By. Satria hadi lubis
Perbuatan keterlaluan atau berlebih-lebihan biasanya tidak baik dampaknya. Berlebih-lebihan dalam makan, bekerja, berolahraga, bermain dan aktivitas lainnya cepat atau lambat akan merusak tubuh dan membuat hidup menjadi tidak seimbang. Bahkan untuk ibadah pun kita dilarang untuk berlebih-lebihan.
Dari Abdullah bin ‘Amru, dia berkata; “Rasulullah SAW menemuiku, lalu beliau bersabda: “Aku memperoleh berita bahwa kamu bangun di malam hari (untuk tahajud) dan berpuasa di siang hari, benarkah itu?” Aku menjawab; “Benar.” Beliau bersabda, “Jangan berlaku demikian, bangun dan tidurlah, puasa dan berbukalah, sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu, sesungguhnya matamu memiliki hak atasmu, tamumu memiliki hak atasmu, dan istrimu memiliki hak atasmu. (HR. Bukhari)
Dari hadis ini, dengan jelas Nabi saw menyebutkan bahwa hak istri, keluarga, tamu dan tubuh wajib diberikan haknya masing-masing. Karena demikianlah apa yang dilakukan Rasulullah saw, tidak berlebihan dalam ibadah.
Namun, ada SATU aktivitas ibadah yang diperintahkan Allah agar kita melakukannya sebanyak-banyaknya. Dengan kata lain, boleh dilakukan secara berlebihan atau keterlaluan banyaknya, yaitu aktivitas berzikir (dan berdoa) kepada Allah SWT.
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya" (Qs. 33 ayat 41).
Mengapa aktivitas zikir dan doa boleh keterlaluan banyaknya? Sebab aktivitas ini, selain bisa dilakukan secara khusus, tapi bisa juga dilakukan sambil melakukan aktivitas lain. Sambil bekerja, hati dan pikiran kita bisa berzikir dan berdoa. Sambil olahraga atau melaksanakan hobi pun kita tetap bisa berzikir dan berdoa.
Bahkan dalam perjalanan atau sambil mengendarai kendaraan pun bisa. Sebab ada hadits yang mengatakan bahwa salah satu doa yang diterima Allah SWT adalah doa (zikir) dalam perjalanan.
"Tiga waktu diijabahi (dikabulkan) do’a yang tidak diragukan lagi yaitu: doa orang yang terzholimi, doa seorang musafir (dalam perjalanan), dan doa orang tua pada anaknya” (HR. Ahmad 12/479 no. 7510, At Tirmidzi 4/314 no. 1905, Ibnu Majah 2/1270 no. 3862. Syaikh Al Albani menghasankan hadits ini).
Jadi, marilah kita keterlaluan dan berlebih-lebihan dalam berzikir serta berdoa kepada Allah, sebagai BUKTI CINTA kita kepada Allah 'Azza wa Jalla. Bukankah orang yang mencintai sesuatu akan ingat akan sesuatu yang dicintainya secara terus menerus?
Jangan malah mengingat atau "zikir" kita jauh lebih banyak (keterlaluan) dalam mengingat harta, atau rasa sakit hati. Juga kepada mantan atau orang yang dicintai, bahkan kepada maksiat yang dirindukannya.
Janganlah menjadi orang yang keterlaluan dalam "zikir" (mengingat) kepada selain Allah, tapi lupa untuk keterlaluan dalam zikir kepada Allah, baik dalam keadaan duduk, berdiri, dan tidur.
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka" (Qs. 3 ayat 191).
Wajar jika ketenangan dan kebahagiaan jarang hadir dalam hidup orang-orang yang sedikit berzikir kepada Allah. Bukankah ketenangan dan kebahagiaan HANYA bisa diraih dengan banyak berzikir kepada Allah, baik dalam keadaan miskin atau kaya, ditimpa musibah atau kenikmatan hidup, sedang sakit atau sehat?
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan zikir (mengingat) Allah. Ingatlah, HANYA dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram" (Qs. 13 ayat 28).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar