Jumat, 11 Oktober 2024

BERTAHAN DALAM SEPI

 

By. Satria hadi lubis
SIAPA yang pertama kali menyambut Anda ketika pulang ke rumah? Entah itu dari kantor atau dari urusan lain?
Kalau saya yang pertama kali menyambut saat ini adalah seekor kucing. Kucing ini bukan kucing saya, hanya kucing kampung yang gak ada namanya.
Kucing ini termasuk kucing jantan muda. Kucing ini setia dan gak pernah bosan menyambut saya kalau pulang. Berlari-lari manja mengelilingi saya dengan wajah memelas meminta makan.
Dia terus mengikuti saya sampai ke depan pintu rumah dan selalu ingin masuk bersama ke dalam rumah. Namun saya selalu melarangnya masuk karena dari dulu kebiasaan keluarga saya adalah kucing tidak boleh masuk ke dalam rumah.
Kadang saya memberinya makanan, kadang juga tidak. Tapi karena sudah lebih dari dua tahun adegannya selalu sama. Lama-lama saya merasa bersalah kalau tidak memberi makanan kepada kucing tersebut.
Begitulah....kucing tersebut tanpa ia sadari telah membuat saya senang setiap kali pulang karena disambut secara "gegap gempita" olehnya.
Dahulu waktu anak-anak saya masih kecil, merekalah yang pertama kali menyambut saya ketika pulang. Dengan wajah polos, anak-anak menyambut saya dengan mimik gembira dan melompat-lompat minta digendong.
Namun waktu terus berlalu, kini anak-anak saya sudah besar, bahkan sebagian di antara mereka tak lagi tinggal di rumah. Tak ada lagi sambutan sampai melompat-lompat dan berteriak riang, "Abi pulaangg....abi pulang" dari anak-anak yang sudah beranjak dewasa.
Kucing itulah yang kini menggantikan anak-anak saya untuk menyambut saya setiap kali pulang dengan teriakannya yang ringkih, "Meong-meong..."
Begitulah nasib orang tua...
Perlahan tapi pasti anak-anak punya dunianya sendiri. Suatu ketika yang ada di rumah itu tinggal sepasang suami isteri yang sudah sepuh, atau bahkan tinggal isteri atau suaminya saja. Sebab pasangannya sudah pergi mendahului ke rahmatullah.
Anak-anak, perlahan tapi pasti, akan pergi satu persatu. Kalau pun ada di rumah mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Tak lagi menempel, berdekatan secara fisik dengan orangtuanya seperti waktu kecil dulu.
Begitulah sunnatullah (hukum alam) perjalanan hidup sebuah keluarga.
Berawal dari sendiri...kemudian menikah dan memiliki keluarga, dimana kita bisa berkumpul dan bercengkrama dengan riang bersama anak-anak. Namun suatu ketika anak-anak akan besar juga.
Orang tua akan kembali sendiri lagi....
bertahan dalam sepi
yang dapat menggeroti kesehatan fisik dan mentalnya.
KECUALI mereka yang beriman dan terus beramal sholih serta saling menasihati di dalam kebenaran (berdakwah) dan kesabaran.
"Demi waktu (Ashar), sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (Qs. 103 ayat 1-3).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar