Selasa, 21 November 2023

PAHLAWAN ITU ADALAH KAMU


By. Satria hadi lubis
Pahlawan itu adalah kamu
Iya kamu...
Kamu yang berdiri gagah untuk kemerdekaan Indonesia dengan darah dan jiwamu
Tidak takut berkalang tanah
Merdeka atau mati!
Pahlawan itu adalah kamu
Iya kamu...
Kamu para pemimpin di mana pun
Yang mau meneruskan bara semangat merdeka
Dengan karya dan pikirmu
Tak mau dijajah asing dan aseng
Demi Indonesia tanah airmu
Pahlawan itu adalah kamu
Iya kamu...
Kamu yang bekerja jujur dan cerdas demi kemaslahatan umat dan keluarga
Mencari sesuap nasi tanpa sudi dijajah nafsu serakah : korupsi atas berbagai istilah lainnya
Pahlawan itu adalah kamu
Iya kamu...
Kamu yang mendidik anak-anak
Atas nama masa depan sholih dan sholihah
Yang tangis dan tawanya demi keberhasilan anak-anak Indonesia merdeka
Pahlawan itu adalah kamu
Iya kamu...
Kamu anak-anak yang lucu dan lugu
Kamu remaja yang penuh mimpi
Untuk masa depan gemilang Indonesia
Kamu yang bukan hedon di antara nafsu dan syahwat
Pahlawan itu adalah kamu...
Iya kamu ...
Kamu yang peduli
Kamu yang jujur
Kamu yang hidupnya ikhlas membela kebenaran
Dan matinya rela untuk kemuliaan
Demi memperjuangkan ini :
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”
Jakarta, 11 Nov 2016

BUAT APA SIH HIDUP?

 

By. Satria hadi lubis
Udah cape-cape kerja
Gajinya kecil
Sholat juga ditinggalkan
Dunia nggak seberapa didapat
Akhirat juga gak didapat
Terus kamu hidup untuk apa?
Udah lama-lama pacaran
Keluar duit banyak, habis waktu untuk mikirin si doi
Maksiat udah bejibun
Ee...ditinggalin doi
Si doi malah nikahnya sama orang lain
Terus kamu pacaran buat apa?
Udah susah payah nikah
Dapat pasangan yang mau menghabiskan usianya bersama kita
Hanya gara-gara nafsu, malah selingkuh
Akhirnya cerai
Terus kamu nikah untuk apa?
Udah cape-cape ngejar jabatan
Hidup gak seimbang, keluarga berantakan
Anak bandel, istri selingkuh
Ternyata malah korupsi dan suka maksiat
Sholat sekedar pencitraan
Terus kamu menjabat buat apa?
Udah cape-cape jadi orang yang terkenal
Habis duit banyak, malah ada yang jual diri lagi
Setelah terkenal malah sombong
Kerjaannya hanya hura-hura dan hedon
Lupa menggunakan populeritasnya untuk ngajak orang lain ke arah kebaikan dan agama
Terus kamu tenar untuk apa?
Udah susah payah dididik orang tua agar percaya Tuhan
Habis biaya banyak tuk disekolahin agar jadi anak sholeh
Gedenya malah gak ibadah
Udah gitu gak percaya Tuhan lagi alias atheis
Udah hidupnya banyak masalah, akhirat juga gak dapat
Terus kamu mati untuk apa?
Mendingan percaya Tuhan
Karena secara probabilita lebih menguntungkan
Kalau Tuhan ternyata gak ada gak rugi nanti di akhirat, mati ya mati aja
Tapi kalau Tuhan ada mampus loe di akhirat
ذَٰلِكُم بِأَنَّكُمُ ٱتَّخَذۡتُمۡ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ هُزُوٗا وَغَرَّتۡكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَاۚ فَٱلۡيَوۡمَ لَا يُخۡرَجُونَ مِنۡهَا وَلَا هُمۡ يُسۡتَعۡتَبُونَ
"Yang demikian itu karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan, dan kamu telah DITIPU oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat" (Qs. 45 ayat 35).

JANGAN MELIHAT SIAPA YANG MENASEHATI

 By. Satria hadi lubis

JIKA kita dinasehati oleh orang lain atau melihat tulisan dan video berisi nasehat di medsos yang menurut kita berharga, maka terima saja dan terapkan sebisa mungkin.
Jangan melihat siapa yang memberikan nasehat, bahkan kalau pun kita tahu aib atau kekurangan orang tersebut.
Boleh jadi kekurangannya yang kita tahu lebih sedikit daripada kebaikannya atau ketakwaannya yang jauh lebih banyak daripada kita yang ia sembunyikan.
Boleh jadi ia memberikan nesehat dalam rangka memotivasi dirinya sendiri agar lebih baik. Ia sendiri sedang berjuang untuk mewujudkan apa yang ia nasehati kepada orang lain.
Jangan mengejek si pemberi nasehat dengan kata-kata, "ahh.. Anda sendiri belum melakukannya!", "Jangan bisanya omong doang...donk!", "ngaca donk loe!" atau kata-kata semisalnya.
Bersyukurlah kita, masih ada orang yang mau menasehati sebagai tanda sayangnya dia agar kita lebih baik.
Bersyukurlah kita, karena Allah masih sayang kepada kita dengan memberikan hidayah melalui nasehat orang lain atau melalui berbagai tulisan dan video berisi nasehat yang bersliweran di medsos kita.
Jika si pemberi nasehat belum melakukan nasehatnya sendiri, maka itu urusan dia dengan Allah.
"Wahai orang-orang beriman! Mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan" (QS. As-Saff ayat 2-3).
Sedang urusan kita semata-mata mengambil nasehat yang baik, tak peduli siapa yang memberikan nasehat, apakah ia lebih baik atau lebih buruk amalnya daripada kita.
"Mereka yang mendengarkan perkataan (nasihat) lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya (al-Quran). Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal" (QS Az Zumar ayat 18).

MERINDUI AYAH

 

Sosok yang hadirnya dulu tak dikesan
Saking egoisnya aku dengan diri sendiri
Tak peduli dengan pengorbananmu
Selalu saja menuntut dan menuntut
Namun setelah dewasa
Dan kau tiada
Sosokmu menikam rindu dan sesalku
Seakan ingin kembali kau ada
Menghayati kebaikanmu yang tiada tara
Yang dulu aku lupakan
Ayah...
Kuburmu kini dihatiku
By. Satria hadi lubis

ASYIKLAH BEKERJA

 

By. Satria hadi lubis
SUATU ketika, Thomas Alva Edison ditanya oleh seorang wartawan, "Apakah Anda tidak bosan dan stres bekerja lebih dari 12 jam dalam sehari?"
Thomas Alva Edison malah ketawa, lalu dia mengatakan, "Anda pikir aku bekerja? Tidak! Yang kulakukan setiap hari itu adalah KEASYIKAN DEMI KEASYIKAN."
Itulah sebabnya Thomas Edison dikenal sebagai ilmuwan yang berhasil menemukan lebih dari 1.000 penemuan. Salah satu yang terkenal adalah bohlam lampu.
Jika kita berprinsip seperti Thomas Edison dalam bekerja tentu kita akan bekerja dengan asyik, happy, tekun dan produktif.
Namun sayangnya, banyak orang yang bekerja dengan perasaan negatif. Bekerja dianggap sebagai beban, bikin stres, dan mengurangi kebahagiaan, sehingga wajar jika hasilnya kurang produktif dan kurang berkualitas.
Rasulullah saw sendiri bersabda untuk memotivasi para pekerja :
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan meminta tolonglah pada Allah, serta janganlah engkau malas” (HR. Muslim).
"Orang-orang jarang berhasil dalam melakukan sesuatu, kecuali mereka bersenang-senang dengan apa yang mereka lakukan" (Dale Carnegie).
"Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan hebat yaitu dengan mencintai apa yang sedang kamu lakukan" (Steve Jobs).

JAUH DARI ALLAH

 

By. Satria hadi lubis
Udah miskin, jauh dari Allah lagi
Di dunia susah
Di akhirat sengsara
Udah kaya, tapi malah jauh dari Allah
Di dunia ketipu
Di akhirat sengsara
Udah nganggur, jauh dari Allah lagi
Di dunia kere
Di akhirat sengsara
Udah kerja, tapi malah jauh dari Allah
Di dunia cape sampai tua
Di akhirat sengsara
Udah jomblo kelamaan, jauh dari Allah lagi
Di dunia kesepian
Di akhirat sengsara
Udah nikah, tapi malah jauh dari Allah
Di dunia senangnya semu
Di akhirat sengsara
Udah hidupnya sering kena musibah dan sial melulu, jauh dari Allah lagi
Di dunia stres
Di akhirat sengsara
Udah hidupnya enak dan sering mendapatkan kenikmatan, tapi malah jauh dari Allah
Di dunia gak bersyukur dan songong
Di akhirat sengsara
Maka apapun kondisimu JANGAN TERTIPU dengan menjauhi Allah dan lupa berdakwah
Agar tak sengsara hidupmu di akhirat (dan di dunia).
"Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, kelengahan, perhiasan, dan saling bermegah-megahan di antara kamu serta berlomba-lomba dalam banyaknya harta dan anak keturunan. (Perumpamaannya adalah) seperti hujan yang tanamannya mengagumkan para petani, lalu mengering dan kamu lihat menguning, kemudian hancur. Di akhirat ada azab yang keras serta ampunan dari Allah dan keridaan-Nya. Kehidupan dunia (bagi orang-orang yang lengah) hanyalah kesenangan yang memperdaya" (QS Al Hadid ayat 20).

ISTRI ITU SEPERTI AC

 

Ustadz : "Ibu-ibu percaya gak kalau saya bilang, ibu-ibu itu gak punya dosa sejak menikah...."
Ibu-ibu : "Nggaakkk ...!" 😨 (serempak jawab)
Ustadz : "Beneran lho, gimana punya dosa, kalau ibu-ibu gak nutup aurat yang ditanya Allah suaminya, bukan ibu. Kasihan gak sama suaminya?"
Ibu-ibu : "Iya pak Ustadz, kasihan..." 😔
Ustadz : "Kalau ibu-ibu gak bisa ngaji, males sholat, yang ditanya, yang tanggung jawab di hadapan Allah ya suaminya, bukan ibu-ibu. Sayang gak sama suami?"
Ibu-ibu : "Sayaaang ....." 😚
Ustadz : "Kalau anak-anaknya nakal, gak taat, gak patuh sama ayahnya, yang masuk neraka gak cuma anaknya, ayahnya juga keseret. Cinta gak sama suaminya.. bu?"
Ibu-ibu : "Cintaaaa ....." 😗
Tiba-tiba seorang ibu nyeletuk : "Terus tugas istri apa Pak Ustadz, semua diambil suami?" 🤔
Ustadz : "Tugas istri cuma satu bu, jadi AC, pendingin suasana di rumah. Suami pulang kerja buat dia nyaman, seneng. Anak-anak pulang buat anak menjadi betah di rumah."
Iya emang ... tugas istri hanya menjadi pendingin suasana di rumahnya.
Betapa banyak rumah menjadi tak nyaman akibat istri yang pemarah, suka mengeluh, protes, curigaan, uring-uringan dan cerewet. Mungkin itu karena istri lelah dan cape mengerjakan berbagai pekerjaan rumah, sehingga ekspresinya "panas". Mungkin istri lupa bahwa suami dan anak-anaknya juga cape di kantor, di sekolah atau di jalanan.
Apalagi sebagian besar tabiat istri memang ingin diperhatikan dan diapresiasi terhadap apa yang sudah ia lakukan. Namun ternyata suami dan anaknya malah cuek, sehingga membuat istri makin kecewa.
Namun seperti kisah di atas, tugas istri hanya satu : MENJADI AC bagi rumahnya. Sebab semua tanggung jawab sudah dipegang suami (Qs. An Nisa' ayat 34).
Jadi, DIMULAI dari sikap istri yang mampu menahan diri untuk tidak "panas" di rumah, maka dijamin sikap suami dan anak juga perlahan menjadi menyenangkan. Suami dan anak jadi sadar diri untuk berubah karena kagum dan makin sayang kepada istri dan ibunya.
Jangan karena istri menganggap kesulitan ekonomi, mengurus anak dan pekerjaan rumah ditanggung olehnya sendirian, lalu ia merasa berhak untuk marah-marah, sehingga suasana rumah menjadi "panas".
Kesabaran (mampu menahan emosi) adalah kunci keberhasilan seorang istri menjadikan rumahnya sebagai surga bagi para penghuninya. Tak apa rumah agak berantakan daripada hati penghuni rumahnya yang "berantakan."
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” (Qs. 25 ayat 74).
By. Satria hadi lubis

JANGAN BOSAN BERDOA UNTUK ANAK-ANAK KITA

 By. Satria hadi lubis

SEORANG ulama yang menjadi imam sholat fardhu di sebuah mesjid khilaf dalam membaca ayat al Qur'an.
Untungnya ada seorang jama'ah yang menegur dan mengkoreksi bacaan al Qur'annya.
Setelah selesai sholat, ulama tersebut mencari tahu siapa orang yang tadi mengkoreksi bacaan al Qur'an-nya untuk mengucapkan terima kasih.
Ternyata yang mengkoreksi bacaan al Qur'an-nya seorang bapak yang sudah berusia lanjut.
Lalu sang ulama bertanya kepada bapak tersebut, "Terima kasih ya pak...tadi telah mengkoreksi bacaan al Qur'an saya. Kalau boleh tahu, bapak usianya berapa? Bapak sudah hapal al Qur'an sejak kecil ya?"
Bapak itu menjawab sambil tersenyum, "Saya usianya 60 tahun. Saya baru hapal al Qur'an 30 juz dua tahun yang lalu koq..," jawab bapak tersebut. Lalu ia berkata lagi, "Mungkin saya bisa menjadi hafidz al Qur'an di usia tua saya karena doa ibu saya semasa hidupnya yang terus berdoa menginginkan anaknya menjadi hafidz Qur'an. Ibu saya telah meninggal 20 tahun yang lalu," jawab bapak tersebut sambil matanya menerawang jauh.
Masya Allah...begitulah Allah SWT berkehendak. Doa seorang ibu untuk anaknya baru dikabulkan Allah lama setelah ibunya meninggal.
Jadi, janganlah kita bosan untuk mendoakan anak-anak kita. Teruslah berdoa sebanyak-banyaknya untuk kebaikan anak-anak kita.
Yakinlah...Allah akan mengabulkan doa setiap orang tua untuk anak-anaknya. Kita sebagai orang tua ingin cepat melihat anak-anak kita sholih dan sholihah, tapi bisa jadi Allah baru mengabulkan doa kita dalam jangka waktu yang lama, bahkan setelah kita sebagai orang tuanya sudah lama meninggal.
Yang penting, sebelum anak-anak kita meninggal, mereka sudah menjadi anak yang sholih dan sholihah, sehingga kita bisa tersenyum bahagia di alam kubur. Senang karena kelak bisa berkumpul dengan anak-anak kita di surga-Nya. Aamiin yaa robbal 'aalamin.

SEPARUH JIWA PERGI


By. Satria hadi lubis
SAYA sangat terharu jika melihat foto-foto dan video yang beredar di medsos tentang seorang suami atau isteri yang ditinggalkan pasangannya selama-lamanya. Seakan separuh jiwanya pergi bersama dengan pulangnya pasangan ke haribaan-Nya.
Kejadian serupa juga saya lihat ketika Bapak Habibie (almarhum) yang ditinggal pergi istrinya, ibu Ainun Habibie lebih dulu. Bahkan beliau sampai membuat buku yang kemudian difilmkan dan menjadi box office beberapa tahun yang lalu untuk mengabadikan kisah cinta sejatinya dengan Ibu Ainun.
Panutan kita, Nabi Muhammad saw juga sangat sedih ketika ditinggalkan istri tercintanya, Khadijah ra. Beliau selalu mengenang kebaikan Khadijah jauh setelah istrinya itu meninggal, sampai-sampai istri beliau yang lain, Aisyah ra menjadi cemburu. "Dia beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku. Dia membenarkanku ketika orang-orang mendustakanku. Dia menyokongku dengan hartanya ketika orang-orang memboikotku. Dan Allah mengaruniakan anak bagiku dari (rahim)-nya. Padahal dengan (istri-istriku) yang lain aku tak mendapatkannya”(HR. Ahmad), ujar beliau saw mengenang kebaikan Khadijah ra.
Beberapa orang yang saya kenal juga mengalami hal serupa, sangat sedih ketika kehilangan istri atau suaminya. Diantara mereka ada yang tak kuat dengan kesendiriannya. Lalu dalam waktu berdekatan meninggal dunia juga menyusul separuh jiwanya yang telah pergi lebih dulu.
Walau kita mengetahui takdir kematian adalah hal yang pasti dan cepat atau lambat kita akan berpisah dengan pasangan kita, namun jika mengalaminya sendiri belum tentu kita bisa setegar mereka yang belum mengalaminya.
Disini kita bisa mengambil hikmah, betapa penting dan berharganya waktu-waktu yang kita lalui bersama pasangan kita. Seringkali ketika pasangan masih hidup dan ada di sisi kita, yang kita lihat darinya hanya hal yang biasa-biasa saja, yang rutin, bahkan menjemukan.
Bahkan sebagian suami atau istri malah teliti melihat dan MEMBESAR-BESARKAN kekurangan pasangannya. Lupa untuk bersyukur dengan kebaikan dan kelebihan pasangannya.
Padahal boleh jadi kekurangannya yang "kecil" itulah yang nanti akan membuat kita kangen ketika suami atau istri kita pergi. Seorang suami mungkin akan kangen dengan kecerewetan istrinya yang selalu mengingatkannya tentang hal-hal kecil, misalnya. Rumah terasa sepi tanpa suara istrinya yang cerewet yang kini telah tiada.
Sebaliknya, boleh jadi seorang istri akan rindu dengan bau "gas" atau bau badan suaminya yang telah tiada. Yang sewaktu hidupnya selalu dikeluhkannya karena baunya yang luar biasa. Saya pernah mendengar ada seorang istri yang suka tidur sambil memeluk dan menciumi baju suaminya yang telah tiada saking kangennya dengan suaminya.
Akhirnya, kematian adalah pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Sebelum separuh jiwa kita pergi selamanya, mari kita nikmati dan syukuri kebersamaan kita dengan pasangan. Jadilah pecinta sejati yang pandai melihat kelebihan pasangan, bukan kekurangannya.
"Ketidaksempurnaan pasangan yang justru membuat ia menjadi sempurna di mata kita".

KEMATIAN YANG DIRINDUKAN

 

Kematian terbaik yang dirindukan seorang muslim adalah mati syahid. Sampai-sampai, Khalid bin Walid ra menangis tersedu-sedu karena mati bukan di jalan yang dirindukannya, yaitu syahid di medan jihad. Beliau ra meninggal di atas tempat tidur.
Khalid ra berkata : "Inilah keadaanku, akan wafat di atas kasurku. Padahal tidak satu jengkal pun di tubuhku kecuali terdapat bekas sabetan pedang, atau tusukan tombak, atau luka bekas anak panah yang menancap di jalan Allah. Aku mati seperti seekor hewan. Padahal aku berharap mati syahid di jalan Allah. Karena itu, jangan tidur mata-mata yang penakut”.
Beliau baru tenang meninggalkan dunia ketika diingatkan seorang sahabat bernama Qois bin Sa'd tentang hadits Rasulullah saw : “Barangsiapa yang memohon dengan sangat dikaruniai mati syahid dengan sejujur-jujurnya, maka ia akan diberi pahala sebagai syuhada’ meskipun meninggal di atas tempat tidur” (HR. Muslim).
"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” (QS. At-Taubah ayat 111).
"Wa amitha 'ala syahadati fii sabiilika (Dan matikanlah aku ya Allah dalam keadaan syahid di jalan-Mu)"
By. Satria hadi lubis

MEMBERI NAFKAH TANPA DIMINTA

 

By. Satria hadi lubis
SALAH satu ciri suami yang baik adalah menjalankan kewajibannya memberikan nafkah untuk anak dan isterinya.
"Laki-laki (suami) itu pemimpin bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya" (Qs. 4 ayat 34).
Otoritas suami sebagai pemimpin rumah tangga segaris dengan kewajibannya dalam memberi nafkah kepada isteri dan anak-anaknya. Jika ia tidak memberikan nafkah dengan baik maka otoritasnya sebagai pemimpin keluarga dipertanyakan. Wajar saja jika ada suami yang kurang dihormati isteri dan anaknya karena lalai memberikan nafkah.
Nafkah yang diberikan juga sesuai kemampuan suami. Jika suaminya kaya, maka nafkahnya sebesar-besarnya. Jika suaminya miskin, maka nafkahnya tentu tidak bisa besar.
Sebaiknya nafkah diberikan tanpa menunggu isteri meminta terlebih dahulu, apalagi sampai isteri atau anak memohon-memohon seperti seorang pengemis. Semakin suami lalai atau pura-pura lupa memberikan nafkah, maka semakin besar dosanya, karena ia telah berlaku zalim kepada keluarganya.
Rasulullah SAW bersabda: “Dan mereka (para istri) mempunyai hak diberi rezeki dan pakaian (nafkah) yang diwajibkan atas kamu sekalian (wahai para suami)'' (HR Muslim 2137).
"Cukuplah seseorang dikatakan berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya” (HR. Abu Daud-Ibnu Hibban).

BERUNTUNGLAH ORANG INI

 BERUNTUNGLAH ORANG INI

By. Satria hadi lubis
Sungguh beruntunglah mereka yang VISI HIDUPNYA fokus untuk mewujudkan 3 hal :
1. Sedeqah Jariyah
2. Ilmu yang bermanfaat
3. Mendidik anak sholih
Sebagaimana disebutkan dlm hadits Nabi saw :
"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).
Beruntung, karena pahala berlimpah terus mengalir kepada mereka sampai waktu yang melebihi usia jasad mereka.
Beruntung, karena mereka hidup selama-lamanya walau jasad mereka tiada lagi.
وَلَا تَقُولُوا لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتٌ ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلَٰكِنْ لَا تَشْعُرُونَ
"Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya" (Surat Al-Baqarah ayat 154).

AKIBAT KESOMBONGAN

 By. Satria hadi lubis

SAYA pernah makan di warung pinggir jalan, tak lama kemudian datang seorang pengemis perempuan yang sudah sepuh. Setelah meminta-minta kepada pengunjung di warung tersebut, kemudian ia minta dibungkuskan makanan kepada pemilik warung dan membayarnya dengan uang receh yang susah payah dihitungnya.
Awalnya saya tidak memperhatikan wajah ibu tua tersebut, tapi lama kelamaan saya perhatikan juga wajahnya. Saya kaget, ternyata ibu tua tersebut adalah tetangga saya di tempat tinggal saya dulu. Lalu pikiran saya melayang ke masa lalu.
Ibu tua yang kini jadi pengemis tersebut dulunya adalah orang terkaya di kampung saya. Waktu kecil, saya sering terkagum-kagum jika melintas di depan rumahnya yang mewah. Namun sayang, orang di kampung saya mengenal ibu tersebut dan keluarganya sebagai orang yang sombong. Mereka tak pernah mau bertegur sapa dengan tetangga. Judes dan sering merendahkan tetangga yang lain. Dulu suaminya adalah pengusaha besar dan anak-anaknya bersekolah di sekolah yang mahal. Namun perlahan tapi pasti usaha suaminya bangkrut, kemudian mereka bercerai, dan rumah mewahnya dijual. Saya tak pernah lagi mendengar kabar keluarga tersebut dalam waktu yang lama sampai akhirnya ketemu dengan ibu tersebut yang sekarang menjadi pengemis.
Sebenarnya, saya beberapa kali melihat dengan mata kepala sendiri akibat dari orang-orang yang sombong. Semuanya membenarkan firman Allah dan Rasul-Nya bahwa orang yang sombong akan mengalami kehinaan di dunia dan akhirat (kecuali jika mereka bertaubat).
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan sombong, karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mencapai setinggi gunung” (Qs. Al-Isra ayat 37).
Rasulullah saw bersabda :
“Orang yang sombong akan dihimpunkan pada hari kiamat seperti dalam bentuk semut kecil dengan rupa manusia, dari segala tempat datang kehinaan kepada mereka. Lalu mereka digiring ke penjara neraka jahannam yang disebut Bulas, di bagian atasnya api yang menyala-nyala dan mereka diberi minuman dari kotoran penghuni neraka” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Allah dan Rasul-Nya melarang dan memerintahkan kepada manusia untuk menjauhi sifat tercela ini. Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari kesombongan. Lalu, salah seorang sahabat bertanya, ‘Sesungguhnya, seseorang senang jika baju dan sandalnya bagus?’. Rasulullah saw menjawab : ‘Sesungguhnya, Allah SWT Dzat yang Maha Indah dan senang dengan keindahan. Tetapi yang dimaksud Al-Kibru (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia" (HR. Muslim).
Allah SWT juga murka kepada orang yang sombong sebagaimana disebutkan dalam hadits : "Barangsiapa yang merasa sombong dan angkuh dalam berjalan, dia akan bertemu dengan Allah ‘azza wa jalla dalam keadaan Allah murka terhadapnya” (HR. Ahmad).
Ya Allah....lindungi kami dari sifat sombong, baik yang kami sadari atau pun yang tidak kami sadari. Beri kami kemampuan untuk selalu rendah hati (tawadhu) dimana pun dan kapan pun kami berada.

MAKIN BERAT AKU...NAK

By. Satria hadi lubis

Nak...turutilah apa kataku sebagai ayahmu
Jangan kau lawan dan membangkang
Sebab yang aku nasehatkan kepadamu insya Allah sesuai dengan perintah dan larangan Allah, yang menciptakanmu, yang aku dititipkan untuk menjagamu
Nak...tolong aku agar hisabku di akhirat tidak semakin berat
Karena tak mampu menjaga, mendidik dan mengasuhmu
Bukankah engkau tahu bahwa nakalmu dan membangkangmu membuat aku ayahmu makin berat pertanggungjawabannya nanti di akhirat?
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan" (Qs. 66 ayat 6).
Nak...gemetar aku...
Terbayang sudah panasnya api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu
Yang penjaganya malaikat kasar dan keras untuk menyiksa penghuni neraka
Oleh karena itu...nak
Kasihani aku yang makin tua dan ringkih ini
Yang tak bisa lagi mengajarimu dengan keras, karena kau makin besar dan kuat
Nak...atas nama cinta
Aku tak meminta apa pun darimu sebagai balas jasa karena telah bersusah payah membesarkanmu
Aku tak akan meminta uangmu, gelarmu, atau pangkatmu untuk aku ayahmu
Aku hanya memohon satu saja kepadamu...nak :
"Tolong bantu aku ayahmu ini agar tak semakin berat hisabnya tentang engkau di akhirat kelak."
Semoga engkau tetap jadi anak yang sholih ya nak...entah ketika aku masih ada atau sudah pulang ke alam kubur.

KITA TAK TAHU MANA YANG LEBIH BAIK

 By. Satria hadi lubis

Kita tak tahu mana yang lebih baik dalam pandangan Allah, kondisi damai tanpa gejolak atau konflik berkepanjangan yang berujung perang.
Sebab Allah berfirman : "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (Qs. Al Baqarah : 216).
Kita tak tahu mana yang lebih baik dalam pandangan Allah, kondisi di negara konflik seperti Suriah, Palestina, dan Yaman yang setiap hari ada darah tertumpah disana atau kondisi di negara-negara tanpa peperangan, seperti Turki, Maroko, Malaysia, Indonesia, bahkan Eropa.
Boleh jadi di Suriah ada berkah dan pertolongan Allah yang nyata kepada kaum muslimin. Di Palestina ada ribuan orang yang mati syahid, sehingga langsung masuk surga tanpa hisab. Di Yaman ada kesengsaraan yang membuat orang makin bertaqwa kepada Allah 'ajja wa jalla. “Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa” (Qs. Al-Baqarah : 216).
Boleh jadi di negara-negara tanpa perang ada kebencian dan penistaan terhadap syariat Allah. Ada kematian yang konyol dan sia-sia (su'ul khotimah) karena mati maksiat. Ada kesenangan dan kenyamanan yang membuat pelakunya istidroj (lupa diri).
Kita tak tahu apa rahasia Allah di balik perang dan bencana yang silih berganti ada di muka bumi. Padahal Allah yang Maha Kuasa mampu menghentikannya.
Kita tak tahu apa rahasia Allah di balik kehidupan sebuah masyarakat yang makmur nan mewah, penuh dengan kesenangan dan kenyamanan di dalamnya.
Boleh jadi yang satu berujung pada kenikmatan surga tanpa henti dan yang satu lagi berujung pada azab neraka tanpa putus.
Hidup hanya singgah di dunia untuk abadi di akhirat. Kesakitan sebentar di dunia tak apalah asalkan nikmat selamanya di surga kelak.
Karena itu, janganlah memandang kasihan dan merendahkan martabat saudara-saudara kita di Palestina, Suriah atau Yaman yang sedang mengalami musibah. Sebab boleh jadi masa depan mereka di akhirat lebih baik daripada kita. Sedang kita di negeri aman mungkin sedang terlena dengan kenyamanan, sampai lupa hak kita sedang dijajah dan Tuhan dinistakan.
Mereka hidup untuk mulia atau mati syahid. Sedang kita hidup hina terjajah dan takut mati karena diperbudak nafsu.
Akhirnya...
Yang terjadi terjadilah. Tugas kita hanya menjalankan aturan Allah. Setelah itu terserah takdir Allah.
Karena kita tak tahu mana yang lebih baik, kondisi damai yang penuh kepalsuan atau kondisi konflik yang membangkitkan iman dan kejujuran.
Fa idza azamta fa tawakkal 'alaLlah.

DIMANA TINGKAT MOTIVASIMU?

 By. Satria hadi lubis

Motivasi adalah dorongan yang kuat untuk melakukan sesuatu. Motivasi muncul ketika ada kebutuhan yang ingin dituju.
Bukan rahasia lagi, bahwa kesuksesan dan kebahagiaan seseorang ada hubungannya dengan tingkat motivasinya, yang bisa dibagi pada tiga tingkatan :
1. Motivasi Eksternal
Hal ini terjadi jika seseorang termotivasi karena materi yang datang dari luar dirinya (eksternal). Misalnya, baru semangat bekerja apabila ada uangnya, atau ada penghargaan dan pujian dari orang lain. Sebaliknya, menjadi tidak semangat bila tidak ada uangnya atau jika dicela orang lain. Ini motivasi yang umum pada kebanyakan orang dan ini adalah motivasi tingkat terendah karena plin plan dan rentan untuk melanggar nilai-nilai moral (bersifat pragmatis).
2. Motivasi Internal
Motivasi ini terjadi jika seseorang mengejar kepuasan atau kebanggaan diri. Mereka tidak menjadikan materi sebagai kebutuhan utamanya, tapi mengejar passion-nya (istilah anak muda : "gue banget"). Abraham Maslow, pakar motivasi, menyebutkan motivasi ini sebagai Self Actualization.
Motivasi ini lebih baik daripada motivasi eksternal karena lebih stabil. Tak peduli ada materinya atau tidak, ada pujian atau cacian tetap termotivasi selama memenuhi kebutuhan aktualisasi dirinya.
Namun motivasi internal rentan dengan munculnya sifat narsis dan sombong karena merasa dirinya hebat, serta kurang peduli dengan kepentingan orang lain dan nilai-nilai moral (karena hanya mengejar kepuasan diri).
3. Motivasi Ikhlas
Inilah motivasi tertinggi dan mulia karena hanya mengharapkan ridho Allah 'azza wa jalla (ikhlas). Tak akan lekang oleh situasi lingkungan atau perasaan pribadi (suka atau tidak suka). Tak akan terbang oleh pujian dan tak akan tersungkur oleh cacian. Tegak lurus hanya memandang "wajah" Allah semata.
"Dan dari manapun engkau keluar, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan" (Qs. 2 ayat 149).
Motivasi ikhlas membuat pelakunya tak akan kehabisan tenaga dan ide, tidak akan pernah lelah dan putus asa untuk mencapai cita-cita yang ia yakini sesuai dengan ridho Allah SWT. Bahkan ia rela mengorbankan segala sumber daya yang dimilikinya, termasuk nyawa sekalipun, untuk berjuang mencari ridho Allah, seperti yang dilakukan para pahlawan Islam di sepanjang jaman.
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya"(Qs. 2 ayat 207).
Prinsip hidupnya berubah menjadi al jihadu sabiluna (bersungguh-sungguh jalan hidup kami) untuk kemaslahatan dan rahmat semesta alam.
Jika pun tidak berhasil mencapai cita-citanya, ia tetap bahagia dan sukses karena sudah berusaha maksimal dan yakin diridhoi Allah SWT. Lalu jika berhasil mencapai cita-citanya, ia tak besar kepala dan lupa kepada Allah yang telah memberikan kekuatan kepadanya (Laa haula walla quwwata illa biLlah).
Hidupnya bahagia sebelum, ketika dan setelah mencapai cita-citanya, seperti bahagianya para pahlawan, para mujahid dan para nabiyullah ajma'in yang yakin ada imbalan surga sebagai imbalan tertinggi untuknya.
Lalu, dimanakah tingkat motivasimu...wahai diri?

NAK...JANGAN KAU TANGGALKAN JILBABMU

By. Satria hadi lubis

Nak....kasihanilah aku ibumu
Jangan kau tanggalkan jilbabmu
Jangan kau buka auratmu
Agar aku ibumu tak makin berat hisabnya kelak di akhirat
Allah nanti akan bertanya kepadaku tentang sejauh mana aku menjagamu, membimbingmu dan mengasuhmu
Nak...engkau kini telah aqil baligh
Sudah besar dan cantik
Banyak laki-laki yang akan melirikmu
Banyak sudah pengaruh pergaulan dan media yang mengusikmu
Tapi tetap teguhlah nak...
Dengan jilbab dan auratmu
Jangan tergoda membukanya karena ingin terlihat nge-trend
Jangan tergiur dengan ucapan orang-orang bahwa pakai jilbab syar'i itu pakaian emak-emak, kuno dan jadul
Seperti ibumu ini yang memakai jilbab, seperti itulah selayaknya engkau... wahai anakku
Telah kudidik engkau sejak belia, telah kucontohkan engkau dengan jilbabku
Nak...aku sering sedih jika melihat seorang ibu berjalan dengan anak gadisnya di mall, pasar, dan keramaian
Lalu kulihat ibunya memakai jilbab syar'i tapi anaknya membuka aurat, bahkan berdandan seksi
Tak terbayang di benakku betapa sedihnya ibu tersebut walau tak diungkapkan
Mungkin sudah habis air matanya, sudah kering tutur katanya menasehati anaknya, tapi anaknya keras kepala atas nama selera dan hak azasi untuk tetap membuka auratnya
Padahal memakai jilbab itu wajib hukumnya, sudah sepakat para ulama tentang kewajibannya
Hanya orang-orang jahil saja yang mengatakan jilbab itu tidak wajib, bahkan sampai berani mengatakan bahwa jilbab itu hanya budaya Arab...astaghfirullah
Nak...kasihanilah aku ibumu ini agar hisabku tak makin berat di akhirat kelak jika engkau membuka auratmu.
Ketahuilah anakku...
Jilbab itu bukan akhir kesholihan seorang muslimah, tapi awal kesholihan seorang muslimah. Jadi tak perlu menunggu sholihah dulu baru memakai jilbab, tapi pakai jilbablah agar engkau bergerak menjadi sholihah.
Memang jilbab yang sesuai syari'at itu tak otomatis membuktikan kebersihan hati pemakainya, tapi jilbab adalah tekad mengislamkan diri dan juga menjaga diri dari berbagai kejahatan dunia.
Wahai anak gadisku...
Dengan jilbab, engkau akan lebih cantik dan mulia
Dengan jilbab, engkau bagai bidadari yang mengepakkan sayapmu untuk menghiasi dunia dengan kasih sayangmu.
Doaku selalu untuk kebahagian dan kemuliaanmu di dunia dan akhirat.