Minggu, 13 Maret 2022

MENUA BERSAMAMU

 

 

By. Satria hadi lubis 


Terima kasih kekasih karena engkau mau menua bersamaku 


Aku yang lemah dan banyak khilaf ini

Aku yang egois dan tak sabar untuk memahamimu 

Aku yang hanya satu dari seribu manusia yang bisa engkau pilih untuk menjadi pasanganmu 


Terima kasih kekasih karena engkau mau menua bersamaku 


Engkau yang baik dan pengertian 

Engkau yang dalam doa diammu dan dalam teriak sayangmu hanya ingin agar aku bahagia 

Engkau yang dalamnya lautanpun tak dapat mengalahkan dalamnya lautan cintamu kepadaku


Terima kasih kekasih karena engkau mau menua bersamaku 


Walau sering tidak terucap. 

Namun tatapan mata kita.. sentuhan raga kita..

Berkata jujur tentang cinta di antara kita

Canda dan serius kita dilumuri oleh rasa syukur karena saling sayang di antara kita

Bahkan benci dan marahan kita pun tak dapat mengalahkan rindu dan kangen kita


Terima kasih karena engkau mau menua bersamaku


Bersama tubuh ringkih ini 

Bersama wajah yang makin keriput ini

Bersama masa lalu yang penuh suka dan duka

Bersama masa depan yang akan menunggu ajal 


Terima kasih kekasih...engkau tetap mau di sisiku

Menghabiskan asa yang tersisa 

Meniti jalan ke surga 

Meninggalkan warisan generasi sholih


Terima kasih kekasih karena engkau mau menua bersamaku

Semoga Tuhan sang pemilik cinta  memberi karunia cinta ini sepanjang jaman 


Sekali lagi.. 

Terima kasih kekasih karena engkau mau menua bersamaku.

MITOS SEKOLAM HAMIL



By. Satria hadi lubis


Akhir-akhir ini ramai diberitakan pernyataan seorang anggota KPAI yang kontroversial dan ngaco, bahwa perempuan bisa hamil jika sekolam dengan laki-laki.


Memang parah pernyataannya. Semestinya sekelas pejabat publik semacam itu tak lagi mengeluarkan pernyataan yang merupakan mitos, tanpa disertai data atau  referensi ilmiah yang shohih.  


Apalagi jika itu dilakukan oleh seorang pembina perlindungan anak sekaligus pendidik anak, seperti KPAI atau guru, orang tua dan para pendidik lainnya.


Mitos (sesuatu yang dianggap benar padahal salah) memang perlu diberantas dalam dunia pendidikan. 


Sebab berdampak pada cara mendidik yang salah dan membuat anak berkembang dalam kedunguan.


Beberapa contoh mitos pendidikan anak yang ada di sebagian masyakarat adalah :


-Bisa membaca pada usia dini adalah tanda-tanda anak genius.

-Mendengar Mozart atau musik klasik yang lain selama usia awal bisa meningkatkan kecerdasan.

-Kecerdasan intelegensi (IQ) sudah tetap dan tak mungkin berubah.

-Bermain edu-toy dan menonton edu-video bisa membuat anak-anak lebih cerdas.

-Suplemen bisa melejitkan kecerdasan anak.

-dll


Ada juga mitos yang terkait takhayul, seperti :

- Anak akan sial jika makan di depan pintu.

-Mempercayai horoscope  sebagai cara membaca kepribadian diri dan orang lain.

-Tidak boleh potong kuku malam.

-Jangan foto bertiga.

-Jangan menyapu pada malam hari.

-Jika ada kupu-kupu akan kedatangan tamu.

-Mimpi gigi tercabut akan ada orang dekat yang meninggal.

-Dll.


Disinilah pentingnya belajar dan terus belajar. Menuntut ilmu sepanjang hidup. Tidak malas membaca dan berpikir kritis, sehingga tidak mudah dibodohi dan membodohi.


"Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu." (HR Tabrani). 

KEBEBASAN IBADAH


By. Satria hadi Lubis


DI BUKU-BUKU motivator sekuler seringkali disebutkan bahwa puncak kesuksesan seseorang adalah keberhasilan memperoleh kebebasan finansial (financial freedom). Istilah yang menggambarkan seseorang sudah kaya raya, sehingga bisa membeli apa saja yang diinginkannya.


Bagi kita kaum muslimin, puncak kesuksesan tertinggi bukan kebebasan finansial, tapi KEBEBASAN IBADAH (prayer freedom). Suatu istilah yang menggambarkan seorang muslim bisa bebas beribadah kapan pun dan dimana pun. Tidak terhalang oleh waktu kesibukan yang lain. Bisa berlama-lama beribadah, baik yang wajib maupun sunnah. Bisa memperbanyak ibadah dan meningkatkan kekhusyukannya. Termasuk bisa bebas berlomba-lomba dalam kebajikan alias berdakwah dengan niat dan cara yang ikhlas semata-mata untuk mendapatkan ridho Allah. Sebab bukankah kita diciptakan semata-mata untuk ibadah kepada Allah? "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” (QS. Adz Dzariyat: 56).


Inilah yang disebut dengan kedewasaan berpikir seorang muslim. Ketika ia mengejar kebebasan beribadah sebagai cita-cita tertingginya. Ia sadar sebentar lagi akan mati dan bekalnya hanya amal ibadahnya. Ia menjadi cerdas seperti yang disabdakan Rasulullah saw : "Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas” (HR. Ibnu Majah).


Sebaliknya, ketika seorang muslim tidak sadar. Atau sadar tapi kalah dan pasrah, bahkan candu pada kesibukan duniawi dengan segala perniknya, maka ia menjadi muslim yang tak pernah dewasa. Ia kekanak-kanakan dan bodoh. Sebab telah "lupa" dengab asal usul penciptaannya, yakni untuk ibadah kepada Allah SWT. "Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik” (QS. Al Hasyr: 19).


Langkah teknis untuk menjadi muslim dewasa yang cerdas tersebut adalah dengan kecerdasan mengelola waktu (time intellegence). Selalu merencanakan, menjadwal dan mengevaluasi kegiatan harian kita. Apakah hari-hari kita sudah produktif apa tidak. Produktif dalam artian kebebasan ibadah tadi, bukan kebebasan finansial atau materi. Sebab orang yang bebas finansial belum tentu sadar untuk bebas beribadah, tapi sebaliknya orang yang sadar untuk bebas ibadah tak perlu menunggu bebas finansial lebih dahulu. Kuncinya adalah kemauan untuk mengatur waktu dan selalu bertanya apakah waktu saya sudah produktif dalam perspektif ibadah atau tidak.


Lagi pula kalau kita renungkan lebih dalam, kebebasan ibadah adalah kunci kesuksesan lainnya, termasuk kunci kesuksesan finansial yang berkah. Bukankah kalau orang sudah dekat kepada Allah, maka Allah membantunya dan memberikan jalan keluarnya? 


"Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya” (Qs at Taghabun: 4).


Semoga kita semua diberikan kemampuan dan kemauan untuk menjadi orang yang cerdas dan dewasa mensikapi kehidupan ini sebagai tempat untuk beribadah. 


By. Satria hadi lubis

MEMANTASKAN DIRI



By. Satria hadi lubis


Seringkali kita gusar dan gelisah untuk tampil pantas di hadapan manusia. Apakah saya sudah tampil pantas di depan si A yang akan saya jumpai? Apakah dandanan saya layak untuk acara itu? Apakah saya orang baik di mata teman-teman saya? Dan pertanyaan-pertanyaan semacamnya.


Saking gusarnya kadang ada yang berhari-hari memikirkannya sampai tidak bisa tidur nyenyak untuk tampil pantas di hadapan manusia.


Hmm....jika sekiranya hal yang sama kita lakukan untuk tampil pantas di hadapan Allah 'ajja wa jalla, sungguh telah damailah bumi ini. Tentramlah hidup manusia.


Tampil pantas di hadapan Allah yang Maha Melihat membuat kita akan hati-hati bertindak. Takut berbuat semaunya dan meremehkan dosa, terutama di kala sendirian. Sebab dosa terbanyak justru adalah dosa ketika sendirian. Tersembunyi berupa aib. Sering orang yang tampil pantas di hadapan manusia, justru tampil berantakan di hadapan Allah, saking banyaknya dosa-dosa aibnya.


Sayangnya..tampil pantas di hadapan Allah tidak nyata sanksinya, sehingga membuat banyak orang tertipu dan meremehkannya. Mereka lebih sibuk untuk tampil pantas di hadapan manusia. Sebab nyata dan seketika sanksinya. 


Akhirnya, ketidakpedulian untuk selalu tampil pantas di hadapan Allah berujung tragedi.

Lebih sibuk dengan pencitraan manusia daripada sibuk memperbaiki diri di kala sepi dan ramai berbuntut nestapa. Seperti firman-Nya yang membuat orang yang peduli terisak ketakutan 😂.


"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa". (QS. 6 ayat 44).


Wahai diri....jika ayat di atas tak mampu membuat engkau berubah, maka dengan apa lagi engkau bisa dinasehati?. 

TIPE KELUARGA


By. Satria hadi lubis 


Dalam keluarga yang sakinah, suami isteri memiliki kewajiban untuk saling memberdayakan satu sama lain. Juga memberdayakan anak-anak mereka sehingga semakin lama semakin bertaqwa, sebagaimana yg diperintahkan Allah swt : "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam' (Q.s 3:102).


Keluarga sebagai sebuah entitas kebahagiaan tentu harus memberdayakan penghuninya, bukan mengkerdilkan potensi penghuninya. Pemberdayaan tersebut diawali dengan suami yang memberdayakan isterinya. Isteri juga memberdayakan suaminya. Kemudian suami isteri kompak memberdayakan anak-anak mereka. 


Dalam kenyataannya, ada suami atau isteri yang setelah menikah malah semakin kerdil kualitasnya. Faktor penyebabnya banyak, tapi salah satunya karena pasangan tidak membantu pemberdayaan suami atau isterinya. Ada suami misalnya semakin minder setelah menikah, tidak mau bergaul dengan tetangga. Setelah ditilik ternyata karena si suami suka dilecehkan isterinya. Atau sebaliknya, isteri menjadi kurang kecerdasannya karena tidak didukung suami untuk ikut pengajian. Padahal si isteri dahulu adalah aktivis dakwah yang cerdas.


Ada juga suami isteri yang menurun kualitasnya bukan karena tidak didukung pasangannya, tapi karena ia sendiri yang tidak mau mengembangkan diri karena terjebak dengan rutinitas mengurus keluarga dengan segala tetek bengeknya. Terjebak dengan zona nyaman berkeluarga dan lupa mengembangkan diri agar lebih berguna bagi masyarakat dan Allah swt.


Paling tidak ada lima tipe keluarga yang bisa dijumpai. Keluarga Anda termasuk yang mana?


1. Keluarga Kuburan 

Pemberdayaan yang perlu dilakukan di dalam keluarga paling tidak meliputi empat unsur: spritual, intelektual, emosional dan jasmani. Ada keluarga yang lemah di bidang spritual. Misalnya, bapaknya tidak sholat atau anaknya tidak pernah baca Qur'an. Inilah keluarga kuburan karena kering spritual. Persis seperti sabda Nabi saw: "Jadikanlah rumah kalian sebagai tempat shalat kalian, jangan jadikan ia sebagai kuburan" (HR. Al Bukhari no. 432, 1187, Muslim no. 777). Nabi saw melarang menjadikan rumah seperti kuburan karena penghuninya jarang sholat atau kering secara spritual.


2. Keluarga Bioskop

Ada juga rumah yang kering secara intelektual, walau mungkin spritual, emosional dan jasmaninya bagus. Inilah keluarga tipe bioskop. Keluarga yang penghuninya asyik menonton film di televisi, ketagihan hape atau anak-anaknya asyik bermain games, sehingga otaknya tidak kritis dan hanya mengekor apa yang ditonton. Lawannya adalah keluarga buku, yakni keluarga yang penghuninya rajin baca buku, belajar dan mengaji, sehingga mereka kritis dan cerdas mensikapi gaya hidup yang materialistik dan tidak mengekor budaya barat.


3. Keluarga Terminal

Lalu ada juga tipe keluarga yang kering emosionalnya, yakni keluarga terminal. Persis seperti terminal bis, dimana bis hanya sekedar mampir di terminal untuk istirahat sebentar saja. Keluarga tipe terminal adalah keluarga yang penghuninya menjadikan rumah sekedar tempat istirahat tanpa interaksi mendalam dari penghuninya. Anggota keluarga tidak akrab satu lain karena sibuk sendiri-sendiri. Rumah seperti tempat kos yang penghuninya asing satu sama lain. Kadar emosional anggota keluarga tipe ini juga rendah. Selain tidak akrab satu sama lain, emosional mereka juga rapuh dari penyakit hati. Suka marah, mengumpat, menjelekkan satu sama lain, kurang sabar, sering galau, dan berbagai perasaan buruk lainnya.


4. Keluarga Rumah Sakit

Yang berikutnya adalah keluarga tipe rumah sakit karena penghuninya lemah dalam kualitas jasmani. Rumah yang penghuninya tidak memperhatikan kesehatan jasmani. Entah karena rumah tersebut jorok atau karena penghuninya kurang memperhatikan makanan bergizi atau olahraga, sehingga penghuninya sering sakit-sakitan secara bergantian.


5. Keluarga Surga 

Keempat tipe keluarga di atas --keluarga kuburan, keluarga bioskop, keluarga terminal dan keluarga rumah sakit-- tidaklah ideal dalam Islam. 


Keluarga yang Islami adalah keluarga yang seimbang dalam pemberdayaan empat hal tersebut, yakni spritual, intelektual, emosional dan jasmaninya. Inilah keluarga Nabi Muhammad saw, sehingga beliau dengan bangga menyebut keluarganya sebagai baiti jannati (rumahku surgaku). Inilah keluarga surga, keluarga bahagia, atau keluarga sakinah, dimana penghuninya berdaya dalam empat hal, yakni spritual yang baik, intelektual yang tinggi, emosional yang matang dan jasmani yang sehat.


Yang menarik, ternyata keluarga surga tidak ada hubungan secara langsung dengan kekayaan keluarga tersebut. Rasulullah saw mengucapkan keluarganya adalah keluarga surga ketika dalam kondisi rumahnya yang sederhana dan tidak luas. Rumah Rasulullah saw beserta isterinya Aisyah ra seperti yang disebutkan dalam hadits sangat sederhana. Lantainya terbuat dari tanah, tempat tidur Nabi saw saja terbuat dari semacam jerami kering. Rumah Nabi saw juga sempit.  Dikisahkan jika Rasulullah saw sholat tahajud di rumah Aisyah ra sering bersentuhan dengan kaki Aisyah ra yang sedang tidur saking sempitnya rumah tersebut. Kalau kita ke makam Rasulullah saw di Masjid Nabawi, yang dulu merupakan rumah beliau bersama Aisyah ra, maka kita akan lebih mengerti betapa sempitnya rumah Nabi saw. Tidak lebih dari ukuran 8x4. Di rumah semacam itulah Nabi yang mulia dengan bangga menyebutkan rumahnya adalah surganya.


Bandingkan, dengan keluarga-keluarga modern sekarang ini. Bahkan yang kaya sekalipun. Beranikah penghuninya mengatakan keluarganya adalah surganya? Mungkin malah sebaliknya, diam-diam mengatakan dalam hati bahwa keluargaku adalah nerakaku. Sebab penghuninya jauh dari nilai-nilai spritual. Intelektualnya (kualitas berpikirnya) kurang Islami. Emosionalnya kering atau jasmaninya tidak sehat, sehingga sulit tercapai kebahagiaan lahir dan batin di rumah tersebut.


Oleh karena itu, keluarga surga adalah keluarga yang seimbang dalam spritual, intelektual, emosional dan jasmani. Keluarga yang seimbang tersebut disebut juga dengan keluarga qurrota a'yun seperti yang disebut al Qur'an dalam surah al Furqon ayat 74: " Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa".


Ayat 74 surah al Furqon ini bukan saja sebagai doa yang harus sering dibaca setiap keluarga muslim atau mereka yang hendak mencari jodoh agar mendapatkan jodoh yang baik, namun ayat ini juga mengandung visi dan misi keluarga Islam. 


Menurut ayat 74 surah al Furqon, visi keluarga Islam adalah menjadikan seluruh anggota keluarga sebagai qurrota a'yun (yang menyenangkan mata batin dan lahiriah). Dengan kata lain, menjadi keluarga bahagia yang seimbang spritual, intelektual, emosional dan jasmaninya. Sedang misi keluarga Islam termaktub dalam kalimat terakhir dari ayat tersebut, yakni  "jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa". Artinya, misi keluarga Islam adalah memberdayakan seluruh anggota keluarga agar menjadi iman (pemimpin). Bahkan bukan sembarang pemimpin, tapi pemimpin dari kumpulan orang-orang yang bertaqwa.


Bayangkan...ada kumpulan orang bertaqwa dan yang memimpin adalah keluarga kita! Bukankah ini merupakan perintah Allah yang jelas agar kita memberdayakan keluarga kita secara luar biasa? Bukan main-main, tapi serius memberdayakan keluarga menuju puncak ketaqwaannya? 


Semoga dengan uraian di atas membuat kita semakin termotivasi untuk memberdayakan keluarga kita, sehingga menjadi keluarga hebat bukannya malah saling menjatuhkan potensi masing-masing anggota keluarga kita.  


Ya Allah...jadikanlah keluarga-keluarga kami menjadi keluarga yang menjadi imam bagi orang-orang bertaqwa. Waj'alna lil muttaqina imama.

JUNDI MAJHUL



By. satria hadi lubis 


Ketika Sayyid Quthb ingin masuk menjadi anggota jama'ah Ikhwanul Muslimin, semua anggota Ikhwan setuju, kecuali adiknya Muhammad Quthb. Beliau berkata, "Engkau sudah terkenal wahai Sayyid. Engkau terlalu besar untuk masuk ke dalam jama'ah ini." 


Sayyid Quthb menjawab, "Wahai adikku, tidak bolehkah aku menjadi jundi majhul (prajurit yang tidak dikenal) di dalam jama'ah ini? Biarlah aku mengabdi sebagai jundi di dalam keternalanku."


Subhanallah....Sayyid Quthb yang waktu itu sudah terkenal di Mesir memilih masuk ke dalam jama'ah Ikhwanul Muslimin yang baru berdiri karena menyadari : berjuang untuk Islam tidak bisa dilakukan sendirian, tetapi HARUS BERSAMA-SAMA. 


Seakan beliau melaksanakan wasiat Umar bin Khatab ra : "Tidak ada Islam tanpa jama'ah, tidak ada jama'ah tanpa qiyadah (pemimpin), tidak ada qiyadah tanpa jundi, tidak ada jundi tanpa ketaatan, tidak ada ketaatan tanpa keikhlasan."


Sayyid Quthb paham bahwa setiap muslim seharusnya menjadi jundi dalam barisan dakwah. Walau untuk itu ia harus menukar populeritas yang telah diraih dengan menjadi jundi yang tak terkenal.


Dan untuk menjadi jundi majhul tidaklah mudah. Mampu menekan ego, tidak menganggap paling berjasa, bisa mengelola kekecewaan, berani mengakui salah ketika berhadapan dengan keputusan qiyadah yang berbeda dengan pendapatnya, serta menempatkan tsiqoh (kepercayaan) dan husnu dzhon (sangka baik) kepada qiyadah adalah syarat untuk menjadi jundi majhul.


Merekalah yang dipuji Rasulullah dalam sebuah haditsnya sebagai yang diceritakan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata: "Ketika kami di majlis Rasulullah Shallallahu 'Aalaihi Wa Sallam, tiba-tiba Rasulullah Shallallahu 'Aalaihi Wa Sallam bersabda: "Besok pagi akan ada seorang ahli syurga yang shalat bersama kamu." Abu Hurairah berkata: "Saya berharap semoga sayalah orang yang ditunjuk oleh Rasulullah Shallallahu 'Aalaihi Wa Sallam itu. Maka pagi-pagi saya shalat dibelakang Rasulullah Shallallahu 'Aalaihi Wa Sallam dan tetap tinggal di majlis setelah orang-orang pada pulang. Tiba-tiba ada seorang budak hitam berkain compang-camping datang berjabat tangan pada Rasulullah Shallallahu 'Aalaihi Wa Sallam sambil berkata: "Wahai Nabi Allah! Do’akan semoga hamba mati syahid." Maka Rasulullah Shallallahu 'Aalaihi Wa Sallam berdoa, sedang kami mencium bau kasturi dari badannya. Kemudian saya bertanya: "Apakah orang itu wahai Rasulullah?" Jawab Nabi: "Ya benar. Ia seorang budak dari bani fulan." Abu Hurairah berkata: "Mengapa engkau tidak membeli dan memerdekakannya wahai Nabi Allah?" Jawab Nabi: "Bagaimana aku akan dapat berbuat demikian, sedangkan Allah akan menjadikannya seorang raja di syurga. Wahai Abu Hurairah! Sesungguhnya di syurga itu ada raja dan orang-orang terkemuka, dan ini salah seorang raja dan terkemuka. Wahai Abu Hurairah! Sesungguhnya Allah mengasihi, mencintai makhluknya yang suci hati, yang samar, yang bersih, yang terurai rambut, yang kempes perut kecuali dari hasil yang halal, yang bila akan masuk kepada raja tidak diizinkan, bila meminang wanita bangsawan tidak akan diterima, bila tidak ada tidak dicari, bila hadir tidak dihiraukan, bila sakit tidak dijenguk, bahkan ia meninggal tidak dihadiri jenazahnya."


Benarlah engkau wahai Nabi!


Keinginan terkenal telah membuat seorang muslim sulit bersatu dalam amal jama'i (aktivitas bersama). Ingin bergerak sendiri dan berada di depan. Sulit menundukkan ego untuk kebersamaan jama'ah umat Islam. 


Padahal mobil pun bisa berjalan jika ada kerjasama antar komponen. Bahkan yang menjadi jantung dari kendaraan (mesinnya) justru tidak terlihat dari luar, menjadi jundi majhul dari sebuah mobil.


Membentuk jiwa jundi majhul adalah keharusan seorang muslim yang ingin melihat Allah dan Rasul-Nya ridho kepada dirinya. Yang ingin melihat kejayaan Islam dan bangsanya. 


Tanpa kejundian kekuatan umat Islam akan terserak tanpa arti. Kalah dibandingkan kekuatan musuh-musuhnya yang rapi bersatu. 


Semoga kita tidak lupa dengan ayat ini : 


وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ ٱلۡغَٰلِبُونَ


"Dan sesungguhnya bala tentara Kami itulah yang pasti menang" (Surat Ash-Shaffat, Ayat 173)

RENCANA SETENGAH KEBERHASILAN



Rencana adalah setengah dari keberhasilan. Sebaik-baiknya rencana adalah merencanakan hidup kita masing-masing. Sungguh ironis melihat banyak orang bekerja di kantor modern dgn perencanaan canggih, tapi karyawannya sendiri tdk memiliki rencana hidup bagi dirinya sendiri. 


Untuk membuat rencana hidup (life plan), langkah-langkah yg perlu dilakukan sbb:


1. Membuat visi dan misi hidup. 

Visi adalah tujuan yg terukur. Buat visi seumur hidup (misalnya sampai dgn usia 60 thn). Contohnya: menjadi pengusaha dgn omzet 3 triliun atau menjadi pegawai dgn jabatan terakhir Dirut. Sebaiknya visi hidup mencakup aspek karir, keluarga, keuangan dan agama/sosial. 


Setelah itu, membuat misi hidup yaitu pedoman hidup yg dipegang teguh dlm mencapai visi hidup. Misi hidup berguna untuk membuat kita konsisten dgn visi hidup. Membuat hidup terarah dan tdk plin plan. 


2. Langkah selanjutnya membuat peta kehidupan (life mapping) yg berisi rencana hidup setiap tahunnya sampai dgn usia tertentu (misal 60 thn). Life mapping bersifat global dan strategis tentang apa yg harus ditempuh setiap tahunnya untuk mencapai visi hidup. Jika ada tahun yg kosong biarkan saja, nanti akan terisi jika rencana sdh berjalan. 


3. Membuat Target Peran yg dibuat setiap awal tahun. Agar hidup seimbang maka buat target untuk setiap peran dlm hidup kita. Mslnya, peran sbg karyawan apa targetnya, sbg anak apa targetnya, sbg pengurus organisasi tertentu apa targetnya dan seterusnya. Tanpa mencantumkan peran biasanya kita akan terjebak untuk menghabiskan waktu pd kegiatan utama saja dan lupa bhw ada peran lain yg terbengkalai. Target setiap peran hrs terukur. Contoh: peran sbg mahasiswa targetnya memperoleh ipk 3,7. Peran sbg anak adalah mengirimkan uang ke ortu 500 ribu per bulan. Contoh yg tdk terukur: menjadi karyawan yg baik, menjadi anak sholih, menjadi warga yg bermanfaat, dll.


4. LAKUKAN dgn konsisten menjadi langkah-langkah bulanan, mingguan, dan harian yg mengacu pada target peran tahunan. Jangan hidup terlalu spontan, tapi sebaliknya jangan terlalu sibuk dgn satu peran saja. Beri ruang juga untuk fleksibilitas rencana. Insya Allah jika dilakukan konsisten, hidup kita akan maju beberapa langkah dan kita punya alat untuk mengevaluasi apakah hidup kita sdh sesuai dgn visi misi hidup atau tdk (on the track atau tidak). 


Jangan putus asa jika rencana belum tercapai. Lakukan lagi dan lagi sambil berdoa. Jika gagal, yang penting kita sdh berusaha. Di mata Allah kita sdh tercatat sbg orang sukses. Sebab yg dilihat Allah adalah usaha kita, bukan hasilnya. Sesungguhnya yg membedakan pemimpi dgn pemimpin adalah tindakan. Pemimpi menuai penyesalan. Pemimpin menuai sukses! 


Jika Anda peduli dgn keberhasilan diri Anda dan keberhasilan orang lain silakan tulisan ini di-share.


(By: Satria Hadi Lubis).

[11.14, 13/3/2022] Satria Hadi Lubis: ISLAM MENGAJARKAN KEBENCIAN?


Islam adalah agama yg mengajarkan  cinta kasih, tapi juga Islam mengajarkan kebencian. 


Coba perhatikan hadits berikut :

Imam al-Bukhari dan Muslim meri-wayatkan bahwa Nabi saw bersabda,


ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فيه وَجَدَ حَلَاوَة الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ الله ورسوله أَحَبَّ إليه مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّه إِلَّا لله ، وَمَنْ كَانَ يَكْرَه أَنْ يَرْجِعَ في الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَه الله منه ، كَمَا يَكْرَه أَنْ يُلْقَى في النَّارِ


“Ada tiga perkara, barangsiapa ketiganya ada pada dirinya ia pasti mendapati manisnya iman: barangsiapa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya; barangsiapa mencintai seseorang, ia mencintainya hanya karena Allah; barangsiapa benci kembali kepada kekafiran setelah Allah mengentasnya darinya sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam api (neraka).”


Cinta sempurna yang sejati menuntut penyesuaian diri dengan yang dicintai dalam segala yang yang dicintai dan dibencinya, dalam siapa yang diloyali dan dimusuhi. Sudah maklum bahwa barangsiapa yang mencintai Allah ia harus membenci musuh-musuh-Nya dan mencintai apa yang dicintai-Nya.


Namun kebencian tsb tidak boleh mengalahkan sikap adil, karena adil lebih dekat kepada taqwa. 

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS: Al-Maidah Ayat: 8).


Terkait dengan kewajiban mencintai dan membenci ini, manusia diklasifikasi menjadi tiga:


1. Mereka yang wajib dicintai total. Mereka adalah para rasul dan orang-orang yang beriman dengan iman yang murni. Termasuk juga as-Salafush Shalih dan ahlussunnah wal jamaah karena kemurnian akidah mereka dan kebenaran yang mereka pegangi. Juga karena mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.


2. Mereka yang wajib dibenci total. Mereka adalah musuh-musuh Allah.


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang.”(Al-Mumtahanah: 1)


“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (al-Mujadalah: 22)


3. Mereka yang di satu sisi wajib dicintai namun di sisi yang lain harus dibenci. Mereka adalah orang-orang beriman yang bermaksiat kepada Allah. Cinta dan benci ditujukan kepada mereka secara proporsional sebatas kebaikan dan kejahatan yang ada dalam diri mereka.


“Apabila ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai mereka kembali pada perintah Allah.” (Al-Hujurat: 9)


Jadi, Islam mengajarkan damai dan cinta. Islam juga mengajarkan perang dan benci. Islam mengajarkan kelembutan dan kekerasan. Seorang muslim harus mengambil keduanya. Tidak boleh mengambil yang lembut, tapi menolak yg keras. Atau sebaliknya. Itulah sebabnya ada surga dan neraka. Surga bukti cinta kasih Allah. Neraka bukti kekerasan dan kebencian Allah terhadap mereka yang melanggar aturan-Nya. 


Ada banyak sekali ayat dan hadits yang secara jelas memerintahkan kita—sebagai seorang hamba Allah—untuk perang dan benci. Seorang hamba Allah sejati akan berusaha memenuhi dan mengejawantahkan perintah-Nya dengan sebaik-baiknya. Tidak berlebih-lebihan, tetapi juga tidak menyepelekan atau bahkan menentangnya. Ada ayat-ayat cinta, ada ayat-ayat benci. Semua datang dari Allah. Allah lebih tahu mengapa kita harus mencintai sesuatu dan membenci sesuatu. Jadi jangan hilangkan rasa cinta dan benci itu jika hal tsb proporsional dan sesuai dgn aturan Allah.


"Cintailah kekasihmu dengan sederhana, boleh jadi engkau akan membencinya pada suatu ketika. Dan bencilah orang yang engkau benci dengan sederhana, boleh jadi engkau akan mengasihinya pada suatu ketika." (HR At-Turmuzi). 


By. Satria hadi lubis

ISLAM MENGAJARKAN KEBENCIAN?


Islam adalah agama yg mengajarkan  cinta kasih, tapi juga Islam mengajarkan kebencian. 


Coba perhatikan hadits berikut :

Imam al-Bukhari dan Muslim meri-wayatkan bahwa Nabi saw bersabda,


ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فيه وَجَدَ حَلَاوَة الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ الله ورسوله أَحَبَّ إليه مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّه إِلَّا لله ، وَمَنْ كَانَ يَكْرَه أَنْ يَرْجِعَ في الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَه الله منه ، كَمَا يَكْرَه أَنْ يُلْقَى في النَّارِ


“Ada tiga perkara, barangsiapa ketiganya ada pada dirinya ia pasti mendapati manisnya iman: barangsiapa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya; barangsiapa mencintai seseorang, ia mencintainya hanya karena Allah; barangsiapa benci kembali kepada kekafiran setelah Allah mengentasnya darinya sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam api (neraka).”


Cinta sempurna yang sejati menuntut penyesuaian diri dengan yang dicintai dalam segala yang yang dicintai dan dibencinya, dalam siapa yang diloyali dan dimusuhi. Sudah maklum bahwa barangsiapa yang mencintai Allah ia harus membenci musuh-musuh-Nya dan mencintai apa yang dicintai-Nya.


Namun kebencian tsb tidak boleh mengalahkan sikap adil, karena adil lebih dekat kepada taqwa. 

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (QS: Al-Maidah Ayat: 8).


Terkait dengan kewajiban mencintai dan membenci ini, manusia diklasifikasi menjadi tiga:


1. Mereka yang wajib dicintai total. Mereka adalah para rasul dan orang-orang yang beriman dengan iman yang murni. Termasuk juga as-Salafush Shalih dan ahlussunnah wal jamaah karena kemurnian akidah mereka dan kebenaran yang mereka pegangi. Juga karena mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.


2. Mereka yang wajib dibenci total. Mereka adalah musuh-musuh Allah.


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang.”(Al-Mumtahanah: 1)


“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (al-Mujadalah: 22)


3. Mereka yang di satu sisi wajib dicintai namun di sisi yang lain harus dibenci. Mereka adalah orang-orang beriman yang bermaksiat kepada Allah. Cinta dan benci ditujukan kepada mereka secara proporsional sebatas kebaikan dan kejahatan yang ada dalam diri mereka.


“Apabila ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai mereka kembali pada perintah Allah.” (Al-Hujurat: 9)


Jadi, Islam mengajarkan damai dan cinta. Islam juga mengajarkan perang dan benci. Islam mengajarkan kelembutan dan kekerasan. Seorang muslim harus mengambil keduanya. Tidak boleh mengambil yang lembut, tapi menolak yg keras. Atau sebaliknya. Itulah sebabnya ada surga dan neraka. Surga bukti cinta kasih Allah. Neraka bukti kekerasan dan kebencian Allah terhadap mereka yang melanggar aturan-Nya. 


Ada banyak sekali ayat dan hadits yang secara jelas memerintahkan kita—sebagai seorang hamba Allah—untuk perang dan benci. Seorang hamba Allah sejati akan berusaha memenuhi dan mengejawantahkan perintah-Nya dengan sebaik-baiknya. Tidak berlebih-lebihan, tetapi juga tidak menyepelekan atau bahkan menentangnya. Ada ayat-ayat cinta, ada ayat-ayat benci. Semua datang dari Allah. Allah lebih tahu mengapa kita harus mencintai sesuatu dan membenci sesuatu. Jadi jangan hilangkan rasa cinta dan benci itu jika hal tsb proporsional dan sesuai dgn aturan Allah.


"Cintailah kekasihmu dengan sederhana, boleh jadi engkau akan membencinya pada suatu ketika. Dan bencilah orang yang engkau benci dengan sederhana, boleh jadi engkau akan mengasihinya pada suatu ketika." (HR At-Turmuzi). 


By. Satria hadi lubis

Jumat, 04 Maret 2022

DAKWAH : AZAS PERGERAKAN ISLAM

 

By. Satria hadi lubis 


Dakwah sebagai azas pergerakan Islam harus dipahami dalam konteks setiap muslim harus berjama'ah (ada dalam sebuah kelompok pergerakan Islam). Dengan kelompoknya tersebut ia menebarkan dakwah yang rahmatan lil alamin. Bukannya dakwah yang menjauhkan orang dari rahmat Allah swt. Apalagi jika menganggap dakwah dari gerakannya saja yang benar, sedang gerakan dakwah yang lain salah. Kalau sudah menganggap kelompoknya saja yang benar berarti kita sudah terperangkap pada perpecahan yang dilarang Allah swt dalam firman-Nya : 


"dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta laksanakanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. 30 ayat 31-32).


Di sisi lain, kita jangan tertipu dengan merasa cukup mengejar kesholihan pribadi saja. Sebab yang dituntut oleh agama itu ada dua : Kesholihan Pribadi dan Kesholihan Berjama'ah (ikut serta dalam sebuah kelompok/pergerakan  dakwah tertentu). 


