By. Satria Hadi lubis
Belum pernah ada di zaman melek medsos saat ini sebuah derita massal hanya bisa ditonton oleh masyarakat dunia, tanpa ada satu pun yang bisa mencegahnya.
Dulu
genosida juga terjadi, di Andalusia (Spanyol), di Indian (Amerika), di Aborigin (Australia), dan tempat-tempat lainnya.
Tapi waktu itu medsos belum ada, sehingga derita mereka tak ditonton masyarakat dunia setiap hari.
Di Gaza, derita rakyat Palestina akibat kebengisan Israel ditonton setiap hari.
Namun semua negara seakan sudah dijajah oleh Israel karena tunduk dengan keras kepalanya pemimpin Israel yang berambisi memusnahkan bangsa Palestina.
Mayoritas masyarakat dunia "hanya" bisa bersedih, empati dan berdoa. Paling banter "hanya" menyumbang makanan dan logistik untuk rakyat Palestina.
Banyak orang yang kesal dan marah melihat sikap para pemimpin dunia yang hanya bisa menghimbau seakan takut dengan pemerintah Israel.
Tapi hanya Aaron Bushnell yang kekesalannya sampai di ubun-ubun.
Rasa sedihnya sudah mencabik-cabik perasaannya.
Sebagai manusia yang punya hati nurani, ia geram dan frustasi melihat lumpuhnya pemimpin dunia, termasuk Amerika, negaranya sendiri yang lemah untuk menghentikan kekejaman Israel.
Aaron Bushnell, seorang tentara aktif Angkatan Udara Amerika, nekad membakar dirinya di depan Kedubes Israel, Washington pada Ahad, 25/2/2024 kemaren.
Aaron akhirnya meninggal dunia dan meninggalkan pesan tentang rasa malu dan rasa bersalah. Negaranya sendiri ikut andil memusnahkan sebuah bangsa, Palestina.
Jiwa kemanusiaannya tergugah, melampui ras, bangsa, dan agamanya.
Ia mati dengan menahan rasa sakit yang luar biasa akibat luka bakarnya. Tapi ia meyakini seperti pesannya sebelum kematiannya, bahwa rasa sakitnya tak seberapa dibandingkan rasa sakit jutaan rakyat Palestina yang selama puluhan tahun diperlakukan seperti binatang oleh Israel. Dikurung di penjara besar Gaza dan Tepi Barat dengan akses terbatas untuk dibunuh, disiksa, dan dijajah habis-habisan.
Protes Aaron yang sampai tega membakar dirinya demi membela Palestina, mengagetkan masyarakat dunia yang masih punya hati nurani.
Walau tindakan ekstrimnya membakar diri dilarang agama mana pun, tapi banyak yang simpatik, respek, sekaligus malu melihat keberanian Aaron Bushnell.
Aaron mati demi menghidupkan hati nurani dunia.
Demi menghentakkan kesadaran para pemimpin dunia yang selama ini asyik beretorika tentang kemanusiaan, tapi diam saja dan takut dengan penjajah Israel.
Aaron telah berhasil mempermalukan mayoritas masyarakat dunia yang tak serius menunjukkan pembelaannya terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Aaron telah berhasil mempermalukan kaum muslimin di seluruh dunia yang semestinya paling wajib membela saudaranya di Palestina.
Aaron mengorbankan dirinya atas nama kemanusiaan dan hati nurani yang mati, ketika setiap hari masyarakat dunia hanya bisa menonton kebengisan Israel tanpa mampu menghentikannya.
Teriakan marah Aaron di akhir hidupnya, ketika api membakar dirinya sampai jatuh tumbang, seakan menyemangati semua umat manusia di segala zaman agar bertindak kongkrit :
Free Palestine !
Free Palestine !!
Free Palestine !!!