Sabtu, 21 Mei 2022

KURANG AJAR KEPADA ORANG TUA

 


By. Satria hadi lubis 


Saya bersyukur karena dulu nurut kepada orang tua saat disuruh masuk Politeknik Keuangan Negara STAN, walau saya sebenarnya tak berminat. Namun karena ingin membahagiakan orang tua saya ambil pilihan tersebut.


Di kemudian hari saya baru sadar, gara-gara nurut orang tua tersebut hidup saya menjadi jauh lebih baik. Sebab selepas lulus dari STAN, saya terikat dinas menjadi PNS dan akhirnya menjadi dosen. 


Dengan bekerja sebagai PNS dan dosen, saya bisa hidup tenang tanpa kekurangan yang berarti. Dan yang lebih penting bisa mengembangkan bakat saya sebagai pendidik, penulis, pembaca, dan pegiat dakwah.


Coba kalau waktu itu saya gak nurut perintah orang tua, mungkin nasib saya tidak sebaik seperti saat ini. Alhamdulillah...


Sekarang ini banyak anak muda yang susah untuk nurut kepada orang tuanya. Bahkan ada anak yang bangga kalau bisa "memberontak" terhadap perintah orang tuanya. Milih sekolah sesukanya, milih jodoh seenaknya, milih kerjaan semaunya, bahkan milih agama juga sesuka hati. Pendapat dan perintah orang tua tak lagi diindahkan. Orang tua sampai menangis di tengah malam sambil munajat kepada Allah saking sedihnya. Stres mikirin anaknya yang durhaka dan menyakiti hatinya. 


Dengan alasan "ini kan hidup gue", "orang tua gue udah ketinggalan zaman, gak tau perubahan zaman", bahkan ada yang menyitir puisi Khalil Gibran "anakmu bukan milikmu (orang tua), tapi milik zamannya", banyak anak yang berani menentang perintah orang tuanya.


Dampaknya dapat kita lihat sendiri, banyak anak-anak muda sekarang yang susah hidupnya. Susah mencari kerja, susah mencari jodoh, sudah mendapat rezeki, dan kalau sudah berkeluarga anaknya juga bandel, kalau sudah punya pasangan disakiti terus hatinya. Hidupnya menjadi menderita seumur hidup.


Anehnya di antara mereka ada yang tak menyadari bahwa penyebab semuanya itu akibat dulu pernah menyakiti hati orang tuanya, tidak taat alias durhaka kepada orang tuanya. 


Mereka lupa dengan hukum kehidupan (sunnatullah) yang berlaku sepanjang zaman, yaitu barangsiapa durhaka kepada orang tuanya, maka hidupnya akan menderita, kecuali orang tuanya memaafkan dan si anak kembali berbakti kepada orang tuanya.


Benarlah Allah dengan firmannya :


"Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (Qs. 17 ayat 23).


Berkata "ah" (yang menandakan keberatan) saja tidak boleh, apalagi lebih durhaka daripada itu.


Benarlah Rasulullah saw dengan sabdanya :


"Ada dua pintu petaka yang disegerakan akibatnya di dunia, yaitu orang yang zalim dan durhaka kepada orang tua” (HR Al-Hakim).


Al-Hakim dan Al-Ashbahani meriwayatkan semua dosa akan ditunda oleh Allah hukumannya sampai hari kiamat nanti. Terkecuali mereka yang durhaka kepada ayah atau ibunya. Maka, Allah akan segera memberi hukumannya di dunia sebelum mereka meninggal.


Aisyah r.a. berkata Rasulullah SAW bersabda: “Amal kebajikan yang disegerakan balasannya di dunia adalah berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung tali silaturrahmi. Sedangkan kejahatan yang disegerakan siksaannya adalah berzina, durhaka kepada kedua orang tua, dan memutus silaturahim” (HR Imam Turmudzi dan Ibnu Majah).


Mengapa begitu besar petaka bagi anak yang durhaka kepada orang tuanya? Jawabannya sederhana, karena cinta makhluk yang tertinggi adalah cinta orang tua kepada anaknya. Orang tua rela berkorban harta, waktu, pikiran, hati, bahkan nyawa untuk merawat anaknya. Lalu ketika anak membalas cinta orang tuanya dengan kedurhakaan, maka murkalah Allah yang menjadi sebab kehadiran sang anak melalui perantara orang tuanya.


Oleh sebab itu, wahai anak muda... taatlah kepada orang tuamu. Meskipun perintahnya tak sesuai dengan keinginanmu, selama hal itu tak bertentangan dengan syariat Allah. 


Tidakkah engkau melihat korban-korban anak durhaka yang bergelimpangan di sekitarmu? 

Bukankah engkau sudah diajarkan oleh banyak pendidik dari kecil sampai dewasa secara berulang-ulang untuk selalu berbakti kepada kedua orang tuamu? Tidakkah engkau mengambil pelajaran? 


Maka janganlah engkau kurang ajar kepada orangtuamu. Sebab barang siapa yang durhaka kepada kedua orang tuanya, maka seumur hidup petaka akan datang silih berganti dari berbagai arah. Kalau tidak percaya buktikan sendiri. Demi Allah...! Saya melihat bukti itu dengan mata kepala saya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar