Senin, 29 Agustus 2022

PURA-PURA BAHAGIA

 


By. Satria hadi lubis


Di sebuah kajian saya pernah ditanya, setelah saya menjelaskan bahwa menjadi muslim yang istiqomah maka kita akan bahagia, sesuai dengan firman Allah : 


"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqomah), maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu” (Qs. 41 ayat 30).


Tiga imbalan istiqomah yang disebut ayat tersebut, yaitu tidak takut, tidak bersedih dan masuk surga adalah kata lain dari bahagia. Sebab sumber ketidakbahagiaan itu adalah lawan dari tiga imbalan tersebut, yakni ketakutan, kesedihan dan masuk neraka.


Pertanyaan dari salah seorang peserta dalam kajian itu adalah apakah seorang yang istiqomah itu betul-betul bahagia atau pura-pura bahagia?


Saya menjawab, bahwa memang orang yang istiqomah itu betul-betul bahagia, bukan pura-pura bahagia. 


Orang yang pura-pura bahagia itu hanya lahirnya saja tampak bahagia, misalnya suka  tersenyum, wajahnya ceria, atau penampilannya cantik dan rapi. Namun batinnya kosong dan kesepian karena merasa sendirian, sehingga mudah sedih, mudah takut kehilangan, dan merasa tidak aman (insecure).


Orang yang istiqomah justru merasa kaya batinnya, tidak membutuhkan apa pun kecuali Allah, sehingga ia tidak takut dan tidak mudah bersedih. Ia yakin semuanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ia yakin Allah akan memberikannya hidayah kebaikan dan ujung hidupnya juga akan menjadi baik (masuk surga).


Orang yang istiqomah betul-betul bahagia karena mengagungkan Allah semata. Walau jalan hidupnya penuh dinamika, kadang sulit kadang mudah, kadang ditimpa musibah seperti yang dialami oleh para nabi dan rasul serta orang-orang sholih, tapi mereka bahagia dengan pilihan hidupnya yang hanya tergantung kepada Allah SWT.


Jadi betul-betul bahagia itu bukan berarti hidup kita selalu enak dan nyaman secara lahiriah, tetapi bisa juga hidup yang penuh ujian, tetapi hatinya tidak takut dan tidak bersedih, karena yakin ada Allah yang selalu meridhoi perbuatannya.


Seperti yang dikatakan para ulama salaf tentang kebahagiaan mereka.


لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ


“Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan (kebahagiaan) yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang (untuk merebutnya)” (Rawai’ut Tafsir Ibnu Rajab 2/134, Darul ‘Ashimah, cet.I, 1422 H, Syamilah).


Sebaliknya, orang yang pura-pura bahagia adalah orang-orang yang mengambil jalan-jalan selain jalan para nabi dan rasul, serta orang-orang sholih. Mereka pura-pura bahagia, yang menipu orang lain dan menipu diri mereka sendiri. Wallahu'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar