dipenjara sehingga mati di dalam buih, Imam Malik yang dibuat telanjang kemudian dicambuk dan tangannya ditarik sehingga lepaslah bahunya, begitu juga kisah Imam Ahmad yang disiksa hingga pingsan dan kulitnya disayat dalam keadaan hidup. Dan masih banyak kisah lainnya.”
Jadi janganlah kita mengatakan pejuang Palestina yang disiksa, dipenjara atau dibunuh, juga para da'i yang dipenjara atau dibunuh di berbagai negara pada masa kini sebagai kurang hati-hati, ceroboh atau bodoh. Sedang kita yang aman-aman saja berarti lebih hati-hati dan pintar. Itu berarti kita GHURUR (tertipu), karena tidak tahu hakekat resiko hidup yang sebenarnya.
Malu mestinya kita dengan para pejuang Islam di sepanjang zaman yang telah menegakkan kebenaran, apa pun resikonya. Berhutang budi kita dengan mereka karena akibat perjuangan mereka kebaikan masih ada untuk kita dan anak cucu kita, generasi mendatang.
Nilai mereka jauh lebih mulia daripada mereka yang tidak berani mengambil resiko, lalu duduk dan diam cari aman.
"Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar" (al Qur'an, Surat an Nisa', ayat 94).
Memang, hati-hati itu perlu, tapi jangan membuat kita jadi takut atau pengecut untuk menegakkan kebenaran dan berdakwah. Jika takdir Allah berupa resiko musibah sudah tiba, maka pasti akan terjadi, tak peduli kita berada di jalan kebenaran atau kejahatan.
Nilainya saja yang berbeda, yang menerima resiko di jalan kebenaran berarti nilainya mulia dan dapat pahala yang besar. Sebaliknya, yang menerima resiko di jalan kejahatan nilainya hina dan merupakan azab.
Mereka, para da'i dan pejuang Islam, memilih dengan sadar pekerjaan yang paling beresiko di dunia ini, tapi mereka insya Allah yang paling mulia di sisi Allah. Sebab mereka memilih resiko yang diridhoi Allah SWT.
Maka wahai diri...patokan melihat resiko hidup itu bukan dari mana yang menurut akalmu paling ringan dan menyenangkan, tapi patokannya mana resiko yang PALING DIRIDHOI Allah SWT. Wallahu'alam.