By. Satria hadi lubis
Peristiwa ditolaknya Ustadz Abdul Shomad (UAS) berlibur ke Singapura oleh pemerintah Singapura menimbulkan pro kontra di dalam negeri. Ada yang pro UAS dan menuntut agar pemerintah Indonesia bersikap lebih tegas kepada pemerintah Singapura yang bersikap Islamophobia. Ada juga yang kontra, bahkan senang dengan ditolaknya UAS oleh pemerintah Singapura dengan alasan UAS memang penceramah radikal dan intoleran.
Istilah "kadrun" (kadal gurun) kembali mengemuka. Seakan tanpa istilah kadrun tidak sah untuk membenci orang-orang yang dianggap radikal, intoleran, dan dianggap memakai kedok agama untuk tujuan politiknya.
Setahu saya, "kadrun" adalah istilah untuk menggantikan sebutan "kampret" bagi mereka yang tidak mendukung Presiden Jokowi di masa pemilu. Istilah kampret digantikan dengan kadrun mungkin sebuah strategi agar sasaran tembaknya lebih luas, yaitu kepada segala sesuatu yang berbau Arab. Dan secara tersirat mengandung makna kebencian terhadap Islam yang datang dari Arab, termasuk dalam penampilan dan syi'ar Islam seperti jenggot, gamis, jilbab, cadar, celana cingkrang, azan, dan lain sebagainya.
Bahkan sebagian mereka menarik garis yang lebih jauh bahwa kadrun identik dengan orang-orang radikal yang ingin mengubah negara Indonesia berdasarkan Pancasila menjadi negara khilafah.
Mengidentikkan sebagian umat Islam (yang ingin melaksanakan ajaran Islam secara sungguh-sungguh) dengan istilah kadrun adalah tindakan gegabah yang berbahaya. Identifikasi bodoh semacam ini hanya akan meruncingkan perpecahan antar anak bangsa.
Jangan-jangan penggunaan istilah kadrun adalah cara orang-orang yang tidak suka dengan kebangkitan Islam yang kini marak dimana-mana. Sebagai agama yang paling pesat pertumbuhannya di dunia, wajar jika ada yang takut dan membenci Islam dan umat Islam. "Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup" (Al Baqaroh ayat 217).
Istilah kadrun mungkin sengaja dibuat untuk menakut-nakuti umat Islam agar tidak beragama dengan kaffah (total) dan istiqomah (konsisten). MINDER menjadi muslim yang sebenarnya.
Istilah kadrun mungkin juga untuk menakut-nakuti kaum muslimin agar menjauhi pengajian-pengajian (ta'lim dan liqo'). Sebab ada tendensi untuk mencurigai orang yang rajin ngaji sebagai cikal bakal orang berpaham radikal dan berhak disebut kadrun. Padahal orang yang rajin ngaji justru merekalah yang paling getol memperbaiki diri. Merekalah agen of change perbaikan moral masyarakat Indonesia. Justru merekalah yang paling konsisten mempertahankan nilai-nilai Pancasila dalam praktek kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya, mereka yang jauh dari pengajian (baca : agama) justru yang paling getol bermaksiat, melakukan korupsi dan hedon terhadap nilai-nilai luhur Pancasila. Sebab mereka tidak rutin mengasah iman dan mempelajari ilmu kebenaran dan kebaikan yang didapat melalui pengajian-pengajian.
Jadi sebenarnya siapa yang merusak dan siapa yang membangun negeri ini?
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya. (Qs. Surat Al-Baqarah, Ayat 11-12).