By. Satria hadi lubis
Ujian sesungguhnya dalam hidup bukanlah berupa bencana alam atau kekurangan harta dan kelaparan. Bukan juga karena dipenjara, atau kehilangan orang-orang yang dikasihi, dikucilkan oleh lingkungan, atau karena merasa dizalimi.
"Dan Kami pasti akan mengujimu dengan SEDIKIT ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (Qs. 2 ayat 155)
Namun ujian sesungguhnya dalam hidup, sekaligus yang terbesar dan terberat adalah ujian TAUHID, yakni sampai sejauh mana kita dalam kondisi apa pun tetap MENCINTAI Allah di atas segalanya.
"Diantara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah." (Qs. 2 ayat 165)
Sampai sejauh mana kita dalam kondisi apa pun tetap HANYA TAKUT kepada Allah.
"Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk." (Qs. 2 ayat 150)
Sampai sejauh mana kita dalam kondisi apa pun tetap HANYA TAAT DAN MENGIKUTI Allah.
"Ikutlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran." (Qs. 7 ayat 3)
Dan sejauh mana kita dalam kondisi apa pun tetap HANYA BERHARAP kepada Allah.
"Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (Qs. 94 ayat
Semua ujian dalam hidup hanyalah "bungkus" dari ujian Tauhid. Semua ujian hanyalah sarana untuk menuju ujian sesungguhnya, yaitu ujian Tauhid. Yakni, sampai sejauh mana kita tetap meletakkan cinta, takut, taat dan harap hanya kepada Allah SWT.
Mereka yang sukses di dunia ini adalah mereka yang sering lulus dari ujian Tauhid yang datang setiap hari, setiap saat.
Sebaliknya, mereka yang gagal di dunia ini adalah mereka yang sering tidak lulus dari ujian TAUHID, karena mereka lebih cinta, lebih takut, lebih taat dan lebih berharap kepada selain Allah, yang pelakunya disebut musyrik dan perbuatannya disebut syirik.
Allah berfirman tentang mengapa ada kehidupan dan kematian :
"Yang menciptakan mati dan hidup, untuk MENGUJI kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalannya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun." (Qs. 67 ayat 2)
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi yang dimaksud surat 67 ayat 2 adalah "Allah menciptakan maut dan kehidupan untuk menguji kalian, yaitu siapa di antara kalian yang baik dalam beramal, dan juga sebagai balasan atas amalan kalian atas apa yang pantas didapatkan (oleh amalan kalian) berupa pahala. Dan sebaik-baik amalan adalah yang IKHLAS mencari wajah Allah, dan benar yaitu mengikuti apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, atau yang paling ikhlas (bertauhid, pent.) dan benar (amalannya), dan Allah tidak mengatakan yang paling banyak."
Semoga kita termasuk orang-orang yang diberikan taufik dan hidayah-Nya untuk memahami hakikat ujian hidup yang sesungguhnya. Aamiiin yaa robbal 'aalamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar