Senin, 30 Mei 2022

BUANGLAH "SAMPAH" PADA TEMPATNYA

 BUANGLAH "SAMPAH" PADA TEMPATNYA 


By. Satria hadi lubis


Beberapa kali tulisan saya di medsos dipersepsikan berbeda, sehingga ada orang yang tersinggung dan marah. 


Sering saya membalasnya untuk meluruskan mispersepsi tersebut, tetapi lebih sering lagi saya diamkan. Prinsip saya "tiga kali tektok". Satu kali saya balas, dia balas lagi, saya balas lagi, dan kalau dia balas lagi maka saya tidak akan membalasnya, walau kata-kata terakhirnya mungkin menyakitkan.


Bagi saya, medsos bukanlah tempat berdebat kusir. Apalagi sampai keluar kata-kata kasar bin sadis. Begitu banyak kemungkinan salah persepsi jika berdebat di medsos. Mendingan ketemu aja biar lebih jantan hehe, sekaligus mengecilkan resiko salah persepsi. Sebab tulisan sangat terbatas untuk memahami maksud seseorang.


Diamnya saya bukan berarti setuju atau "kalah" dengan kata-katanya di medsos. Namun jika seseorang memberimu sesuatu, tetapi kamu tidak mau menerimanya dengan diammu, menjadi milik siapakah pemberian itu? Tentu saja menjadi milik si pemberi itu. 


Begitu pula dengan kata-kata kasar jika tidak dilayani ia akan kembali menjadi miliknya. Dia harus menyimpannya sendiri. Dia tidak menyadari, bahwa nanti dia akan menanggung akibatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Energi yang muncul dari pikiran, perasaan, perkataan, atau perbuatan negatif hanya akan membuahkan penderitaan hidup bagi orangnya sendiri.


Sama seperti orang yang ingin mengotori langit dengan meludahinya. Ludah itu hanya akan jatuh mengotori wajahnya sendiri.


Nasehat bagi saya dan untuk sahabat semua, jika di luar sana ada orang yang marah-marah kepada kita, biarkan saja, karena mereka sedang menyebarkan SAMPAH HATI mereka. Jika engkau diam saja, maka sampah itu akan kembali kepada diri mereka sendiri. Tetapi jika engkau tanggapi, berarti engkau menerima sampah tersebut. Hatimu menjadi kotor seperti hatinya.


Hari ini begitu banyak orang yang hidup dengan membawa sampah di hatinya. Sampah kekesalan, sampah amarah, sampah kebencian, sampah dendam, sampah merasa diperlakukan tidak adil, dan lainnya. Sampah yang seharusnya dibuang di tempatnya, yakni di "tempat sampah hati", bukan dibuang sembarangan, seperti di medsos, di jalanan atau kepada sembarang orang. 


Dimanakah tempat yang tepat untuk membuang sampah hati ini? 


Di haribaan-Nya...

ketika engkau bersimpuh sujud sambil mengaduh, memohon, dan merenung mengapa hatimu gundah. Minta kepada Dia agar diberi kekuatan dan hikmah di balik rasa gundahmu. Yang akhirnya engkau menjadi IKHLAS dan MEMAAFKAN. Sebab sejatinya Ia telah memberimu jauh lebih banyak pertolongan dan nikmat daripada petaka. Dan tidak ada seorangpun yang bisa mencelakakanmu tanpa seizin-Nya hingga engkau lebih tawakal. 


Inilah saatnya bagiku, bagimu, dan bagi kita semua di saat ini untuk instrospeksi diri seberapa banyak sampah hati kita dan sudahkah kita bersihkan dengan cara menunduk patuh di haribaan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar