Senin, 30 Mei 2022

ADA APA DENGAN KADRUN?



By. Satria hadi lubis 


Peristiwa ditolaknya Ustadz Abdul Shomad (UAS) berlibur ke Singapura oleh pemerintah Singapura menimbulkan pro kontra di dalam negeri. Ada yang pro UAS dan menuntut agar pemerintah Indonesia bersikap lebih tegas kepada pemerintah Singapura yang bersikap Islamophobia. Ada juga yang kontra, bahkan senang dengan ditolaknya UAS oleh pemerintah Singapura dengan alasan UAS memang penceramah radikal dan intoleran. 


Istilah "kadrun" (kadal gurun) kembali mengemuka. Seakan tanpa istilah kadrun tidak sah untuk membenci orang-orang yang dianggap radikal, intoleran, dan dianggap memakai kedok agama untuk tujuan politiknya.


Setahu saya, "kadrun" adalah istilah untuk menggantikan sebutan "kampret" bagi mereka yang  tidak mendukung Presiden Jokowi di masa pemilu. Istilah kampret digantikan dengan kadrun mungkin sebuah strategi agar sasaran tembaknya lebih luas, yaitu kepada segala sesuatu yang berbau Arab. Dan secara tersirat mengandung makna kebencian terhadap Islam yang datang dari Arab, termasuk dalam penampilan dan syi'ar Islam seperti jenggot, gamis, jilbab, cadar, celana cingkrang, azan, dan lain sebagainya.


Bahkan sebagian mereka menarik garis yang lebih jauh bahwa kadrun identik dengan orang-orang radikal yang ingin mengubah negara Indonesia berdasarkan Pancasila menjadi negara khilafah.


Mengidentikkan sebagian umat Islam (yang ingin melaksanakan ajaran Islam secara sungguh-sungguh) dengan istilah kadrun adalah tindakan gegabah yang berbahaya. Identifikasi bodoh semacam ini hanya akan meruncingkan perpecahan antar anak bangsa.


Jangan-jangan penggunaan istilah kadrun adalah cara orang-orang yang tidak suka dengan kebangkitan Islam yang kini marak dimana-mana. Sebagai agama yang paling pesat pertumbuhannya di dunia, wajar jika ada yang takut dan membenci Islam dan umat Islam. "Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup" (Al Baqaroh ayat 217).


Istilah kadrun mungkin sengaja dibuat untuk menakut-nakuti umat Islam agar tidak beragama dengan kaffah (total) dan istiqomah (konsisten). MINDER menjadi muslim yang sebenarnya.


Istilah kadrun mungkin juga untuk  menakut-nakuti kaum muslimin agar menjauhi pengajian-pengajian (ta'lim dan liqo'). Sebab ada tendensi untuk mencurigai orang yang rajin ngaji sebagai cikal bakal orang berpaham radikal dan berhak disebut kadrun. Padahal orang yang rajin ngaji justru merekalah yang paling getol memperbaiki diri. Merekalah agen of change perbaikan moral masyarakat Indonesia. Justru merekalah yang paling konsisten mempertahankan nilai-nilai Pancasila dalam praktek kehidupan sehari-hari.


Sebaliknya, mereka yang jauh dari pengajian (baca : agama) justru yang paling getol bermaksiat, melakukan korupsi dan hedon terhadap nilai-nilai luhur Pancasila. Sebab mereka tidak rutin mengasah iman dan mempelajari ilmu kebenaran dan kebaikan yang didapat melalui pengajian-pengajian.


Jadi sebenarnya siapa yang merusak dan siapa yang membangun negeri ini?


"Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya. (Qs. Surat Al-Baqarah, Ayat 11-12).

KHILAFIYAH, BUKAN INTOLERAN

 

By. Satria hadi lubis 


Khilafiyah adalah perbedaan pendapat di antara para ulama tentang hukum sesuatu di dalam Islam.


Khilafiyah adalah toleransi antar umat Islam. Silakan mempraktekkan yang mana saja asalkan ada dalilnya (fatwanya).


Praktek khilafiyah jangan dianggap sebagai intoleran. Sebab intoleran berarti menolak atau menghalangi praktek dari keyakinan yang berbeda dengan dirinya.

Khilafiyah tidak begitu.


Jadi memakai celana cingkrang atau tidak itu bukan intoleran, apalagi ciri radikal. Itu perkara khilafiyah.


Begitu pula pemakaian cadar atau tidak..

Berjenggot (lebat) atau tidak...

Mengucapkan selamat natal atau tidak...

Bersalaman dengan lawan jenis atau tidak...

Sholat di mesjid awal waktu atau tidak...

Itu semua perkara khilafiyah, bukan perkara intoleran, apalagi radikal. 


Jika ada muslim yang meninggalkan rapat tanpa izin ketika azan berkumandang untuk sholat maka itu bukan ciri radikal. Tapi ciri muslim yang tak tahu sopan santun. Jadi yang harus diperbaiki bukan pemahaman agamanya, tapi sopan santunnya agar minta izin ketika meninggalkan rapat.


Sebuah kebodohan yang dungu apabila seseorang mencurigai masalah khilafiyah sebagai ciri intoleransi. Apalagi radikal.


Mengapa bodoh? Karena ia tak tahu perbedaan antara khilafiyah dan intoleransi.


Mengapa dungu? Karena ia justru menjadi intoleran disebabkan menolak orang yang berbeda dengan dirinya. Bukankah hal itu menyalahi prinsip bhineka tunggal ika dan hak azasi manusia?


Itulah gunanya kita belajar agama agar pandangan menjadi luas dan bisa menerima keragaman dalam khazanah Islam.


Semakin malas belajar agama, semakin mudah kita mencurigai orang lain yang sedang mempraktekkan agamanya dengan baik.


Semakin menjadi Islamophobia...

Yakni, ketakutan terhadap segala sesuatu tentang Islam.


Padahal Islam adalah indah dan penuh kebaikan. Padahal Islam adalah rahmatan lil alamin.

ISLAM AJARAN BERBUAT BAIK

 


ALLAH memberikan perintah untuk berbuat baik, “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu” (QS. Al-Qashash ayat 77). 


Dalam ayat ini, Allah memerintahkan untuk hal yang juga Dia lakukan. Hal ini menunjukkan keutamaan berbuat baik. Kita pun  menaati perintah Allah tersebut dengan berbuat baik secara ikhlas karena Allah.


Hendaknya kita selalu berbuat baik kepada orang lain dan tidak merisaukan meskipun orang tersebut tidak peduli. Keinginan agar banyak orang mengetahui dan mendengar kebaikan kita tersebut juga harus dihindari. Sebab, hal itu  dikhawatirkan  menjurus pada riya karena mengesampingkan ikhlas dalam beramal. 


Berbuat baik merupakan akhlak mulia yang bisa diwujudkan pada berbagai hal. Misalnya memberikan pertolongan, menasihati untuk kebaikan (berdakwah), berbagi ilmu, atau memperlakukan seseorang/sesuatu dengan baik, terutama untuk orang-orang terdekat, yaitu orang tua, suami, istri, anak, dan kerabat.


Dalam hal ini, Allah memerintahkan kita untuk berbuat baik, sebagaimana termaktub dalam beberapa ayat Alquran di bawah ini.


"Dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik"(QS Al-Baqarah: 195). 


"Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik" (QS Al-A'raf: 56). 


Ayat di atas menerangkan janji Allah untuk orang-orang yang berbuat baik, yaitu dicintai-Nya dan memperoleh rahmat-Nya. Itulah sebabnya, kita antusias untuk berbuat baik dengan ikhlas dan mengharap ridho-Nya secara istiqomah. 


Nabi Muhammad saw bersabda :


"Barangsiapa menolong saudaranya yang sedang dalam kebutuhan, maka Allah akan menolongnya dalam kebutuhannya" (HR Bukhari dan Muslim). 


"Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun, walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan" (HR Abu Dawud dan Tirmidzi). 


Sabda Nabi Muhammad SAW di atas mendorong kita untuk selalu berusaha menolong orang lain dan untuk berbuat baik kepada orang lain tanpa meremehkan sedikit pun untuk hal-hal yang mudah dan kecil. Misalnya memperlihatkan wajah tersenyum. 


Apa balasaannya untuk orang yang berbuat baik? Ini janji Allah, “Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah) dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam serta tidak (pula) dalam kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya” (QS Yunus ayat 26). 


Jadi jika demikian baiknya ajaran Islam, maka sungguh heran jika ada orang yang membenci Islam (Islamophobia). 


Dapat dimaklumi jika yang mereka benci itu "oknum" orang Islam yang melakukan kekerasan (terorisme), tapi sungguh tak dapat dimaklumi jika yang mereka benci itu adalah al Qur'an dan Nabi Muhammad saw serta para ulama yang hanif. Mereka begitu mudah menuduh radikal, kadrun, intoleran kepada kaum muslimin tertentu.


Mungkin mereka dengki dengan ajaran Islam yang mengajarkan kebaikan, karena mereka tak bisa mengumbar hawa nafsunya, sebagaimana firman Allah : 


"Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya" (QS. Ali Imran ayat 19).

MEMBAHAS LAGI ISTILAH "KAFIR"

 


By. Satria hadi lubis 


Kasus Ustadz Abdul Shomad (UAS) yang dilarang masuk ke Singapura karena (salah satu alasannya) menyebut non muslim dengan istilah "kafir" mencuatkan kembali wacana istilah "kafir."


Kafir berasal dari kata dasar yang terdiri dari huruf kaf, fa' dan ra'. Arti dasarnya adalah "tertutup" atau "terhalang". Secara istilah, kafir berarti "terhalang dari petunjuk Allah". Orang kafir adalah orang yang ingkar (tidak mengikuti) petunjuk Allah SWT karena petunjuk tersebut terhalang darinya. Kafir adalah lawan dari kata iman (percaya).


Apakah seorang non muslim adalah kafir? 

Jawabannya tegas...Iya! Jika menurut bahasa al Qur'an atau menurut pemahaman seorang muslim yang benar.


Menurut Islam, semua non muslim adalah kafir. Allah berfirman :

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab (Kristen dan Yahudi) dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk" (Qs. 98 ayat 6).


Mengapa sebagian non muslim marah dan menolak disebut kafir oleh orang Islam? Karena mereka memakai terminologi sendiri yang berbeda dengan terminologi ajaran Islam. 


Kalau orang Islam mengartikan kafir sebagai orang yang bukan beragama Islam. Tetapi orang non muslim (Kristen) mungkin mengartikan kafir sesuai dengan Al Kitab, yakni orang yang tidak bertuhan dan jahat.


Inilah masalahnya. Sampai kapanpun tidak akan ketemu jika terminologi kata dalam sebuah agama dipaksakan untuk dipahami dengan terminologi kata (istilah) dalam agama lain.


Semestinya non muslim tidak usah marah dikatakan kafir oleh orang Islam karena artinya "hanya" orang yang bukan beragama Islam (non muslim). Dan dalam keyakinan Islam, orang kafir pasti masuk neraka. Istilah "seburuk-buruknya makhluk" dalam ayat diatas adalah kiasan karena mereka ingkar kepada Allah dan Nabi Muhammad saw. Mereka sudah diberikan akal namun tidak digunakan untuk mencari agama yang benar.


Jadi demi menjaga kerukunan antar umat beragama, toleransi dan kebhinnekaan, kata kafir jangan diartikan menurut agamanya jika digunakan oleh pemeluk agama lain. Biarlah muslim menggunakan kata "kafir" sesuai dengan terminologi agamanya yang ada di dalam al Qur'an. Yang non muslim tidak usah ikut campur dan tersinggung, apalagi marah.


Sebaliknya orang Islam juga jangan menggunakan kata "kafir" secara demonstratif di depan non muslim  karena sadar mereka mempunyai arti yang berbeda tentang kata kafir. Gunakan saja kata "non muslim" atau "yang beragama selain Islam".


Namun jika di kalangan internal sesama muslim afdholnya memang menggunakan kata "kafir" untuk menyebut non muslim. Sebab itu adalah bahasa Al Qur'an. Kewajiban setiap muslim untuk menjaga bahasa (istilah) Al Qur'an. 


Jangan takut dan minder memasyarakatkan bahasa Al Qur'an di kalangan sesama muslim. Seperti kata kafir, jangan "diperhalus" dengan istilah lain yang tidak berasal dari Al Qur'an demi menyenangkan orang yang tidak menyukainya. Nanti bisa jadi kata "kafir" yang ada pada ratusan ayat di dalam al Qur'an harus dihilangkan gara-gara benci dengan istilah "kafir". Sungguh ini suatu hal yang mustahil.


Maka wahai kaum muslimin....! takutlah kepada Allah dengan cara mempertahankan bahasa atau istilah Al Qur'an untuk selama-lamanya.


"Katakanlah : "Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Bagimu agamamu, bagiku agamaku" (Qs. Al Kafirun ayat 1-6).

PURA-PURA BAHAGIA

By. Satria hadi lubis


Di sebuah kajian saya pernah ditanya, setelah saya menjelaskan bahwa menjadi muslim yang istiqomah maka kita akan bahagia, sesuai dengan firman Allah : 


"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqomah), maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu” (Qs. 41 ayat 30).


Tiga imbalan istiqomah yang disebut ayat tersebut, yaitu tidak takut, tidak bersedih dan masuk surga adalah kata lain dari bahagia. Sebab sumber ketidakbahagiaan itu adalah lawan dari tiga imbalan tersebut, yakni ketakutan, kesedihan dan masuk neraka.


Pertanyaan dari salah seorang peserta dalam kajian itu adalah apakah seorang yang istiqomah itu betul-betul bahagia atau pura-pura bahagia?


Saya menjawab, bahwa memang orang yang istiqomah itu betul-betul bahagia, bukan pura-pura bahagia. 


Orang yang pura-pura bahagia itu hanya lahirnya saja tampak bahagia, misalnya suka  tersenyum, wajahnya ceria, atau penampilannya cantik dan rapi. Namun batinnya kosong dan kesepian karena merasa sendirian, sehingga mudah sedih, mudah takut kehilangan, dan merasa tidak aman (insecure).


Orang yang istiqomah justru merasa kaya batinnya, tidak membutuhkan apa pun kecuali Allah, sehingga ia tidak takut dan tidak mudah bersedih. Ia yakin semuanya milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ia yakin Allah akan memberikannya hidayah kebaikan dan ujung hidupnya juga akan menjadi baik (masuk surga).


Orang yang istiqomah betul-betul bahagia karena mengagungkan Allah semata. Walau jalan hidupnya penuh dinamika, kadang sulit kadang mudah, kadang ditimpa musibah seperti yang dialami oleh para nabi dan rasul serta orang-orang sholih, tapi mereka bahagia dengan pilihan hidupnya yang hanya tergantung kepada Allah SWT.


Jadi betul-betul bahagia itu bukan berarti hidup kita selalu enak dan nyaman secara lahiriah, tetapi bisa juga hidup yang penuh ujian, tetapi hatinya tidak takut dan tidak bersedih, karena yakin ada Allah yang selalu meridhoi perbuatannya.


Seperti yang dikatakan para ulama salaf tentang kebahagiaan mereka.


لَوْ يَعْلَمُ المُلُوْكُ وَأَبْنَاءُ المُلُوْكِ مَا نَحْنُ فِيْهِ لَجَلِدُوْنَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوْفِ


“Seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan (kebahagiaan) yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang (untuk merebutnya)” (Rawai’ut Tafsir Ibnu Rajab 2/134, Darul ‘Ashimah, cet.I, 1422 H, Syamilah).


Sebaliknya, orang yang pura-pura bahagia adalah orang-orang yang mengambil jalan-jalan selain jalan para nabi dan rasul, serta orang-orang sholih. Mereka pura-pura bahagia, yang menipu orang lain dan menipu diri mereka sendiri. Wallahu'alam. 

BOLEHKAH KITA MENILAI ORANG LAIN?

 

By. Satria hadi lubis


Suatu ketika khalifah Umar ra pernah menghukum seorang pencuri, beliau berdoa : 


"Ya Allah...kami menghukum dia dari apa yang tampak saja, sedang hatinya urusan-Mu ya Allah"


Amirul mukminin berkata begitu karena sadar bahwa menilai hati orang lain sangatlah sulit. 


Yang bisa dinilai dari orang lain adalah perbuatannya. 


Apakah kita boleh menilai perbuatan orang lain? 


Dan apakah menilai perbuatan orang lain bisa menggambarkan tingkat keimanan dan kemunafikan orang tersebut? 


Jawabannya, bisa! 


Sebagaimana hadits Rasulullah saw : 


"Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat" (HR. Al- Bukhari).


"Sesungguhnya batas antara seseorang dengan syirik dan kufur itu adalah meninggalkan sholat" 

(HR. Muslim).


Bahkan di dalam al Qur'an banyak sekali ciri-ciri perbuatan orang beriman, kafir atau munafik sebagai patokan kita untuk menilai orang lain.


Salah satunya tentang ciri orang beriman:


إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ


"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah 

mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, 

dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya 

kepada mereka, 

bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan 

mereka bertawakal" 

(Surat Al-Anfal, Ayat 2).


Jadi, setiap kita sesungguhnya bisa menilai perbuatan orang lain. 


Yang dari perbuatan tersebut bisa menggambarkan tingkat keimanan, kemunafikan dan kekafiran orang lain.


Masalahnya tinggal apakah penilaian kita benar atau tidak?


Disinilah letak perdebatannya. Disinilah letak ruang diskusi untuk menilai mana yang lebih mendekati kebenaran. 


Dalam Islam, ukuran kebenaran adalah mana yang paling sesuai dengan dalil naqli (al Qur'an dan Hadits).


Lalu setelah itu mana yang sesuai hukum/norma positif yang tidak bertentangan dengan dalil naqli. 


Baru terakhir, mana yang paling sesuai dengan logika sehat.


Silakan berbeda pendapat dalam menilai sesuatu. 


Tapi jangan kita mengatakan "siapa elo yang berhak menilai". 


Ini perkataan khas orang sekuler yang terpengaruh ideologi relativisme. 


Sebuah ideologi yang menganggap semua nilai itu relatif, sehingga tidak ada yang benar atau salah. 


Dari relativisme inilah muncul ideologi yang sekarang menguasai dunia, ideologi liberalisme. 


Ada yang berkata,

"jangan soklah menilai orang lain karena kebenaran hakiki hanya milik Allah" 

atau 

"urus aja diri loe. 

Elu aja belum bener, udah berani menilai orang lain" atau "emang surga hanya milik kamu!" 

atau perkataan semisalnya, yang membuat orang menjadi tidak percaya diri 

untuk menilai orang lain, sehingga berkembanglah budaya induvidualistik 

yang tidak peduli dengan kelakuan menyimpang orang lain. 


Tidak berani menegur tetangganya yang kumpul kebo, 

temannya yang gay,  

bapaknya yang korupsi, dll.


Lalu kerusakan merajalela seperti yang kita lihat sekarang ini. 


Jangan heran jika turun bencana di tengah-tengah kita, seperti firman-Nya : 


"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; 

Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, 

agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" 

(Surat Ar-Rum, Ayat 41).


Tugas kita sebagai muslim adalah berani menilai perbuatan orang lain (disamping terus memperbaiki diri). 


Allah murka kepada manusia yang telah diberikan mata, pendengaran dan hati, 

tapi tidak digunakan untuk menilai mana yang benar dan salah.


"Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak 

dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, 

tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami

(ayat-ayat Allah) dan 

mereka memiliki mata 

(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat 

(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan 

(ayat-ayat Allah).

Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yg lalai" 

(Qs. 7 ayat 179).


Tugas kita mendekati  kebenaran hakiki milik Allah dengan cara terus menilai dan belajar dari kesalahan. 


Repot kalau kita tidak boleh menilai. 

Nanti kita galau dan bingung terus terhadap perilaku di sekitar kita.  

Itulah yang sebenarnya dimaui musuh-musuh Islam agar umat Islam meninggalkan budaya amar ma'ruf nahi mungkar.


Sebab mereka tahu amar ma'ruf nahi mungkar akan membuat umat Islam kembali kepada kejayaannya.

"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, 

(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, 

dan mencegah dari yang mungkar, 

dan beriman kepada Allah" 

(Qs. 3 ayat 110).


Ketahuilah...netralitas itu sesungguhnya tidak ada.


Sebab orang yang netral sebenarnya berpihak juga. Minimal berpihak pada ideologi bingungisme (nihilisme).


Dalam Islam, hanya ada dua pilihan nilai : 

hak dan batil. 


Apalagi untuk hal-hal yang prinsip dan fundamental.

"Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya" 

(Qs. 2 ayat 42).


Di akhirat saja hanya ada surga dan neraka. 


Surga untuk kelompok hak dan neraka untuk kelompok batil.


Tidak ada tempat untuk orang yang netral dan tidak berani menilai. 


Jangan terpengaruh dengan lagu galau, 

seperti "engkau milik orang lain, tapi jangan salahkan rasa cinta ini". 


Atau film yang ujungnya-ujungnya galau, karena endingnya tokoh yang benar jadi jahat dan tokoh yang jahat jadi baik, 

sehingga kita empati dengan orang jahat.


Jadi jangan terpengaruh dengan ideologi relativisme yang membuat seseorang tidak berani menilai perbuatan orang lain. 


Jika kita beda pendapat dalam menilai orang lain itu wajar.


Silakan terus belajar dan terus diskusi mana yang paling benar. 


Lalu berani mengakui kesalahan jika kita salah dan berani memperjuangkan kebenaran jika kita benar.


Wallahu'alam.

BUANGLAH "SAMPAH" PADA TEMPATNYA

 BUANGLAH "SAMPAH" PADA TEMPATNYA 


By. Satria hadi lubis


Beberapa kali tulisan saya di medsos dipersepsikan berbeda, sehingga ada orang yang tersinggung dan marah. 


Sering saya membalasnya untuk meluruskan mispersepsi tersebut, tetapi lebih sering lagi saya diamkan. Prinsip saya "tiga kali tektok". Satu kali saya balas, dia balas lagi, saya balas lagi, dan kalau dia balas lagi maka saya tidak akan membalasnya, walau kata-kata terakhirnya mungkin menyakitkan.


Bagi saya, medsos bukanlah tempat berdebat kusir. Apalagi sampai keluar kata-kata kasar bin sadis. Begitu banyak kemungkinan salah persepsi jika berdebat di medsos. Mendingan ketemu aja biar lebih jantan hehe, sekaligus mengecilkan resiko salah persepsi. Sebab tulisan sangat terbatas untuk memahami maksud seseorang.


Diamnya saya bukan berarti setuju atau "kalah" dengan kata-katanya di medsos. Namun jika seseorang memberimu sesuatu, tetapi kamu tidak mau menerimanya dengan diammu, menjadi milik siapakah pemberian itu? Tentu saja menjadi milik si pemberi itu. 


Begitu pula dengan kata-kata kasar jika tidak dilayani ia akan kembali menjadi miliknya. Dia harus menyimpannya sendiri. Dia tidak menyadari, bahwa nanti dia akan menanggung akibatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Energi yang muncul dari pikiran, perasaan, perkataan, atau perbuatan negatif hanya akan membuahkan penderitaan hidup bagi orangnya sendiri.


Sama seperti orang yang ingin mengotori langit dengan meludahinya. Ludah itu hanya akan jatuh mengotori wajahnya sendiri.


Nasehat bagi saya dan untuk sahabat semua, jika di luar sana ada orang yang marah-marah kepada kita, biarkan saja, karena mereka sedang menyebarkan SAMPAH HATI mereka. Jika engkau diam saja, maka sampah itu akan kembali kepada diri mereka sendiri. Tetapi jika engkau tanggapi, berarti engkau menerima sampah tersebut. Hatimu menjadi kotor seperti hatinya.


Hari ini begitu banyak orang yang hidup dengan membawa sampah di hatinya. Sampah kekesalan, sampah amarah, sampah kebencian, sampah dendam, sampah merasa diperlakukan tidak adil, dan lainnya. Sampah yang seharusnya dibuang di tempatnya, yakni di "tempat sampah hati", bukan dibuang sembarangan, seperti di medsos, di jalanan atau kepada sembarang orang. 


Dimanakah tempat yang tepat untuk membuang sampah hati ini? 


Di haribaan-Nya...

ketika engkau bersimpuh sujud sambil mengaduh, memohon, dan merenung mengapa hatimu gundah. Minta kepada Dia agar diberi kekuatan dan hikmah di balik rasa gundahmu. Yang akhirnya engkau menjadi IKHLAS dan MEMAAFKAN. Sebab sejatinya Ia telah memberimu jauh lebih banyak pertolongan dan nikmat daripada petaka. Dan tidak ada seorangpun yang bisa mencelakakanmu tanpa seizin-Nya hingga engkau lebih tawakal. 


Inilah saatnya bagiku, bagimu, dan bagi kita semua di saat ini untuk instrospeksi diri seberapa banyak sampah hati kita dan sudahkah kita bersihkan dengan cara menunduk patuh di haribaan-Nya.

TIPS MENCARI JODOH

 


By. Satria Hadi Lubis 


Beberapa tips mencari jodoh :


1. Tujuan utama menikah adalah menyempurnakan pengabdian kepada Allah. Baru yang kedua untuk mendapatkan kebahagiaan. Mereka yang lambat menikah melambatkan pengabdiannya kepada Allah.


2. Setiap orang sudah punya jodohnya masing-masing. Tugas kita mencari jodoh dengan cara memperbaiki diri agar mendapat jodoh yang baik juga, aktif bergaul di tempat-tempat kebaikan, dan melakukan ta'aruf (perkenalan) ketika target menikah sudah dekat. Tidak perlu pacaran sebagai cara penjajakan karena dosanya banyak dan tidak menjamin bisa cocok setelah nikah.


3. Jangan melihat materi dan fisik sebagai kriteria utama untuk menikah. Justru iman dan akhlaq sebagai kriteria utama menikah. Iman dan akhlaq lebih langgeng dan lebih menjamin kebahagiaan. 


4. Jangan menunggu jodoh yang ideal sehingga menunda terus menikah. Setiap orang pasti punya kekurangan. Mustahil dapat jodoh yang ideal. Yang penting ada rasa tertarik (chemestry) sudah cukup sebagai isyarat untuk penjajakan pernikahan. Tidak usah menunggu cinta dulu. Cinta sebaiknya datang setelah nikah. Jika cinta datang sebelum nikah biasanya kita berubah menjadi melankolis, emosional, nafsu, dan lebay. Tidak lagi rasional dan imani. 


5. Untuk pria, tidak perlu mapan dulu baru berani menikah sebab nanti lambat menikah. Nanti anak masih kecil, bapaknya sudah tua. Yakinlah.. menikah adalah jalan untuk memperbanyak rezeki. Untuk perempuan, jangan cari pria mapan karena biasanya pria yang mapan sudah menjadi om-om.


6. Jarak antara ta'aruf dan menikah jangan lama-lama. Idealnya kurang dari satu tahun. Di bawah enam bulan jauh lebih baik untuk menghindari zina hati. Itulah sebabnya men-tek (janjian akan dilamar padahal waktunya masih lamaaaa) jangan dilakukan. 


7. Yakinlah jika Anda baik insya Allah akan mendapat jodoh yang baik. Jangan gusar takut gak dapat jodoh. Fokus saja memperbaiki diri, beraktivitas yang bermanfaat, berdakwah dan luaskan pergaulan dengan gaul yang syar'i. Nanti kalau sudah waktunya untuk menikah baru cari jodoh dengan cara ta'aruf tanpa pacaran, dgn dibantu teman yang sholih, guru ngaji atau ortu. Namun perlu diingat, cara ta'aruf akan efektif jika yang melakukannya paham dan sudah siap mental denga kekurangan pasangan yang tidak prinsip. 


8. Sering-seringlah berdoa. Termasuk membaca doa yang populer, yaitu surat 25 ayat 74 :


 وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا


"Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”


Semoga Allah memudahkan para gadis dan bujangan untuk mendapatkan jodoh yang sholih/sholihah. Barakallah fiikum...🙏

RUMAH TANGGA BERKAH VS RUMAH TANGGA ISTIDROJ

 

By. Satria hadi lubis 


Berkah adalah ziyadatul khoir (kebaikan yang banyak), baik dari sisi spritual maupun material. Dari sisi spritual contohnya, bertambahnya iman, meningkatnya ketaatan, semangat ibadah bertambah, dan semacamnya. Dari sisi material misalnya, bertambahnya penghasilan, bertambahnya harta benda, dan lain-lain. Atau bisa juga tidak bertambah, namun kemanfaatannya meningkat. 


Bagaimana agar rumah tangga kita semakin berkah, baik dari sisi spritual maupun material? Jawabannya adalah : 


1. Keyakinan penghuninya akan datangnya pertolongan Allah.


Keyakinan ini terutama harus dimiliki oleh suami sebagai kepala keluarga, lalu isteri dan akhirnya anak-anaknya. Semakin yakin (semakin bertaqwa), maka semakin terbukti datangnya pertolongan Allah tersebut, bahkan dari arah tak disangka-sangka. Sebaliknya, semakin kurang yakin semakin tidak terbukti, sebagaimana firman-Nya : 


"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu" (Qs. 65 ayat 2-3).


2. Tingkat ibadah penghuninya.


Semakin rajin ibadah, semakin sering rumah tangga tersebut mendapatkan keberkahan. Begitupun sebaliknya, semakin malas ibadah, maka semakin jarang rumah tangga tersebut mendapatkan keberkahan. Bahkan yang ada malah pikiran dan perilaku penghuninya yang merasa benar padahal jauh dari hidayah Allah. 


Jangan sepelekan juga ibadah yang bersifat sunnah, seperti sholat sunnah, tilawah, shaum sunnah, zikir dan doa, serta sedekah. Jika yang dilakukan ibadah yang wajib saja, maka yang didapat hanya rezeki yang pokok saja. Namun jika keberkahan yang dicari, maka penghuninya perlu menambah dengan  memperbanyak ibadah sunah.


"Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji" (Qs. 17 ayat 79).


3. Menjaga dan memperluas silaturahim


Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa ingin dilapangkan pintu rizqi untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturahmi" (HR. Bukhari).


Secara logika, semakin banyak teman, maka probabilita yang akan membantu kita juga semakin banyak. Terutama memperbanyak teman-teman yang sholih. 


Rumah tangga yang berkah adalah rumah tangga yang open house. Pagarnya tidak tinggi dan terkunci rapat. Penghuninya tidak sulit untuk ditemui. Mereka mau bergaul dan tidak mengucilkan diri. Mengenal dan dikenal tetangganya, mau menyapa terlebih dahulu, siap bertandang ke tempat yang jauh untuk menemui saudaranya, rajin membantu mereka yang berkekurangan, dan semacamnya. 


Jika ada yang berdalih ada juga koq rumah tangga yang kaya raya (seakan mendapatkan keberkahan material) padahal penghuninya tidak memenuhi syarat-syarat keberkahan di atas. Maka jawabannya, itu adalah rumah tangga ISTIDROJ.


Jadi jangan tertipu dengan rumah tangga yang seakan memperoleh kenikmatan (semu), padahal penghuninya dimurkai oleh Allah SWT, sehingga ujung hidupnya hanya penyesalan, sebagaimana firman-Nya :


"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa" (QS. Al An'am: 44).


Semoga keberkahan selalu ada di dalam rumah tangga kita, dan semoga kita terhindar dari rumah tangga istidroj, yaitu rumah tangga yang seakan memperoleh kenikmatan, padahal dimurkai Allah SWT

ORANG BENAR YANG DICAMBUK

 

By : Satria Hadilubis 


Di sebuah negeri, pernah ada seorang guru yang sangat dihormati karena tegas dan jujur.


Suatu hari, dua muridnya menghadap guru tersebut. Mereka bertengkar hebat dan nyaris beradu fisik.


Ke dua nya berdebat tentang hitungan 3x7.

Murid pandai mengatakan 21, sedang murid bodoh bersikukuh mengatakan 27.


Murid bodoh menantang murid pandai untuk meminta guru mereka sebagai jurinya untuk mengetahui siapa yang benar diantara mereka, sambil si bodoh mengatakan : "Jika saya yang benar bahwa 3 x 7 = 27, maka engkau harus mau di cambuk 10 kali oleh guru, tapi jika kamu yang benar (3x7=21) maka saya bersedia untuk memenggal kepala saya sendiri.. ha ha ha ....." Demikian si bodoh menantang karena sangat yakin dengan pendapatnya.


"Katakan guru mana yang benar di antara kami?" tanya murid bodoh.


Ternyata guru memvonis cambuk 10x bagi murid yang pandai (orang yang menjawab 21).


Si murid pandai protes keras!!


Guru menjawab: "Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu, tapi untuk ketidak arifanmu yang mau-maunya berdebat dengan orang bodoh yang tak tahu bahwa 3x7 sama dengan 21"


Guru melanjutkan : "Lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi bijaksana daripada aku harus melihat satu nyawa terbuang sia-sia!"


Pesan Moral:


Jika kita sibuk berdebat dengan orang bodoh yang tetap ngeyel walau sudah dijelaskan berarti kita sama bodohnya atau bahkan lebih bodoh daripada orang yang bodoh tersebut. Sebab dengan sadar kita membuang-buang waktu dan energi untuk hal yang tidak perlu.


Bukankah kita sering mengalaminya?


Bisa jadi hal tersebut kita lakukan dengan rekan kerja, pasangan hidup, teman, saudara, tetangga, nitizen, buzzer amatir dan upahan, serta dengan yang lainnya.


Berdebat atau bertengkar untuk hal yang tidak benar, hanya ajakan menguras energi percuma.


Ada saatnya kita diam untuk menghindari perdebatan atau pertengkaran yang sia-sia.


Diam bukan berarti kalah, bukan?


Memang tidak mudah, tapi janganlah sekali-kalai berdebat dengan orang yang tidak memahami permasalahan, tapi merasa dirinya SUDAH PALING BENAR,  padahal sudah jelas-jelas SALAH seperti cerita di atas.


Merupakan kebajikan bagi kita untuk bisa mengontrol diri dan menghindari debat kusir dan nyinyir bodoh untuk menghindari kemarahan dan pertengkaran yang tak berfaedah dan merugikan diri sendiri. 


Yakinlah bahwa kebenaran akan terkuak juga pada saatnya.

Sabtu, 21 Mei 2022

DI ANTARA PENDIDIKAN ALLAH...

 


By. Satria Hadilubis  


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Adakalanya Allah memberikan ujian dan cobaan kepada kita berupa gangguan orang-orang di sekitar kita agar supaya hati ini tidak bergantung kepada siapapun kecuali bergantung kepada Allah yang Maha Kuasa.


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Adakalanya Allah memberikan ujian dan cobaan kepada kita untuk membuktikan kesabaran dan keyakinan kita sepenuhnya kepada-Nya. Bahwasanya kita ridha kepada-Nya bukan karena Dia memberikan semua keinginan kita, tapi karena kita yakin sepenuhnya bahwa Dia adalah Maha Bijaksana lagi Maha Penyayang.


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Adakalanya Allah menghalangi kita untuk mendapatkan materi duniawi yang kita cari karena Dia Maha Tahu bahwa hal tersebut akan menyebabkan rusaknya agama dan dunia kita, atau karena waktunya belum tepat dan Dia akan berikan semua itu kepada kita pada saat yang terbaik.


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Adakalanya Allah mencabut kesenangan yang sedang kita nikmati karena Allah melihat bahwa hati kita mulai cenderung kepada dunia. Allah hendak menunjukkan hakekat yang sebenarnya agar supaya kita zuhud terhadap dunia dan selalu merindukan surga-Nya.


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Sesungguhnya Allah tahu bahwa ada penyakit dalam hati kita, sedang kita tidak mampu dan sulit untuk mengobatinya sendiri, maka Dia-pun menguji kita dengan berbagai macam kesulitan agar supaya penyakit dalam hati kita tersebut keluar dan sembuh. Kita merasakan kesulitan sebentar kemudian setelah itu kita bisa tersenyum dan tertawa bahagia.


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Adakalanya doa-doa kita ditunda pengabulannya oleh Allah agar supaya kita berupaya maksimal dengan menempuh berbagai macam sarana dan usaha, sehingga ketika kita hampir putus asa dan patah harapan untuk memperbaiki keadaan, maka pada saat itulah pertolongan Allah datang dari arah yang tidak terduga dan tidak kita sangka, supaya kita menyadari bahwa Dia-lah yang memberi nikmat kepada kita dan bukan yang selain-Nya.


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Ketika kita beribadah kepada Allah dengan tujuan mencari dunia, maka justru kita tidak diberi dunia tersebut oleh Allah, agar supaya keikhlasan kembali masuk ke dalam hati kita dan kita terbiasa beribadah hanya karena Allah semata. Kemudian setelah itu Allah memberikan apa yang kita inginkan.


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Adakalanya Allah memberikan ujian yang cukup panjang kepada kita, tetapi pada saat itu juga Allah tampakkan kepada kita kelembutan-Nya dan pertolongan-Nya. Juga Ia berikan kepada kita kelapangan dada yang menjadikan hati semakin mengenal-Nya dan kemudian Dia curahkan cinta-Nya ke dalam hati kita.


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Ketika kita lalai dan menjauh dari Allah serta iman berkurang, Dia terus-menerus tunjukkan kepada kita kebesaran kekuasaan-Nya. Dia perlihatkan doa-doa kita yang begitu cepat dikabulkan, sehingga kita menjadi sadar dari kelalaian selama ini, lalu kita mendekat kepada-Nya dengan iman yang semakin bertambah.


Diantara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Adakalanya Allah menyegerakan hukuman atas dosa-dosa kita dengan tujuan agar supaya kita segera bertaubat. Kemudian Dia ampuni kita dan juga Dia bersihkan kita, sehingga tidak tersisa lagi tumpukan dosa yang menyebabkan hati tertutup bahkan buta.


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Adakalanya kita menginginkan sesuatu dan terus menerus merengek meminta kepada Allah agar sesuatu tersebut diberikan kepada kita seakan kita tidak menerima apa yang telah ditakdirkan Allah untuk kita. Maka Allah-pun akan berikan sesuatu yang kita inginkan tersebut agar supaya kita mengetahui hakekatnya, yang ternyata tidak baik bagi kita dan bahkan kita membencinya. Pada saat itulah kita menyadari bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik bagi kita.


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah...


Adakalanya kita sedang mendapat ujian dan cobaan, akan tetapi Allah selalu menunjukkan kepada kita keadaan orang lain yang ternyata lebih parah, sehingga kita menyadari betapa kasih sayangnya Allah kepada kita, sehingga kita selalu memuji dan membesarkan Allah semata.  Alhamdulillah...


Di antara pendidikan Allah untuk kita adalah..

WAHAI DIRI...

 By. Satria Hadi Lubis


Wahai diri..

Apa yang telah kau persiapkan .?

Apa amal yang telah kau lakukan untuk bekal di kehidupan nanti?

Mengapa engkau terlalu sibuk mencari dunia..

Hingga amal untuk kehidupan nanti kau abaikan?

Hingga dosa-dosa lebih kau sukai daripada amal?


Wahai diri..

Ketika engkau bertaubat..

Tak lama kemudian kau berbuat dosa lagi..

Apa sudah benar taubat yang kamu lakukan?

Apa engkau sudah sungguh-sungguh meminta ampun kepada Allah?

Jangan..!!

Jangan kau biarkan diri terjerumus lagi kelubang dosa..

Jangan..!!

Jangan kau biarkan diri terperosok..

Tertatih-tatih menjadi budak hawa nafsu..

Astaghfirullah hal adzim..


Wahai diri..

Berusahalah sekuat tenaga menjaga diri..

Mintalah selalu pertolongan Allah.

Bergaullah dengan orang-orang yang sholeh..

Hadirilah bersama lingkungan yang membawamu dekat kepada Allah.


Wahai diri..

Engkau sering menyeru pada kebaikan

Engkau sering menulis dan berkata tentang kebaikan..

Sudahkah engkau amalkan sendiri?

Sudahkah engkau melakukannya?

Apakah engkau hanya bisa berseru, tapi sebenarnya palsu?


Wahai diri..

Jagalah niat dan keikhlasanmu dalam beramal

Jangan sombong dan merasa paling benar

Merasa paling suci.. 

Ingin dilihat orang..

Bukankah engkau dulu pernah hidup dalam kehidupan yang gelap dan kelam

Hingga cahaya Tauhid menyinari kehidupanmu?

Bukankah semua yang kau dapatkan saat ini atas pertolongan Allah?

Tak ada gunanya engkau berlaku sombong..


Wahai diri..

Umurmu semakin lama semakin bertambah..

Tubuhmu sudah tak lincah seperti dulu lagi

Jarak pandang matamu mulai berkurang..

Dirimu sangat mudah penat dan lelah ketika beraktivitas..

Kerutan di wajahmu mulai terlihat jelas..

Tidakkah engkau tahu..

Bahwa itu pertanda

Bahwa usia hidupmu di dunia sudah berkurang?


Na’uzubillah min zalik..

Astaghfirullah hal adzim.


“Barangsiapa yang merasa sombong akan dirinya atau angkuh dalam berjalan, dia akan bertemu dengan Allah SWT dalam keadaan Allah murka terhadapnya.” (HR. Ahmad)


Wahai diri..

Jangan merasa dirimu paling suci..

Tak ada orang yang luput dari kesalahan dan dosa..

Sebaik apapun orang itu..

Secerah apapun hatinya..

Pasti ada debu yang selalu mengotorinya..

Walau nyaris tak kelihatan..

Walau ia tak sadar melakukannya..

Walau ia tak menghendakinya..

Pasti ada khilaf dan keburukan yang dilakukannya..

Kita bukanlah Rasululullah yang terjaga dari dosa..

Kita adalah manusia biasa..

Yang tak pernah lepas dari khilaf dan salah..

Tapi juga jangan kita jadikan diri suka untuk berbuat dosa..

Dan terus berbuat tanpa mau bertaubat..

Kita tetap harus berusaha menjauhi diri dari dosa-dosa..

Perbanyaklah istighfar dimanapun kita berada..

Astaghfirullah hal adzim..


“(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil".

Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya.

Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (An-Najm :32)”.

INVESTASI BODONG?

 


By. Satria hadi lubis


Viral sebuah meme yang menyebutkan bahwa menitipkan uang saweran lebaran kepada ibu adalah seperti berinvestasi bodong. Mungkin maksud meme tersebut hanya bercanda, tetapi bercandanya keterlaluan.


Anak di bawah umur yang menitipkan uang saweran kepada orang tuanya tentu bukan investasi bodong, tapi justru agar uang saweran tersebut lebih bermanfaat dan tidak boros atau mubazir. Anak di bawah umur belum mengerti fungsi uang yang benar, bahkan tidak tahu nilai nominal uang, sehingga wajar jika uangnya dititipkan kepada orang yang lebih mengerti. Salah satunya dapat dititipkan kepada orang tuanya.


Orang tua yang baik tentu akan amanah menyimpan uang saweran tersebut dan memberikan advis jika anaknya ingin menggunakan uang yang dititipkan tersebut. Orang tua yang baik tidak akan menggunakan uang tersebut untuk kepentingan yang lain tanpa seizin anaknya. Orang tua yang baik akan paham bahwa jika ia berbohong atau tidak amanah menyimpan uang saweran anaknya maka dia sedang mendidik anaknya tentang kecurangan (korupsi), sehingga ia sangat hati-hati untuk menjaga uang saweran anaknya dengan amanah.


Lagipula di dalam Islam ada hadits yang menyebutkan bahwa harta atau uang anak itu milik orang tuanya. 


أَنْتَ وَمَالُكَ لِوَالِدِكَ إِنَّ أَوْلاَدَكُمْ مِنْ أَطْيَبِ كَسْبِكُمْ فَكُلُوا مِنْ كَسْبِ أَوْلاَدِكُمْ


“Engkau dan hartamu milik orang tuamu. Sesungguhnya anak-anakmu adalah sebaik-baik hasil usahamu. Makanlah dari hasil usaha anak-anakmu” (HR. Abu Daud, no. 3530; Ahmad, 2: 214. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi, sanad haditsnya hasan).


Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّ مِنْ أَطْيَبِ مَا أَكَلَ الرَّجُلُ مِنْ كَسْبِهِ وَوَلَدُهُ مِنْ كَسْبِهِ


“Sesungguhnya sebaik-baik yang dimakan oleh seseorang adalah dari hasil usahanya. Anak itu adalah hasil usaha orang tua” (HR. Abu Daud, no. 3528; An-Nasai dalam Al-Kubra, 4: 4. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).


Imam Ibnu Qudamah l-Maqdisi menyatakan dalam kitabnya Al-Mughniy, “Boleh saja seorang ayah mengambil harta anaknya semaunya lalu ia miliki, apalagi hal itu dibutuhkan oleh ayahnya. Demikian juga dibolehkan mengambilnya meski hal tidak dibutuhkan. Ayah tersebut boleh mengambil harta tersebut dari anaknya yang masih kecil maupun dewasa. Namun pembolehan tersebut mesti memenuhi dua syarat. Pertama, tidak menghabiskan seluruh harta dan tidak memudaratkan anak, juga bukan mengambil yang jadi kebutuhan penting anaknya. Kedua, tidak boleh mengambil harta tersebut dengan tujuan untuk memberikan pada yang lain.


Pada hakekat harta anak itu milik orang tuanya dikarenakan kondisi anak sekarang (baik atau buruk, kaya atau miskin) adalah hasil usaha orang tuanya. Orang tua akan bertanggungjawab atas nasib anaknya kelak di yaumul hisab. Nanti Allah SWT akan menilai sampai sejauh mana oarng tua bisa berlepas diri dari tanggungjawab terhadap anaknya tersebut.


Jadi, tua boleh saja mengambil harta atau uang anaknya. Namun karena Islam pada dasarnya ajaran yang tidak mentolerir kezaliman, maka para ulama membatasi pengambilan harta atau uang anak tersebut dengan syarat sebagai berikut :


1. Tidak memudharatkan anak.

2. Bukan merupakan kebutuhan pokok anak.

3. Bukan untuk diberikan kepada orang lain.

4. Orang tua mempunyai kebutuhan mendesak atau untuk memenuhi kebutuhan pokok orang tua (darurat).


Kembali ke soal meme yang menyebutkan bahwa menitipkan saweran kepada orang tua adalah investasi bodong sungguh sangat tidak tepat. Sebab investasi bodong itu dari awal memang diniatkan untuk menipu dan tidak amanah. Begitu pula dalam proses dan hasilnya memang dilakukan dengan untuk menipu. Tetapi menitipkan saweran ke orang tua justru niat orang tua adalah untuk amanah dan mendidik anaknya tentang perencanaan keuangan (financial planning). Proses dan hasilnya juga untuk mendidik anak tentang bagaimana agar uang digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan tidak boros, sehingga sangat naif jika menitipkan saweran kepada orang tua dianggap sebagai pembelajaran tentang investasi bodong. Wallahu'alam

MESJID RAMAH ANAK

 

By. Satria hadi lubis 


VIDEO dibawah ini menggambarkan betapa imam dan pengurus mesjid di Turki berupaya menanamkan kecintaan anak terhadap mesjid.


Hal ini juga yang perlu kita lakukan di Indonesia. Bagaimana agar pengurus DKM (Dewan Kemakmuran Mesjid), termasuk marbot (imam dan penjaga mesjid) serta jama'ah yang berusia dewasa mampu bersikap ramah terhadap anak-anak di mesjid.


Urgensi mewujudkan mesjid ramah anak menjadi krusial di saat ini. Ditengah-tengah anak lebih betah bermain gadget dan lebih luas alternatif pergaulan buruknya. Mesjid perlu memiliki daya tarik agar mampu bersaing mengambil hati anak, terutama menanamkan mindset kepada anak sampai mereka dewasa bahwa mesjid adalah rumah tarbiyah dan ibadah kepada Allah yang ramah. Sebab tanpa mencintai mesjid tidak mungkin lahir orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. 


"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah" (Qs. 9 ayat 18).


Sebaliknya, pengurus DKM, marbot dan jama'ah yang kaku dan membatasi aktualisasi anak di mesjid akan membuat mesjid dijauhi oleh anak. Hal tersebut dapat menanamkan mindset sampai anak tersebut dewasa bahwa mesjid itu tidak nyaman dan Islam itu bukanlah ajaran yang rahmatan lil alamin. 


Alangkah baiknya jika pengurus DKM membuat berbagai program Mesjid Ramah Anak. Beberapa program yang bisa dibuat adalah :


1. Membuat pelatihan dan sosialisasi kepada sesama pengurus DKM, marbot dan jama'ah tentang urgensi bersikap yang sama tentang mesjid yang ramah anak.

2. Membuat taman atau tempat bermain bagi anak-anak di lingkungan mesjid.

3. Menata bangunan dan fasilitas mesjid yang ramah untuk pendidikan anak, seperti tempat TPA (Taman Pendidikan Al Qur'an), fasilitas wudhu/toilet khusus anak-anak.

3. Membuat perpustakaan yang isinya ada buku anak-anak atau komputer untuk pendidikan anak.

4. Membuat kegiatan rutin khusus untuk anak-anak.

5. Melibatkan anak-anak yang usianya sudah remaja dalam berbagai kegiatan kepanitiaan di mesjid.

6. Melibatkan anak-anak remaja yang sudah fasih membaca Al Qur'an untuk memimpin kegiatan peribadatan sebagai sarana kederisasi, misalnya menjadi muazin, bahkan menjadi imam sholat mesjid.

6. Menyediakan fasilitas wifi atau konsumsi agar anak-anak betah di mesjid, walau sekedar kongkow-kongkow saja daripada anak kongkownya di tempat yang tidak jelas.

7. Dan lain-lain.


Jangan sampai hanya karena mesjid ingin terkesan sakral dan indah lalu aturan mesjid menjadi kaku dan membuat anak-anak tak betah dan nyaman berada di mesjid.


Mari kita ingat pesan Sultan Muhammad Al Fatih (Penakluk Konstantinopel), "Jika suatu saat kamu tidak lagi mendengar bunyi bising dan gelak tawa anak-anak yang riang gembira di antara shaf-shaf sholat di mesjid-mesjid, maka tunggulah kejatuhan Islam pada saat itu."


Jangan pernah larang anak-anak kita untuk pergi ke mesjid dengan alasan membuat ribut dan mengganggu “kekhusyuan” shalat. Karena ketika hilang suara-suara anak-anak kecil di masjid-masjid kita, itulah tanda kehancuran dan terasingnya generasi mendatang dari agama Islam yang diridhoi oleh Allah SWT ini. Wallahu'alam.

MENGAPA KITA MEMBERI SALAM?

 


By. Satria hadi lubis 


Seorang muslim dianjurkan untuk menyebarkan salam sesuai hadits : 


“Tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian” (HR. Muslim, no.54).


Namun seringkali ucapan salam (assalamualaikum warohmatullahi wa barakatuh) diucapkan hanya sekedar basa basi, tanpa makna dan niat yang tulus. Sekedar menjadi budaya saja, sampai-sampai orang non muslim pun ada yang terbiasa mengucapkan salam di dalam pertemuan-pertemuan umum.


Sesungguhnya kalimat salam "assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh" (semoga keselamatan diberikan atasmu dan juga dilimpahkan atasmu rahmat dari Allah dan keberkahan) mengandung makna yang dalam, antara lain :


1. Bahwa seorang muslim yang mengucapkannya mendeklarasikan dirinya sebagai pembawa keselamatan dan rahmat Allah. Sekaligus menjadi orang yang membawa keberkahan. Ia mendoakan agar orang yang diberikan salamnya juga menjadi orang yang selamat, serta mendapatkan rahmat Allah dan keberkahan-Nya. Doanya tersebut menunjukkan bahwa ia peduli kepada orang lain dan tidak egosentris. Siap bersama-sama dengan orang yang diberikan salamnya untuk saling peduli dan berkasih sayang. Yang menjawab salamnya juga menunjukkan hal yang serupa dengan yang memberikan salam. 


2. Kalimat salam tersebut juga menunjukkan bahwa Islam adalah ajaran yang penuh keselamatan, rahmat dan berkah Allah, sehingga ia menjadi kalimat dakwah yang merupakan esensi dari ajaran Islam itu sendiri. Tak mungkin orang yang memberikan salam akan mengajarkan Islam yang radikal, apalagi mengajarkan terorisme. Islam adalah agama kasih sayang yang membenci kekerasan dan tindakan sewenang-wenang.


3. Dengan diawalinya sebuah perjumpaan (pertemuan) dengan salam, maka itu berarti kita akan menjalankan pertemuan tersebut dalam kebaikan dan kasih sayang. 


Namun realitanya ada perjumpaan (pertemuan) yang dimulai dengan salam, tapi jalannya pertemuan tersebut banyak berisi pembicaraan fitnah, ghibah dan mem-bully orang lain, sehingga mengotorkan hati, bukan malah menjernihkan hati dan pikiran. 


Jadi, mulai sekarang marilah kita mengucapkan salam dengan memahami arti dan hikmahnya, sehingga salam kita dan balasannya tidak hanya sekedar formalitas dan basa basi semata.


Camkanlah firman Allah berikut ini :


"Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu" (Q.S. An-Nisa' ayat 86).

KURANG AJAR KEPADA ORANG TUA

 


By. Satria hadi lubis 


Saya bersyukur karena dulu nurut kepada orang tua saat disuruh masuk Politeknik Keuangan Negara STAN, walau saya sebenarnya tak berminat. Namun karena ingin membahagiakan orang tua saya ambil pilihan tersebut.


Di kemudian hari saya baru sadar, gara-gara nurut orang tua tersebut hidup saya menjadi jauh lebih baik. Sebab selepas lulus dari STAN, saya terikat dinas menjadi PNS dan akhirnya menjadi dosen. 


Dengan bekerja sebagai PNS dan dosen, saya bisa hidup tenang tanpa kekurangan yang berarti. Dan yang lebih penting bisa mengembangkan bakat saya sebagai pendidik, penulis, pembaca, dan pegiat dakwah.


Coba kalau waktu itu saya gak nurut perintah orang tua, mungkin nasib saya tidak sebaik seperti saat ini. Alhamdulillah...


Sekarang ini banyak anak muda yang susah untuk nurut kepada orang tuanya. Bahkan ada anak yang bangga kalau bisa "memberontak" terhadap perintah orang tuanya. Milih sekolah sesukanya, milih jodoh seenaknya, milih kerjaan semaunya, bahkan milih agama juga sesuka hati. Pendapat dan perintah orang tua tak lagi diindahkan. Orang tua sampai menangis di tengah malam sambil munajat kepada Allah saking sedihnya. Stres mikirin anaknya yang durhaka dan menyakiti hatinya. 


Dengan alasan "ini kan hidup gue", "orang tua gue udah ketinggalan zaman, gak tau perubahan zaman", bahkan ada yang menyitir puisi Khalil Gibran "anakmu bukan milikmu (orang tua), tapi milik zamannya", banyak anak yang berani menentang perintah orang tuanya.


Dampaknya dapat kita lihat sendiri, banyak anak-anak muda sekarang yang susah hidupnya. Susah mencari kerja, susah mencari jodoh, sudah mendapat rezeki, dan kalau sudah berkeluarga anaknya juga bandel, kalau sudah punya pasangan disakiti terus hatinya. Hidupnya menjadi menderita seumur hidup.


Anehnya di antara mereka ada yang tak menyadari bahwa penyebab semuanya itu akibat dulu pernah menyakiti hati orang tuanya, tidak taat alias durhaka kepada orang tuanya. 


Mereka lupa dengan hukum kehidupan (sunnatullah) yang berlaku sepanjang zaman, yaitu barangsiapa durhaka kepada orang tuanya, maka hidupnya akan menderita, kecuali orang tuanya memaafkan dan si anak kembali berbakti kepada orang tuanya.


Benarlah Allah dengan firmannya :


"Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (Qs. 17 ayat 23).


Berkata "ah" (yang menandakan keberatan) saja tidak boleh, apalagi lebih durhaka daripada itu.


Benarlah Rasulullah saw dengan sabdanya :


"Ada dua pintu petaka yang disegerakan akibatnya di dunia, yaitu orang yang zalim dan durhaka kepada orang tua” (HR Al-Hakim).


Al-Hakim dan Al-Ashbahani meriwayatkan semua dosa akan ditunda oleh Allah hukumannya sampai hari kiamat nanti. Terkecuali mereka yang durhaka kepada ayah atau ibunya. Maka, Allah akan segera memberi hukumannya di dunia sebelum mereka meninggal.


Aisyah r.a. berkata Rasulullah SAW bersabda: “Amal kebajikan yang disegerakan balasannya di dunia adalah berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung tali silaturrahmi. Sedangkan kejahatan yang disegerakan siksaannya adalah berzina, durhaka kepada kedua orang tua, dan memutus silaturahim” (HR Imam Turmudzi dan Ibnu Majah).


Mengapa begitu besar petaka bagi anak yang durhaka kepada orang tuanya? Jawabannya sederhana, karena cinta makhluk yang tertinggi adalah cinta orang tua kepada anaknya. Orang tua rela berkorban harta, waktu, pikiran, hati, bahkan nyawa untuk merawat anaknya. Lalu ketika anak membalas cinta orang tuanya dengan kedurhakaan, maka murkalah Allah yang menjadi sebab kehadiran sang anak melalui perantara orang tuanya.


Oleh sebab itu, wahai anak muda... taatlah kepada orang tuamu. Meskipun perintahnya tak sesuai dengan keinginanmu, selama hal itu tak bertentangan dengan syariat Allah. 


Tidakkah engkau melihat korban-korban anak durhaka yang bergelimpangan di sekitarmu? 

Bukankah engkau sudah diajarkan oleh banyak pendidik dari kecil sampai dewasa secara berulang-ulang untuk selalu berbakti kepada kedua orang tuamu? Tidakkah engkau mengambil pelajaran? 


Maka janganlah engkau kurang ajar kepada orangtuamu. Sebab barang siapa yang durhaka kepada kedua orang tuanya, maka seumur hidup petaka akan datang silih berganti dari berbagai arah. Kalau tidak percaya buktikan sendiri. Demi Allah...! Saya melihat bukti itu dengan mata kepala saya sendiri.

ISTRI SEDERHANA



By. Satria hadi lubis 


Kebanyakan laki-laki yang hidupnya lurus, istrinya sederhana.

Mau membangun bersama

dari keprihatinan.


Tidak jarang pola hidup laki-laki terpengaruh oleh istrinya.


Berhutang dan boros hanya karena mendengar

istrinya menyebut-nyebut

tetangga punya mobil baru.


Korupsi dan mencuri hanya karena istrinya suka mengeluh dan mengkhayalkan kemewahan hidup dan jalan-jalan keliling dunia.


Tanpa sadar terusik harga diri seorang suami karena ingin menyenangkan istri, sehingga gelap mata mencari nafkah.

Ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang.


Memang fitrah wanita senang dengan gemerlapnya dunia.

Mudah silau dengan godaan materi.


Itulah sebabnya om-om kaya playboy dengan mudah memikat wanita muda yang cantik. 

Sebaliknya, mas-mas jomblo minder menikah karena merasa belum mapan.


Itulah sebabnya kebanyakan perceraian di Indonesia karena masalah ekonomi.

Karena istri yang banyak menuntut atau suami yang pelit menafkahi.


Maka berbahagialah

lelaki yang mendapatkan istrinya tak banyak menuntut, kecuali tuntutan yang wajar (untuk nafkah sehari-hari).

Dan sengsaralah lelaki yang mendapatkan istrinya banyak menuntut.


Belajarlah dari Rasulullah saw yang istri-istrinya pernah meminta kenaikan uang belanja di luar kemampuan beliau. Lalu beliau sampai mendiamkan istri-istrinya.


Atas peristiwa itu, Allah SWT menurunkan surah al Ahzab ayat 28 dan 29 :


“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.”


Maka sederhanalah.

Karena sederhana lebih dekat kepada kebahagiaan.


Allah berfirman,


"Dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan" (Qs. Al-An’am ayat 141).


Allah juga berfirman untuk mengingatkan para suami agar tak tergoda dengan buruk rayu isteri atau anak, sehingga menyimpang dari jalan yang lurus.


"Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Qs. At Taghabun ayat 14).

ISLAM AJARAN KEBAHAGIAAN

 

By. Satria hadi lubis 


Salah besar jika ada yang berpendapat Islam menganjurkan muslim untuk kaya (atau miskin).


Islam malah meminta muslim fokus kepada usaha mencapai kebahagiaan. 

Kaya harta atau miskin harta semata-mata pemberian Allah. Itu benar-benar rahasia Allah.


Usaha kita hanya fokus kepada BERBUAT BAIK DAN BAHAGIA.


Tidak ada satu pun dalil di dalam al Qur'an dan al Hadits bahwa orang kaya lebih bahagia daripada orang miskin (atau orang miskin lebih bahagia daripada orang kaya). Lalu mengapa ada orang yang berdalih kaya untuk bahagia?


Bahkan para nabi yang hidupnya pasti bahagia, ternyata justru sebagian besar hidupnya miskin harta. Lalu mengapa ada orang yang ngotot bahwa dia hanya bisa bahagia kalau kaya? Padahal para nabi yang jauh lebih baik dari dirinya sebagian besar tidak kaya harta.


Doa-doa yang diajarkan Nabi Muhamad saw juga sebagian besar untuk keselamatan dan kebahagiaan, bukan untuk kaya (atau miskin).


Jangan terpengaruh dengan ideologi materialisme kapitalisme yang memuja kekayaan dan kemewahan, serta menganggap kekayaan sebagai satu-satunya cara bahagia. Ini ajaran sesat yang menjauhi kita dari tujuan hidup sebenarnya, yakni mencari ridho Allah (bahagia). 


Umat Islam dahulu jaya karena mereka SIBUK MENCARI RIDHO ALLAH (bahagia). Dan sekarang banyak orang Islam yang sengsara karena sibuk memuja kekayaan. 


"Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan" (Qs. al-Fajr ayat 20).


Jangan rusak tujuan hidup Anda (yakni bahagia) dengan usaha yang salah (yakni sibuk untuk kaya). Ini seperti mengejar fatamorgana yang berujung pada kehampaan.


Untuk bahagia hiduplah dengan seimbang. Seimbang secara internal, yaitu punya waktu mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, spritual dan fisikal. Seimbang secara eksternal, yaitu punya waktu untuk menjalankan setiap peran-peran hidup kita dengan baik. 


Bahagia juga berarti selalu bersyukur, selalu istiqomah (konsisten), dan selalu memberi manfaat, sehingga akhir hidupnya husnul khotimah.


Bahagia adalah selalu berzikir kepada Allah (Qs. 13 ayat 28), yang berarti selalu ingat dan melaksanakan ajaran Allah. Wallahu'alam.