Sabtu, 22 September 2018
SAYYID QUTB
Siapa yang tidak kenal Sayyid Qutb? Seorang pejuang Islam yang akhirnya mati di tiang gantungan oleh rezim durjana Mesir pimpinan Gamal Abdel Nasser pada tahun 1966.
Setiap muslim yang concern dengan pergerakan Islam pasti mengenal beliau dan buku-bukunya yang mencerahkan, menggerakan, menggugah dan memotivasi.
Bacalah buku-bukunya agar kamu tahu bagaimana jalan hidup para pahlawan. Agar kamu tahu betapa berharganya hidup ini untuk memperjuangkan sebuah keyakinan. Sebaliknya, betapa ruginya hidup ini tanpa memperjuangkan sebuah keyakinan (yang mulia).
Kalau tidak salah ada 24 buku beliau, termasuk novel, kritik seni sastra dan buku pendidikan. Antara lain bukunya yang berjudul Keadilan Sosial Dalam Islam dan Ma'alim fi-l-Tariq (Petunjuk Jalan). Serta buku tafsir beliau yang fenomenal, Fi Zilal al-Qur'an (Dalam Naungan al Qur'an).
Anak muda di zaman now harus banyak membaca buku-buku pergerakan Islam agar mereka tidak mudah galau, sedih dan terombang ambing dalam kehidupan, sehingga mudah disetir oleh ideologi hedon yang absurd dan tidak membahagiakan. Agar anak muda berpikir besar bak pahlawan, bukannya berpikir sempit di seputar cinta picisan, games dan mencari fulus recehan.
Ada nasehat beliau --selain yang saya jadikan meme di bawah-- yang relevan dengan kondisi sekarang ketika aktivis dakwah banyak yang terpukau dengan hasil.
، فلا يجوز أن يحسب حملة الدعوة حساب هذه النتائج. إنما يجب أن يمضوا على نهج الدعوة الواضح الصريح الدقيق، وأن يدعوا نتائج هذه الاستقامة لله. ولن تكون إلا خيراً في نهاية المطاف
"Dengan demikian tidak selayaknya bagi para aktifis dakwah menjadikan hasil akhir sebagai tolok ukur dan tujuan utama dakwah mereka. Kewajiban mereka hanyalah menegakkan dakwah di atas manhaj yang lurus dan bersih dari berbagai penyimpangan, seraya bertawakkal dan menyerahkan seluruh hasil usaha yang telah dilakukan dengan penuh istiqomah kepada Allah Azza Wa Jalla wa Jalla. Jika ini telah dilakukan, niscaya kebaikan lah yang akan diperoleh, apapun hasil yang dicapai.
Sayyid Qutb sering dituding sebagai cikal bakal pemikiran radikalisme dalam Islam. Ini tuduhan yang keji dan fitnah terhadap seorang pahlawan Islam. Sedang yang menuduhnya belum tentu telah berbuat banyak untuk Islam.
Yang benar, pemikiran beliau telah menghidupkan banyak pemuda Islam dari tidur panjangnya. Termasuk menyadarkan saya yang di waktu SMA hanya melihat Islam sebagai budaya dan tradisi menjadi yakin bahwa Islam adalah manhaj (pedoman hidup) yang akan membawa manusia kepada kebahagiaan sejati.
Beberapa hari sebelum syahid di tiang gantungan, beliau berpesan kepada para ikhwan. Pesan ini saya kira perlu menjadi prinsip hidup kita bersama : "Di akhir perjalanan hidupku ini, baru kusadari bahwa kebahagiaan bukan terletak pada seberapa banyak kita mendapatkan, tapi dari seberapa banyak kita memberi". Beliau telah membuktikan, hidupnya untuk kemaslahatan manusia. Jiwanya untuk Islam.
Semoga Allah memuliakan beliau di sisi-Nya, meluaskan kuburnya dan menghidupkan ruh perjuangannya pada dada para pemuda Islam sampai akhir zaman.
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (QS. Ali Imron ayat 168-170).
*Dari fanpage FB satria hadi lubis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar