Senin, 01 Januari 2024

TUHAN SUBYEKTIF


By. Satria hadi lubis
Jangan menciptakan Tuhan secara subjektif. Misalnya dengan beranggapan :
- Tuhan sudah menentukan nasibku begini.
-Tuhan tidak mungkin memasukkan ke neraka orang kafir yang baik.
-Tuhan tidak adil terhadap saya.
-Mengapa Tuhan membiarkan manusia saling berperang?
-Tuhan mengerti mengapa aku begini (misalnya jadi g4y).
-Tuhan tidak mungkin menyiksa manusia di neraka selamanya.
-Bukankah cinta pemberian Tuhan jadi gpp donk nikah beda agama asal saling cinta?
-Dan kalimat-kalimat lain yang semisalnya.
Maka kenalilah Tuhanmu HANYA melalui Al Qur'an dan al Hadits, bukan melalui akal yang lemah ini atau melalui referensi yang sok ilmiah, padahal batil.
Sebab nanti kita akan menciptakan tuhan menurut subyektivitas masing-masing, sehingga berdampak menjadi melecehkan Tuhan.
Disinilah pentingnya kita terus belajar Islam, berguru kepada para ustadz dan ulama.
Tidak bisa kita mengenal Tuhan dengan cara belajar sendiri (otodidak), karena besar kemungkinan pemahaman kita akan ngaco, subjektif, dan mengikuti hawa nafsu. Sebab tidak ada yang mengoreksi pemahaman kita, jika salah.
Umat Islam sekarang menjadi gampang bingung dan mudah terpangaruh berbagai ideologi perusak (sekulerisme, materialisme, komunisme, liberalisme, dan lain-lain) karena jauh dari ilmu agama, terutama ilmu Mengenal Allah (Ma'rifatullah).
Banyak umat Islam yang saat ini jarang ngaji (liqo'), jauh dari majelis ta'lim, dan tidak berguru kepada ulama (ustadz), bahkan malah sebagian mereka antipati terhadap ulama (ustadz).
Kita malu dengan leluhur kita, para nabi, para sahabat dan orang-orang sholih terdahulu, yang memahami Tuhan (Allah) secara benar melalui antusiasme mereka mempelajari Islam. Mereka hobi dan mencintai pengajian, majelis ta'lim dan liqo'.
Dengan pengenalan yang benar akan Tuhan itulah (ma'rifatullah), leluhur kita tampil percaya diri membangun dan memimpin peradaban dunia. Berhasil membangun umat yang baik dan diridhoi Allah SWT (baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur).
"Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.
Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa" (Qs. 22 ayat 73-74)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar