Rabu, 16 November 2022

BERSYUKUR ATAS APA YANG LUPUT

 

By. Satria hadi lubis 


BEBERAPA hari yang lalu ketika saya sedang berjalan kaki, sebuah batang pohon besar hampir menimpa saya. Batang pohon tersebut jatuh tepat di depan saya, hanya berjarak 1 meter. 


Saya perkirakan jika batang pohon besar itu menimpa kepala saya maka akan terjadi luka yang cukup parah. 


Namun alhamdulillah hal tersebut tak terjadi. Saya selamat dari kejadian tak terduga yang dapat membahayakan keselamatan saya.


Sering kita bersyukur atas apa yang didapat, tapi sering lupa bersyukur atas apa yang luput dari kita.


Jika direnungkan, betapa banyak kejadian tak terduga yang menyelamatkan kita dari marabahaya. 


Menyeberang jalan itu sebenarnya tidak aman, tapi beribu kali kita selamat.

Mengendarai motor atau mobil juga berbahaya, bayangkan jika tiba-tiba ada anak kecil yang nyelonong lari ke jalan.

Di rumah juga begitu, ibu-ibu yang masak berhadapan dengan api yang bisa membesar tiba-tiba tanpa diperkirakan.


Jadi sebenarnya setiap hari banyak sekali hal-hal yang membahayakan kita, tetapi luput menimpa kita karena penjagaan Allah SWT. 


"Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan (menolong makhluk-Nya). Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?" (Qs. 55 ayat 29-30).


Intinya, mari kita bersyukur lebih banyak terhadap apa yang luput dari kita. Tidak naif, yang hanya bersyukur terhadap apa yang kita dapat saja.


Bersyukur dengan cara : memuji kebesaran Allah atas apa pun yang kita alami, lalu menggunakan apa yang ada tersebut sesuai kehendak Allah. Inilah yang disebut bersyukur atas nikmat Allah SWT.


Tidak termasuk orang yang bersyukur jika menggunakan apa yang ada pada dirinya untuk bermaksiat (melanggar) aturan Allah SWT.


"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (Qs. 2 ayat 152).

RUMUS DISENANGI ORANG LAIN

 

Rumus disenangi orang lain adalah

3 S :

Senyum

Salam 

Sapa


Tapi lebih baik jika menerapkan 5S :

Senyum

Salam 

Sapa

Sopan 

Santun


Lebih baik lagi jika menerapkan 8S :

Senyum

Salam 

Sapa

Sopan 

Santun

Sama

Siapa

Saja


Dan semuanya tak akan tulus jika tidak ada SYUKUR.


Jadi, akhirnya rumus disenangi orang lain yang paling baik adalah 9S :

Syukur

Senyum

Salam 

Sapa

Sopan 

Santun

Sama 

Siapa

Saja

🙂

FOKUS KEPADA RIDHO ALLAH

 By. satria hadi lubis


Kita adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yg tidak mengenal kita.. 


Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita..


Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita..


Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh iri..


Kita adalah orang yang jahat di dalam tatapan orang-orang yang dengki..


Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah lelah agar tampak baik di mata orang lain..


Cukuplah dengan mencari ridha Allah bagi kita, sungguh mencari ridha manusia adalah tujuan yang tak kan pernah tergapai... 


Sedangkan ridha Allah adalah tujuan yang pasti sampai..


Maka tinggalkan segala upaya mencari keridhaan manusia, dan fokus saja pada ridha Allah...


ORIENTASI HIDUP

 

By. Satria hadi lubis


ADA orang yang hidup dengan masa lalunya.


Ada orang yang hidup dengan masa kininya.


Ada orang yang hidup dengan masa depannya.


Mana diantara mereka yang akan berhasil?


Jawabnya : Yang hidup dengan masa depannya.

Sebab hidup menjadi bergairah dan penuh harapan. Melangkah terus tanpa henti, meraih satu per satu cita-citanya dan...berhasil!


Jika pun tak berhasil, ia puas karena telah berusaha. Hidupnya bernilai karena yang penting telah usaha. Tak ada penyesalan ketika meninggalkan dunia ini.


Apalagi jika masa depan yang dibayangkannya adalah kesejahteraan negeri akhirat. Maka tak ada yang mampu mengalahkannya dan mematahkannya.


Sedang hidup dengan masa lalu adalah trauma. 


Jika masa lalunya indah, teruslah ia bernostalgia. 

Jika masa lalunya buruk, teruslah ia mendendam trauma.


Semuanya menguras energi yang tak perlu. Membuat ia bermimpi kosong atau menangis. Tumbuh dalam jiwa yang sakit dan rapuh.


Tapi yang penting hidup dengan masa lalu membuat ia lalai akan indahnya masa depan.


Hidup dengan orientasi masa kini juga berbahaya. Sebab mudah bersikap pragmatis dan egois. 


Jarang pahlawan muncul dari orang-orang yang orientasi hidupnya di masa kini. Justru yang muncul adalah para manipulator dan koruptor.


Itulah sebabnya Allah menurunkan ayat tentang taqwa yang mengaitkannya dengan orientasi hidup di masa depan. 


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya UNTUK hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan" (Qs. 59 : 18)


Bukan berarti mengingat masa lalu dilarang. Bukan berarti berbuat untuk masa kini tidak boleh. Tapi janganlah dijadikan orientasi yang mengubur cita-cita dan harapan. Membuat hidup mendendam akan masa lalu dan hedonis akan masa kini.


Hiduplah dengan masa depan. Sebab dari sana muncul orang-orang baik, para pahlawan dan para pemimpin besar. Yang rela mengenyampingkan egonya, bahkan menyerahkan jiwa raganya, demi kemaslahatan orang banyak. 


Demi mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan.

Untuk dirinya dan orang lain.

ANTARA NEKAT DAN TAKUT

 By. Satria hadi lubis


Kadang kita menghadapi dilema dalam hidup ini antara KETAKUTAN atau KENEKATAN, yang keduanya dilarang dalam Islam. 


Takut hanya kepada Allah, nekat tidak sesuai fiqh dakwah atau maqoshid syari'ah. Dan kedua sifat tersebut akan menghalangi kemajuan kualitas hidup kita.


Jalan terbaiknya adalah HATI-HATI. Masalahnya, kehati-hatian itu tak akan kita ketahui sebelum mencobanya.


Seperti hati-hati mengendarai mobil/motor, tak akan kita ketahui sebelum kita mencoba mengendarai sebuah mobil/motor.


Namun jika direnungkan lebih dalam lagi, mana yang lebih besar dosanya dan bahayanya antara takut dan nekat? Maka jawabannya lebih besar dosanya takut. Sebab takut kepada selain Allah itu melanggar aqidah (Tauhid), sebagai dasar ajaran Islam.


"Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit" (Qs. 5 ayat 44).


Dosa terbesar itu adalah melanggar Tauhid, bahkan orang kafir itu masuk neraka gara-gara tidak bertauhid.


Sedang nekat itu "hanya" melanggar ketidakpatutan dalam menjalankan agama. Jadi dosa nekat itu lebih kecil daripada dosa kalau kita takut kepada selain Allah.


Itulah sebabnya rata-rata orang sukses itu, seperti para Nabi, pemimpin besar, pengusaha sukses dan para pahlawan. Lebih punya kenekatan daripada ketakutan.


Jika dibuat bagan sederhana seperti yang tertera di bawah ini..👇. Sikap hati-hati lebih condong sedikit ke nekat daripada ke takut.


Wallahu'alam

JANGAN KELAMAAN MENUNDA MENIKAH, BAHKAN TIDAK MAU MENIKAH


By. Satria hadi lubis


MAKIN banyak saja orang yang tidak mau menikah di zaman sekarang ini. Di Eropa, Amerika dan Jepang fenomena ini sudah lama terjadi. Mereka lebih suka memelihara anjing atau binatang lainnya daripada menikah. Di Indonesia, fenomena ini mulai trend. Beberapa anak muda bertekad untuk tidak mau menikah. Alasannya macam-macam, mulai dari trauma melihat pernikahan orang lain sampai merasa tidak mau terikat kebebasannya.


Memang menikah dan memiliki keluarga banyak ujian dan tanggung jawabnya, tapi menjomblo seumur hidup atau menunda pernikahan jelas lebih banyak ruginya daripada untungnya. 


Beberapa kerugian dari tidak mau menikah atau menunda menikah adalah :


1. Menimbun dosa zina.

Sebagai manusia normal, lelaki dan perempuan tentu membutuhkan pelampiasan seksual. Semakin lama tidak menikah, semakin besar peluangnya menyalurkan kebutuhan seksual dengan jalan haram. Mulai dari zina hati, tangan, sampai zina kelamin. Dosa zina itu akan bertumpuk dari tahun ke tahun menjadi sebuah dosa besar yang mungkin sulit dihapuskan dengan  kebaikan yang lain.


2. Kesepian.

Mereka yang sendirian tentu akan lebih mudah kesepian daripada mereka yang punya pasangan. Yang punya pasangan saja kadang merasa kesepian jika pasangannya pergi atau lagi tidak harmonis, apalagi yang jomblo. Fitrah manusia untuk berpasangan-pasangan demi mengatasi rasa kesepian yang tak bisa diganti dengan kesibukan kerja, asyik nongkrong atau melampiaskan hobi. 


"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya lah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Qs. 30 ayat 21).


3. Kehilangan momentum didoakan anak.

Semakin lama tidak menikah, semakin lama juga kita kehilangan kesempatan untuk didoakan oleh anak-anak kita. Padahal sebagian rezeki dan keselamatan yang kita dapatkan justru datang dari doa anak-anak kita. Mungkin hidup mereka yang jomblo akan lebih baik jika diiringi oleh doa dari anaknya. 


Kelak kalau sudah meninggal juga akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan satu dari tiga pahala yang tidak akan terputus, yaitu doa dari anak (yang sholih).


"Diangkat derajat mayat seseorang setelah meninggalnya, lalu berkata, " Wahai Tuhanku apa yang terjadi ? Lalu dikatakan, " Anakmu memohonkan ampunan untukmu" (H. R. Bukhari).


4. Lambat dewasa.

Mereka yang tidak mau menikah atau yang kelamaan menunda untuk menikah menunjukkan kepribadian yang egois. Mereka hanya mementingkan dirinya sendiri, mementingkan hawa nafsu pribadi semata. Orang yang semacam ini berarti tidak dewasa. Childish-nya kelamaan.


5. Tidak punya keturunan.

Mereka yang tidak mau menikah tentu tidak punya darah daging yang akan melanjutkan namanya atau nama marganya. Kehadirannya di bumi akan lenyap bersamaan dengan usianya yang habis. Keberadaannya tak akan dikenang oleh anak cucunya. Padahal di yaumul qiyamah Rasulullah saw akan bangga dengan umatnya yang banyak keturunannya.


"Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya) dan yang dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-umat (yang terdahulu)” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim dari jalan Ma’qil bin Yasar).


Oleh karena itu, segeralah menikah dan jangan punya pikiran buruk untuk tidak mau menikah. Nanti kalau sudah tua dan daya tarik telah berkurang baru menyesal kenapa dulu tidak segera menikah. Sedang mencari jodoh sudah semakin sulit dilakukan. Wallahu'alam.

KETENARAN DAN KEBENARAN

 


By. Satria hadi lubis 


Jangan takut kehilangan populeritasmu untuk menegakkan kebenaran. 


Karena kebenaran menyelamatkanmu di depan Sang Pencipta.


Populeritas melenakanmu di depan manusia sampai lupa diri.


Itulah sebabnya para ulama takut dengan populeritas.


Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Wahai hamba Allah, sembunyikanlah selalu kedudukan muliamu. Jagalah selalu lisanmu. Minta ampunlah terhadap dosa-dosamu, juga dosa yang diperbuat kaum mukminin dan mukminat sebagaimana yang diperintahkan padamu.”


Abu Ayub As Sikhtiyani mengatakan, “Seorang hamba sama sekali tidaklah jujur jika keinginannya hanya ingin mencari ketenaran.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 276.)


Ibnul Mubarok mengatakan bahwa Sufyan Ats Tsauri pernah menulis surat padanya, “Hati-hatilah dengan ketenaran.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 277.)


Daud Ath Tho’i mengatakan, “Menjauhlah engkau dari manusia sebagaimana engkau menjauh dari singa.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278) Maksudnya, tidak perlu kita mencari-cari ketenaran ketika beramal sholih.


Imam Ahmad mengatakan, “Beruntung sekali orang yang Allah buat ia tidak tenar.” Beliau juga pernah mengatakan, “Aku lebih senang jika aku berada pada tempat yang tidak ada siapa-siapa.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278)


Dzun Nuun mengatakan, “Tidaklah Allah memberikan keikhlasan pada seorang hamba kecuali ia akan suka berada di jubb (penjara di bawah tanah) sehingga tidak dikenal siapa-siapa.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278)


Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Rahimahullahu ‘abdan akhmala dzikrohu (Moga-moga Allah merahmati seorang hamba yang tidak ingin dirinya dikenal (tenar)” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 280)


Basyr bin Al Harits Al Hafiy mengatakan, “Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar kecuali berangsur-angsur agamanya pun akan hilang. Silakan jika ketenaran yang dicari. Orang yang ingin mencari ketenaran sungguh ia kurang bertakwa pada Allah.” Suatu saat juga Basyr mengatakan, “Orang yang tidak mendapatkan kelezatan di akhirat adalah orang yang ingin tenar.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 284).


Semoga kita terlindung dari ketenaran yang melenakan. Ketenaran tanpa makna.

MEMBACA AL QUR'AN SAMBIL MENANGIS

 By. Satria hadi lubis


Suatu ketika Nabi SAW berkata kepada Abdullah bin Mas'ud ra, "Bacalah al Qur'an untukku."


Maka aku menjawab, "Wahai Rasulullah, bagaimana aku membacakan Al Qur’an untukmu, bukankah Al Qur’an diturunkan kepadamu?"


Nabi SAW bersabda, "Aku suka mendengarnya dari selainku."


Lalu aku membacakan untuknya surat An Nisa' hingga sampai pada ayat (yang artinya), 'Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).' (QS. An Nisa' ayat 41).


Beliau berkata, "Cukup."


Maka aku menoleh kepada beliau, ternyata kedua mata beliau dalam keadaan bercucuran air mata" (HR. Bukhari no. 4582 dan Muslim no. 800).


Dari hadist di atas, kita dapat mengambil hikmah bahwa manusia sempurna yang sudah dijamin masuk surga saja menangis karena mendengar ayat suci Al-Qur’an dibacakan. Sebagai muslim sudah semestinya kita mengikuti jejak beliau. Ketahuilah bahwa takut kepada Allah dan menangis saat membaca Al-Qur’an merupakan sifat yang terpuji. 


“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah” (QS. Az Zumar: 23).


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfaal: 2).


Rasulullah SAW pun bersabda, "Sungguh Al-Qur’an ini turun dengan kesedihan, maka jika kalian membacanya, menangislah. Jika kalian tidak dapat menangis, maka berusahalah (paksa) untuk menangis” (HR. Ibnu Majah).


Jika kita tidak bisa menangis ketika membaca al Qur'an atau karena takut kepada Allah, maka hal tersebut menunjukkan kerasnya hati kita. 


Anehnya mereka yang tidak bisa menangis karena membaca al Qur'an atau takut kepada Allah justru bisa menangis ketika disakiti orang lain atau ketika kehilangan sesuatu, baik materi maupun orang yang disayangi. Bahkan ada yang bisa menangis karena patah hati ditinggal pacar. Sedangkan pacaran itu sendiri terlarang dalam Islam.


Oleh karena itu, agar bisa menangis ketika membaca Al-Qur’an renungilah dengan sungguh-sungguh makna yang terkandung di dalamnya agar ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca tersebut berpengaruh terhadap hati kita. Dengan menangis karena takut kepada murka dan siksa Allah merupakan ibadah yang bisa membuat kita benar-benar menjaga diri dari perbuatan maksiat dan dosa. 


Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam (jihad) di jalan Allah” (HR. Tirmidzi (1639), disahihkan Syaikh Al-Albani dalam Sahih Sunan At-Tirmidzi (1338).



SIAPA YANG LEBIH DISAYANGI? AYAH ATAU IBU?



By. Satria hadi lubis 


“Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab, “ Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” “ Ibumu” “ Siapa lagi?” “ Ibumu” “ Siapa lagi” “Bapakmu” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).


Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari mengutip pendapat Ibnu Battal tentang alasan Nabi Muhammad SAW mengulang kata 'ibu' tiga kali. Menurut Ibnu Battal, hal ini disebabkan karena sosok ibulah yang menanggung tiga kesulitan yakni ketika mengandung, melahirkan, dan menyusui.

Tiga hal inilah yang harus ditanggung sendirian oleh seorang ibu. Sementara sang ayah ikut serta mendidik anak bersama-sama dengan ibu.


Hadits ini sering disalahartikan bahwa kasih sayang dan cinta seorang anak kepada ibunya harus lebih besar 3x dibanding kepada ayahnya. Ada juga yang menganggap bahwa seorang anak harus lebih nurut kepada ibunya dibanding kepada ayahnya. Bahkan yang lebih parah lagi ada yang menganggap bahwa kepada ibu tidak boleh melawan, tetapi kepada ayah boleh (sesekali) melawan, karena ibunya harus diperlakukan 3x lebih baik daripada ayahnya. 


Pengertian semacam tersebut tentu saja keliru. Bukankah al Qur'an mengatakan bahwa kedua orang tua perlu diperlakukan sama? Yaitu harus dipatuhi dan tidak boleh mendurhakai KEDUANYA?


"Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" (Qs. 29 ayat 8).


"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (Qs. 17 ayat 23).


Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda bahwa seorang anak itu milik bapaknya, bahkan hartanya juga milik bapaknya. Hadits ini ingin memberikan pesan yang kuat bahwa seorang anak harus taat dan tidak boleh durhaka kepada ayahnya. 


Dari Jabir bin Abdillah, ada seorang berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta dan anak namun ayahku ingin mengambil habis hartaku.” Rasulullah bersabda, “Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu” (HR. Ibnu Majah, no. 2291, dinilai sahih oleh Al-Albani).


Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang anak harus menyayangi kedua orang tuanya sama besarnya dan tidak boleh seorang anak mencintai salah satunya lebih tinggi daripada yang lainnya. Begitu pun dalam hal kepatuhan, perlu sama-sama dipatuhi, baik untuk ibu maupun ayahnya. Bukan lebih patuh kepada ibunya, tapi kepada ayah sering melawan. 


Alasan lain bahwa kedua orang tua perlu diperlakukan sama adalah karena kewajiban mendidik anak di dalam Islam adalah kewajiban kedua orang tua, bukan hanya kewajiban ibunya saja atau ayahnya saja. Sehingga wajar jika "imbalan" yang didapat juga sama besar untuk keduanya.


Untuk ayah....

Kami, anakmu, ingin mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala pengorbanan ayah selama ini dalam membesarkan kami, anak-anakmu.  


Maafkan kami yang belum bisa memenuhi semua harapan baikmu. 


Di dalam diammu, engkau bersusah payah menanggung semua ulah kami, anakmu. 


Engkau terlihat tegar di mata kami, anakmu

Karena begitulah pria sejati

tertawa dan menangis di dalam dadanya

Sambil meminta agar kami lebih menyayangi ibu kami


Ayah...

Engkau adalah pecinta tanpa pamrih 

Pahlawan dalam diam bagi kami, anak-anakmu.

Senin, 07 November 2022

ATAS NAMA CINTA


Wahai hamba-Ku..


Bahwasanya Aku mendapati diri-Ku malu kepada engkau

Yang mengangkat tangannya sambil berkata : 


Ya Robb... 


Yaa Robb...


Ampuni aku...


Ampuni..


Maka aku menjawab seruan hamba-Ku..


Walau malaikat berkata : bahwasanya dia bukan hamba yang harus Kau ampuni


Maka Aku berkata : 

Akan tetapi Aku adalah sumber ketaqwaan dan sumber pengampunan...


Aku bersaksi atas kalian wahai malaikat ...bahwa aku telah mengampuni hamba-Ku


Ketahuilah...bahwasanya jika seorang hamba mengangkat kedua tangannya ke langit


Sementara dia adalah orang yang bermaksiat, lalu dia memanggil Tuhannya :


Yaa Robbi....Yaa Tuhanku 


Maka Aku akan menjawab :


Labbaika abdi...

Aku menyambut panggilanmu... wahai hamba-Ku


Labbaika abdi

Aku menyambut panggilanmu wahai hamba-Ku..


Wahai anak-anak Adam..

Aku menciptakan engkau dengan kedua tangan-Ku

Dan aku membimbingmu dengan nikmat-ku

Maka apakah Aku tidak akan mempedulikan-Mu??


Walau engkau menyimpang dari-Ku dan bermaksiat pada-ku

Tapi bila engkau kembali pada-Ku..

maka aku akan memberimu taubat


Maka dimana lagi engkau dapat menemukan Tuhan seperti diri-Ku??


Aku adalah Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang


Hamba-Ku..aku mengeluarkanmu dari ketiadaan menjadi ada

Dan aku menciptakan untukmu pendengaran, penglihatan dan akal


Wahai hamba-Ku..


Wahai hamba-Ku..


Aku telah menyembunyikan aibmu sementara engkau tidak takut kepada-Ku


Aku mengingatmu sementara engkau lupa terhadap-Ku

Bagaimana aku tidak mengingatmu jika rezekimu Aku yang tanggung


Aku malu terhadapmu jika Aku tidak memberikan nikmat kepadamu, sementara engkau tidak malu terhadap-Ku??


Siapakah lagi yang lebih dermawan daripada-Ku?


Adakah seorang hamba yang mengetuk pintu-Ku lantas tidak aku buka?


Adakah seorang hamba yang meminta kepada-Ku lantas Aku tidak memberinya?


Apakah Aku pelit kepada hamba-Ku, sehingga hamba-Ku pelit kepada-Ku??..😢


Ya Robb...Dzat yang memanggilku :


Wahai jiwa yang tenang.

 

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

 

Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,

 

masuklah ke dalam surga-Ku.


Wahai Robb....yang keutamaan-Nya selalu tercurah atas hamba-hambanya.. 


Wahai Zat yang membentangkan kedua tangan-Nya dengan pemberian-Nya.. 


Wahai Zat yang memiliki pemberian-pemberian yang luhur 


Maka ampunilah aku..😭


Dan berilah kepadaku rezeki berupa kehidupan yang ridho dan diridhoi.


By. Satria hadi lubis (disunting dari hadist qudsi)


MENJADI PEJUANG KEMANUSIAAN ATAU PEJUANG ISLAM?

 

By. Satria hadi lubis 


ADA yang bertanya kepada saya, bukankah lebih baik kita memperjuangkan kemanusiaan daripada memperjuangkan Islam? Sebab memperjuangkan kemanusiaan itu lebih luas dan universal, sedang memperjuangkan Islam itu sempit hanya untuk golongannya sendiri (eksklusif dan sekterian)?


Saya jawab : memperjuangkan Islam itu justru lebih luas dan inklusif daripada memperjuangkan kemanusiaan (humanisme).


Alasannya :


1. Memperjuangkan kemanusiaan itu tidak jelas konsepnya. Setiap orang bisa berbeda-beda memahami kemanusiaan (humanity), sehingga konsep kemanusiaan itu sebenarnya absurd dan subyektif. Sebaliknya, memperjuangkan Islam itu jelas konsepnya, yaitu al Qur'an dan Hadits, sehingga lebih ajeg dan objektif.


2. Memperjuangkan kemanusiaan itu jangkauannya dunia saja. Ganjarannya juga duniawi. Apalagi jika motivasinya tidak ikhlas. Sebaliknya, memperjuangkan Islam itu jangkauannya dunia-akhirat. Ganjarannya juga dunia-akhirat. Ada pahala yang didapatkan, jika ikhlas mencari ridho Allah.


3. Memperjuangkan kemanusiaan itu fokusnya hanya kesejahteraan manusia. Sebaliknya, memperjuangkan Islam itu fokusnya alam semesta (menjadi rahmat bagi semesta alam) yakni memperjuangkan kesejahteraan semua makhluk : manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, sumber daya alam, dan lain-lain.


4. Memperjuangkan kemanusiaan bisa jadi akan menghancurkan eksistensi agama. Apalagi jika pejuangnya berideologi atheisme/komunisme. Sebaliknya, memperjuangkan Islam justru akan mempertahankan eksistensi semua agama. Sebab Islam melarang tindakan intoleransi terhadap keberadaan agama lain.


Kesimpulannya, memperjuangkan Islam lebih luas cakupannya daripada memperjuangkan kemanusiaan ansich. Memperjuangkan Islam manfaatnya juga untuk seluruh umat manusia dan alam, bukan hanya demi kepentingan kaum muslimin saja (menjadi rahmat bagi semesta alam). Keliru jika ada yang berpendapat memperjuangkan Islam itu eksklusif, sekterian, sempit, dan intoleran terhadap keberadaan agama lain.


Oleh karena itu, jadilah pejuang (mujahid) Islam....wahai saudaraku.


Hidup ini hanya sekali. Jangan bersikap bodoh dengan tidak menjadi pejuang Islam. Apalagi tidak menjadi pejuang apapun. Yang notabone berarti tidak mendapatkan apapun, kecuali kesenangan diri semata (hedonisme). Cepat atau lambat kita akan pulang ke kampung akhirat. Dan disana yang berlaku hanyalah PAHALA dan RAHMAT ALLAH yang diberikan kepada orang-orang beriman.


Menjadi pejuang kemanusiaan belum tentu membuat sukses di dunia dan akhirat. Namun menjadi pejuang Islam sudah pasti membuat  kesuksesan di dunia dan akhirat (jika disertai keikhlasan). 


"Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. (Jika kamu berlaku demikian) niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (di dunia). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin" (Al Qur'an, surah as Shof ayat 10-13).

BAJU TAHANAN BUKAN UNTUK UMMI

 


Ummi....abi kaget lihat foto ummi pakai baju tahanan dipajang bak penjahat di depan publik hari ini


Ketika mengantar makanan untuk ummi walau tanpa bisa ketemu, abi lihat sih ada yang pakai baju tahanan terus abi mikir, "Apa ummi nanti bakal pakai baju tahanan ya ketika dibesuk abi?"


Wah kalau begitu abi gak mau ah lihat ummi pakai baju tahanan 

Kan ummi bukan penjahat, bukan teroris, bukan koruptor juga


Ummi kan ustadzah...

Ummi kan lebih baik daripada abi

Ummi kan ibadahnya lebih banyak dari abi...

Ummi kan lebih banyak dakwahnya daripada abi


Itulah yang membuat abi belum rela ketemu ummi sampai sekarang

Takut ummi dibawa keluar pakai baju tahanan

Baju tahanan yang tak pantas buat ummi


Abi egois ya mi....maaf ya mi...walau kangen tapi abi tekan selama ini karena gak mau lihat ummi pakai baju tahanan


Namun hari ini abi lihat umi pakai baju tahanan

Bukan hanya di depan abi

Tapi di depan publik bersama tahanan lain yang juga tak pantas memakai baju tahanan 


Abi kaget lihat ummi dipajang seperti itu....direndahkan seperti penjahat

Sedih rasanya.. 

Gak nyangka koq bisa begitu ya perlakuan polisi yang waktu ke rumah nangkap ummi kita sambut dengan ramah dan koperatif


Semoga besok-besok kita bisa ketemu ya mi...

Abi udah gak takut lagi ketemu ummi pakai baju tahanan

Karena abi hari ini sudah lihat ummi dipermalukan di depan publik tapi ummi tetap tabah 


Abi yakin...dibalik masker ummi...ummi tetap zikir meminta kekuatan dari Allah seperti yang biasa ummi lakukan kalau kita sedang bersama

Ummi tetap cantik koq...walau hanya mata ummi yang abi lihat...hehe


Yang tabah ya mi...

Kan ummi gak salah

Ummi hanya korban hoax

Allah bersama orang-orang yang baik seperti ummi


By. Satria hadi lubis

(Suami Ustadzah Kingkin Anida)


# Tulisan yang akan abi sampaikan kalau besok ketemu ummi

KASIH MANUSIA SEPANJANG MALAM


Allah mengasihi manusia kapan saja dan dimana saja. Bahkan terhadap orang yang kurang ajar sekali pun kepada Dirinya, Allah tetap memberikan kasih-Nya. Mereka tetap gratis menghirup udara dan diberikan rezeki, contohnya. 


Sebaliknya, kasih manusia sepanjang malam. Singkat dan tak dapat diterka, seperti gelapnya malam. Kasih manusia seringkali bersyarat dan pamrih.


Karena itu, jangan berharap terlalu banyak kepada manusia. Bahkan terhadap manusia yang baik dan hebat sekali pun. Mereka suatu waktu bisa mengecewakanmu.


Berharaplah kepada kasih Allah yang tak lekang oleh waktu dan jaman. Berharaplah dengan cara beribadah dan berbuat baik untuk-Nya. Bukan untuk manusia.


"Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya"(Qs. 2 ayat 207).


By. Satria hadi lubis

REZEKI ANDA YANG MANA?

 


By. Satria hadi lubis 


REZEKI bukan hanya berupa harta benda saja. Rezeki juga melingkupi semua pemberian Allah kepada makhluq-Nya untuk menunjang kehidupannya. Rezeki bisa juga berupa waktu, kesehatan, kecerdasan, teman, tetangga yang baik dan masih banyak lagi yang lainnya.


Ada empat golongan manusia dalam kaitannya dengan rezeki :


1. Manusia yang berusaha secara maksimal untuk mendapatkan rezeki, sambil terus beribadah dan berdoa yang banyak.


Inilah sebaik-baiknya manusia di sisi Allah. Dengan syarat jika usahanya halal dan ibadahnya khusyu'.


Manusia golongan ini rezekinya berkah dan bisa datang dari arah yang tak disangka-sangka (ajaib). Hal itu karena ia menempuh semua jalan bumi dan langit dengan sungguh-sungguh.


Apakah orang golongan pertama ini pasti kaya harta? Belum tentu juga. Kaya atau miskin tak jadi soal baginya. Jika kaya ia tidak bermewah-mewahan. Jika miskin ia tetap bersangka baik kepada Allah. Cukuplah baginya apa yang ditakdirkan Allah. Ikhlas dan bahagia sudah hidupnya.


Namun jika usaha maksimalnya tersebut dicemari dengan keharaman, maka jadilah ia manusia fasik. Atau istilahnya STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan terus). Rezekinya bisa berubah dari berkah menjadi tidak berkah. Cepat habis dan boros.


2. Manusia yang berusaha untuk mendapatkan rezeki secara maksimal, namun kurang dalam ibadah dan doa.


Orang ini jauh dari Allah, mungkin juga tidak mengenal agama (Islam KTP). Orang yang kafir juga termasuk dalam golongan ini.


Mereka bisa menjadi kaya harta atau tetap miskin semata-mata tergantung pada keahlian dan peluang rasional yang ada di depannya.


Nilai rezekinya biasa-biasa saja, bahkan bisa tidak berkah jika usaha yang dilakukannya tidak halal.


Orang kafir dan muslim KTP yang kaya raya dan semakin lupa kepada Allah termasuk golongan ini. Mereka disebut Istidraj. "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” (Qs. 6 ayat 44).


3. Manusia yang kurang usahanya dalam mendapatkan rezeki, namun banyak ibadah dan berdoa kepada Allah.


Orang dalam kategori ini peluang kayanya fifty fifty, tergantung dari kehendak Allah. 


Mengapa ia bisa kaya walau usahanya belum maksimal? Sebab usaha sebenarnya tak ada hubungannya dengan rezeki. Rezeki adalah rahasia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa saja. 


Orang dalam golongan ini hidupnya ajaib. Sebab usaha belum maksimal tapi rezekinya sudah datang dari arah tak disangka-sangka dikarenakan kedekatannya dengan Allah. 


Jika usaha yang tidak maksimal tersebut diiringi dengan cara-cara yang haram, maka berlaku ketentuan seperti golongan pertama. Rezekinya menjadi tidak berkah. Cepat habis dan boros.


4. Manusia yang kurang berusaha, sekaligus kurang/tidak beribadah dan berdoa kepada Allah.


Orang semacam ini akan sulit mendapatkan rezeki karena semua pintu ia tutup sendiri.


Hidupnya susah, bahkan menjadi beban orang lain. Inilah seburuk-buruknya manusia. Sebab sudah tidak berusaha, tidak ibadah lagi. Jika pun ada yang kaya harta maka itu juga merupakan hukuman istidraj dari Allah.


Orang semacam ini perlu diberi motivasi agar rajin ibadah dan berusaha, serta diberikan keterampilan agar bisa merubah nasibnya.


Lalu...termasuk yang manakah Anda?


SENSITIF TERHADAP KEPENTINGAN ORANG LAIN

 

By. Satria hadi lubis 


Ada bapak-bapak parkir mobil seenaknya di jalan kecil, sehingga merepotkan pengendara lain. Ada anak remaja parkir motor di depan pintu pagar rumah orang lain. Ada emak-emak yang dengan tenang mengendarai motor di tengah jalan ramai seakan ia sedang tafakur alam.


Saudaraku...salah satu ciri kedewasaan seseorang adalah sensitif terhadap urusan orang lain. Mulai dari yang "kecil" seperti fenomena yang saya sebutkan di atas.


Contoh lain yang menunjukkan kurang sensitifnya seseorang terhadap kepentingan orang lain di area publik adalah :


-Naik eskalator jangan berdiri di tengah. Siapa tahu ada yang terburu-buru ingin mendahului kita.

-Biasakan untuk antri. Jangan main serobot dan pura-pura gak tahu.

-Nyalakan lampu sein kendaraan Anda jika ingin pindah jalur atau berbelok.

-Di tempat makan, jangan bercanda dan tertawa terlalu keras.

-Kalau berjalan berombongan, jangan sampai menutupi jalan.

-Di lift, yang masuk pertama jangan berdiri di depan pintu lift, sehingga menghambat orang lain yang akan masuk.

-Buang sampah jangan sembarangan. Apalagi membuang sampah melalui jendela mobil.

-Dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.


Intinya, mari kita tingkatkan sensitivitas dan kepedulian kita terhadap kepentingan orang lain.


Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).

KASIH IBU SEPANJANG JALAN, KASIH ANAK SEPANJANG GALAH

By. Satria hadi lubis

Orang tua asal kemana-mana selalu ingat kepada anaknya. "Pulang mau dibelikan apa ya?", "Anakku lagi apa ya?" Jika anaknya terlambat pulang selalu ditanya, "Kamu dimana nak?".


Beda dengan anak, mungkin sampai usia 10 tahunan masih ingat dan mencari-cari ayah ibunya. Setelah itu mulai sibuk dengan berbagai agenda. Ingat orang tua makin jarang.


Ketika anaknya sudah dewasa dan sibuk dengan karirnya, orang tua makin tersisih dalam ingatan anak-anaknya. Sebaliknya, orang tua makin ingat, selalu kangen kepada anak-anaknya.


Seperti titah pepatah, "Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.


Jika orang tua tak pandai mengolah rasa dan terus menerus merasa kesepian, bertepuk sebelah tangan dalam kangen, maka bisa berdampak menggerogoti kesehatan mental dan fisiknya. 


Apalagi jika anak belum sesuai harapannya : belum menjadi anak yang sholih (yang mendoakan kedua orang tuanya dan belum dekat dengan Allah).


Terbayang sudah kesulitan menjawab pertanyaan Allah nanti di yaumil hisab. 


Jika orang tua tak pandai mengelola rasa, ia akan semakin bermutu (bermuka tua) melebihi usianya. Bisa-bisa orang tua menua dalam ketidakbahagiaan. 


Namun kata sudah habis, nasehat sudah lemah, tubuh sudah ringkih, mereka hanya bisa menatap diam memendam lara doa. 


Berharap suatu ketika anaknya berubah semakin bertaqwa, agar bisa berkumpul bersama di surga kelak dalam kebahagian abadi.


وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا


"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar" (al Qur'an, Surat An-Nisa', Ayat 9).


BERMAIN-MAIN DALAM KEALPAAN


By. Satria hadi lubis 


BERAPA banyak mereka yang tak sadar bahwa Allah SWT menyayanginya. 


Diberikan-Nya hampir semua yang ia mau.


Namun Allah Maha Hikmah, sehingga apa yang diberikan-Nya disamarkan dalam selubung usaha yang masuk akal bagi para penerima nikmat-Nya.


Sehingga sang penerima nikmat, jika tak mau merenung sebentar saja, menjadi lupa siapa yang sebenarnya selama ini menjaganya dalam nikmat.


Padahal jika ia tahu kesibukan-Nya menjaga hamba-hamba-Nya maka ia akan berucap seperti Sang Nabi yang beribadah terus-terusan dengan dalih "Bukankah aku layak bersyukur?"


Padahal jauh lebih banyak bencana yang Ia elakkan dari dirinya dalam setiap detik, sehingga musibah yang ia terima jauh lebih sedikit daripada seharusnya.


Rabb....betapa naifnya kami yang tak mampu mengambil hikmah dari kasih-Mu.


Kami bermain-main dengan kealpaan kami dalam menyembah-Mu. Hingga waktu terus berlalu tanpa pernah kami sadar untuk kembali kepada-Mu.


Hingga tinggal penyesalan yang tersisa ketika semua mata terbelalak melihat kebesaran-Mu yang Engkau singkap di dunia lain, di alam barzakh dan alam akhirat.


Ya Robb...Padahal kami tahu perintah-Mu untuk menyembah-Mu semata-mata demi kebahagiaan dan keselamatan kami. 


Padahal Engkau hanya minta agar kami pandai mengambil hikmah dengan kekuatan akal dan hati kami yang telah Engkau berikan.


Sedang Engkau tak butuh apapun dari semesta alam ini.


Mungkin jika "kesabaran-Mu" telah habis, maka yang tinggal adalah kehilangan, yang terlambat kami sadari.


"Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan" (Qs. Az Zumar ayat 67).