Sabtu, 22 September 2018

SAYYID QUTB 



Siapa yang tidak kenal Sayyid Qutb? Seorang pejuang Islam yang akhirnya mati di tiang gantungan oleh rezim durjana Mesir pimpinan Gamal Abdel Nasser pada tahun 1966.

Setiap muslim yang concern dengan pergerakan Islam pasti mengenal beliau dan buku-bukunya yang mencerahkan, menggerakan, menggugah dan memotivasi.

Bacalah buku-bukunya agar kamu tahu bagaimana jalan hidup para pahlawan. Agar kamu tahu betapa berharganya hidup ini untuk memperjuangkan sebuah keyakinan. Sebaliknya, betapa ruginya hidup ini tanpa memperjuangkan sebuah keyakinan (yang mulia).

Kalau tidak salah ada 24 buku beliau, termasuk novel, kritik seni sastra dan buku pendidikan. Antara lain bukunya yang berjudul Keadilan Sosial Dalam Islam dan Ma'alim fi-l-Tariq (Petunjuk Jalan). Serta buku tafsir beliau yang fenomenal,  Fi Zilal al-Qur'an (Dalam Naungan al Qur'an).

Anak muda di zaman now harus banyak membaca buku-buku pergerakan Islam agar mereka tidak mudah galau, sedih dan terombang ambing dalam kehidupan, sehingga mudah disetir oleh ideologi hedon yang absurd dan tidak membahagiakan. Agar anak muda berpikir besar bak pahlawan, bukannya berpikir sempit di seputar cinta picisan, games dan mencari fulus recehan.

Ada nasehat beliau --selain yang saya jadikan meme di bawah-- yang relevan dengan kondisi sekarang ketika aktivis dakwah banyak yang terpukau dengan hasil.

، فلا يجوز أن يحسب حملة الدعوة حساب هذه النتائج. إنما يجب أن يمضوا على نهج الدعوة الواضح الصريح الدقيق، وأن يدعوا نتائج هذه الاستقامة لله. ولن تكون إلا خيراً في نهاية المطاف

"Dengan demikian tidak selayaknya bagi para aktifis dakwah menjadikan hasil akhir sebagai tolok ukur dan tujuan utama dakwah mereka. Kewajiban mereka hanyalah menegakkan dakwah di atas manhaj yang lurus dan bersih dari berbagai penyimpangan, seraya bertawakkal dan menyerahkan seluruh hasil usaha yang telah dilakukan dengan penuh istiqomah kepada Allah Azza Wa Jalla wa Jalla. Jika ini telah dilakukan, niscaya kebaikan lah yang akan diperoleh, apapun hasil yang dicapai.

Sayyid Qutb sering dituding sebagai cikal bakal pemikiran radikalisme dalam Islam. Ini tuduhan yang keji dan fitnah terhadap seorang pahlawan Islam. Sedang yang menuduhnya belum tentu telah berbuat banyak untuk Islam.

Yang benar, pemikiran beliau telah menghidupkan banyak pemuda Islam dari tidur panjangnya. Termasuk menyadarkan saya yang di waktu SMA hanya melihat Islam sebagai budaya dan tradisi menjadi yakin bahwa Islam adalah manhaj (pedoman hidup) yang akan membawa manusia kepada kebahagiaan sejati.

Beberapa hari sebelum syahid di tiang gantungan, beliau berpesan kepada para ikhwan. Pesan ini saya kira perlu menjadi prinsip hidup kita bersama : "Di akhir perjalanan hidupku ini, baru kusadari bahwa kebahagiaan bukan terletak pada seberapa banyak kita mendapatkan, tapi dari seberapa banyak kita memberi". Beliau telah membuktikan, hidupnya  untuk kemaslahatan manusia. Jiwanya untuk Islam.

Semoga Allah memuliakan beliau di sisi-Nya, meluaskan kuburnya dan menghidupkan ruh perjuangannya pada dada para pemuda Islam sampai akhir zaman.

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati" (QS. Ali Imron ayat 168-170).

*Dari fanpage FB satria hadi lubis

BEA CUKAI SEMAKIN BAIK


Jum'at tgl 10 Agustus 2018 yg lalu, saya berkesempatan menjadi moderator dari kuliah umum mahasiswa jurusan Bea Cukai - Politeknik Keuangan Negara STAN yang disampaikan oleh orang nomor 1 di Bea Cukai, Bapak Heru Pambudi, selaku Dirjen Bea Cukai.

Banyak yang disampaikan beliau yang sarat dgn makna. Antara lain adalah tentang pentingnya disiplin mengatur waktu yang dimulai dengan sholat subuh. "Jangan terlambat sholat subuh", kata beliau kepada mahasiswa. "Sebab kesuksesan berawal dari sholat subuh tepat waktu", lanjutnya.

Saya salut dengan pejabat yang selalu mengingatkan tentang pentingnya nilai agama dan korelasinya dengan bekerja. Sebab memang agama adalah awal dan akhir dari segalanya. Tanpa agama, apa pun yang kita kerjakan tidak ada harganya dan sia-sia.

Beliau juga mendukung penuh berbagai kegiatan agama di Bea Cukai, termasuk kegiatan mentoring dari semua agama untuk para pegawainya (bukan hanya mentoring untuk agama Islam saja). Berdasarkan literatur dan pengalaman saya, mentoring agama (liqo') memang efektif untuk membentuk karakter para pesertanya.

Bukan hanya religius, Bapak Heru Pambudi juga dikenal sebagai Dirjen Bea Cukai yang disiplin, profesional dan anti korupsi. Tahun 2017, pak Heru Pambudi mendapatkan Bung Hatta Award, sebuah penghargaan untuk mereka yang gigih memberantas  korupsi. Di tahun 2017, pencapaian pendapatan bea dan cukai secara nasional juga melampaui target yang diharapkan.

Tak terasa tiga jam lebih beliau memberikan nasehat dan berbagi pengalaman dengan mahasiswa PKN STAN jurusan Bea dan Cukai. Tampak sekali semangat dan rasa memiliki beliau yang tinggi terhadap masa depan bea cukai, yang  kelak akan dipimpin oleh generasi muda mahasiswa PKN STAN.

Seusai acara, beliau menyempatkan diri berfoto selfie dengan mahasiswa. Kesannya akrab dan kebapakan.

Saya terkesan dengan acara tersebut, bukan karena saya menjadi moderatornya hehe, tetapi
karena saya bertemu dengan pejabat yang "hidup" jiwanya.

Saya jadi teringat dengan yel-yel yang beliau minta saya lantangkan kepada mahasiswa.

"Bea cukaiii...!"

"Makin baikkk..!!"

KECERDASAN WAKTU



Sandiaga Salahuddin Uno yang sibuknya bukan main ternyata masih sempat sholat dhuha rutin setiap hari. Beliau juga punya kebiasaan melakukan puasa nabi Daud.

Seorang pejabat yang saya kenal juga punya kebiasaan membaca al Qur'an 2 juz per hari, sholat dhuha dan tahajjud setiap hari. Beliau juga kalau sholat fardhu selalu berjamaah di mesjid di awal waktu. Dari mana saya tahunya? Dari laporan evaluasi yaumiahnya...hehe.

Inilah contoh dua orang yang pandai mengatur waktu, sehingga kesuksesan duniawi diiringi dengan kesuksesan ukhrowi karena tetap rajin ibadah.

Bandingkan dengan sebagian kita yang dgn cepat memaafkan dirinya untuk malas ibadah dengan alasan sibuk kerja. Bahkan dikalahkan oleh kesibukan hura-hura, seperti main game, pacaran, kongkow-kongkow, dan hura-hura lainnya. Ada juga yg berdalih kerja itu kan ibadah juga sebagai alasan untuk melalaikan ibadah khusus seperti sholat, baca Quran, shaum, dan yang lainnya.

Selama ini ada kekeliruan di kalangan sebagian kaum muslimin bahwa hidup ini harus seimbang antara duniawi dan ukhrowi. Anggapan ini keliru, karena yang benar ukhrowi harus lebih utama dibanding dunia. "Dan sesungguhnya hari akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (dunia)" (Q.s. 93 ayat 4).

Renungkan ayat berikut ini jika ingin tahu hakekat mengatur waktu dan mana yg harus diprioritaskan.

"Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. Kepada masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi" (Q.s. 17 ayat 18-20).

Allah swt akan memberikan kesuksesan seseorang sesuai dgn orientasinya. Jika ia orientasinya dunia, maka Allah bisa memberikan kesuksesan dunia tsb (itulah sebabnya orang kafir bisa kaya raya) karena kemurahan Allah. Namun ia akan mengakhiri hidupnya dengan tragedi.

Sebaliknya, jika orientasi hidup seseorang ke akhirat maka Allah akan berikan dunia kepadanya asalkan untuk akhirat (ibadah) dia bersungguh-sungguh. Tidak tergoda dan lalai dgn kesibukan dunia.

Itulah sebabnya orang seperti Sandiaga Uno dan pejabat yg saya kenal tsb bisa sukses duniawi karena orientasi mereka ke ukhrowi dengan rajin beribadah.

Inilah kecerdasan mengatur waktu (time intellegence) yang benar. Kecerdasan waktu yang perlu dimiliki setiap orang, terutama generasi milenial, sehingga mereka tidak menghamburkan waktunya untuk hal sia-sia dan berujung penyesalan.
Sebuah kecerdasan yg paling penting di dunia ini. Jauh lebih penting daripada berbagai bentuk kecerdasan lainnya. Bahkan semua kecerdasan yang dimiliki seseorang tak berguna jika ia tidak memiliki kecerdasan mengatur waktu seperti  yang disebutkan Allah dalam surat Al Isro' (17) ayat 18-20 di atas.

Kita semua akan pergi...
Pergi menuju keabadian akhirat
Beruntunglah mereka yang menyiapkannya sejak dini
Merugilah mereka yang menunda dan melalaikannya...

*Dari fanpage FB satria hadi lubis

"CEREWET" DENGAN PENDAPATAN SUAMI 



"Pak..! Mosok uang belanja gak naik-naik sih! Padahal kebutuhan harian makin bengkak nih..!" Kata emak pertama kepada suaminya. Lalu ia merinci dengan semangat apa saja yang harusnya dipenuhi suaminya agar uang nafkah menjadi cukup.

"Papah....tolong bisa ngerti donk! ...pengeluaran kita makin banyak nih", lalu si emak kedua nyerocos merinci dengan detail apa saja kebutuhan yg harus dipenuhi suaminya. Dari uang sekolah anak sampai uang ke salon agar si emak tetap kinclong.

"Koq uang yang kemaren dikasih sudah habis sih mi?" Kata seorang suami. Lalu si emak ketiga alias si ummi ini merinci pengeluarannya sebagai laporan keuangan kepada sang suami agar laporannya mendapat predikat WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)...hehe. Lalu ditutup dengan resolusi agar uang belanja ditambah....hehe lagi.

Begitulah dinamika sebagian rumah tangga. Suami pulang cape-cape langsung mendapat "serangan darat" dari istrinya yang mengeluh tentang berbagai pengeluaran rumah tangga.

Alangkah indahnya jika para emak-emak bukan hanya "cerewet" dengan pengeluaran rumah tangga, tapi juga "cerewet" dengan pendapatan suaminya.

Dalam sebuah seminar anti korupsi yang pernah saya ikuti, sang pembicara menyampaikan data (sayangnya saya lupa sumber datanya) bahwa isteri yang sering mengeluh  terhadap kekurangan pengeluaran rumah tangga berpotensi membuat suaminya tergoda untuk korupsi. Keluhan yang "cerewet", apalagi diiringi dengan kalimat yang menyentuh harga diri suami, seperti, "suami macam apa kau", "jadi laki koq males sih cari duit", atau yg lebih kejam "kalau begini caranya lebih baik kita pisah aja...aku gak tahan dgn kemiskinan kita" bisa membuat suami gelap mata untuk cari uang demi memulihkan harga dirinya di depan istrinya.

Sebagian emak-emak kurang "cerewet" darimana dan dengan cara apa suaminya mendapatkan uang untuk nafkah keluarga. Malah sebaliknya, langsung gembira dan merasa disayang suami kalau suaminya kasih uang yang banyak. Persis seperti pepatah lama, "Ada uang abang sayang, tak ada uang abang melayang".

Padahal ini krusial. Mungkin saja uang yg didapat suami bukan uang yang halalan wat thoyyibah. Kemudian itu menjadi makanan haram yang mengalir dalam darah si suami, isteri dan anak-anaknya, sehingga doa satu keluarga sulit dikabulkan Allah ajja wa jalla, sebagaimana hadits berikut : "Rasulullah bersabda, 'Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh rambutnya kusut, mukanya berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan, “Wahai Rabbku! Wahai Rabbku! Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan yang haram maka bagaimanakah akan diterimanya doa itu?” (HR Muslim).

Naudzubillah....Mungkin saja suami yang nyebelin, isteri yang susah dibilangin, anak yang bandel, padahal kita tiap hari berdoa sampai meneteskan air mata agar dikarunia pasangan yang sakinah dan anak yg sholeh, tidak dikabulkan Allah karena beredarnya uang haram di rumah kita sendiri.

Mari kita perbaiki komunikasi dengan pasangan kita, "cerewetlah" dengan darimana suami dapat uang agar keluarga kita selamat dunia akhirat.  Tentu bertanyanya dengan cara yang ma'ruf. Lebih baik lagi jika isteri juga mengurangi keluhannya atas kekurangan nafkah dari suami. Apalagi jika dilihat suaminya sudah rajin cari nafkah, banting tulang siang malam cari uang. Syukur-syukur isteri pengertian lalu mencari tambahan penghasilan atas izin suami.

Di sisi lain, untuk para suami bersabarlah terhadap "kecerewetan" istri atas nafkah. Jangan cepat tersinggung dengan keluhan isteri. Lalu akhirnya gelap mata mencari uang dengan cara yg tidak halal agar bisa dibanggakan isteri dan anak-anak. Ingat selalu ayat berikut ini : “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. 64: 14- 15).

*Dari fanpage satria hadi lubis

SETIAP KITA PUNYA ISMAIL



Allah swt membuat syariat  Idul Qurban tentu bukan untuk acara seremonial belaka. Tapi ada banyak makna (pelajaran) di dalamnya. Antara lain, kisah penyembelihan Nabi Ismail as.

Sebagaimana kita ketahui, Nabi Ibrahim as diperintahkan Allah untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail sebagai ujian cinta dari Allah swt, apakah Nabi Ibrahim meletakkan cintanya kepada Allah lebih tinggi daripada anaknya atau tidak. Jika lebih tinggi, ia akan  patuh pada perintah Allah walau harus mengorbankan anak yg dicintainya, Ismail as. Terbukti, Nabi Ibrahim lulus dari ujian tsb, sehingga Allah mengganti penyembelihan Nabi Ismail as dengan seekor qibas.

Ujian Nabi Ibrahim bukanlah eksklusif miliknya, setiap kita pasti akan diuji dengan ujian cinta seperti Nabi Ibrahim as. Apakah kita mencintai Allah lebih tinggi atau lebih rendah daripada selain Allah. Ujian ini datang setiap saat dan tidak hanya sekali.

Peristiwa kehilangan yang kita alami sepanjang hidup pada hakekatnya adalah ujian cinta dari Allah. Kehilangan sanak keluarga, harta benda, kekasih bahkan sandal jepit sekali pun adalah ujian tentang kadar cinta kita kepada Allah. Apakah kita bisa move on dan melanjutkan hidup atau tidak. Apakah kita terus melangkah sampai ajal tiba dengan terus mencintai Allah apa tidak. Mereka yang gagal move on akan menyesal. Menyesal karena tidak bahagia hidup di dunia dan akhirat. "Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)" (Qs. 2 ayat 165).

Itulah sebabnya jika kita kehilangan sesuatu Allah memerintahkan kita untuk mengucapkan dengan lapang dada kalimat "Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un" (Sesungguhnya segala sesuatu milik Allah dan akan kembali kepada Allah) sebagai tanda ketaklukan kita, cinta hanya kepada Allah semata.

Mereka yang lulus ujian cinta ini akan dikasihi Allah dan menjadi kekasih Allah. Sebaliknya, mereka yg tidak lulus ujian ini akan membuat Allah cemburu dan akan diuji lagi dengan lebih keras sampai ia menyerah pasrah dan mengakui bahwa ALLAH satu-satunya puncak cintanya.

Sesungguhnya setiap kita pasti mempunyai "ismail-ismail" yang akan diuji oleh Allah swt seperti Nabi Ibrahim as juga diuji. Jika gagal dalam ujian cinta ini, maka terjadilah tragedi cinta seperti kisah roman "Romeo and Juliet". Atau seperti kisah cinta seorang wanita yang bersumpah tidak akan menikah seumur hidup karena gagal menikah dengan pria yang dicintainya. Mereka rela menghancurkan diri sendiri demi cinta yang tidak proporsional alias bodoh. Bukankah ini tepat disebut tragedi cinta?

Ujian cinta untuk rela mengorbankan "ismail" dalam diri kita adalah untuk kebahagiaan kita sendiri. Sebab Allah, yang memiliki hati, tentu tahu bagaimana caranya membuat manusia bahagia, yakni ketika manusia tsb tenggelam dalam cinta kepada Allah swt semata. "Ketahuilah hanya dengan mengingat Allah maka hatimu menjadi tenang (bahagia)" (Qs. 13 : 28).

Sayang....sebagian manusia malah memilih jalan tragedi cinta, karena tidak mau mengorbankan "ismail" dalam dirinya.

*Dari fanpage satria hadi lubis

CINTA YANG DINAMIS



Namanya Atikah binti Zaid. Seorang wanita cantik rupawan dan seorang gadis sholihah dari keluarga sangat kaya raya. Hidup di masa Rasulullah saw. Saudaranya, Said bin Zaid adalah salah satu dari sepuluh orang sahabat Nabi yg dijanjikan masuk surga.

Atikah menikah dengan Abdullah, anak dari Abu Bakar Ash Shiddiq ra. Abdullah sangat memuliakan, menghormati dan menjaganya. Terlena dengan kecantikan dan cintanya kepada Atikah, Abdullah melalaikan tanggungjawabnya kepada Allah. Masjid tidak lagi dikunjungi tiap kali waktu shalat, meninggalkan shalat berjamaah yang sebelumnya sering dilakukannya, meninggalkan peperangan dan perniagaan.

Pada suatu hari, Abu Bakar lewat di depan rumah Abdullah untuk pergi bersama-sama shalat di masjid. Namun apabila terlihat olehnya anaknya sedang bermesraan dengan istrinya dengan lembut dan romantis, Abu Bakar membatalkan niatnya dan meneruskan perjalanan ke masjid. Setelah selesai menunaikan shalat, Abu Bakar sekali lagi melalui jalan di rumah anaknya . Alangkah kesalnya Abu Bakar apabila beliau mendapati anaknya masih bersenda gurau dengan istrinya sebagaimana sebelum menunaikan shalat dimasjid. Kemudian Abu Bakar segera memanggil Abdullah. Dia Bertanya
” Wahai Abdullah, apakah kamu shalat berjamaah?”
Tanpa berhujjah panjang Abu Bakar berkata,
” Wahai Abdullah, Atikah telah melalaikan kamu dari kehidupan dan pandangan hidup, malah dia juga telah melupakan kamu dari shalat fardhu, ceraikanlah dia!”.
Demikianlah perintah Abu Bakar kepada Abdullah. Suatu perintah ketika mendapati anaknya melalaikan hak Allah. Ketika beliau melihat Abdullah terpesona keindahan dunia sehingga menyebabkan semangat juangnya luntur. Tanpa membuat dalih, Abdullah mengikuti perintah ayahandanya dan menceraikan istri yang cantik dan dicintainya. Subhanallah!

Perceraian ini membuat Abdullah sakit. Lalu dia merangkum sebuah syair untuk Atikah. Kemudian Abu Bakar pun menyuruhnya untuk rujuk kembali. Atikah dan Abdullah pun belajar dari kesilapan lalu, supaya tidak meletakkan cinta antara mereka melebihi cinta kepada Allah.

Abdullah ra wafat dalam medan juang, syahid selepas Perang Tha'if, semoga Allah merahmatinya.

Sepeninggal suami yang dicintainya, banyak sahabat yang meminang Atikah tapi semua ditolaknya sampai akhirnya Umar bin Al-Khattab melamarnya. Maka Atikah menikah dengan Umar yang dicintainya sepenuh hati. Umar Al-Khattab akhirnya syahid ditikam seorang Majusi bernama Lu’lu’ ketika sholat.

Setelah Umar meninggal dunia dan habis massa iddahnya, dia menikah lagi dengan Zubair Bin Awwam yang juga dicintainya sepenuh hati. Az-Zubair meninggal dunia, syahid setelah dibunuh secara zalim dalam Perang Jamal di Wadi siba’.

Setelah itu, Atikah dilamar oleh Ali bin Abu Thalib. Kemudian Ali mengatakan :”Siapakah yang menyukai mati syahid di masa mendatang, maka hendaklah dia menikah dengan Atikah” karena memang semua suaminya meninggal dalam keadaan terbunuh. Atikah meminta Ali tidak berperang jika ingin menjadi suaminya. Akhirnya Ali pun urung dan digantikan oleh anaknya Husain. Saat itu, Atikah sudah berusia 50 tahun. Kemudian dia dinikahi Husain bin Ali yang usianya jauh lebih muda darinya. Husain ra juga terbunuh syahid di padang Karbala.

Sungguh tak terbayang kecantikan dan akhlak seorang Atikah sampai Allah menghadiahkannya empat orang suami yang semuanya mati syahid.

Ini karena Atikah mampu menempatkan cintanya secara permanen hanya kepada Allah. Sedang cinta kepada selain Allah itu dinamis. Tidak usah permanen dan lebay. Atikah seorang yg bertauhid dan tidak mau menjadi syirik karena mencintai suaminya lebih dari cintanya kepada Allah.

Selama suaminya masih hidup ia mencintai suaminya dan berbakti kepadanya. Namun ketika suaminya meninggal ia dgn ikhlas melepaskannya dan siap untuk mencintai suami barunya seperti ia mencintai suami terdahulunya.

"Hukum" cinta yang dinamis milik Atikah mungkin tidak akan nyambung dgn kisah cinta "sampai mati" yg dicekoki oleh sinetron/film romantis di zaman sekarang. Dimana seseorang sangat mencintai pasangannya tanpa bisa berpindah ke lain hati. Sampai ada yg rela kesepian seumur hidup karena tidak mau menikah lagi atas nama cinta sejati.

Padahal kalau direnungkan itu bukan cinta sejati, tapi cinta yg tidak proporsional. Sebab yg permanen dan tidak boleh ke lain hati hanya cinta kita kepada Allah swt. Sedang cinta kita kepada selain Allah harusnya dinamis. Cintai dan syukuri ketika ia ada. Lupakan dan cari cinta baru ketika ia pergi. Berani move on..seperti Atikah sang wanita sholehah yang kelak di akhirat akan mendapatkan syafaat dari empat suaminya yang hebat dan mulia itu.

Pelajaran bagi kita semua. Cintai Allah secara permanen dan cintai selain Allah secara dinamis agar kita bertauhid dan bahagia. Bukannya syirik (mempersekutukan Allah) dan sengsara atas nama cinta sejati.

By. satria hadi lubis

THE POWER OF EMAK-EMAK



Sudah berkali-kali saya isi ceramah, pesertanya kebanyakan emak-emak. Apalagi jika temanya tentang keluarga, emak-emak lebih semangat lagi.

Pengajian di komplek-komplek perumahan yang lebih aktif adalah pengajian emak-emak daripada bapak-bapak.

Kalau nganterin anak-anak ke sekolah atau ada acara di sekolah anak, emak-emak juga yang lebih banyak datang.

Di kantor, emak-emak juga dikenal lebih teliti dan lebih tekun dalam menyelesaikan pekerjaan. Itu sebabnya pekerjaan yang detail dan bersifat administratif kebanyakan dipegang emak-emak kantoran.

Siapa yang jadi "kompor" agar reuni jalan dan ikatan alumni dari tingkat TK (kalau ada) sampai perguruan tinggi tetap aktif? Lagi-lagi emak-emak.

Mau nyumbang bagi kegiatan sosial? Emak-emak yang paling aktif mengumpulkan dana dan melaksanakan kegiatan sosial.

Siapa yang lebih survive menjadi single parent? Emak-emak lagi jawabannya.

Nah yang ini agak ilmiah....siapa yang lebih panjang rata-rata usianya? Kakek-kakek atau nenek-nenek? Ternyata nenek-nenek alias emak-emak lagi.

Mau menang pemilu? Ambil suara emak-emak yang bisa mengajak keluarga dan tetangganya dengan semangat agar mencoblos calon dambaannya.

Siapa juga yang getol menginginkan perubahan bangsa? Emak-emak juga ternyata, karena mereka yang langsung merasakan mahalnya isi dapur. Saking semangatnya emak-emak sampai perlu dihalang-halangi seperti yg dialami Bunda Neno.

Jadi jangan sepelekan emak-emak. Mereka adalah gelombang raksasa yang bisa merubah seseorang, keluarga, masyarakat, negara, bahkan dunia.

Rangkul emak-emak. Mengertilah akan mereka. Sebab ia ibumu, istrimu, saudaramu dan anak-anakmu kelak.

Hidup The Power of Emak-Emak! 😀

BEFORE YOU DIE



By. Satria Hadi Lubis

Hidup ini hanya sekali dan singkat. Rugi jika kamu tidak bahagia. Rugi juga jika tidak digunakan untuk beramal bagi hidup bahagia kekal di akhirat kelak. Maka sebelum meninggal, hiduplah bahagia dengan menerapkan 5 (lima) hukum kekuatan ini.

1. The Power of Passion
Tugas pertama manusia adalah menemukan apa yg paling diinginkan. Itulah talentanya (passion). Tanpa mengerjakan yang paling diinginkan kamu sulit bahagia. Banyak orang yg sekarang ini hidup dlm program orang lain, sehingga kepribadiannya pecah dan tidak bahagia.

Cara mengetahui apa yg kamu inginkan tanyalah kepada dirimu pertanyaan ini :  Jika umurmu tinggal 3 bulan apa yg ingin kamu lakukan?

2. The Power of Now
Dari dulu orang tua kita bilang, jangan menunda-nunda pekerjaan. Sebab menunda berarti mengundang datangnya masalah dan mengurangi kesempatan. Akhirnya, yang ada tinggal penyesalan.
Untuk tidak menunda, kamu harus berani menanggung resiko. Resiko adalah investasi pembelajaran dan kegagalan adalah jalan yg harus ditempuh menuju sukses. Penyesalan lebih besar karena tdk berbuat daripada berbuat.

Untuk tahu apa yg sering kamu tunda tanya selalu kepada dirimu : Apa yang aku inginkan, tapi aku tunda terus krn takut mengambil resiko?

3. The Power of Love
Jadilah manusia cinta. Bukan manusia yang ingin mencintai dan dicintai, tapi jadilah cinta itu sendiri. Menjadi titisan dari cinta Allah yang Maha Cinta.

Biasanya cinta menjadi sulit jika kamu sibuk dengan ego diri sendiri atau terlalu sibuk melihat kekurangan orang lain. Menerima kekurangan orang lain adalah kebijakan tertinggi.

Untuk menjadi cinta,  tanyalah pada dirimu sendiri: "Sudahkah aku memperlakukan orang-orang  disekitarku dgn penuh cinta?"

4. The Power of Force
Hiduplah sepenuh hati. Rahasianya, anggap hari ini hari terakhirmu. Diam, renungkan dan syukuri apa yang ada. Nikmati kondisi sekelilingmu dengan memaksimalkan panca inderamu. Amati pernik-pernik kecil di sekelilingmu. Lihat daun-daun di pepohonan, hirup udara segar, dengarkan desiran angin, eratkan jabat tangan, atau serba-serbi bumbu makanan. Niscaya jika kamu hadir utuh (khusyuk) maka engkau akan bahagia seketika itu juga. Kamu sulit bahagia, jika fisik hadir tapi pikiran entah kemana.

Pertanyaan yang perlu kamu lakukan adakah : Apakah aku hari ini telah hidup sepenuh hati atau sekedar melaluinya?

5. The Power of Giving
Banyak yang menyangka menerima itu membahagiakan. Padahal yg tepat itu menyenangkan. Bahagia --yang levelnya lebih tinggi dari senang-- justru didapat dengan memberi, bukan menerima. Jika kami sedang  tdk bahagia, maka lakukanlah sesuatu untuk orang lain. Niscaya kamu bahagia.

Selalu tanyakan pada dirimu: Apa 3 (tiga) kebaikan yg telah aku lakukan pada hari ini?

Lima (5) The Power of Life ini adalah hukum kehidupan. Juga hukum bahagia. Implemantasikan dan jangan tergoda untuk mengabaikannya. Maka  engkau menjadi rahmat bagi semesta alam.

Hmm....Bila mereka bilang
Siapa yang peduli, bila ada satu lagi cahaya yang hilang?
Di langit dengan jutaan bintang-bintang

Well, aku peduli

MENINGGALKAN KEBENARAN DEMI SAKIT HATI



By. Satria Hadi Lubis

Alkisah, ada seorang anak Jepang yang (maaf) pincang kakinya sering mendapatkan ejekan dari teman-temannya. Namun si anak tetap terlihat gembira dan terus bermain dengan teman-teman yang mengejeknya. Sampai suatu ketika gurunya bertanya, "Mengapa engkau tidak sakit hati dan sedih walau diejek oleh teman-temanmu?" Sang anak yang kakinya pincang tsb menjawab dgn tersenyum, "Ibu guru, mereka boleh omong apa saja tentang aku. Tapi selama kata-kata ejekan itu tidak aku ijinkan MASUK ke dalam hatiku, maka kata-kata itu tidak ada pengaruhnya untukku".

Cerita tersebut harusnya menjadi prinsip kita dalam bergaul dan berinteraksi dengan orang lain. Berat memang dalam praktek, tapi bisa koq jika dilatih dengan menjaga kebersihan hati dan yakin bahwa kita tidak tergantung dengan penilaian orang lain. Yang penting teruslah berbuat baik dan merangkul orang lain. Nanti lama kelamaan anggapan mereka kepada kita juga akan berubah. Kalau pun tidak berubah, yang penting kita tetap baik di mata Allah.

Hal ini juga berlaku bagi para pembela kebenaran dalam sebuah komunitas (jama'ah).
Sakit hati dalam pergaulan berjama'ah kadang bisa membuat seseorang berbalik arah membenci nilai-nilai kebenaran yang tadi dibelanya. Saking sakit hatinya kadang melupakan akal sehat dan nuraninya, sehingga akhirnya bergabung dengan para pembela kezaliman yang tadinya menjadi musuhnya.

Sakit hati kadang mengubur pikiran-pikiran besar. Mengubur cita-cita besar bersama para pembela kebenaran. Bila diri berjiwa besar, mestinya kita lebih siap mengorbankan perasaan sakit hati tersebut dan memilih tetap bersama para pembela kebenaran. Sebab kebenaran untuk kebaikan semesta jauh lebih mahal nilainya daripada sakit hati perorangan. Itulah yang dipahami Khalid bin Walid ra ketika beliau mengorbankan egonya ketika dipecat oleh Khalifah Umar, walau telah berdedikasi tinggi membela negara. Khalid ra tetap berperang di jalan Allah dan tetap berdedikasi walau tidak lagi menjadi panglima perang.

Sakit hati bersama orang yang membela kebenaran adalah ujian keikhlasan. Apa alasan kita bersama kebenaran?  Karena dihargai atau dimuliakan? Bukan! Tapi karena kesadaran diri bahwa kebenaran harus diperjuangkan bersama, walau kita hanya sekrup di dalam sebuah mesin yang besar.

Saat dirimu kecewa dengan para pembela kebenaran karena tidak menghargaimu,  maka bersikaplah seperti anak kecil dari Jepang pada cerita di atas, sehingga sakit hatimu tidak merasuk ke tulang sumsum yang membuat kita meninggalkan teman-teman seperjuangan.

Buktikan dengan tetap bersama atau minimal berpisah tanpa keinginan untuk menghancurkan organisasi, lembaga atau jama'ah kebenaran tersebut.

Biarkan hatimu kecewa namun jangan pernah mengecewakan tegaknya kebenaran. Karena kebenaran adalah kemaslahatan semua manusia. Sedangkan sakit hati, cara kerdil jiwa melihat dirimu.

"Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoaan Allah" (Qs. 2 ayat 207).

Demi ridho Allah, semuanya --termasuk perasaan-- harus siap untuk dikorbankan.

DAMAI DENGAN PERBEDAAN


Kalau tinggal di perumahan berdamailah dengan teriakan tukang sayur dan tukang bubur.

Kalau tinggal di pinggir jalan berdamailah dengan bisingnya knalpot dan klakson kendaraan.

Kalau tinggal di hutan berdamailah dengan suara jangkrik di malam hari.

Kalau di ruang tunggu bandara, nikmati saja suara pengumuman waktu pesawat tinggal landas.

Kalau tinggal deket vihara, nikmati aroma dupa dan suara gong.

Kalau tinggal deket gereja, berdamai saja dengan dentangan suara lonceng dan musik di gereja.

Kalau tinggal di pulau Bali nikmatilah suasana nyepi yang begitu sepi.

Kalau tinggal dekat mesjid atau musholla, berdamailah dengan suara azan.

Tak perlu menghujat dan minta agar menghentikan suara azan dari toa mesjid/musholla.

Tak perlu harus pamer foto profil atau berkoar-koar
SAYA INDONESIA.....
SAYA PANCASILA......
SAYA BHINEKA TUNGGAL IKA....
untuk menunjukkan bahwa Anda paling TOLERANSI.

Karena toleransi berarti berdamai dengan perbedaan. Jangan sampai slogan toleransi dijadikan alat untuk membungkus kebencian Anda. Dan jangan benci karena berbeda itu indah.

Jangan menuduh orang yang berbeda aspirasi dengan Anda sebagai musuh. Bahkan ditarik lebih jauh menjadi musuh negara dengan tuduhan radikalisme.

Wahai....
Langit tak pernah sombong walau ia paling tinggi.
Laut pun tak pernah congkak meski ia sangat dalam.

Dimana bumi berpijak, disanalah langit dijunjung. Jangan sekedar teriak, jika kearifan masih tanggung.

BERAMAI RAMAI MEMBUNUH KEBENARAN , BERSAMA - SAMA HIDUP DALAM AIB



TENTARA musuh memasuki sebuah desa . Mereka menodai kehormatan seluruh wanita di desa itu, kecuali seorang wanita yang selamat dari penodaan.
Dia melawan, membunuh dan kemudian memenggal kepala tentara yang akan menodainya.

Ketika seluruh tentara sudah pergi meninggalkan desa itu, para wanita malang semuanya keluar dengan busana compang-camping, meraung, menangis dan meratap, kecuali satu orang wanita tadi.

Dia keluar dari rumahnya dengan busana rapat dan bersimbah darah sambil menenteng kepala tentara itu dengan tangan kirinya.

Para wanita bertanya : "Bagaimana engkau bisa melakukan hal itu dan selamat dari bencana ini?"

Ia menjawab : "Bagiku hanya ada satu jalan keluar. Berjuang membela diri atau mati dalam menjaga kehormatan".

Para wanita mengaguminya, namun kemudian rasa was-was merambat dalam benak mereka. Bagaimana nanti jika para suami menyalahkan mereka gara-gara tahu ada contoh wanita pemberani ini.

Mereka kawatir sang suami akan bertanya, Mengapa kalian tidak membela diri seperti wanita itu, bukankah lebih baik mati dari pada ternoda?

Kekaguman pun berubah menjadi ketakutan yang memuncak.
Bawah sadar ketakutan para wanita itu seperti mendapat komando.

Mereka beramai-ramai menyerang wanita pemberani itu dan akhirnya membunuhnya.
Ya, membunuh kebenaran agar mereka dapat bertahan hidup dalam aib, dalam kelemahan, dalam fatamorgana bersama.

Beginilah keadaan kita saat ini, orang-orang yang terlanjur rusak.
Mereka mencela, mengucilkan, menyerang dan bahkan membunuh eksistensi orang-orang yang masih konsisten menegakkan kebenaran, agar kehidupan mereka tetap terlihat berjalan baik.

Walau sesungguhnya penuh aib, dosa, kepalsuan, pengkhianatan, ketidak berdayaan, dan menuju pada kehancuran yang nyata.

Sebelum terlambat, pastikan berani berpihak kepada KEBENARAN.

# copas

MUROBBI BUKAN USTADZ


By. Satria Hadi Lubis

Saya sering mengisi pelatihan mentoring (liqo' atau halaqoh), dan sering ditanya apa bedanya ikut liqo' dengan ikut pengajian umum (ta'lim).

Saya bilang keduanya baik, dan keduanya perlu ada untuk eksistensi dakwah Islam.

Perbedaannya terletak pada tujuan. Pengajian umum tujuannya tsaqowah Islamiyah (memberikan wawasan Islam). Liqo' tujuannya lebih jauh lagi, yakni takwinul syakhsiyatul Islamiyah (membentuk kepribadian Islami).

Mengapa liqo' lebih efektif dalam membentuk syakhsiyatul Islamiyah?

1. Sebab liqo' berlangsung rutin dengan materi yang berkelanjutan. Pengajian umum semaunya, mau datang atau tidak pesertanya maka tidak ada ikatan.
2. Liqo' memiliki mentor tetap (murobbi) yang membimbing secara akrab dan personal. Pengajian umum ustadznya bergonta ganti, sehingga hubungan sulit akrab dan tidak bisa bersifat personal. Apalagi jika ustadznya lawan jenis.
3. Konsep liqo' adalah konsep pengayoman. Yang dalam dunia bisnis disebut coaching atau mentoring. Setiap orang jika ingin maju butuh coach atau mentor. Termasuk kalau dia ingin beragama dgn baik maka ia butuh mentor.

Dulu, konsep mentor dalam beragama adalah lazim karena hubungan ulama dgn santri bersifat akrab dan personal. Tetapi sekarang di pengajian umum (ta'lim atau tabligh akbar) tidak bisa sampai sejauh itu.

Liqo' dengan jumlah peserta yg terbatas (3 sd 12 orang) dan dengan mentor tetap memungkinkan terjadinya interaksi yg intens, sehingga terjadi pendidikan (tarbiyah), bukan sekedar mengajar.

Jika ada yg nyinyir mengatakan bahwa kapasitas murobbi yg ada saat ini tidak sekaliber ustadz, maka jawabannya bisa benar atau tidak. Benar jika mentornya bukan ustadz dan salah jika mentornya memang ustadz yg punya latar belakang syariah.

Tapi memang liqo' bukan dirancang untuk sekedar mengajar agama. Dan mentor (murobbi) BUKAN dirancang untuk menjadi ustadz. Murobbi dirancang untuk memiliki 4 peran, yakni sebagai SAHABAT, ORANG TUA, PEMIMPIN DAN USTADZ. Dan peran utamanya adalah menjadi pemimpin yg memotivasi dan memberdayakan peserta liqo'. Oleh sebab itu, secara teoritis menjadi murobbi itu lebih sulit daripada menjadi ustadz. Ada tanggung jawab berkepanjangan dan menempel dalam diri seorang murobbi kepada peserta liqo'. Berbahagialah mereka yg menjadi murobbi dengan pahalanya yg berlimpah.

Efektivitas liqo' sudah terbukti dari jaman ke jaman. Nama boleh berbeda-beda tapi esensinya sama di sepanjang jaman, yakni untuk menjadi muslim yg baik butuh mentor yg membersamainya dari hari ke hari. Seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad saw yg membersamai para sahabat ra sehingga mereka berubah from zero to hero.

Sebab itu carilah dan bersamalah dengan liqo'.
Karena ia fitrah pemberdayaan manusia.
Terutama jika engkau sungguh-sungguh ingin berubah.

Jadilah seperti elang yang berani terbang tinggi sendirian untuk melihat dunia lebih luas dan "menaklukannya".

Jadilah mentor dan mentee (murobbi dan mutarobbi) yang berani beda dengan lingkungan yg asing terhadap liqo'. Nikmati pola pikir yg luas dan "taklukan" keterbatasanmu.

Foto : acara training of trainers untuk menjadi mentor agama Islam di Bea Cukai.

AKHIRNYA MEREKA BERCERAI


By. Satria Hadi Lubis

Setiap suami isteri memiliki kekurangan. Yang jika tidak dikelola dengan baik, kekurangan tsb bisa menjadi bencana dalam rumah tangga.

Syahdan, ada sepasang suami isteri yang rukun dan telah dikarunia anak-anak yang pintar dan sholeh.

Sampai suatu ketika di usia pernikahan mereka yang sudah puluhan tahun, sang suami menikah lagi secara diam-diam tapi akhirnya ketahuan oleh sang isteri.

Mengapa bisa ketahuan? Si isteri menyadap hape suaminya. Dan mengapa si isteri punya ide menyadap hape suaminya? Karena si suami sudah berkali-kali ketahuan serong. Ditutupi dan ketahuan lagi. Ditutupi dan ketahuan lagi. Sepertinya si suami punya kekurangan, yakni suka dikagumi banyak perempuan. Mungkin karena ia merasa ganteng dan masih menarik bagi perempuan.

Sebenarnya alasan si suami untuk mendekati perempuan lain adalah agar bisa menikah lagi. Tapi ia gagal memberikan pemahaman kepada isteri untuk menerima konsep poligami, sehingga upaya mencari isteri baru dilakukan dgn diam-diam.

Kekurangan sang isteri adalah terlalu mencintai suami, sehingga bawaannya cemburu dan curiga terus. Sampai suami merasa terkekang dan merasa gak nyaman, sehingga akhirnya malah membuktikan kecurigaan istrinya dengan menikah lagi secara diam-diam.

Tidak usah dipermasalahkan mana yg lebih dulu membuat masalah, si suami atau isteri. Ini sama saja dengan berdebat mana yg lebih dulu antara ayam dan telor ayam.

Yang perlu diambil pelajaran  adalah kekurangan masing-masing suami dan isteri perlu dikelola dgn baik. Jangan terpancing membalas kekurangan pasangan dgn tindakan emosional.

Mestinya sang suami paham, jika gagal memberikan penjelasan kepada isteri tentang konsep poligami, maka sebaiknya  jangan ngotot melangkah untuk poligami. Mentang-mentang tidak perlu izin isteri untuk berpoligami, bukan berarti suami bisa melakukan poligami secara diam-diam. Sebab mudharatnya lebih banyak, berbohong yang awalnya sedikit tapi lama kelamaan menjadi bukit. Jika ketahuan, maka bisa menjadi konflik berkepanjangan dalam sebuah rumah tangga.

Si isteri juga cintanya berlebihan. Cinta yg berujung pada cemburu dan curiga akut kepada gerak gerik suami. Membuat suami merasa terkekang dan tidak nyaman.

Mereka tidak mampu mengelola kekurangan masing-masing. Berlebihan dalam urusan kekurangan masing-masing.

Mereka akhirnya bercerai...

MENIKAH DIAM-DIAM 



By. Satria Hadi Lubis

Saya termasuk yang tidak setuju jika seorang suami menikah lagi dengan cara diam-diam (sirri) dan diawali dengan kebohongan. Padahal berbohong diawal akan diikuti dengan berbohong berikutnya untuk menemui istri sirrinya secara diam-diam. Dosa berbohong berkali-kali akan membuat si pelaku dicatat sebagai pembohong sejati, sehingga berhak masuk neraka. Rasulullah saw bersabda: "..Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta (pembohong)" (HR. Bukhari).

Biasanya suami yang menikah diam-diam, 90 persen diawali oleh perselingkuhan, mulai dari selingkuh hati sampai selingkuh kelamin. Ini berarti sudah mengawali sesuatu yg suci (perkawinan) dengan maksiat. Padahal Allah berfirman: "Janganlah engkau mendekati zina" (Qs. 17 ayat 32). Wajar jika isterinya marah dengan pernikahan diam-diam tersebut karena diawali dengan perselingkuhan (tidak setia).

Jika seorang suami tidak bisa memberikan pemahaman kepada istrinya untuk bersedia dipoligami, maka ia sebenarnya ditakdirkan Allah untuk tidak berpoligami. Bersyukur sajalah dengan satu istri.

Jika masalahnya disyahwat, tahanlah sebentar. Toh hidup di dunia ini hanya singkat. Tidak sampai 1,5 jam dalam hitungan akhirat. Gimana caranya menahan syahwat? Jawabannya klasik, banyak ibadah, dakwah, puasa, memperbaiki pola hubungan seksual dgn istri, dll.

Jangan "menjebak" isteri dengan menikah dulu baru diselesaikan nanti kalau ketahuan. Lalu meminta isteri menerima apa yg sudah terjadi dengan alasan takdir, walau istrinya tetap tidak menerima. Atau meminta istri jangan menentang ayat Allah tentang poligami padahal itu cara ngeles karena ketahuan.

Bukankah Allah mengisyaratkan takdir seseorang dengan halangan dan kemudahan yang diterimanya? Apalagi jika istrinya kemudian marah karena suaminya ketahuan poligami diam-diam, lalu terpaksa menerima dengan alasan takdir, tapi hubungan tidak lagi hangat, lalu muncul pertengkaran berulang-ulang dalam sisa perjalanan pernikahan, yang akhirnya ada yg bercerai, bukankah itu pertanda Allah sebenarnya mentakdirkan suami tsb untuk monogami saja?

Wahai para suami...janganlah engkau "memaksa" Allah untuk memindahkan takdirmu yang baik menjadi takdirmu yang buruk.

WASIAT UNTUK ANAK



Anakku...dalam agama kita, wasiat bukan hanya baru dilakukan ketika abimu sakratul maut
Tapi wasiat bisa disampaikan kapan saja
Karena wasiat adalah pesan-pesan berharga

Aku wasiatkan kepadamu empat hal saja :
Jangan tinggalkan sholat
Bacalah al Qur'an tiap hari
Liqo (ngaji) jangan ditinggal
Dan berdoalah selalu untuk abi dan ummimu

Cukuplah wasiat ini
Karena rezekimu yang lain akan turun dari wasiat ini

Abi tidak minta yang lain
Hadirnya kalian di dunia saja sudah merupakan berkah untuk kami

Apakah engkau kaya
Apakah engkau berpangkat
Apakah engkau tenar
Itu tak ada artinya bagi abi
Jika kau jauh dari wasiat ini

Sebab umur yang menua ini mendidik abi tentang kegagalan dan sukses
Engkau mungkin masih silau dengan sukses menurut orang banyak
Tapi percayalah...
Surga dan neraka kehidupan
Ada di wasiat abi ini

Surga akan kau dapatkan dari dunia sampai akhirat jika wasiat ini kau jalankan

Sebaliknya...ahh

Abi tidak mampu menuliskan akibatnya jika engkau tinggalkan wasiat ini
Langsung terbayang kengerian apa yang terjadi denganmu

Walau abi sudah tiada kelak
Hiburlah abi dengan melihat kamu menjalankan wasiat ini
Dalam kesendirian abi
Di alam kubur sana

By. Satria Hadi Lubis

MENEPI, BUKAN PERGI

MENEPI, BUKAN PERGI

By. Satria Hadi Lubis

Kekecewaan Abu Dzhar Al Ghifari ra atas gaya hidup Khalifah Utsman ra yg berbeda dgn dua khalifah sebelumnya membuat beliau menyingkir dan menyendiri ke Rabadzah sampai akhir hayatnya. Beliau memilih menjadi "oposisi" pemerintahan Utsman bin Affan ra tanpa pernah berniat mengangkat senjata atau keluar dari jama'ah kaum muslimin. Bahkan suatu ketika ia pernah berkata, “Demi Allah, seandainya Utsman hendak menyalib­ku di kayu salib yang tinggi atau di atas bukit, aku akan taat, sabar dan berserah diri kepada Allah. Aku pandang hal itu lebih baik bagiku. Seandainya Utsman memerintahkan aku harus ber­jalan dari kutub ke kutub lain, aku akan taat, sabar dan berserah diri kepada Allah. Kupandang, hal itu lebih baik bagiku. Dan se­andainya besok ia akan mengembalikan diriku ke rumah pun akan kutaati, aku akan sabar dan berserah diri kepada Allah. Kupan­dang hal itu lebih baik bagiku.”

Hal yang sama dilakukan Khalid bin Walid ra, ketika diberhentikan Khalifah Umar  dari jabatan panglima perang. Khalid tentu kecewa  atas keputusan Umar ra, namun kekecewaan tersebut tidak membuat beliau membelot dan melawan Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra. Padahal kalau ia mau, ia bisa memobilisir para prajurit yang masih setia kepadanya untuk melawan pemerintahan Umar ra.

Khalid si pedang Allah tetap ikut berperang sampai akhir hayatnya walau hanya sebagai prajurit biasa. Suatu ketika ia ditanya mengapa tetap berperang walau sudah diberhentikan sebagai panglima perang, beliau menjawab dgn tegas, "Aku berperang bukan karena Umar, tapi karena Allah!".

Lain halnya dengan kisah Wahsyi yang pernah membunuh paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib ra. Wahsyi akhirnya masuk Islam dan meminta maaf kepada Nabi saw atas perbuatannya yang pernah membunuh Hamzah ra. Nabi memaafkan Wahsyi, namun beliau berkata, "Jangan perlihatkan wajahmu lagi di hadapanku setelah ini karena setiap melihatmu terbayang wajah Hamzah bin Abdul Muthallib yang rusak dihancurkan olehmu saat itu”

Wahsyi merasa kecewa di dalam hatinya, namun ia tidak membelot dan melawan Nabi. Wahsyi sadar akan kedudukannya, ridha menerima ketentuan itu. Dia memperbaiki dirinya dan meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah.

Sebagai penebus atas dosa-dosanya beliau bertekad untuk tidak akan pulang lagi ke Kota Mekah demi untuk merebut cinta kekasih Allah yaitu Muhammad saw. Wahsyi benar-benar ingin menebus kesalahannya dengan menyebarkan Islam. Niat Wahsyi itu telah dibuktikannya dengan menjelajah ke seluruh pelosok dunia untuk berdakwah mengajak sebanyak-banyaknya manusia memeluk kepada Islam, hingga akhirnya beliau wafat di luar Jazirah Arab.

Begitulah sikap para sahabat jika mereka kecewa terhadap jama'ah kaum muslimin, menepi tapi tidak pergi dari jama'ah. Mereka tetap mengakui kepemimpinan jamaah, tetap taat dan ikhlas beramal untuk jamaah, walau sadar tidak memiliki peran yang signifikan lagi dalam jama'ah.

Sikap semacam inilah yang perlu ditiru aktivis dakwah jika mereka kecewa dengan kepemimpinan jama'ah. Jika tausiyah sudah diberikan, namun qiyadah tetap pada kebijakannya, maka menepi sajalah dan jangan pergi (keluar). Tetaplah bekerja dalam dakwah. Tidak usah membentuk gerakan baru. Selain menguras sumber daya dan waktu, toh rezim kepemimpinan jama'ah juga  bisa berubah. Bukankah tidak ada yang abadi di dunia ini? Yang tadinya memimpin sekarang tidak lagi memimpin, begitu pun sebaliknya yang tadinya tidak memimpin sekarang menjadi pemimpin.

Pergi dari jama'ah bukan solusi, malah menimbulkan masalah baru dan mengusik pertanyaan baru : Begitu rapuhkah kita dengan janji kebersamaan yang selama ini telah membesarkan kita?

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)" (Surat Al-Ahzab, Ayat 23).

Selasa, 20 Maret 2018

PLAGIAT?



By. Satria Hadi lubis

Suatu ketika sebuah mobil yg sedang melaju kencang berpapasan dgn mobil lain di sebuah tikungan yg sepi. Pengemudi mobil lain tersebut langsung berteriak, "Sapiii !!" kepada pengemudi yg mobilnya sedang melaju kencang. Langsung saja pengemudi yg diteriaki sapi tsb marah karena merasa dicemooh dan balik berteriak tak kalah kencang, "Loe yang sapi!!!". Tiba-tiba mobilnya benar-benar menabrak rombongan sapi yg sedang melintas di tengah jalan.

Pengemudi yg pertama berteriak sapi sebenarnya sedang mengingatkan pengemudi yg mobilnya melaju dengan kencang bahwa ada sapi yg sedang menyeberang, tapi pengemudi yg membalas dgn marah itu menduga bahwa ia sedang dicemooh, sehingga yg terjadi adalah tabrakan mobilnya dgn rombongan sapi. Inilah PERSEPSI (Zhon, dalam bahasa Arab).

Setiap orang hidup dgn persepsinya masing-masing. Dan al Qur'an menyuruh kita untuk memiliki persepsi (zhon) yang baik-baik saja agar tdk kena musibah seperti yg dialami pengemudi yg mobilnya melaju kencang dalam cerita di atas. "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang" (Qs. 49 ayat 12).

Itulah sikap saya, selalu berpersepsi baik (husnuzhon) jika ada orang yg saya kenal atau tidak mengambil tulisan-tulisan saya di Facebook, twitter, blog atau website. Atau mengutip tulisan saya tanpa izin di buku-buku saya atau membuatnya menjadi e book (jumlahnya kalau tdk salah baru 17 buku). Atau mengutip tanpa izin dari makalah, hand out dan slide saya pada ratusan seminar dan pelatihan yg saya diminta mengisinya.

Saya husnuzhon bahwa tulisan saya yg diambil tanpa izin itu bukan bermaksud bahwa orang tsb melakukan plagiat, tapi semata ingin menyebarkan kebaikan. Malah saya sangat berterima kasih jika tulisan saya tersebar walau tanpa ada nama saya. Sebab berarti pahala amal jariyah akan saya dapatkan dan nilai-nilai dakwah sampai kemana-mana. Bukankah hal itu merupakan salah satu dari sekian banyak kebahagiaan hakiki? Bukankah hal itu merupakan warisan bermakna yg diidamkan-idamkan banyak orang, seperti sabda Nabi saw : “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim).

Oleh sebab itu, saya kurang sependapat jika ada orang yg dengan mudahnya menuduh plagiat kepada orang lain yg mengambil tulisan orang lain. Apalagi di masa kini dimana begitu derasnya tulisan bersliweran di media sosial dan mesengger. Belum tentu mereka yg mengutip atau meng-copy paste tulisan orang lain tanpa mencantumkan nama penulisnya melakukan plagiat. Selama ia tidak mengklaim tulisan tsb karyanya maka lebih baik kita bersangka baik bahwa mereka menyebarkan tulisan tsb dgn maksud menebarkan nilai-nilai kebaikan.

Saya agak gemes kepada penulis-penulis muda yg kebetulan tulisannya di FB atau medsos viral tapi sdh sombong dan marah kalau namanya tidak dicantumkan. Padahal bisa jadi orang yg mengutipnya tidak tahu itu tulisannya. Padahal menulis buku saja mereka belum pernah.

Saya sependapat dgn Yusuf Qordhowi dan Sayyid Quthb rahimahullah yang pernah membahas tentang hukum copy right dalam Islam. Singkatnya beliau berdua tidak sependapat dgn pengertian copy right dalam pandangan Barat. Bagi seorang muslim (dalam batas tertentu) tdk mengapa tulisan atau karyanya diambil orang lain. Tidak perlu seketat etika copy right seperti pemahaman orang Barat yg materialistik.

Bagi seorang muslim, keuntungan pahala akibat karyanya disebar luas justru jauh lebih besar daripada keuntungan materinya. Itulah sebabnya kita melihat di jaman kejayaan Islam dengan ratusan ulamanya yg luar biasa (Imam Syafi'i, Ibnu Sina, dll) tidak ada yang namanya copy right (hak paten) seperti yg dipahami Barat. Hal itu karena mereka sudah cukup dgn pahala amal jariyah yg didapat dan tdk mempermasahkan keuntungan materi.

Malulah kita pada ulama-ulama yg menulis kitab ilmiah berjilid-jilid dan nilainya lebih tinggi daripada tulisan kita,  tapi tidak nyinyir ketika tulisannya dikutip tanpa izin karena mereka tahu ilmu yg dia tulis adalah milik Allah swt. Oleh sebab Itu, janganlah kita mempermasalahkan tulisan kita di media sosial atau ranah publik lainnya yg diambil orang lain. Selain bisa merusak ukhuwah, juga menunjukkan keangkuhan kita karena mampu menulis.

Kecuali untuk tulisan ilmiah di ranah akademisi atau karya yg benar-benar baru (inovasi) yg memang perlu ketat memakai etika copy right, maka berbesar hatilah --wahai saudara-saudaraku-- untuk tidak marah atau su'dzhon jika tulisan atau karya kita dipakai orang lain.

Biarlah Allah yang memberikan pahala atas kebaikan tersebarnya tulisan kita. Biarlah Allah yg memberikan pahala kepada setiap orang yg meng-copas tulisan orang lain tanpa izin. Biarlah dakwah berkembang dengan kontribusi masing-masing kita tanpa su'zhon dgn tuduhan plagiatisme.

Jumat, 16 Maret 2018

RADIKALISME



Jika yg dimaksud radikal itu kembali ke akar (radiks). Kembali pada ajaran yg asli dan benar. Maka al Quran malah menganjurkan kita untuk radikal, yakni Istiqomah (Qs.41 ayat 30).

Jika yg dimaksud radikal itu adalah menyebarkan paham  yg menyimpang (radikalisme), maka al Quran justru melarangnya (Qs. Al Fatihah).

Jika yg dimaksud radikal adalah penyimpangan ajaran, maka dalam setiap umat beragama pasti ada orang yg radikal. Bukan hanya dalam tubuh umat Islam.

Istilah radikal adalah rancu. Membingungkan dan meresahkan. Sebaiknya gunakan istilah ekstrem (eks=keluar, trem=garis).

Istilah ekstrem lebih tepat karena merujuk pada orang yg menyimpang dlm memahami ajaran agamanya.

Orang ekstrem itu :
-Menghalalkan segala cara, termasuk tindakan terorisme
-Merasa dirinya atau kelompoknya saja yg benar. Yang lainnya salah.
-Mendahulukan kekerasan, bukan kelembutan sehingga menimbulkan antipati orang yg berbeda agama/paham.
-Sulit toleransi dan menerima perbedaan pendapat. Lalu menggalang hoax untuk memfitnah kelompok yg dianggap musuhnya.
-Takut berlebihan atau bahkan nekad menyerang tanpa kompromi terhadap perbedaan.

Semua keekstreman bersumber dari pemahaman yg salah terhadap teks-teks agama. Ditambah merasa diperlakukan tdk adil oleh lingkungan.

Orang ekstrem itu mengambil sebagian, dan membuang sebagian. Orang Yahudi dilaknat Allah karena melakukan hal demikian.

Sudah menjadi sunnatullah dlm perjuangan bahwa  tahapan, kelembutan dan dialog merupakan kata kunci keberhasilan. Bukan agitasi, kekerasan dan frontal tanpa tahapan. Kecuali kalau sang pejuang ingin dikenang sbg penjahat, bukan pahlawan.

Itulah sebabnya sudahi cara-cara kekerasan dalam berdakwah. Sudahi cara-cara yg frontal seperti ingin mendirikan khilafah tapi mengingkari demokrasi. Sudahi cara-cara yg emosional dan tdk kritis terhadap politik dan siasatnya, sehingga mudah didikte. Sudahi cara-cara yg lbh banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Sudahi debat kusir antar golongan tapi lupa esensi persatuan umat.

Jangan hancurkan negeri gemah ripah loh jinawi ini dgn tindakan ekstrem. Negara ini dibangun oleh para founding father, yg sebagian besar ulama, agar menjadi negeri baldatun thoyyiban wa robbun gofur. Pancasila rumusan dasar negaranya. Maka jangan benturkan Islam dgn Pancasila. Selain mubazir, juga kontra produktif. Lebih baik warnai kehidupan masyarakat dgn nilai-nilai Islam. Warnai kehidupan bernegara dgn nilai-nilai rahmatan lil alamin.

Bersatu bersama dalam ketundukan kepada Tuhan yg menciptakan semua manusia. "Atas berkat rahmat Allah...." (Pembukaan UUD'45).

Inilah mimpi indah saya dan kamu. Semoga.

By. Satria Hadi Lubis

BEGINILAH SEHARUSNYA AKTIVIS DAKWAH

Ikhtisar Buku :


By. Satria Hadi Lubis

"Dakwah ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas.Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah.Dan dakwah pun melebur dalam dirinya. Sebaliknya, barang siapa yang lemah memikul beban ini, maka ia terhalang dari pahala besar mujahid. Dan tertinggal bersama-sama orang –orang yang duduk. Lalu Allah swt akan mengganti mereka dengan generasi lain yang lebih baik dan lebih sanggup memikul beban dakwah ini" (Imam asy-syahid Hasan al-Bana)

Ada 4 pokok pembahasan dalam buku ini :

1. Sikap Terhadap Kemenangan Dan Kesuksesan Dakwah

2.  Mencetak Kader : Modal Menggapai Kemenangan

3. Terdepan Mengabdi Untuk Melayani Umat

4. Menata Organisasi, Meraih Kemenangan

Mari kita bahas satu persatu.

Pertama: Sikap Terhadap Kemenangan Dan Kesuksesan Dakwah

"Kami Tidak Mengaharapkan Sesuatu Dari Manusia; Tidak Mengharapkan Harta Benda Atau Imbalan Lainnya, Tidak Juga Popularitas, Apa Lagi Sekadar Ucapan Terima Kasih. Yang Kami Harap Hanyalah Allah, Dzat Yang Telah Menciptakan Kami" (Imam asy-syahid Hasan al-Bana)

Kemenangan yang hakiki adalah adanya pertolongan Allah atas setiap ikhtiar yang kita lakukan.

Tidak ada namaya kesuksesan kecuali karena pertolongan Allah swt.

Allah SWT telah meme
berikan banyak kemenangan dan kesuksesan kepada kita, seperti dipelihara-Nya iman kita, diizinkan-Nya kita bergabung dalam jamaah dakwah ini, diberikannya kemudahan kepada kita untuk menyebarkan dakwah, dan lain-lain.

Sesungguhnya kesuksesan (pertolongan Allah swt) kita lebih banyak dari pada kegagalan.

Tidak ada celah sedikitpun bagi kita untuk sombong dengan menganggap kemenangan itu berkat upaya kita, baik upaya secara individual maupun jama'ah.

Jadi hakikat kemenangan dan kesuksesan itu pada dasarnya berupa pertolongan demi pertolongan Allah swt yang selalu menghampiri kita, seperti bertambahnya aktivis dakwah, menyebarnya fikrah, meluasnya areal dakwah, meningkatnya berbagai keahlian, masuknya dakwah pada tataran politik, dan lain-lain.

Kesuksesan bisa membunuh orang yang lalai dengan kesuksesan  tsb, tapi juga bisa mengantarkan untuk memperoleh kesuksesan berikutnya, tergantung bagaimana kita menyikapi kesuksesan.

Bagaimana cara menyikapi kemenanganan dan kesuksesan?

Dalam surat an-nashr:1-3 kita diperintahkan bertasbih, bertahmid dan beristighfar setelah datang pertolongan Allah. Karena yang membedakan kita dengan yang lain adalah ibadah kita. Yang membuat Allah swt cinta hingga kita diberi hadiah kemenangan.

Perlu kita camkan : kesuksesan itu merupakan bukti Allah SWT mencintai kita,karena kita diberi kehormatan sebagai perantara-Nya dalam menyampaikan ayat – ayat-Nya.

Bertasbih,tahmid dan istighfar bukan sekedar zikir dilisan tapi harus menghujam dalam kalbu dan terealisasi dalam bentuk amal. Contoh nyata bagi kita, yaitu Rasulullah, setelah fathu makkah, banyak agenda besar yang beliau lakukan, diantaranya:

1. Membebaskan Abu Sufyan dan orang – orang semcamnya.
2. Menghancurkan berhala tetapi disisi lain tidak langsung meninggikan bangunan ka’bah
3. Meneruskan perjuangan sampai menguasai seluruh jazirah Arab.
4. Mempertahankan soliditas jamaah
5. Melakukan kaderisasi kepemimpinan.
6. Merealisasikan janji untuk membawa keadilan dan kesejahteraan.

Dua: Mencetak Kader ; Modal Menggapai Kemenangan

"Jangan sampai perhatian kita kepada politik mengalahkan perhatian kita kepada tarbiyah" (Syeikh Mustafa Masyhur).

Memang, tarbiyah bukanlah segala-galanya, tapi segala-galanya berawal dari tarbiyah.

Ada 2 bentuk tarbiyah, Tarbiyah komunal (tarbiyah ijtimaiyah) dan tarbiyah individual (tarbiyah dzatiyah). Keduanya sama-sama penting karena masing-masing mempunyai keistimewaan sendiri dalam menjaga komitmen (iltizam) dakwah.

Wasiat Hasan al-Bana : ”Kewajiban utama bagi kita sebagai aktifis dakwah adalah menyampaikan kepada manusia tentang batas-batas islam secara jelas dan sempurna, tanpa ditambah dan dikurangi, dan tidak pula membuat rancu ajarannya. Hal yang demikian itu merupakan aspek teoritis dari fikrah kami. Kemudian pada saat yang bersamaan kami menuntut dan mengkondisikan mereka untuk mewujudkan dalam amal nyata. Hal yang kedua ini merupakan aspek amali dari fikrah kami”.

Inilah agenda besar tarbiyah. Karena tarbiyah adalah ruh gerakan kita. Tarbiyah adalah jiwa dalam amal dakwah kita. Sekali kita menggeser tarbiyah menjadi kegiatan sekunder, kita menjauhkan dakwah ini dari tujuannya sekaligus membuat dakwah rapuh dan jauh dari kemenangannya.

Agenda tarbiyah bertujuan mencetak kader berkualitas sebanyak-banyaknya. Dalam istilah Al-Qur’an ini disebut ribbiyuuna katsiir. Ada 5 hal yang perlu dilakukan dalam agenda besar tarbiyah:

1. Membudayakan tarbiyah dzatiyah. Tarbiyah dzatiyah di sini bukan sebatas membaca buku atau mengembangkan pemahaman dan ilmu secara mandiri, tetapi yang paling mendasar adalah meningkatkan ibadah yaumiyah. Tarbiyah dzatiyah berarti upaya personal kader dakwah untuk bermujahadah (upaya sungguh-sungguh) membiasakan ibadah-ibadah sunnah. Mulai dari tilawah, qiyamullail, shalat sunnah, dzikir, hingga puasa sunnah. Tarbiyah dzatiyah seperti itu akan membuat ikhwah lebih imun terhadap godaan, mencegahnya dari kemaksiatan dan membuatnya istiqamah di medan perjuangan

2. Penyegaran halaqah/usrah. Yakni dengan terus memperbaiki dinamika halaqah/usrah, sekaligus produktifitasnya. Dinamis agar tidak jenuh dan jemu, tidak dikalahkan oleh dakwah ammah yang gegap gempita. Produktif maksudnya halaqah/usrah bukan sekedar “dinikmati” dan dirindukan tiap pekan, tetapi juga mampu mencapai tiga tujuan utamanya, yakni : membentuk muwashafat peserta, mencetak peserta menjadi murabbi dan mengembangkan potensi secara maksimal.

3. Mencetak muwajih. Karena tidak semua mad’u dan simpatisan tertarik langsung dengan halaqah, majelis taklim adalah sarana dakwah yang masih cukup efektif. Minat terhadap taklim semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah simpatisan dan meluasnya medan dakwah. Namun, ketersediaan muwajih taklim masih sangat terbatas sehingga agenda kaderisasi untuk mencetak muwajih menjadi sangat penting.

Struktur dan halaqah perlu membuat sistem yang efektif untuk merealisasikan agenda ini.

4. Mencetak murabbi. Sebagaimana halaqah/usrah merupakan sarana paling efektif dalam kaderisasi, ketersediaan murabbi/naqib juga sangat penting. Selain menyelenggarakan daurah atau program lain untuk menyiapkan murabbi, sebqiknua juga ada sertifikasi murabbi untuk memacu ikhwah menjadi murabbi yang handal.

5. Mengokohkan fikrah dakwah. Terutama pada era jamahiriyah yang tantangannya semakin beragam dan manuver siyasah terus berkembang. Agar asholah fikrah tidak tergerus dari kader dakwah. Salah satu cara yang bisa dilakukan secara personal aktivis dakwah adalah dengan mengkaji kembali buku-buku mufakir dakwah generasi awal.

Ketiga: Terdepan Mengabdi Untuk Melayani Umat

Rasulullah SAW bersabda: ”Barang siapa yang menghilangkan penderitaan seorang muslim, maka Allah kan membebaskannya dari kesulitan di Hari Kiamat”

Melayani umat bukanlah strategi dakwah, tetapi ia adalah bagian dari amal sekaligus tujuan dakwah. Maka kemenangan dakwah juga harus diikuti dengan peningkatan pelayanan untuk umat. Hal ini tentu saja diiringi dengan peningkatan pemahaman dakwah.

Paling tidak ada 8 hal yang perlu dilakukan dalam agenda pelayanan umat, terutama ketika dakwah menuai kemenangan: 1.Meningkatkan pemahaman politik
2.Meningkatkan citra Islam yang damai
3.Memberantas korupsi
4.Menegakkan supremasi hukum dan disiplin
5.Memprioritaskan pendidikan
6.Membangun ekonomi Islam dan meningkatkankesejahteraan
7.Mewarnai media massa
8.Menjalin silaturahim dengan kelompok lain

Keempat: Menata Organisasi, Meraih Kemenangan

“Setelah berdiri pemerintahan Islam saja kita tidak boleh mengesampingkan tarbiyah.Terlebih lagi jika kita baru memperoleh kemenangan sedikit dari perjuangan panjang menegakkan Daulah dan Khilafah Islamiyah.” (Dr. Ali Abdul Halim Mahmud).

Dengan mengoptimalkan segala potensi kader hingga memunculkan kesiapan dan stok pemimpin yang mampu memimpin hingga mengokohkan wilayah dakwah dengan tujuan agar semua dapat merasakan keberkahan dakwah yang utuh.

Ini juga merupakan agenda penting agar organisasi semakin kokoh sehingga kerja-kerja dakwah lebih mudah dan pelayanan umat berjalan optimal.

Agar organisasi dakwah semakin kuat, maka perlu dilakukan 7 langkah utama:

1.Meningkatkan kemampuan manajemen. Meliputi kecerdasan dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.

Penyebab umat islam tertinggal karena lemahnya kemampuan oraganisasi, kita terbiasa mengelola orgonisasi secara amatiran.

Cara meningkatkan keterampilan manajerial adalah : menambah pengalaman berorganisasi dan belajar dari pengalaman tsb, membaca buku terkait teori manajemen, mengikuti pelatihan atau training keorganisasian.

2.Meningkatkan karakter kepemimpinan (leadesrdhip) dalam diri aktivis dakwah.
Karakterk kepemimpinan adalah karakter untuk mampu mempengaruhi orang lain dan membuat seseorang selalu terdepan (pelopor) dalam perubahan.

Hal yang mesti dilakukan adalah: meningkatkn kepercayaan diri untuk memimpin, harus memiliki kemampuan untuk selalu berprestasi / kebutuhan untuk berprestasi (need for achievment). Sebagaimana dalam surat al Maidah ayat 48 : "dan berlomba- lombalah kamu dalam kebaikan".

Kita harus`memiliki mental juara bukan mental pecundang, sebagaimana Surat al Imran ayat 110 : "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia". Dan dalam surat Al Anfaal ayat 60:  "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi".

3. Memberdayakan personil berbasis potensi (potensi adalah kekuatan yang tersembunyi yang dimiliki oleh setiap orang).

Allah SWT telah memberikan setiap orang potensi yang berbeda- beda. Yang bekerja sesuai dengan potensinya akan menghasilkan karya yang lebih optimal daripada mereka yang bekerja tidak sesuai dengan potensinya.

Dakwah membutuhkan berbagai keahlian (kafaah). Maka keahlian yang beragam itu harus dibingkai dalam sebuah amal jama’i yang harmonis dan solid.

Dakwah harus lebih memperhatikan pengembangan potensi para kadernya dan memberdayakan sesuai dengan potensinya masing-masing.

Dakwah tidak mungkin mengandalkan lagi orang- orang yang serba bisa (generalis) untuk mengelola dakwah. Ke depan dibutuhkan orang- orang yang spesialis di bidangnya dalam mengemban dakwah ini

4.    Menyeimbangkan piramida dakwah. Menyeimbangkan pertumbuhan  kuantitas dengan kualitas. Jumlah anggota setiap jenjang dalam tarbiyah (marhalah) harus bertambah secara proporsional.

5. Mengokohkan wilayah dakwah.

Agenda yang dapat dilakukan untuk penyebaran kader dakwah adalah :
-Memberikan wawasan kepada kader tentang pentingnya penyebaran aktivis dakwah
-Program pemindahan kader dengan melakukan analisis tentang prospek kepindahannya dan menyediakan sarana dan prasarana terkait kepindahannya

6.Memberdayakan perempuan.
Watak perempuan yang suka bersosialisasi, maka hal ini perlu diperhatikan, terutama dalam tugas struktural dan peran sebagai muballighah.

7.Mengokohkan keluarga. Peningkatan kekokohan keluarga harus terus dilakukan, diantaranya meningkatkan nilai – nilai kesetiaan, pembagian peran suami istri, pemberian nafkah dan pendidikan anak.

Ada 3 sendi yang perlu dikokohkan dalam keluarga: Sendi tarbiyah, Sendi Komunikasi, dan Sendi Ekonomi.

Mari kita renungkan alimat bijak dari Imam Syahid :      “Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiaannya ditengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang baik bagi tanah air dibawah naungan Islam yang hanif. Akulah lelaki bebas yang telah mengetahui rahasia wujudnya, maka ia pun berseru, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah swt dan tiada sekutu baginya. Kepada yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang – orng yang berserah diri. Inilah Aku, Dan kamu, kamu sendiri siapa??"

Semoga kita termasuk aktivis dakwah yang berupaya mencapai kondisi ideal seperti yg dipaparkan dalam buku ini, hingga menjadi salah seorang yang ambil bagian dalam menanam saham kemenangan dakwah.

JADWAL IBADAH HARIAN


Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh. Tidur sejenak jika lelah.

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)

2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas : Membaca Al-Quran dengan dicicil. Jika 1 juz sehari berarti dicicil sehabis sholat fardhu 5 halaman. Juga membaca zikir pagi/petang (Al matsurat).

Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78).

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah. Dan semua itu tergantikan dengan dua rakaat sholat dhuha”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat rawatib 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas : Membaca Al-Quran. Juga  membaca zikir pagi/petang (Al matsurat).

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas : Membaca Al Qur'an untuk menyempurnakan target bacaan Al Qur'an.

Tidur paling lambat jam 9-10 malam agar bisa sholat tahajud. Lagipula begadang tiada artinya.

Note : ibadah yang sifatnya sunnah bisa fleksibel waktu dan jumlahnya. Namun yang penting dilakukan secara rutin. Walau mungkin tidak bisa dilakukan semuanya. Yang penting ada kemauan dan usaha yg kuat untuk melaksanakannya.

By. Satria hadi lubis.

BARU KUSADARI

Baru kusadari ..
Hidup ini sederhana
Sekedar bersyukur saja cukup sudah.
Keinginan yang terus menuntutlah yang membuat hidup menjadi rumit dan memberatkan.
"Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai kurnia yang besar (yang diberikan-Nya) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukuri(nya)" (Qs. 27:73).

Baru kusadari..
Sakit hati sebenarnya kata lain dari tdk mau melepas pasrah saja, karena merasa memiliki.
Padahal jika ikhlas dan sadar bahwa semua milik dan terjadi atas kehendak-Nya maka akan plong dada ini dan lega tanpa ada beban perasaan.
"Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan" (Qs. 3:109).

Baru kusadari..
Keinginan memperbaiki orang lain, termasuk orang-orang yang dicintai bisa berlebihan dan memaksa.
Yang tanpa sadar mengambil hak Allah untuk  mengendalikan hamba-hambaNya.
"Sesungguhnya engkau  tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk" (Qs.28:56).

Baru kusadari
Perubahan pikiran ini semudah membalikkan telapak tangan
Terombang ambing jika tidak waspada
Maka waspadalah dgn selalu zikir dan senantiasa meminta perlindungan-Nya.
Lengah sedikit bisa menjadi penyesalan berkepanjangan jika pikiran itu diwujudkan dalam amal yang buruk.
"Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya"

Baru kusadari..
Ternyata masih banyak yang harus kupelajari
Kesombongan dan rasa malaslah yg membuat aku bodoh untuk memahami kebesaran Allah dalam setiap urusanku
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (Qs. 41:53)

Baru kusadari....

MARI PERANGI HOAX


By. Satria Hadi Lubis

Hoax (berita bohong) adalah perbuatan dosa. Bahkan bisa memasukkan seseorang ke neraka jika sering dilakukan tanpa sempat bertaubat. Dalilnya : "Sesungguhnya kejujuran akan membimbing menuju kebaikan, dan kebaikan akan membimbing menuju surga. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk jujur, sampai akhirnya ia menjadi orang yang benar-benar jujur. Dan sesungguhnya kedustaan akan membimbing menuju kejahatan, dan kejahatan akan membimbing menuju neraka. Sesungguhnya seseorang akan bersungguh-sungguh berusaha untuk dusta, sampai akhirnya ia benar-benar tertetapkan di sisi Allâh sebagai pendusta". [HR. Bukhari dan Muslim. Lafal di atas adalah lafal Bukhari].

Hadits di atas mengatakan dusta sebagai kejahatan, sehingga wajar jika aparat kepolisian sekarang ini giat memberantas berita hoax dengan delik sebagai kejahatan.

Saya melihat berita hoax bisa dilakukan oleh siapa saja, baik dari kubu "sana" maupun "sini". Jika benar The Family MCA yg ditangkap polisi baru2 ini sebagai pabrik berita hoax, termasuk hoax tentang penganiayaan ulama/ustadz yg dibesar2kan, maka ini sungguh kejahatan yg harus ditindak tegas. Sebab meresahkan masyarakat dan memecah belah anak bangsa. Tidak peduli pelakunya muslim atau bukan.

Namun jangan juga dibuat hoax baru bahwa semua orang yg membela Islam itu berarti Muslim Cyber Army (MCA). Dan setiap MCA pasti penyebar hoax. Polisi juga harus berlaku adil untuk memberantas hoax dari kubu mana pun.

Yang berbahaya adalah ketika kita melakukan generalisasi terhadap perilaku "oknum". Orang Islam yg taat digeneralisir sebagai radikal dan cikal bakal teroris. Orang Kristen digeneralisir sebagai anti Islam. Orang cina digeneralisir pasti jahat. Orang barat digeneralisir sebagai penjajah. Dan semisalnya.

Generalisasi semacam itu juga hoax (kebohongan) yg perlu diberantas karena kebaikan dan kejahatan bisa dilakukan siapa saja, tidak peduli dari kelompok manapun. Saat ini stereotipe semacam itu menjadi semakin panas dan liar, sehingga meningkatkan kebencian antar anak bangsa dan berpotensi menghancurkan NKRI yg kita cintai.

Saya sendiri tanpa sengaja pernah men-share berita hoax (untung bukan hoax tentang radikalisme). Seperti baru2 ini men-share video tentang makam Nabi Muhammad saw yg ternyata hoax. Maklum saya tdk terlalu canggih dalam IT sehingga tdk ahli memeriksa jejak digital sebuah berita hoax atau bukan.

Tapi sikap yg benar jika khilaf menyebar berita hoax adalah segera menghapusnya. Sebagai tanda bertaubat. Syukur2 disertai permintaan maaf jika menyakiti atau mencemarkan nama baik seseorang.

Janganlah hoax dilawan hoax. Tapi jawablah hoax dgn kejujuran, argumentasi dan data. Jangan juga menganggap remeh menyebarkan hoax dgn anggapan toh ini hanya bercanda atau sensasi saja. Hoax tetaplah kebohongan. Dan kebohongan itu dosa.

Renungkanlah hadist Nabi saw berikut : "Barangsiapa yang menyeru kepada sebuah petunjuk maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang-orang yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi akan pahala-pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang menyeru kepada sebuah kesesatan maka atasnya dosa seperti dosa-dosa yang mengikutinya, hal tersebut tidak mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun".
[ Hadits riwayat Muslim].
Bayangkan betapa banyak dosa pembuat hoax karena ia akan menanggung dosa setiap kali berita hoax-nya disebarkan oleh orang lain. Naudzubillah.

Oleh sebab itu, mari kita perangi hoax! Tidak peduli dari siapapun dan dari kelompok mana pun. Sesungguhnya Allah mencintai kejujuran dan mencintai orang-orang yg jujur.

APA MASALAH BESAR DALAM KELUARGA?


By. Satria Hadi Lubis

Keluarga bahagia adalah keluarga yang sibuknya menyelesaikan masalah besar, bukan masalah kecil. Masalah besar dalam rumah tangga muslim adalah tegak atau tidaknya Tauhid di dalam rumah tangga. Tegak atau tidaknya rukun Islam dan dakwah di dalam rumah tangga tsb. Sehingga sebagian besar sumber daya anggota keluarga dicurahkan untuk hal tsb, bukan yang lainnya. Itulah keluarga  Baginda Nabi Besar Muhammad saw. Walau rumahnya kecil dan sederhana, dengan bangga beliau berkata, "baiti jannatii" (rumahku surgaku) karena di rumahnya tegak Tauhid.

Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra pernah marah kepada sahabatnya yg minta cerai hanya gara-gara tidak lagi mencintai pasangannya. Karena bagi Umar itu masalah kecil. Yang besar itu masalah TAUHID. Ketika Rasulullah saw pulang dan di rumahnya tidak ada makanan, beliau dgn mudah memaafkan istrinya. Karena bagi Rasulullah yang besar itu masalah TAUHID. Ketika Rasulullah saw pulang malam dan tidak dibukakan pintu setelah memberi salam tiga kali dengan ringan beliau tidur di halaman rumahnya. Rasulullah saw tidak marah karena bagi beliau itu masalah kecil. Yang besar bagi beliau dalam rumah tangga itu masalah TAUHID. Ketika nabi Yaqub as sakaratul maut, yang dikuatirkan untuk anak-anaknya bukan masalah materi, tapi masalah tauhid. “Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya” (Qs. 2 : 133). Karena bagi Nabi Yaqub as yang besar itu masalah TAUHID, bukan yg lainnya.

Ciri lainnya dari keluarga yang sibuk dengan masalah kecil adalah mereka lebih sibuk mencari uang atau aktualisasi keduniaan lainnya daripada aktivitas dakwah dan ibadah. Sedih dan bahagianya keluarga bukan karena tegak atau tidaknya Tauhid, tapi karena kenikmatan dunia. Pikiran, waktu, tenaga, dan perasaan anggota keluarga habis tercurah untuk berbagai pernik-pernik dunia. Momen-momen bahagia menurut keluarga tersebut adalah momen rekreasi atau berbangga dengan materi serta status sosial. Bukan momen ibadah dan dakwah yang mereka lakukan.

Pada saat ini kita melihat tingkat perceraian meningkat dimana-mana. Setiap satu jam rata2 ada 40 perceraian terjadi di Indonesia. Ya...Indonesia termasuk negara yg tingkat perceraiannya tertinggi di dunia. Padahal Islam, yg dipeluk sebagian besar penduduk Indonesia,  mempermudah pernikahan dan mempersulit perceraian.  Ini malah yg terjadi sebaliknya. Di Indonesia, pernikahan semakin ribet dan perceraian semakin mudah dilakukan oleh pasangan suami isteri.

Yang memprihatinkan, sebagian besar perceraian saat ini disebabkan masalah-masalah kecil yang tak ada hubungannya dengan Tauhid.  Misalnya, bercerai karena masalah ekonomi/nafkah, karakter, cara komunikasi, kebutuhan biologis, dan lain-lain. Yang semestinya bisa diselesaikan dgn komunikasi yg baik antar suami isteri.

Padahal semestinya suami isteri jangan bercerai karena masalah kecil. Bercerailah karena masalah besar, yakni Tauhid tumbang di dalam keluarga tsb. Yakni, ketika Rukun Islam tidak dijalankan dan diabaikan. Misalnya, pasangannya beda agama, tidak sholat, atau tidak puasa wajib. Rumah tangga tanpa Tauhid sebaiknya dibubarkan saja karena sudah tdk bisa membawa penghuninya ke surga bersama-sama. Bukankah menikah itu untuk dibawa ke dunia dan akhirat? Bukan semata-mata karena cinta buta?

Suami isteri yg bercerai karena masalah-masalah kecil selain Tauhid menunjukkan ketidakdewasaan emosi. Juga menunjukkan kesalahan prioritas dalam meraih kebahagiaan. Mestinya tegakkan Tauhid dulu dalam rumah tangga maka nanti masalah kecil yg lainnya akan selesai. Bukan sebaliknya, sibuk dgn hal-hal kecil selain Tauhid sehingga membuang energi dan waktu. Sedang bahagia menjadi semakin jauh. Pantas jika keluarga-keluarga muslim demikian diam-diam mengakui bahwa keluarganya adalah baiti naarii (keluargaku nerakaku), bukan baiti jannati.

Lalu gimana kalau pasangannya berkali-kali selingkuh dan melakukan KDRT? Ini termasuk masalah Tauhid juga. Masalah dosa besar, sehingga boleh bercerai. Namun jika alasan2 lainnya maka termasuk masalah kecil yg kurang layak suami isteri untuk bercerai. Walau bukan berarti haram hukumnya.

Oleh sebab itu, mari kita menjadi suami dan isteri yang tahu skala prioritas. Tidak meributkan masalah kecil dalam rumah tangga. Bersedia bersabar dan berkorban perasaan atas kekurangan pasangan. Toleransi terhadap kesalahan yang tidak prinsip. Sebab no body perfect. Jika mindset ini yg kita pegang, selain membuat rumah tangga kita langgeng karena  tidak meributkan masalah-masalah kecil, juga mengurangi beban mental kita. Tidak sedikit-sedikit stress atau sakit hati akibat melihat kekurangan pasangan.

Sebab berumah tangga adalah kesabaran (yang berlipat ganda). Sebab kebahagiaan hanya didapat oleh orang-orang yang mampu bersabar.


SI PEMUTUS KELEZATAN



By. Satria Hadi Lubis

Salah satu kenangan yang tak terlupakan ketika kita di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi adalah melakukan sholat jenazah sehabis sholat fardhu.

Kita diingatkan terus bahwa suatu ketika kitalah yang akan dishalatkan. Diingatkan terus menerus suatu ketika kematian akan menjemput kita.

Nabi saw mengingatkan kita untuk banyak mengingat hari pemutus kelezatan. "Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR. At-Tirmidzi no. 2307, An-Nasa`i no. 1824, Ibnu Majah no. 4258. Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu berkata tentang hadits ini, “Hasan shahih.”)

Adalah Yazid Ar-Raqasyi rahimahullahu berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Yazid! Siapa gerangan yang akan menunaikan shalat untukmu setelah kematianmu? Siapakah yang mempuasakanmu setelah mati? Siapakah yang akan memintakan keridhaan Rabbmu untukmu setelah engkau mati?” Kemudian ia berkata, “Wahai sekalian manusia, tidakkah kalian menangis dan meratapi diri-diri kalian dalam hidup kalian yang masih tersisa? Duhai orang yang kematian mencarinya, yang kuburan akan menjadi rumahnya, yang tanah akan menjadi permadaninya dan yang ulat-ulat akan menjadi temannya… dalam keadaan ia menanti dibangkitkan pada hari kengerian yang besar. Bagaimanakah keadaan orang ini?” Kemudian Yazid menangis hingga jatuh pingsan. (At-Tadzkirah, hal. 8-9)

Sungguh, hanya orang-orang cerdas sajalah yang banyak mengingat mati dan menyiapkan bekal untuk mati. Shahabat yang mulia, putra dari shahabat yang mulia, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengabarkan, “Aku sedang duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala datang seorang lelaki dari kalangan Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu berkata, ‘Ya Rasulullah, mukmin manakah yang paling utama?’ Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka. Mukmin manakah yang paling cerdas?’, tanya lelaki itu lagi. Beliau menjawab:

أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ أَكْيَاسٌ

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati. Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata, “Ad-Daqqaq berkata, ‘Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup, dan giat/semangat dalam beribadah.

Sebaliknya, siapa yang melupakan mati ia akan dihukum dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridha dengan perasaan cukup dan malas dalam beribadah. Maka berpikirlah, wahai orang yang tertipu, yang merasa tidak akan dijemput kematian, tidak akan merasa sekaratnya, kepayahan, dan kepahitannya. Cukuplah kematian sebagai pengetuk hati, membuat mata menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Apakah engkau, wahai anak Adam, mau memikirkan dan membayangkan datangnya hari kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?”

Bayangkanlah saat-saat sakaratul maut mendatangimu. Ayah yang penuh cinta berdiri di sisimu. Ibu yang penuh kasih juga hadir. Demikian pula anak-anakmu yang besar maupun yang kecil. Semua ada di sekitarmu. Mereka memandangimu dengan pandangan kasih sayang dan penuh kasihan. Air mata mereka tak henti mengalir membasahi wajah-wajah mereka. Hati mereka pun berselimut duka. Mereka semua berharap dan berangan-angan, andai engkau bisa tetap tinggal bersama mereka. Namun alangkah jauh dan mustahil ada seorang makhluk yang dapat menambah umurmu atau mengembalikan ruhmu. Sesungguhnya Dzat yang memberi kehidupan kepadamu, Dia jugalah yang mencabut kehidupan tersebut. Milik-Nya lah apa yang Dia ambil dan apa yang Dia berikan. Dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan.

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata, “Tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil dan tiada berarti baginya. Dan semua yang ada di atas dunia ini hina baginya.”

Adalah ‘Umar bin Abdil ‘Aziz rahimahullahu bila mengingat mati ia gemetar seperti gemetarnya seekor burung. Ia mengumpulkan para ulama, maka mereka saling mengingatkan akan kematian, hari kiamat dan akhirat. Kemudian mereka menangis hingga seakan-akan di hadapan mereka ada jenazah.

Tentunya tangis mereka diikuti oleh amal shalih setelahnya, berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersegera kepada kebaikan. Beda halnya dengan keadaan kebanyakan manusia pada hari ini. Mereka yakin adanya surga tapi tidak mau beramal untuk meraihnya. Mereka juga yakin adanya neraka tapi mereka tidak takut. Mereka tahu bahwa mereka akan mati, tapi mereka tidak mempersiapkan bekal. Ibarat ungkapan penyair:

Aku tahu aku kan mati namun aku tak takut

Hatiku keras bak sebongkah batu

Aku mencari dunia seakan-akan hidupku kekal

Seakan lupa kematian mengintai di belakang

Padahal, ketika kematian telah datang, tak ada seorangpun yang dapat mengelak dan menundanya.

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُونَ

“Maka apabila telah tiba ajal mereka (waktu yang telah ditentukan), tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat mendahulukannya.” (An-Nahl: 61)

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا

“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang ajal/waktunya.” (Al-Munafiqun: 11)

Wahai betapa meruginya seseorang yang berjalan menuju alam keabadian tanpa membawa bekal. Lupa hari pemutus kelezatan. Janganlah engkau, wahai jiwa, termasuk yang tak beruntung tersebut. 😭