Selasa, 03 Januari 2023

JANGAN MENGEJEK, TAPI NASEHATI

 Jangan mengejek, tapi nasehati. 


By. Satria Hadi Lubis


Mengejek tidak mengenal waktu

Nasehat mengenal waktu


Mengejek tidak memilih kata

Nasehat memilih kata


Mengejek dengan nada keras 

Nasehat dengan nada lembut


Mengejek di belakang orang ybs

Nasehat didepan orang ybs, berduaan


Mengejek tanpa diminta

Menasehati dengan diminta


Mengejek atas dasar benci

Nasehat atas dasar kasih

BETAPA BANYAK...

 

By. Satria hadi lubis 


BETAPA banyak orang yang berusaha agar tidak kesepian di dunia. Namun sedikit yang berusaha agar tidak kesepian di alam kubur.


Padahal hidup di dunia hanya puluhan tahun. Sedang hidup di alam kubur bisa ribuan tahun (sampai kiamat datang).


BETAPA banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk mengejar kesenangan dan kenyamanan. Namun sedikit yang menghabiskan waktunya untuk perjuangan menegakkan kebenaran.


Padahal kesenangan dan kenyamanan itu fana, dan berujung kenestapaan di akhirat. Sedang perjuangan menegakkan kebenaran itu akan berujung pada keselamatan abadi di akhirat (walau jalannya pedih dan sulit). 


BETAPA banyak orang yang sibuk mencari perhatian dan pujian orang lain, namun sedikit yang berusaha mencari perhatian dan pujian Allah SWT.


Padahal mencari perhatian dan pujian manusia adalah cara sederhana untuk mudah sakit hati. Sedang mencari perhatian dan pujian Allah adalah cara sederhana untuk mudah berbesar hati.


BETAPA banyak orang yang ambisinya memburu harta dan kemewahan, bahkan dengan cara tercela. Namun sedikit yang memburu pahala dan kesederhanaan hidup.


Padahal harta dan kewewahan adalah kesusahan dalam hisab di hari kiamat. Sedang pahala dan kesederhanaan hidup adalah kemudahan dalam hisab di hari kiamat.


BETAPA banyak orang yang mengerjakan hal-hal yang receh dari hari ke hari. Namun sedikit yang mengerjakan hal-hal besar yang justru akan ditanyakan Allah nanti di akhirat.


Padahal mengerjakan hal-hal yang receh itu tidak menambah pahala, hanya menyia-nyiakan waktu yang sudah singkat ini. Sedang mengerjakan hal-hal besar menambah tabungan pahala dan membuat kita selamat dari pertanggungjawaban di akhirat. 


BETAPA banyak orang yang takut mati, tapi malas-malasan dalam hidup. Namun sedikit yang berani mati dan berani hidup (punya optimisme dan giat dalam hidup). 


Padahal, suka atau tidak suka, kematian akan datang. Sedang surga yang abadi itu hanya milik mereka yang giat mencari pahala dan sibuk mencari ridho Allah.


 وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ 


"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan" (Qs. 6 ayat 116).

APA YANG ENGKAU PERJUANGKAN?

 

By. Satria hadi lubis 


Sebenarnya apa yang engkau perjuangkan...wahai diri?


Setiap diri pasti memperjuangkan sesuatu 

Dusta jika tidak memperjuangkan sesuatu

Bahkan mereka yang tak tahu hidup ini untuk apa

Mereka sedang memperjuangkan sesuatu 

Entah apa pun namanya, yang pasti berujung pada absurditas (kehampaan)


Jika hidup ini hanya sekali dan singkat 

Lalu untuk apa engkau hidup...wahai diri?


Berhargakah hidupmu jika berjuang untuk humanisme, padahal Allah yang menolongmu?


Berhargakah hidupmu jika berjuang untuk nasionalisme, padahal Allah pemilik bumimu?


Berhargakah hidupmu jika berjuang untuk materialisme, padahal Allah yang memiliki hartamu?


Berhargakah hidupmu jika berjuang untuk hedonisme liberalisme, padahal Allah yang membahagiakanmu?


Berhargakah hidupmu jika berjuang untuk sekulerisme, padahal Allah yang mengatur semesta?


Berhargakah hidupmu jika berjuang untuk pluralisme, padahal Allah pemilik kebenaran satu-satunya?


Apakah yang engkau perjuangkan...wahai diri?


Kepada siapa engkau habiskan usiamu, waktumu, lelahmu, napasmu dan nasibmu?


Padahal hidupmu pemberian dari Allah, sehingga engkau ada dan berkehendak


Padahal hidupmu adalah perjalanan menuju keabadian akhirat 

Yang disana hanya ada surga dan neraka

Yang pemiliknya adalah Allah 'Azza Wa Jalla 

Hanya Allah yang bisa memberi ganjaran nikmat abadi surga atau nestapa neraka


Lalu apa yang engkau perjuangkan... wahai diri?


Pantaslah engkau memperjuangkan sesuatu selain Allah??


Padahal dirimu dan sekelilingmu milik Allah


“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam" (al Qur'an, Surat Al-An'am ayat 162).

ALLAH SIBUK MENOLONG KITA


By. Satria hadi lubis 


SESUNGGUHNYA Allah sibuk menolong kita setiap saat.


Memperhatikan urusan hamba-Nya dan memberikan isyarat (petunjuk) untuk menolong kita.


"Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan" (Qs. 55 ayat 29-30).


Tentu Allah, dengan segala hikmahnya, tidak menolong kita dengan cara turun ke bumi memperlihatkan Zat-Nya, lalu membantu kita, seperti tangan si kaya memberikan uang kepada si miskin. 


Sesungguhnya Allah telah menolong kita dengan memberikan isyarat (petunjuk) kemana hamba-Nya mesti melangkah. Memberikan petunjuk solusi apa yang mestinya diambil.


Entah dengan memudahkan atau mempersulit suatu urusan. Entah dengan insiden seakan tanpa disengaja. Entah dengan bisikan hati yang terus mengarahkan pada sesuatu. Dan berbagai cara lainnya. Wallahu'alam.


Namun sayangnya, kita sering tidak melihat, tidak mendengar, dan tidak menggunakan hati untuk SENSITIF terhadap isyarat Allah tersebut. 


Jadi ketika seorang hamba mengeluh tentang lambatnya pertolongan Allah, sesungguhnya bukan pertolongan Allah yang lambat, tapi kita sendiri yang "bandel" dengan ribuan isyarat pertolongan Allah tersebut.


"...Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah" (Qs. 7 ayat 179).


Sampai suatu ketika kita tersadar oleh salah satu isyarat (petunjuk) yang Allah berikan. Lalu kita bertaubat dan berubah.


Namun ada juga yang terus lengah dengan isyarat Allah tersebut sampai ajal menjemputnya. Inilah orang yang ingkar terhadap berbagai isyarat yang Allah berikan sepanjang hidupnya, sehingga mereka itu disebut dengan kafir (orang yang ingkar). 


Jadi bukan Allah yang tidak sibuk menolong kita, tapi kitalah yang lengah dan tidak mau melihat atau mendengar isyarat Allah tersebut. 


"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran pertolongan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?" (Qs. 41 ayat 53).


Maha benar Allah dengan segala pertolongan-Nya. 

PANGGUNG KEHIDUPAN


By. Satria hadi lubis 


DULU saya pernah menjadi "penguasa" di sebuah lahan dakwah yang saya pertahankan mati-matian, padahal sudah saatnya saya mundur agar terjadi regenerasi. Saya merasa itulah satu-satunya "panggung" saya untuk aktualisasi diri. 


Namun kemudian saya sadar bahwa saya sudah "mempertuhankan" panggung tersebut. Saya kemudian membuat panggung-panggung kehidupan yang lain, lalu dengan legowo mundur dari panggung pertama untuk berkiprah di panggung lainnya.


Panggung kehidupan adalah istilah untuk tempat bergaul dan mengaktualisasikan diri kita dengan serius. Panggung bisa berupa tempat kerja, keluarga, lahan dakwah, geng persahabatan, komunitas, organisasi atau apa pun dimana kita banyak menghabiskan waktu untuk beraktivitas dan bergaul dengan orang lain. Baik di dunia nyata, maupun di dunia maya.


Orang yang memiliki banyak panggung cenderung pikirannya luas dan hatinya lapang. Jika pun kecewa, ia dengan mudah move on dan tidak merasa dirinya "habis" karena ia masih punya panggung kehidupan lainnya untuk aktualisasi diri. Maka milikilah banyak panggung.


Sebaliknya, orang yang hanya memiliki satu atau dua panggung cenderung berpikir sempit dan hatinya rapuh bak kaca. Mudah kecewa dan sakit hati jika eksistensinya diabaikan. Baginya, panggung itu adalah segala-galanya. Seolah-olah hidup dan matinya hanya untuk panggung tersebut. 

Bahkan tega menghalalkan segala cara, mati-matian mempertahankan eksistensinya di panggung tersebut. Orang yang semacam ini bisa menjadi "syirik" karena mempersekutukan Allah. Bukankah hidup mati kita hanya untuk Allah, bukan untuk selain Allah?


Saudaraku...sesungguhnya PANGGUNG SEJATI kita hanyalah di hadapan Allah SWT. Nilai dan aktualisasi diri kita di depan Allah. Sedang panggung lainnya hanyalah panggung sandiwara, seperti kata Ahmad Albar dalam lagunya "dunia hanyalah panggung sandiwara." Jika lakonnya tidak lagi menarik atau kita sudah tidak dibutuhkan lagi, kita bisa move on dengan mudah tanpa perlu kuatir merasa kehilangan. Yakin, bahwa Allah akan menggantikannya dengan panggung lain yang lebih baik untuk aktualisasi diri.


"Dan kehidupan di dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau belaka. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?" (Qs. Al-An'am, Ayat 32).

MANUSIA TERBAIK DI DUNIA JUSTRU TIDAK TENAR, TIDAK BERPANGKAT DAN MISKIN

 

By. Satria hadi lubis 


SIAPAKAH manusia terbaik di dunia yang patut kita teladani?


Manusia terbaik di dunia adalah PARA NABI. Dalam Islam, jumlah nabi itu sekitar 120.000 orang. Yang terkenal dan diabadikan namanya dalam al Qur'an hanya 25 orang. 


Ternyata sebagian besar nabi tidak terkenal. Kita tidak tahu siapa saja mereka. Tapi mereka orang terbaik dan paling bahagia di muka bumi.


Sebagian besar nabi juga tidak berpangkat (tidak punya jabatan). Mereka bukan raja, jenderal, atau pejabat yang prestisius di jamannya. Sebagian besar nabi hanya rakyat biasa. 


Nabi yang punya pangkat hanya segelintir. Diantaranya Nabi Sulaiman as (raja), Nabi Daud as (raja), dan Nabi Muhammad saw (kepala negara).


Karena tidak punya pangkat, maka dakwah mayoritas para nabi ditolak oleh kaumnya. Seakan kaumnya berkata, "Siapa kamu? Kamu bukan orang yang terpandang di antara kami!" Lalu akhirnya Allah SWT turun tangan membinasakan kaum nabi tersebut akibat membangkang dakwah nabi-Nya.


Namun walau sebagian besar nabi hanya rakyat biasa tapi mereka adalah manusia terbaik dan paling bahagia di muka bumi.


Sebagian besar nabi juga miskin, tak punya harta yang banyak. Yang kaya hanya segelintir, seperti Nabi Sulaiman as, Nabi Daud as, Nabi Yusuf as (bendahara negara). Nabi Muhammad saw gimana? Beliau kadangkala kaya, tapi seringkali miskin. Bahkan beliau saw wafat tanpa meninggalkan harta warisan.


Walau sebagian besar nabi miskin dan tak punya harta yang banyak, tapi mereka adalah manusia terbaik dan paling bahagia di bumi. 


"Dan selamat sejahtera bagi para rasul (nabi)" (Qs. 37 ayat 181). 


Mengapa mayoritas nabi ditakdirkan Allah sebagai orang yang tidak tenar, tidak berpangkat dan miskin?


Karena Allah SWT ingin menegaskan kepada manusia sampai akhir jaman bahwa kebahagiaan hidup itu bukan dari ketenaran, kepangkatan, dan kekayaan. 


Maka jika banyak orang yang berkeyakinan bahwa ketenaran, kepangkatan, dan kekayaan adalah jalan kebahagiaan, maka ia sudah tertipu akibat pergaulan yang salah atau karena menyerap pemikiran sesat atas nama materialisme dan hedonisme. 


Setan yang terkutuk memang berupaya supaya manusia tidak berbahagia di dunia dan akhirat.


Mungkin ketenaran, kepangkatan dan harta bisa membuat manusia SENANG, tapi TAK BISA membuat manusia BAHAGIA.  Senang itu sumbernya hawa nafsu, bahagia itu sumbernya hati yang beriman.


Bahagia itu tak bisa dibeli. Bahagia datang dari ketenangan hati. Dan ketenangan hati hanya bisa didapat dari mengingat Allah dan beribadah kepada-Nya. 


"...Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang" (Qs. 13 ayat 28).


Maka janganlah kamu meletakkan tangga pada dinding yang salah. Mengejar ketenaran, kepangkatan dan kekayaan yang hanya menjadi penyesalan kelak. Bahagia tak didapat, tapi waktu hidup terbuang percuma.


Maka TELADANILAH kehidupan para nabi, terutama Nabi Muhammad saw, yang terbukti dan dijamin oleh Allah SWT sebagai  manusia terbaik dan paling bahagia di muka bumi. 


Bukankah hidup hanya sekali dan hanya untuk bahagia?

JANGAN MEMANFAATKAN ISLAM

 


Jangan memanfaatkan Islam untuk uang, tapi manfaatkan uang untuk Islam


Jangan memanfaatkan Islam untuk hawa nafsu, tapi manfaatkan hawa nafsu untuk Islam


Jangan memanfaatkan Islam untuk logika, tapi manfaatkan logika untuk Islam


Jangan memanfaatkan Islam untuk menikah, tapi manfaatkan menikah untuk Islam


Jangan memanfaatkan Islam untuk pergaulan, tapi manfaatkan pergaulan untuk Islam


Jangan memanfaatkan Islam untuk kekuasaan, tapi manfaatkan kekuasaan untuk Islam


Jangan memanfaatkan Islam untuk ketenaran, tapi manfaatkan ketenaran untuk Islam 


Jangan memanfaatkan Islam untuk berbagai kepentingan, tapi manfaatkan berbagai kepentingan untuk Islam 


Jangan memanfaatkan Islam untuk hidup, tapi manfaatkan hidup untuk Islam


"Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam" (Qs.6 ayat 162).


By. Satria Hadi Lubis

MENELADANI PEMAIN SEPAK BOLA

 

By. Satria hadi lubis 


Seperti pemain sepakbola, begitulah seharusnya seorang muslim dalam persaudaraan, kompak bersatu untuk tujuan yang sama.


Seperti pemain sepakbola, begitulah seharusnya seorang muslim dalam menempa diri, rajin berlatih tanpa kenal malas.


Seperti pemain sepakbola, begitulah seharusnya seorang muslim dalam bekerja, profesional sesuai posisi masing-masing.


Seperti pemain sepakbola, begitulah seharusnya seorang muslim dalam kebesaran jiwa, menang kalah  hal yang biasa dalam hidup.


Seperti pemain sepakbola, begitulah seharusnya seorang muslim dalam bersaing, mengalahkan dengan cara sportif tanpa kecurangan.


Seperti pemain sepakbola, begitulah seharusnya seorang muslim dalam pergaulan, rela berbagi dan tidak egois mementingkan diri sendiri.


Seperti pemain bola, begitulah seharusnya seorang muslim dalam kerjasama, anggota mau diarahkan dan pemimpin cerdas berstrategi. 


Seperti pemain sepakbola, begitulah seharusnya seorang muslim dalam cita-cita, terus meninggi mengangkasa untuk menjadi juara dunia!


"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah" (Qs. 3 ayat 110).

TANAMKAN TERUS NILAI-NILAI ANTI KORUPSI

 

By. Satria hadi lubis 


Pemberantasan korupsi tidak hanya dilakukan melalui tindakan represif saja, seperti OTT (Operasi Tangkap Tangan) yang dilakukan KPK dan beritanya sering disampaikan media, tapi juga melalui tindakan pencegahan berupa perbaikan sistem antikorupsi dan edukasi manusia Indonesia.


Di negara-negara yang indeks persepsi korupsinya mendekati sempurna, yakni 10, seperti Singapura, Selandia Baru, Kanada, Swedia, Swis, dan Hongkong. Tindakan pencegahan berupa edukasi antikorupsi sudah ditanamkan kepada anak-anak sejak dini, sehingga budaya antikorupsi benar-benar mewujud di dalam setiap pribadi.


Susah memang menjadikan nilai-nilai anti korupsi membudaya di Indonesia, mengingat begitu luasnya kebiasaan koruptif di berbagai lapisan masyarakat. Namun kita tidak boleh putus asa. Sebab putus asa hanya milik orang-orang yang kalah.


Nilai-nilai anti korupsi yang paling penting untuk ditanamkan adalah integritas. Yakni karakter untuk tetap berbuat benar, walau ada kesempatan dan godaan untuk menyimpang.


Nilai anti korupsi yang penting lainnya adalah paradigma bahagia. Yakin bahwa bahagia itu bukan didapat dari kekayaan, tapi dari jiwa yang berintegritas. Buat apa kaya tapi korupsi. Justru korupsi membuat seseorang tidak tenang dan tidak bahagia.


Nilai-nilai korupsi lainnya yang perlu ditanamkan adalah amanah, malu berbuat korup, yakin bahwa rezeki dari Allah, berani menegakkan kebenaran, sederhana dan tidak egois mementingkan diri sendiri.


Di Hari Korupsi Sedunia tanggal 9 Desember 2022 ini, mari kita terus menanamkan nilai-nilai anti korupsi dengan semangat membara memakai rumus 3 M:


Mulai dari diri sendiri!


Mulai dari yang kecil!


Mulai dari sekarang!

MENGAPA MENUNDA TAUBAT?

 

By. Satria hadi lubis 


PERILAKU dosa adalah perilaku yang merugikan diri sendiri. Orang yang berbuat dosa cepat atau lambat akan merasakan dampaknya, berupa musibah di dunia dan akhirat.


Agar terhindar dari musibah tersebut, maka solusinya adalah cepat bertaubat. Tentu taubat yang sungguh-sungguh (taubatan nasuha), bukan taubat pura-pura.


"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai" (QS. At-Tahrim ayat 8).


Lalu mengapa ada orang yang suka menunda-nunda bertaubat, padahal taubat dapat menghindari ia dari berbagai musibah?


Sebab seseorang suka menunda-nunda taubat adalah :


1. Thulul Amal (panjang angan-angan).

Ada orang yang menunda taubat karena anggapan masih ada kesempatan bertaubat di masa mendatang. Ungkapan yang sering muncul adalah : "Ah...saya masih muda, nanti aja kalau sudah tua baru bertaubat" atau "Besok-besok aja taubatnya...sayang kalau sekarang bertaubat...mau senang-senang dulu." 


Padahal umur manusia siapa yang tahu. Betapa banyak orang yang hari ini sehat, esoknya sudah meninggal. Kematian bisa datang tiba-tiba. Ia adalah rahasia ilahi yang dapat merenggut segala angan-angan panjang manusia.


Terlambat bertaubat karena panjang angan-angan akan menjadi penyesalan terbesar manusia yang akan dibawa sampai ke akhirat. Seperti penyesalan Fir'aun yang baru tertaubat setelah nyawanya tinggal di tenggorokan, sehingga taubatnya ditolak oleh Allah. 


وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا


"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) dia mengatakan 'Sesungguhnya aku bertaubat sekarang'. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih" (QS An-Nisaa: 18).


Tentang panjang angan-angan ini, Ali bin Abu Thalib ra berkata : 

“Perkara yang paling aku takutkan adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun mengikuti hawa nafsu, ia akan memalingkan dari kebenaran. Adapun panjang angan-angan, ia akan membuat lupa akan akhirat” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’, 1/76).


2. Yakin Allah akan mengampuni segala dosanya.

Keyakinan ini sesungguhnya benar asalkan diiringi dengan segera bertaubat. Namun jika menunda-nunda taubat dan terus berbuat dosa maka keyakinan bahwa kelak Allah pasti akan mengampuni dosa-dosanya adalah keyakinan yang salah. Apalagi dengan berdalih : "Bukankah Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Pastilah Ia akan mengampuni saya (walau saya tidak bertaubat)". Padahal sifat Allah, selain Maha Pengampun, juga Maha Pemberi Azab.


نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُوْر ُالرَّحِيْمُ. وَ أَنَّ الْعَذَابِيْ هُوَ الْعَذَابُ الْعَلِيْمُ


“Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sungguh Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, dan bahwa sungguh azab-Ku adalah azab yang sangat pedih” (QS. al-Hijr ayat 49-50).


3. Yakin akan mendapatkan syafaat Nabi saw.

Ada juga yang menunda taubat karena keyakinan bahwa Nabi Muhammad saw akan memberikan syafa'at kepadanya kelak di akhirat. Padahal syafa'at Nabi itu bersifat eksklusif. 


Nabi saw hanya akan memberikan syafa'at kepada orang-orang yang bertauhid secara murni dan patuh mengikuti sunnahnya.


"Yang paling bahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan Laa ilaahaa illallaah dengan ikhlas dari hatinya atau dirinya” (HR Bukhari).


Maka jangan berharap mendapatkan syafa'at dari Nabi saw jika tidak mengikuti sunnah Nabi Muhammad saw, termasuk sunnah untuk bersegera bertaubat. Bukankah Nabi saw meminta ampun kepada Allah SWT setiap harinya tidak kurang dari 70 kali?


"Demi Allah, aku beristighfar dan meminta taubat kepada Allah SWT dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali" (HR. Bukhari).


4. Meremehkan dosa.

Hal terakhir yang membuat seseorang menunda-nunda taubat adalah suka meremehkan dosa. Padahal meremehkan dosa akan berakibat mengulang-ulang dosa tersebut, sehingga dosanya menjadi besar.


"Sesungguhnya orang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti ketika duduk di bawah gunung, dia takut kalau gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun orang yang fajir melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat (terbang) di depan hidungnya”  (HR. Bukhari no. 6308).


Anas bin Malik ra berkata, “Sesungguhnya kamu sekalian melakukan amalan yang menurut kamu lebih kecil dari rambut, padahal kami di masa Nabi saw menganggapnya sebagai dosa-dosa besar."


Ada juga sebagian muslim berkeyakinan bahwa dosanya yang besar bisa terhapus hanya dengan kebaikan kecil. Mereka mengandalkan kisah seorang pelacur yang memberikan minuman kepada anjing yang kehausan (di dalam hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim).


Padahal hadits tersebut sedang membahas kasih sayang Allah terhadap hamba-Nya, bukan menjadi dalil untuk mengandalkan kebaikan kecil yang bisa menghapus dosa-dosa besar.


Allah Maha Tahu tentang niat hamba-Nya. Jika seorang hamba merencanakan perbuatan dosanya untuk bisa dihapus dengan kebaikan kecil saja, maka hal  tersebut termasuk mempermainkan (hukum) Allah. Secara logika juga tidak masuk akal jika dosa besar bisa dihapus hanya dengan sekali kebaikan yang kecil. 


Seorang muslim yang berakal tentu akan lebih mengandalkan usahanya untuk berbuat kebaikan yang banyak agar bisa menghapus dosa-dosanya daripada sekedar mengandalkan kebaikan kecil yang bisa menghapus dosanya yang banyak.


Semoga Allah SWT melindungi kita dari empat hal yang membuat seseorang suka menunda-nunda bertaubat dan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-Nya yang segera bertaubat.

KOMUNIKASI DALAM RUMAH TANGGA

 

By. Satria hadi lubis 


Semua persoalan rumah tangga berawal dan berakhir dari komunikasi.


Berawal dari komunikasi yang buruk dan berakhir (bisa diselesaikan) dengan komunikasi yang baik.


Tidak empati dalam mendengarkan, malas berbasa basi, tidak terbuka, berkata kasar, dan tidak tahu gaya komunikasi yang tepat adalah contoh komunikasi yang buruk dalam rumah tangga.


Sebaliknya, mau mendengarkan, sering memuji, menggunakan kata-kata sayang, jujur dan terbuka, serta menggunakan gaya komunikasi yang tepat adalah contoh komunikasi yang baik dalam rumah tangga.


Ketahuilah...bahwa gaya komunikasi lelaki (suami dan anak lelaki) dan perempuan (istri dan anak perempuan) itu beda. 


Lelaki gaya komunikasinya rasional, global dan menonjolkan ego. Sebaliknya perempuan gaya komunikasinya emosional (menonjolkan perasaan), detail dan intim.


Jika suami isteri berupaya berkomunikasi sesuai gaya komunikasi pasangannya, insya Allah akan terwujud hubungan yang harmonis dan saling menghargai antar suami isteri. Begitupun antar anak dan orang tua.


Pepatah mengatakan "Communication is power" (komunikasi itu kekuatan), maka kuasailah ilmu komunikasi dalam rumah tangga, niscaya sebagian besar masalah keluarga akan selesai...insya Allah.

MAKNA INSYA ALLAH

 

By. Satria hadi lubis 


Untuk memahami makna Insya Allah pertama kali dapat dilihat dari al Qur'an surat Al Kahfi ayat 23–24. Kedua ayat dalam Surat Al Kahfi ini berbunyi : “Dan janganlah engkau mengatakan tentang sesuatu, ‘Aku akan melakukannya besok.’ Kecuali jika Allah menghendaki atau ucapkanlah "Insya Allah.”


Dari ayat tersebut, dapat dipahami bahwa Insya Allah diucapkan ketika kita berjanji, namun dengan kesadaran bahwa janji tersebut hanya bisa terwujud apabila dikehendaki Allah 'Azza wa Jalla. 


Ucapan Insya Allah bukan sekedar kalimat basa basi untuk menyenangkan orang lain padahal kita tidak sungguh-sungguh berjanji. Namun menunjukkan kita hanya bisa merencanakan dan berusaha, tapi hasilnya semata-mata karena kehendak Allah.


Selain itu, kalimat Insya Allah juga menunjukkan bahwa manusia tidak memiliki daya dan kekuatan melainkan karena Allah, sehingga diperlukan sikap tawadhu dan tawakal kepada takdir Allah. 


Dalam arti yang lebih luas, kita percaya bahwa musibah atau kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan kita juga merupakan kehendak Allah, sehingga kita harus rela (tawakal) dengannya.


Kerelaan untuk menerima kenyataan adalah langkah awal dari keikhlasan yang akan menenangkan hati dan pikiran. Allah saja yang Maha Kuasa "merelakan" terjadinya hal-hal yang tidak sesuai dengan syariat-Nya. Lalu mengapa kita sebagai hamba-Nya yang tidak maha kuasa malah tidak rela dengan kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan kita?


Namun bukan berarti kita tidak berusaha, karena di ayat lain Allah juga memerintahkan kita untuk terus berusaha semaksimal mungkin. 


"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (Qs. Ar-Ra’du ayat 11).


Jadi siklusnya adalah berawal dari rela (tawakal), lalu terus berusaha, dan apapun hasilnya maka kita harus rela (tawakal). Inilah makna kalimat Insya Allah, yang dianjurkan agar kita sering mengucapkannya. 


Dengan begitu hidup kita akan tenang dan bahagia....insya Allah.

PERJALANAN KE SEMERU



By. Satria hadi lubis 


MUNGKIN banyak yang tidak tahu, salah satu hobi saya adalah menyetir mobil. Pernah seorang biker ditanya apa sih asyiknya hobi motor, ia menjawab "Yaa...asyiknya itu ketika mengendarai motor, terutama ketika touring ke luar kota". Jika biker merasa asyik mengendarai motor besarnya, saya merasa asyik ketika menyetir mobil.


Hobi menyetir mobil itu saya salurkan dengan sering keluar kota, terutama jika ada panggilan dakwah di pulau Jawa, Bali dan sebagian Sumatera. Biasanya saya datang ke tempat-tempat dakwah tersebut dengan mengendarai mobil, sambil ditemani istri dan/atau anak.


Alhamdulillah...sambil nyetir mobil, saya bisa banyak berzikir dan berdoa. Ada momen dalam safar untuk memperbanyak doa. Rasulullah saw bersabda :  "Tiga waktu dikabulkannya doa yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang terzalimi, doa orang dalam perjalanan (musafir), dan doa orang tua pada anaknya” (HR. Ahmad 12/479 no. 7510, At Tirmidzi 4/314 no. 1905, Ibnu Majah 2/1270 no. 3862).


Bagi saya boleh saja seseorang mempunyai hobi, tapi kalau bisa hobi tersebut dijalani dengan menyertakan dakwah, ibadah dan zikir, sehingga dari hobi tersebut kita juga mendapat pahala, keberkahan dan kesenangan. Jadi jangan hanya mengejar kesenangan saja, tapi tidak menghubungkannya dengan Allah dan kemanfaatannya bagi orang lain.


Saat ini pun, saya sedang menyalurkan hobi saya dalam perjalanan ke Lumajang-Semeru untuk menemani istri, Ustadzah Kingkin Anida, menyerahkan sedikit sumbangan yang dikumpulkan istri dari berbagai donatur bagi penyintas erupsi Gunung Semeru.


Doakan ya teman-teman semoga perjalanannya lancar dan selamat. 


Bagi sahabat FB yang mau ikutan jadi donatur program BERBAGI UNTUK SEMERU dapat melalui Rekening Bank Muamalat no rek : 3030052503 

An. Sumiati. Konfirmasi Donasi ke 0819 0711 8623 (Sumi) atau 0812 8046 5150 (Anna).


Mari bersama membantu penyintas Semeru, hadirkan bahagia penuh cinta...🥰


Salam hangat, 

Satria Hadi Lubis-Kingkin Anida 

MEMPERBANYAK MEMBACA AL QUR'AN ATAU MEMPERBANYAK DOA?

 


By. Satria hadi lubis


Ada sebuah hadits yang menunjukkan bahwa orang yang sibuk membaca al Qur'an lebih baik daripada sibuk berdoa. Bahkan akan mendapatkan lebih baik dari apa yang ia minta.


Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tuhan Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman : "Barang siapa yang sibuk membaca Al Qur'an dan dzikir kepada- Ku sehingga lupa meminta (sesuatu) dari-Ku, maka Aku akan memberinya sesuatu yang lebih utama daripada apa yang Aku berikan kepada orang yang minta. Dan perumpamaan Kalam Allah (al Qur'an) dibandingkan semua kalam adalah seperti keutamaan Allah dibandingkan semua makhluk-Nya" (HR. Tirmidzi). 


Hadits ini termasuk bagian dari hadits-hadits yang memotivasi kita untuk BANYAK membaca (tilawah) al Qur'an.


Memang dalam membaca al Quran rumusnya adalah SEBANYAK-BANYAKNYA membaca al Qur'an, baik mengerti atau tidak mengerti apa yang dibaca. Lancar atau terbata-bata. "Yang membaca Al-Qur`an dan dia mahir membacanya, maka dia bersama para malaikat yang mulia. Sedangkan yang membaca Al-Qur'an namun dia tidak tepat dalam membacanya dan mengalami kesulitan, maka baginya dua pahala” (Al Bukhari 4937, Muslim 244).


Itulah yang dicontohkan oleh  para sahabat dan ulama ketika mereka membaca al Qur'an. Contohnya, Al Aswad bin Yazid, seorang ulama tabi'in, biasa mengkhatamkan al Quran setiap enam hari sekali. Qatadah bin Da'amah setiap tujuh malam sekali. Ibu Asakir setiap tujuh malam sekali. Sedang Imam Syafi'i biasa mengkhatamkan al Quran 30x dalam sebulan. Masya Allah...


Jangan ada dalih, "Ngapain banyak-banyak membaca al Quran kalau tidak mengerti dan menghayati artinya. Mendingan sedikit baca al Qur'an tapi mengerti"


Aktivitas untuk mengerti dan menghayati bacaan al Quran adalah aktivitas lain yang disebut Tadabbur al Quran. “Maka apakah mereka tidak memperhatikan (tadabbur) al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS:Muhammad:24). “Apakah mereka tidak memperhatikan (tadabbur) al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari sisi Allah,tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS:an-Nisa:82).


Jadi selain aktivitas tilawah, seorang muslim juga harus melakukan aktivitas tadabbur al Qur'an. Bahkan ada aktivitas yang lain, yakni menghapal al Qur'an (tahfidz), mengamalkannya (tatbiq) dan mengajarkan al Qur'an (ta'lim).


Namun, BUKAN berarti berdoa itu tidak penting. Sebab Allah swt berfirman, "Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): 'Tuhanku tidak menghiraukan kamu andai bukan karena doa-doamu.” (QS.Al-Furqon:77). 


Jadi berdoalah secukupnya, lalu perbanyaklah membaca al Qur'an sebagaimana firman-Nya : "Wahai orang- orang yang beriman berzikirlah kamu semuanya dengan sebanyak-banyak zikir” (QS. Al Ahzab (33) : 41). Dan sebaik-baiknya zikir adalah membaca al Qur'an.


Janganlah kita puas dengan bisa berdoa saja, tapi jarang membaca al Quran. Sediakan waktu dan tingkatkan keterampilan untuk bisa memperbanyak membaca al Qur'an. 


َ“Sesungguhnya Allah meninggikan suatu kaum karena Al Quran ini dan merendahkan juga karenanya (Al Quran)” (HR. Muslim).


“Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).


“Sesungguhnya orang yang tidak ada dalam dirinya sesuatu pun dari Al Qur’an laksana sebuah rumah yang runtuh.”

(Riwayat Tirmizi, beliau berkata: Hadits ini hasan sahih)


Wallahu'alam.

UJIAN SEBAGAI WUJUD CINTA ALLAH


Pada hakikatnya ujian mencerminkan kasih sayang dan keadilan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya. Allah SWT "tidak rela" menimpakan azab yang tidak terperi sakitnya di akhirat kelak, hingga Ia menggantinya dengan azab dunia yang "sangat ringan dan sedikit" berupa ujian kehidupan. 


"Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan SEDIKIT ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Qs. 2 ayat 155).


Hebatnya, semakin Allah cinta pada seseorang, maka ujian yang diberikan kepadanya juga semakin berat. Karena ujian tersebut akan semakin menaikkan derajat dan kemuliaannya di hadapan Allah, serta menggugurkan dosa-dosanya. 


Orang yang paling dicintai Allah adalah para Nabi dan Rasul. Mereka adalah orang yang paling berat menerima ujian semasa hidupnya. Rasulullah saw bersabda : “(Orang yang paling keras ujiannya adalah) para nabi, kemudian yang semisalnya dan yang semisalnya, diuji seseorang sesuai dengan kadar agamanya, kalau kuat agamanya maka semakin keras ujiannya, kalau lemah agamanya maka diuji sesuai dengan kadar agamanya. Maka senantiasa seorang hamba diuji oleh Allah sehingga dia dibiarkan berjalan di atas permukaan bumi tanpa memiliki dosa.” (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, berkata Syeikh Al-Albany: Hasan Shahih)


Ujian para nabi sangat berat melebihi ujian yang diberikan kepada manusia lainnya. Contohnya Nabi Ayub AS. Allah SWT mengujinya dengan kemiskinan dan penyakit yang sangat berat selama berpuluh-puluh tahun, tapi ia tetap sabar.


Setelah para Nabi dan Rasul, orang yang ujiannya sangat berat adalah para shalihin dan para ulama (da'i). Demikianlah secara berurutan, hingga Allah SWT menimpakan ujian yang ringan kepada orang-orang yang awam. Yang pasti, setelah seseorang mengikrarkan dirinya beriman, maka Allah akan menyiapkan ujian baginya untuk mengangkat derajatnya atau untuk memberi peringatan kepadanya.


Dalam Al Qur'an tertulis janji Allah, ''Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, lantas tidak diuji lagi? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta'' (QS Al Ankabut: 2-3).


"Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia menyegerakan hukuman di dunia. Jika Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, maka Dia menahan hukuman kesalahannya sampai disempurnakannya pada hari Kiamat'' (HR Imam Ahmad, At Turmidzi, Hakim, Ath Thabrani, dan Baihaqi).


Suatu ketika seorang laki-laki bertemu dengan seorang wanita yang disangkanya pelacur. Dengan usil, lelaki itu menggoda si wanita sampai-sampai tangannya menyentuh tubuhnya. Atas perlakuan itu, si wanita pun marah. Lantaran terkejut, lelaki itu menoleh ke belakang, hingga mukanya terbentur tembok dan ia pun terluka. Pascakejadian, lelaki usil itu pergi menemui Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang baru saja dialaminya. Rasulullah SAW berkomentar, ''Engkau seorang yang masih dikehendaki oleh Allah menjadi orsng baik''. Setelah itu, Rasul mengucapkan hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mughaffal.


Dalam riwayat At Turmidzi, hadis itu disempurnakan dengan lafadz sebagai berikut, ''Dan sesungguhnya Allah, jika Dia mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Jika mereka ridha, maka Allah ridha kepadanya. Jika mereka benci, Allah membencinya''. Kecintaan Allah kepada suatu kaum di dunia tidak selalu diwujudkan dalam bentuk pemberian materi atau kenikmatan lainnya. Kecintaan Allah bisa berbentuk musibah.


Jadi, musibah yang ditimpakan Allah kepada manusia dapat dilihat dari tiga perspektif : 


Yang pertama, sebagai ujian dari Allah untuk memuliakan derajatnya dan menggugurkan dosa-dosanya. "Tidaklah menimpa seorang mukmin sebuah musibah, duri atau musibah yang lebih besar dari itu kecuali Allah akan mengangkat derajatnya atau menggugurkan dosanya” (HR. Al-Bukhary dan Muslim, dan lafadznya milik Imam Muslim).


Kedua, sebagai tadzkirah atau peringatan dari Allah kepada manusia yang lalai agar ia kembali kepada Allah yang mencintainya. “Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti" (Qs. 17 ayat 59).


Ketiga, sebagai azab (hukuman) bagi orang-orang fasiqin, munafiqin, ataupun kafirin. Kalau ia menemui kematian dalam musibah tersebut, maka ia mati dalam keadaan tidak diridhai Allah. "Maka masing-masing (mereka itu) Kami azab karena dosa-dosanya, di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan ada pula yang Kami tenggelamkan" (Qs. 29 ayat 40).


Semoga Allah menjadikan kita sabar terhadap berbagai ujian kehidupan dan menjadikan ujian tersebut sebagai sarana mengangkat derajat kita di hadapan Allah SWT.


By. Satria hadi lubis

AKHIR MENGERIKAN

 


By. Satria Hadilubis


Saya termenung Lama membaca quote Seno Gumira Ajidarma di bawah ini. 


Renungan yang juga saya aLami puLuhan tahun LaLu, yang sampai sekarang juga masih saya perjuangkan untuk tidak bernasib mengerikan seperti yang disebutkan Seno : "hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa".


Memang mengerikan bekerja habis-habisan seakan terjebak dengan rutinitas dan akhirnya benar-benar habis di masa tua. PerLu daya dobrak dan mentaL revoLusioner untuk meLawan "takdir" seperti yang diramaLkan sang seniman itu.


Ada beberapa haL yang perLu diLakukan agar tak bernasib maLang seperti yang dikatakan Seno daLam quotenya :


1. MiLiki tujuan hidup yang terukur dan sesuai dengan passion (bakat). Jika bakat beLum tahu, jaLani saja apa yang kita sukai asaLkan tidak bertentangan dengan agama dan norma. 


2. Komitmen dengan pencapaian tujuan hidup dan jangan tergoda untuk mengubah-ubah tujuan hidup hanya karena ada peLuang yang menggiurkan.


3. MiLiki misi hidup yang seimbang antara peran-peran hidup, sebagai pekerja, keLuarga, warga masyarakat, dan Lain-Lain. Jangan sampai keberhasiLan daLam peran tertentu membuat peran kita yang lain gagaL. SeimbangLah.


4. MiLiki waktu untuk mengasah inteLektuaL, emosionaL, sprituaL dan fisik kita. Jangan dengan bertambahnya usia tapi kuaLitas hidup kita daLam 4 dimensi tersebut tidak meningkat.


5. Jangan sibuk mencari uang tapi sibukLah mendekati Sang Pemberi Uang (الله swt), dengan sebisa mungkin meLaksanakan segaLa perintah-Nya dan menjauhi Larangan-Nya. Nanti uang akan datang dengan sendirinya, bahkan dari arah yang tak disangka-sangka.


7. Jangan kebeLet ingin kaya dengan cara busuk yakni korupsi atau mencari uang haram. Lebih baik hidup berkecukupan daripada kaya tapi keLak menjadi santapan api neraka.


8. MiLiki kecerdasan finansiaL, yakni kecerdasan untuk bisa mencari rezeki dengan kreatif dan hidup hemat minimaLis serta rajin menabung.


Insya ALLah dengan menjaLankan haL-haL di atas kita bisa pensiun dengan kekayaan yang cukup dan tabungan pahaLa yang banyak, sehingga tidak menyesaL hidup berLama-Lama di dunia.

Senin, 02 Januari 2023

KACAMATA KUDA

 By. Satria Hadi Lubis

Jika engkau ingin bertahan dari celaan orang-orang yang suka mencela, pakai kacamata kuda.


Jika engkau ingin mencapai rencana hidupmu dan tak tergiur untuk melenceng, pakai kacamata kuda.


Jika engkau ingin lurus pada jalan yang benar dan bertahan dari pencitraan duniawi, pakai kacamata kuda.


Jika engkau ingin setia dengan pernikahan dan persahabatan, pakai kacamata kuda.


Jika engkau ingin berprestasi di tengah-tengah ejekan dari orang yang ingin engkau biasa saja, pakai kacamata kuda.


Jika engkau ingin tekun dalam ibadah dan dakwah tanpa kenal lelah dan takut, pakai kacamata kuda.


Jika engkau ingin merasakan manisnya iman dan lezatnya zikir serta tidak terlena dengan narasi kemaksiatan, pakai kacamata kuda.


Seperti kuda yang memakai kacamata untuk kuda, sehingga matanya fokus ke depan. Tetap tenang dan mantap melangkah di tengah hiruk pikuk dan bunyi klakson kendaraan. Begitulah kita, jika ingin tidak tergoda dan tetap di jalan yang lurus. 


Pakai kacamata kuda

GODAAN LELAKI DAN PEREMPUAN

 By. satria Hadi Lubis  


Lelaki tergoda dengan kecantikan perempuan. 

Perempuan tergoda dengan kekayaan lelaki.


Lelaki tergoda ingin menguasai  banyak perempuan. 

Perempuan tergoda ingin menguasai satu lelaki.


Lelaki tergoda dengan seks dan permainan.

Perempuan tergoda dengan cinta dan rayuan gombal.


Lelaki tergoda untuk mengecilkan masalah apa saja.

Perempuan tergoda untuk membesarkan masalah apa saja.


Lelaki tergoda untuk tidak berperasaan.

Perempuan tergoda untuk tidak berlogika.


Lelaki tergoda untuk memperhatikan hal-hal yang umum saja. 

Perempuan tergoda untuk  memperhatikan hal-hal yang kecil saja.   


Lelaki tergoda untuk melirik perempuan lain.

Perempuan tergoda untuk melirik barang lain.


Lelaki tergoda menghabiskan waktunya mencari uang.

Perempuan tergoda menghabiskan waktunya membelanjakan uang.


Lelaki tergoda untuk mudah marah dan main tangan.

Perempuan tergoda untuk mudah sedih dan main hati.


Godaan-godaan tersebut perlu dilawan dan dikendalikan, jika lelaki dan perempuan ingin bahagia.

TIGA CIRI ANAK YANG SHOLIH

 TIGA CIRI ANAK YANG SHOLIH


By. Satria Hadi Lubis


Di akhir tahun ini, mari kita mengevaluasi sampai sejauh mana kita telah menjalankan amanah sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak yang sholih. 


Paling tidak ada tiga ciri anak yang sholih : 


Pertama, mendoakan orang tua. 

Anak yang sholih pasti selalu mendoakan orang tuanya. Sedang anak yang mendoakan orang tuanya belum tentu anak yang sholih, karena ia mendoakan orang tuanya hanya pada momen tertentu saja, misalnya ketika ortunya sakit atau meninggal. Tapi anak yang sholih akan selalu mendoakan orang tuanya tanpa putus, baik ketika orang tuanya masih hidup maupun sudah meninggal lama.


Harapan tertinggi orang tua kepada anaknya bukanlah agar anaknya itu menjadi orang sukses atau membalas budi di masa tuanya ketika sudah sepuh, tapi mendoakan orang tuanya terus menerus agar selamat dunia dan akhirat.


Rasulullah saw bersabda, "

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631).


Orang tua akan meninggal tapi pahala akan terus mengalir kepada orang tua kita jika kita selalu mendoakan mereka. Inilah harapan tertinggi setiap orang tua kepada anak-anaknya.


Kedua, bermanfaat bagi orang lain. 

Ciri kedua anak yang sholih adalah bermanfaat bagi orang lain. Ini sesuai dgn hadits Nabi saw, "Sebaik-baik manusia adalah manusia yg memberikan manfaat bagi orang lain".


Seorang anak yang sholih akan berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, terutama di lingkungan terdekatnya; keluarga, teman-teman dan tetangganya. 


Cara yang paling efektif memberikan manfaat bagi orang lain adalah menjadi pemimpin di lingkungannya, sehingga mempengaruhi lingkungan dengan kebaikan.


Itulah sebabnya Allah swt memerintahkan kita berdoa agar keluarga kita menjadi keluarga pemimpin sebagai salah satu tujuan pembentukan keluarga Islam :


وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا


"Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (Surat Al-Furqan, Ayat 74).


Ketiga, teguh beriman sampai mati. 

Ciri anak sholih yang ketiga adalah anak yang teguh beriman sampai mati. Ini seperti kisah pemuda Ashabul Kahfi yang teguh menjaga imannya dari kemurtadan walau harus uzlah ke dalam goa selama 300 tahun lebih (lihat kisahnya di surat al Kahfi).


Juga sesuai dengan pesan taqwa yg selalu diulang-ulang oleh khotib Jum'at, 

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS.Ali Imran:102).


Anak yang sholih selalu menjaga estafeta keislaman dari nenek moyangnya yang muslim sejak dulu. Tidak akan terpengaruh oleh godaan kemurtadan. Tidak akan menikah dengan orang yang beda agama karena haram hukumnya dan dosa besar. Anak yang sholih akan berusaha menjaga agar keluarga besarnya tetap muslim sampai cucu cicit, sehingga kelak mereka bisa berkumpul bersama di surga. Bukan keluarga pelangi yang anak dan bapak ibunya beda agama. Bahkan bangga dengan kepelangian keluarganya, bukannya malah sedih. 


“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du: 23).


Anak yang sholih akan berusaha menjadi generasi da'iyah seperti orang tuanya yang juga menjadi da'iyah. Menjadi anak yang suka dengan ta'lim (belajar agama) sebagaimana orang tuanya yang suka dengan ta'lim atau liqo'. Bukan sebaliknya menjadi the lost generation (generasi yang hilang, tersesat). Orang tuanya menjadi da'i tapi anaknya jauh dari dakwah dan Islam, sehingga terputuslah regenerasi dakwah. Seperti yang digambarkan Allah :


فَخَلَفَ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ خَلۡفٌ أَضَاعُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَٱتَّبَعُواْ ٱلشَّهَوَٰتِۖ فَسَوۡفَ يَلۡقَوۡنَ غَيًّا

"Kemudian datanglah setelah mereka (generasi) pengganti yang mengabaikan shalat dan mengikuti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan tersesat" (QS. Maryam : 59).


Itulah tiga ciri anak yang sholih yang perlu kita perjuangkan di dalam pendidikan anak-anak kita. Semoga tahun-tahun mendatang kita tetap semangat dan sabar mendidik anak-anak kita menjadi anak-anak yang sholih-sholihah.