Kesholihan berjama'ah, salah satunya, didapat dengan mengikuti liqo'/pengajian, sehingga posisi kita sedang didakwahi (menjadi mad'u). Nah ...simultan dengan itu kita wajib berdakwah (Qs 16 ayat 125). Inilah ciri pribadi Robbani sebagaimana yang Allah firmankan : 


"Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab (berdakwah) dan karena kamu mempelajarinya (didakwahi).” (Qs. 3 ayat 79). Di atas tersebut disebutkan ciri pribadi Robbani adalah "karena kamu mengajarkan kitab (berdakwah) dan karena kamu mempelajarinya (didakwahi).”


Dengan hadir dan bertemu rutin dalam pengajian dari sebuah gerakan tertentu maka kita bisa merancang berbagai program bersama untuk kebaikan masyarakat yang lebih besar dan lebih luas, yang tidak bisa kita lakukan jika sendirian. Bisnis saja butuh kerjasama agar bisa tumbuh besar, apatah lagi menjalankan misi agama yang skalanya lebih luas.


Allah dan Rasul-Nya juga menyuruh kita berjama'ah dan melarang kita meninggalkan gerakan Islam.


"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.." (Qs. 3 ayat 103).


"Hendaklah kalian berjama'ah dan jangan bercerai berai, karena syetan bersama dengan orang yang sendirian. Dan dengan dua orang itu lebih baik. Barangsiapa ingin masuk ke dalam surga maka hendaklah komitmen kepada jama’ah” (HR At-Tirmidzi).


”Dan saya perintahkan kepadamu lima hal dimana Allah memerintahkan hal tersebut: Mendengar, taat, jihad, hijrah dan jama'ah. Sesungguhnya barangsiapa yang meninggalkan jama'ah sejengkal, maka telah melepaskan ikatan Islam dari lehernya kecuali jika ia kembali. Dan barangsiapa yang menyeru dengan seruan jahiliyah maka termasuk buih jahannam. Seseorang berkata:” Wahai Rasulullah, walaupun mengerjakan shalat dan puasa. Rasul SAW menjawab:”walaupun shalat dan puasa. Maka serulah dengan seruan Allah yang telah menamakanmu muslimin, mukminin hamba Allah” (HR Ahmad dan at-Turmudzi).


Ada yang berpendapat bahwa dalil berjama'ah di atas hanya wajib untuk jama'ah muslimin (jama'ah dari seluruh umat Islam saja), yakni ketika nanti ada di dunia kepemimpinan tunggal (khilafah) seperti masa Rasulullah saw dan khulafaur rosyidin.


Kalau begitu pemahamannya berarti saat ini kita tak perlu berjama'ah. Lalu buat apa Rasulullah berjama'ah kalau saat ini kita tidak bisa meneladaninya dan harus menunggu khilafah yang entah kapan terwujudnya? Tentu pendapat ini tak masuk akal dan dapat memperlemah upaya mewujudkan kekuatan Islam yang saat ini sedang lemah dan dikangkangi oleh musuh-musuhnya.


Kaum Islamophobia paling takut dengan dua hal: kekuatan akidah dan persatuan umat Islam, sehingga mereka berupaya memecah belah umat Islam agar lebih suka memikirkan diri sendiri, agar mengejar kesholihan pribadi saja, dan tidak mau berjama'ah (ikut dalam pergerakan Islam). Disebarkan propaganda bahwa berjama'ah itu berarti bid'ah, ta'ashub (fanatisme kelompok), bahkan radikal, sehingga orang takut berjama'ah (mengikuti pergerakan Islam). Yang benar adalah lengkapi kesholihan pribadi dengan kesholihan berjama'ah. 


Maka carilah komunitas di antara sekian banyak pergerakan Islam (jama'ah minal muslimin) yang menurut kita baik, yakni yang mengajarkan nilai-nilai Islam yang moderat, inklusif dan tidak radikal. Yang mau bekerjasama antar gerakan Islam. Dan jangan ikuti jama'ah yang menganggap kelompoknya saja yang benar, sedang yang lain salah. Apalagi sampai mengkafirkan sesama muslim (takfiri), seperti kelompok ISIS misalnya. 


Sebab kalau kita hanya sholih secara pribadi tanpa punya gerakan alias berjama'ah berarti kita sebenarnya belum menjadi muslim kaffah (utuh) dan belum berjuang untuk Islam secara amal jama'i (bersama-sama). Kita masih egois dan induvidualistik karena hanya memikirkan kesholihan diri sendiri saja. Hal ini tentu berlawanan dengan prinsip Islam sebagai wihdatul ummah (umat yang satu). "Sesungguhnya ini umatmu umat yang satu, dan aku adalah Rabmu, maka sembahlah Aku” (Qs. 21 ayat 92). 


Dan konsep surga sebagai tempat tinggal bersama bagi orang-orang yang beriman :


"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa" (Qs.3 ayat 133).


Renungkanlah..!

Jika kita cukup hanya sholih secara pribadi saja, lalu apa gunanya ibadah-ibadah yang mengingatkan kita tentang makna berjama'ah, seperti sholat berjama'ah di mesjid, ritual haji, bahkan zakat dan infaq sekalipun?


Bukankah serigala hanya akan menerkam domba yang sendirian?

KOMITMEN UNTUK BERSAMA DI JALAN DAKWAH


By. Satria hadi lubis 


Ketika Khalid bin Walid ra diberhentikan oleh Khalifah Umar ra dari jabatan panglima perang, Khalid tidak membelot dan melawan Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra. Padahal kalau ia mau, ia bisa memobilisir para prajurit yang masih setia kepadanya untuk melawan pemerintahan Umar ra. 


Khalid, si pedang Allah, tetap berperang sampai akhir hayatnya, walau hanya sebagai prajurit biasa. Suatu ketika ia ditanya mengapa tetap berperang walau sudah diberhentikan sebagai panglima perang, beliau menjawab dengan tegas, "Aku berperang bukan karena Umar, tapi karena Allah!".


Kisah lainnya terjadi pada diri Wahsyi yang pernah membunuh paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib ra. Wahsyi akhirnya masuk Islam dan meminta maaf kepada Nabi saw atas perbuatannya yang pernah membunuh Hamzah ra. Nabi memaafkan Wahsyi, namun beliau berkata, "Jangan perlihatkan wajahmu lagi di hadapanku setelah ini karena setiap melihatmu terbayang wajah Hamzah bin Abdul Muthallib yang rusak dihancurkan olehmu saat itu”


Wahsyi merasa kecewa di dalam hatinya, namun ia tidak membelot dan melawan Nabi saw. Wahsyi sadar akan kedudukannya, ridha menerima ketentuan itu. Dia memperbaiki dirinya dan meningkatkan ketaqwaannya kepada Allah swt.


Sebagai penebus atas dosa-dosanya Wahsyi bertekad untuk tidak akan pulang lagi ke Kota Mekah demi untuk merebut cinta kekasih Allah, Muhammad saw. Wahsyi benar-benar ingin menebus kesalahannya dengan menyebarkan Islam. Niat Wahsyi itu telah dibuktikannya dengan menjelajah ke seluruh pelosok dunia untuk berdakwah mengajak sebanyak-banyaknya manusia memeluk kepada Islam, hingga akhirnya beliau wafat di luar Jazirah Arab.


Begitulah sikap para sahabat jika mereka diberhentikan atau tak mendapatkan kedudukan penting dalam jama'ah kaum muslimin. Mereka tetap taat dan ikhlas beramal, tidak keluar dari kebersamaan dengan membentuk jama'ah baru, walau sadar tidak lagi memiliki peran yang signifikan dalam jama'ah.


Sikap semacam inilah yang perlu ditiru oleh para aktivis dakwah saat ini jika mereka diberhentikan atau tak lagi memiliki jabatan penting dalam jama'ah. 


Ada yang berdalih, kisah di atas hanya berlaku untuk jama'ah kaum muslimin, bukan untuk jama'ah minal muslimin. Loh...jika itu argumennya lalu dari mana kita belajar berjama'ah? Bukankah generasi sahabat ra adalah teladan dalam segala kebaikan, termasuk dalam berjama'ah? Lalu dari mana kita mengambil dalil untuk berjama'ah di masa sekarang jika tidak dari generasi terbaik (generasi sahabat)? 


Mereka yang tidak istiqomah dalam kebersamaan di jalan dakwah telah tersingkap motifnya seperti yang dijelaskan Allah dalam surah al Kahfi ayat 28, yaitu karena menghendaki dunia. 


"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) MENGHARAPKAN PERHIASAN DUNIA ini; dan JANGANLAH kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."


Mereka dapat mengemukakan 1001 alasan untuk menjelaskan kenapa keluar dari kebersamaan berjama'ah, tapi Allah Maha Tahu niat mereka sebenarnya, yakni cinta dunia.


Sungguh tak elok jika kita sudah diberi hidayah oleh Allah untuk bersama jama'ah dakwah kemudian keluar dan menyempal. Lalu bagaimana nanti kita mengenang perjalanan dakwah selama di dunia jika ada catatan menyempal?


Ketahuilah wahai saudaraku....perjalanan dakwah bukan hanya tentang masalah menang atau kalah, tapi juga sejauh mana konsistensi kita dengan memori perjalanan dakwah waktu dulu kita diberi hidayah untuk berjama'ah, yang tidak semua orang memperolehnya.


Memori di jalan dakwah itu tak bisa dilupakan dan diputus begitu saja. Memutus masa lalu, apalagi masa lalu di jalan dakwah, merupakan kesalahan yang besar. Beda jika dari awal memang tak ada memori kebersamaan di masa lalu. 


Maka bertahannya kita di dalam jamaah, bukan hanya karena tentang komitmen saja, tapi juga demi MENJAGA MEMORI INDAH di jalan dakwah yang akan kita perbincangkan kelak di surga... insya Allah. 


"Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS. al-Hijr: 47)


Sungguh...menyempal dari jama'ah bukanlah solusi yang bijak, malah menimbulkan masalah baru dan mengusik pertanyaan baru : Begitu rapuhkah janji kebersamaan yang selama ini telah membesarkan kita?


"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di antara mereka ada yang gugur, dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)" (Surat Al-Ahzab, Ayat 23).

CITA-CITA JIHAD

By. Satria Hadi Lubis

Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi saw, beliau bersabda :


مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِالْغَزْوِ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ.


“Barangsiapa yang meninggal dunia dan belum berperang atau belum berniat untuk berperang, (maka) ia meninggal dalam cabang kemunafikan.


Hadits tersebut diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah dan dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya no. 2502. Dan hadits tersebut dishahihkn oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 6548. 


Kandungan Hadits :

-Seorang muslim hrs berperang di jalan Allah minimal sekali seumur hidupnya, sehingga hilang dlm dirinya sifat takut dan pengecut thd musuh-musuh Allah.

-Jika kesempatan berperang belum tiba, seorang muslim hrs bercita2 untuk berperang di jalan Allah. Cara yg paling minimal adalah selalu berdoa tuk diberi kesempatan berperang jalan Allah. Selain itu, selalu menyiapkan jiwa dan raga kalau sewaktu2 datang panggilan jihad. Siapkan fisik dgn rajin olahraga dan minimal punya satu keterampilan bela diri.

-Hadits ini juga menjelaskan kpd kita bhw Islam tidak hanya berdiri di atas kelembutan, tapi juga keberanian dan kekuatan. Jangan terpengaruh dgn pendapat sebagian orang yg melulu memandang Islam dari sisi kasih sayang tapi melupakan kekuatannya jika diganggu. 

-Hadits ini juga menumbuhkan kepedulian kpd saudara2 kita yg sedang berperang di jalan Allah. Membangkitkan rasa "iri" kpd mereka krn mereka telah membuktikan bkn termasuk golongan orang munafiq.

-Hadits ini juga menjadi peringatan bagi mereka yg cinta dunia dan harta benda bhw mereka tdk akan pernah punya cita-cita berperang di jalan Allah. Sebab kecintaan kpd harta membuat ketakutan kpd jihad.

-Bagi mereka yg sudah bersungguh2 ingin berperang di jalan Allah tapi ternyata tdk juga memperoleh panggilan jihad (sebab jihad hrs dgn perintah imam) maka nilai kematian mereka di tempat tidur sama dgn nilai jihad di jalan Allah sebagaimana hadits : Daripada Abu Tsabit, ada yang mengatakan, Abu Said, dan ada pula yang mengatakan : Abu al-Walid, Sahal ibn Hunaif, iaitu seorang sahabat yang pernah menyertai Perang Badar (r.a), bahawa Nabi s.a.w bersabda: “Sesiapa memohon kepada Allah Ta’ala kematian secara syahid dengan benar dan jujur, maka dia disampaikannya kepada kedudukan para syuhada’, meskipun dia meninggal dunia di atas katil tidurnya.” (HR. Muslim).

-Sifat munafiq disini maksudnya adalah munafiq asghar (kecil). Namun Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: “Kemunafikan asghar adalah jalan menuju kemunafikan akbar, sebagaimana maksiat adalah lorong menuju kekufuran. Sebagaimana orang yang terus-menerus di atas maksiat dikhawatirkan dicabut keimanannya ketika menjelang mati, demikian juga orang yang terus-menerus di atas kemunafikan asghar dikhawatirkan dicabut darinya keimanan dan menjadi munafik tulen.” (Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam). Dan orang yg munafiq tulen ancamannya adalah tinggal di neraka paling bawah (QS. 4 : 145).

ENGKAU SELINGKUH

 


By. Satria hadi lubis


"Engkau selingkuh! Sudah pasti engkau selingkuh!" kata sang istri gusar dan menahan tangis. Sang suami diam saja. Sudah berulangkali ia dituduh selingkuh dan sudah berungkali dijelaskan bahwa ia tidak selingkuh. Tapi istrinya tidak percaya dan tetap menuduhnya berselingkuh.


Ini berawal dari kejadian sepuluh tahun yang lalu. Sang suami chatting dengan bercanda dan terselip kata-kata mesra kepada   teman SMA-nya. Istrinya ternyata tahu. Semenjak itu istrinya sering menuduhnya berselingkuh. Ia tak lagi percaya dengan kesetiaan suaminya. Walau suaminya sudah minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya.


Sikap sang istri menjadi berubah. Lebih dingin dan ketus. Ia merasa cintanya telah dikhianati suaminya. Ia juga kerap curiga jika suaminya pulang lebih malam dari biasanya. "Dari mana saja kamu?" Tanyanya dengan nada curiga dan menyelidik. 


Setiap ada kesempatan ia akan memeriksa hp suaminya, sehingga suaminya merasa tidak nyaman dan akhirnya memasang password di hapenya. Kecurigaan sang istri makin bertambah.


Sampai puncaknya, sang istri menggugat cerai karena  ia mendapat pesan di hapenya, pengaduan dari seorang suami yg istrinya dicurigai berselingkuh dgn suami sang istri. 


"Sudah jelas engkau berselingkuh! Ini ada pengaduan dari seorang suami yang istrinya engkau selingkuhi!" Kata istrinya dengan marah. "Aku tidak selingkuh dengan dia," jawab suaminya sabar. "Mungkin itu seorang suami yang marah karena aku menyarankan pada istri tsb untuk bercerai saja karena suaminya sering memukul dia" lanjut suaminya. Namun kekecewaan dan kemarahan sang istri sudah sampai batasnya. Ia tak lagi mendengarkan penjelasan  suaminya karena baginya kecurigaannya sejak lama sudah terbukti bahwa suaminya memang suka berselingkuh.


Perceraian pun terjadi. Tiga orang anak mereka yang masih kecil-kecil ikut sang  istri. Dua tahun setelah bercerai, sang istri menikah lagi. Sang istri hidup bahagia dengan suami barunya dan dikarunia satu anak lagi yang lucu dan pintar.


Lalu bagaimana kabar suaminya? Ia tidak bisa lagi menghubungi ketiga anaknya karena hapenya diblokir. Mereka hidup terpisah satu sama lain tanpa kabar. Waktu berlalu.


Suatu ketika, sang istri yang sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya dan sekarang sudah mempunyai cucu mendapat kabar dari seorang pengacara bahwa mantan suaminya telah meninggal. 


Ia kaget karena sudah lama memang tidak pernah mendengar kabar tentang mantan suaminya tersebut. Kenangan lamanya muncul. Apakah mantan suaminya sudah menikah lagi? Sudah punya anak berapa sekarang dan apakah sudah memiliki cucu seperti dirinya? 


Dengan rasa ingin tahu yang besar, ia datang ke rumah duka suaminya. Dan mendapat fakta disana bahwa mantan suaminya masih hidup sendiri di rumahnya yang megah.


Pengacara suaminya memberikan setumpuk surat serta surat wasiat yg dilampiri berbagai dokumen pengalihan harta warisan kepada sang istri.


Surat-surat tersebut ternyata berisi curahan hati sang suami dan kerinduan dia terhadap mantan istri dan anak-anaknya. Termasuk alasannya kenapa tidak menikah lagi. Ia tak tertarik mendekati wanita lain. Cintanya memang hanya untuk mantan istrinya. Ia menyibukkan diri dengan bekerja dan memperbanyak ibadah hari demi hari. Kadang ia menangis  menyesali nasibnya. Sudah berusaha menjadi suami dan ayah yang baik bagi istri dan anak-anaknya, tapi ternyata sang istri termakan api cemburu dan suka berburuk sangka bahwa ia selingkuh


Sang istri menangis merasakan kerinduan mantan suaminya yang dipendamnya dalam waktu yang lama. Ia menyesal mengapa dulu mudah sekali menuduh suaminya berselingkuh. 


Berburuk sangka ternyata jahat dan memakan korban puluhan tahun.

ISLAM RADIKAL?



By. Satria hadi lubis


Entah sejak kapan istilah radikal dan radikalisme berubah menjadi negatif. Radikal diidentikkan dengan menghalalkan cara-cara kekerasan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedang radikalisme adalah pahamnya. 


Padahal menurut asal mulanya, radikal tak ada hubungannya dengan agama. Apalagi agama Islam. Menurut Wikipedia, radikal atau radikalisme berasal dari bahasa Latin, radix yang artinya "akar". Istilah ini pertama kali digunakan pada akhir abad ke-18 oleh pendukung Gerakan Radikal. Dalam sejarah, gerakan ini dimulai di Britania Raya untuk meminta reformasi sistem pemilihan secara radikal. Gerakan ini awalnya menyatakan dirinya sebagai partai kiri jauh yang menentang partai kanan jauh. Jadi tidak ada hubungannya dengan mengambil jalan kekerasan di luar sistem demokrasi.


Jika istilah radikal mau disandingkan dengan Islam malah kacau pengertiannya. Bisa berarti Islam yang kembali ke akar aslinya (jadi pengertiannya malah positif, karena istiqomah). 


Jika yang dimaksud adalah penganut Islam yang menghalalkan cara-cara kekerasan, maka sebut saja orang atau oknum yang berpaham teror (terorisme). Jadi sebenarnya tak ada hubungannya antara istilah radikal/radikalisme dengan teroris/terorisme.


Namun entah mengapa saat ini berkembang pemahaman bahwa radikal adalah cikal bakal munculnya tindakan teroris. Lebih parah lagi tuduhan radikalisme seringkali ditujukan secara subyektif kepada orang Islam saja. Padahal jika radikal berarti paham kekerasan bukankah non muslim juga bisa bertindak radikal?


Saya lebih setuju jika istilah radikal tak lagi digunakan. Sebab definisinya rancu dan bias. Gunakan saja istilah teror atau terorisme (paham yang menghalalkan tindakan teror). 


Jangan-jangan penggunaan istilah radikal adalah cara orang yang tidak suka dengan kebangkitan Islam yang kini marak dimana-mana. Sebagai agama yang paling pesat pertumbuhannya di dunia, wajar jika ada yang takut dan membenci Islam dan umat Islam. "Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (Al Baqaroh ayat 217).


Istilah radikal yang rancu tersebut mungkin sengaja dibuat untuk menakut-nakuti kaum muslimin agar tidak beragama dengan kaffah dan istiqomah. Minder menjadi muslim yang sebenarnya.


Istilah Islam radikal juga untuk  menakut-nakuti kaum muslimin agar menjauhi pengajian-pengajian (ta'lim dan liqo'). Sebab ada tendensi untuk mencurigai orang yang rajin ngaji sebagai cikal bakal orang berpaham radikal. Padahal orang yang rajin ngaji justru menjadi agen of change perbaikan masyarakat Indonesia. 


Justru mereka yang jauh dari pengajian yang rentan bermaksiat, korupsi dan hedon terhadap nilai-nilai luhur Pancasila. Sebab mereka tidak rutin mengasah iman dan mempelajari ilmu kebenaran yang didapat melalui pengajian-pengajian.


Wallahu'alam.

WISATA SELAMANYA

 


By. Satria hadi lubis 


SEMESTINYA libur panjang akhir Oktober 2020 ini saya dan istri sekeluarga berwisata sekaligus safari dakwah, seperti kebiasaan kami setiap tahun. Namun takdir berkata lain, istri menjadi korban hoax dan sampai sekarang masih ditahan di Mabes Polri.


Wisata biasanya identik dengan jalan-jalan dan bersenang-senang. Namun wisata (rihlah) di dalam Islam bukan hanya sekedar senang-senang, tapi juga perlu ada sarana tafakur untuk mendekatkan diri kepada Allah, ajang silaturahim dan sekaligus berjihad di jalan Allah.


Khusus wisata sebagai jihad ini dinyatakan sendiri oleh Baginda Rasulullah saw dalam sebuah hadits, "Dari Abu Umamah ra bahwa ada seorang pria berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk wisata!” Maka Nabi bersabda, “Sesungguhnya wisata umatku adalah berjihad fi sabilillah”  (Hadis sahih - diriwayatkan oleh Abu Daud).


Maksudnya adalah jika engkau melakukan perjalanan wisata, maka hendaklah engkau berjihad di jalan Allah, karena inilah perjalanan wisata umatku; karena di dalamnya ada usaha untuk menyebarkan agama Allah (dakwah) dan mengukuhkan prinsip serta kaidah-kaidahnya yang agung. 


Jadi kedudukan wisata di dalam Islam tak boleh sekedar bersenang-senang saja, namun ada maksud mulia di dalamnya. Itulah sebabnya istri saya selalu berinisiatif menggabungkan acara jalan-jalan pada libur panjang dengan safari dakwah ke berbagai kota.


Dalam konteks yang lebih luas, hidup seorang mukmin sejatinya memang berpindah dari satu wisata ke wisata lain. Hidupnya selalu asyik dan asyik. Selalu dalam keadaan bahagia dimanapun ia berada. Tak peduli di balik penjara atau di luar penjara sekalipun. Seperti yang dikatakan Nabi Yusuf as, “Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan diriku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh. Maka Rabbnya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (Qs. 12 ayat 33-34). Nabi Yusuf as mencontohkan bahwa kita bisa bahagia di manapun, termasuk di balik penjara.


Rasulullah saw juga kagum kepada orang-orang yang beriman yang selalu berada dalam kebaikan dan kebahagiaan, "Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya” (HR. Muslim).


Saya berdoa semoga istri saya, Ustadzah Kingkin Anida, tetap bahagia walau di penjara, dalam kesabarannya. Dan saya berdoa kepada semua orang-orang yang beriman agar selalu bahagia dalam berbagai kondisi. Sebab kalau tidak bahagia, buat apa kita punya Allah??


Saya pernah membaca sebuah buku yang saya lupa judulnya. Disitu ada seorang ulama mengatakan, "Jangan mimpi bisa masuk surga jika engkau belum merasa hidup di dunia ini bagai di surga (bahagia). Sebab hanya orang-orang yang di dunianya berkarakter penghuni surga saja yang bisa betah berada di dalam surga kelak. Orang yang selalu merasa susah (tidak bahagia) dan suka konflik akan sulit menyesuaikan diri dengan kondisi surga yang damai di akhirat nanti. Ia tak akan betah berada di surga. Makanya menjadi bagian dari keadilan Allah swt jika orang yang tidak berkarakter surga ditempatkan di neraka. Sebab dirimu yang sekarang juga adalah dirimu di hari kiamat kelak!"


Hidup orang beriman adalah wisata (bahagia) selamanya. Wisata dengan jihad dan dakwah di dunia. Wisata dengan kesenangan tanpa batas di akhirat kelak.


"Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan), "Salam, "sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang" (Qs. 36 ayat 55-58).

PROGRAM BESAR TARBIYAH

 


"Jangan sampai perhatian kita kepada politik mengalahkan perhatian kita kepada tarbiyah", Begitu ujar Syekh Musthafa Masyhur.


Beliau mengingatkan kita betapa tarbiyah itu urgen dan penting. Memang, tarbiyah bukanlah segala-galanya, tapi segala-galanya berawal dan berakhir dengan tarbiyah. 


Tarbiyah adalah ruh gerakan dakwah. Tarbiyah adalah jiwa dalam amal dakwah. Sekali kita menggeser tarbiyah menjadi kegiatan sekunder dan tak penting, maka kita menjauhkan dakwah ini dari tujuannya sekaligus membuat dakwah rapuh dan jauh dari kemenangan. 


Program besar tarbiyah bertujuan mencetak kader berkualitas sebanyak-banyaknya. Dalam istilah Al-Qur’an disebut Ribbiyuuna Katsiir (Qs. 3 ayat 146).


Ada lima hal yang perlu dilakukan dalam program besar tarbiyah:


1. Membudayakan tarbiyah dzatiyah.


Tarbiyah dzatiyah di sini bukan sebatas membaca buku atau mengembangkan pemahaman dan ilmu secara mandiri, tetapi yang paling mendasar adalah meningkatkan ibadah yaumiyah. Tarbiyah dzatiyah berarti upaya personal kader dakwah untuk bermujahadah (sungguh-sungguh) membiasakan ibadah-ibadah sunnah. Mulai dari tilawah, qiyamullail, shalat sunnah, dzikir, hingga puasa sunnah. Tarbiyah dzatiyah seperti itu akan membuat ikhwah lebih imun terhadap godaan, mencegahnya dari kemaksiatan dan membuatnya istiqamah di medan perjuangan.


Liqo' sudah memiliki program berupa muhasabah (laporan) ibadah yaumiah (harian), maka hal ini harus terus dihidupkan agar ada fastabiqul khoirot dan saling menasehati di antara peserta.


2. Penyegaran liqo'/halaqah. 


Yakni dengan terus memperbaiki dinamika dan produktivitas liqo'. Dinamisasi liqo' bertujuan agar liqo' tidak menjemukan, sehingga peserta antusias untuk hadir dengan semangat saling berbagi.


Produktivitas liqo' maksudnya adalah liqo' bukan sekedar “dinikmati” dan dirindukan tiap pekan, tetapi juga mampu mencapai tiga tujuan utama liqo', yakni : membentuk muwashafat (sifat-sifat) yang baik pada diri peserta, mencetak peserta menjadi murabbi dan mengembangkan potensi peserta secara maksimal. 


3. Mencetak para muwajih (penceramah).


Karena tidak semua muslim langsung tertarik dengan liqo', maka menghidupkan majelis taklim menjadi hal yang penting sebagai sarana antara untuk menuju liqo'.


Saat ini minat terhadap majelis taklim dengan berbagai bentuknya semakin meningkat seiring hausnya masyarakat modern dengan nilai-nilai spritual. 


Namun, ketersediaan muwajih majelis taklim masih sangat terbatas sehingga agenda untuk mencetak muwajih menjadi sangat penting. 


4. Mencetak para murabbi.


Sebagaimana liqo' merupakan sarana paling efektif dalam kaderisasi dakwah, ketersediaan murabbi juga sangat penting.


Selain menyelenggarakan daurah atau program lain untuk menyiapkan murabbi, sebaiknya juga ada semacam "sertifikasi" murabbi untuk memacu ikhwah menjadi murabbi yang handal.


5. Mengokohkan fikrah dakwah. 


Di era milenial ini tantangan dakwah semakin beragam, sehingga menjaga asholah fikrah (keaslian pola pikir) dakwah menjadi sangat penting agar komitmen dakwah tidak tergerus pada diri kader dakwah. 


Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah secara rutin mengkaji dan membaca kembali buku-buku mufakir dakwah generasi awal.


Dengan mengoptimalkan segala program tarbiyah seperti tersebut diatas, insya Allah dakwah akan berkembang dan Islam yang rahmatan lil alamiin akan terwujud.


Terakhir, renungkanlah kalimat bijak dari Syekh Hasan al Banna berikut ini :    


“Akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiaannya ditengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan dan kehidupan yang baik bagi tanah air dibawah naungan Islam yang hanif. Akulah lelaki bebas yang telah mengetahui rahasia wujudnya, maka ia pun berseru, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah swt dan tiada sekutu baginya. Kepada yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Inilah aku. Dan kamu, kamu sendiri siapa??"


By. Satria hadi lubis

BIMBINGAN MENTAL

 

Bimbingan mental (bintal) di kantor, termasuk di kantor pemerintah, sering dianggap remeh. Kerjaan mereka hanya seremonial dan ritual belaka. Mendampingi pengangkatan sumpah pejabat yg dilantik, mengadakan perayaan hari-hari besar agama dan lomba-lomba serta mengatur khotib jumat di mesjid-mesjid kantor.


Padahal sesuai dgn namanya (bimbingan mental) seharusnya bintal dapat berperan jauh lebih strategis dan penting, yakni turut serta membangun mental (jiwa) para karyawan. Menjadi bagian dari pengembangan SDM, yakni membentuk capacity building berbasis agama.


Dari literatur manajemen yg saya baca, trend kantor zaman now adalah kehidupan seimbang (life balance) para karyawannya. Ini berarti kantor yg tdk melulu mengejar target kerja jangka pendek, tapi juga menjadikan karyawan sebagai investasi jangka panjang. Caranya, menjadikan karyawan memiliki kepribadian tangguh (adversity intellegence), berjiwa gaul dan membaur (emotional intellegence), dan kreatif serta menyukai tantangan (creativity intelligence). Jadi bukan hanya intelektual dan keterampilan teknis saja yg perlu ditingkatkan. Hypercompetetion saat ini membutuhkan karyawan yg lengkap kemampuan hardskills dan softskillsnya. Kalau tidak, kantor atau perusahaan akan mati perlahan-lahan.


Semua kecerdasan yg saya sebutkan di atas berawal dari kecerdasan spritual (spritual intellegence). Sebab kecerdasan spritual inilah basic instinct (dasar karakter) manusia seperti yg banyak telah dibuktikan dalam berbagai penelitian. Jadi sebuah perusahaan/kantor akan mengalami suitanable development (pertumbuhan terus menerus) jika memperhatikan pertumbuhan spritual intelligence karyawannya.


Inilah yg saya lihat ketika mengisi acara Pembinaan Mental Nasional di Dirjen Bea Cukai yg dihadiri oleh ratusan pegawai dan pejabat Bea Cukai seluruh Indonesia. Di kantor yg strategis dan sarat godaan ini, bagian bintalnya berusaha untuk keluar dari pakem bintal pada umumnya. Tidak lagi mengurusi seremonial keagamaan tapi melangkah maju untuk ambil peran dalam capacity building SDM-nya


Didukung oleh pak Dirjen dan pimpinan lainnya, para pegawai bea cukai suka atau tidak suka akan "dipaksa" untuk mengikuti kegiatan long life education (pendidikan jangka panjang) dalam sebuah kegiatan mentoring (mereka menyebutnya micro learning center). Tidak sekedar kegiatan hit and run yg kurang efektif. Yg muslim akan ikut mentoring Islam, yg Kristen, Hindu dan Budha juga begitu. Saya sebut "dipaksa" karena kegiatan ini akan masuk dalam kondite para pegawai. Dan diawasi secara formal dalam kedinasan. Prioritas pertama yg ikut program ini adalah pegawai bea cukai muda (generasi mileneal) yg paling rentan terpapar virus liberalisasi moral.


Ini semua berangkat dari keyakinan para pimpinannya bahwa jika seorang pegawai cerdas secara spritual (taat pada agamanya masing-masing), maka moral hazzard akan jauh berkurang. Baik di tempat kerja, keluarga, maupun kehidupan bermasyarakat. Ujung-ujungnya turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengurangi bahaya radikalisme karena agama dijadikan sebagai cara untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.


Semoga program yg hebat ini bisa berjalan lancar dan sukses di Bea Cukai dan kemudian diikuti oleh seluruh kantor-kantor pemerintahan dan swasta. 


Sungguh para pejuang kebaikan harus yakin bahwa barangsiapa semakin dekat kepada Tuhan dan ajaran agamanya maka ia akan semakin bermanfaat bagi orang lain dan lebih bahagia, serta membahagiakan orang lain.


Justru yang merusak negara ini adalah orang-orang yang jauh dari Tuhannya. Tuhan yang telah menciptakan mereka dan memberikan kehidupan kepada mereka.


By. Satria hadi lubis

MEMBERSAMAIMU DALAM IBADAH

 

By. Satria hadi lubis 


"Allah memberi rahmat kepada seorang laki-laki yang bangun di waktu malam, lalu sholat dan membangunkan istrinya. Jika ia enggan, maka laki-laki itu memercikan air ke wajahnya, begitu pula sebaliknya" (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).


Suami istri yang cerdas, bukan hanya bekerjasama untuk sukses di dunia, tapi juga bekerjasama untuk sukses di akhirat.


Begitulah yang dilakukan baginda nabi saw, beliau senantiasa membangunkan istrinya untuk sholat tahajud sebagai salah satu bentuk cinta nabi saw kepada istrinya, yakni beribadah bersama. Sukses bersama.


Begitu pun juga yang dilakukan para suami isteri di luar sana yang mereka saling bekerjama dalam ibadah. Tahajud bersama, beribadah bersama. Berkasih-kasihan dalam taat kepada Allah, sinergi dalam beribadah. 


Begitu pun yang dilakukan saya dan istri saya, Ustadzah Kingkin Anida. Jika saya bangun duluan, biasanya saya mengingatkan istri untuk tahajud. Begitu pun sebaliknya. Namun biasanya istri yang lebih sigap membangunkan saya. Saya sendiri malah yang kadang lupa, sehingga istri jadi cemberut kalau saya lupa membangunkannya untuk tahajud. 


Cara istri membangunkan saya tahajud biasanya dengan mengelus-elus kaki saya atau mengguncangkan badan saya dengan lembut. Atau mencium pipi saya, sambil bilang, "Bi....tahajud yuk...". Belum pernah istri saya sampai memercikkan air ke wajah seperti yang disebutkan pada hadits di atas. Apalagi sampai berteriak dengan nada keras. Selama 30 tahun usia pernikahan kami, tidak pernah sekali pun istri saya mengumpat dan berkata kasar kepada saya, apalagi sampai membentak saya.


Kini untuk sementara waktu, tak ada lagi sentuhan lembut dari istri untuk membangunkan saya sholat tahajud. Tak ada lagi suara beliau membaca al Qur'an sehabis sholat tahajud untuk  menyelesaikan target ibadah yaumiah. Sering kami saling bersahut-sahutan membaca Al Qur'an masing-masing di tengah sunyinya malam. Secara tak tertulis, seakan ada kesepakatan di antara kami untuk fastabiqul khoirot dalam pencapaian target ibadah harian.


Dalam suratnya dari penjara, istri saya sudah lapor ke saya bahwa disana ibadahnya makin meningkat. Sudah punya tiga orang mad'u, yaitu ibu-ibu anggota KAMI yang ditangkap untuk kasus yang sama. Pasti saya sekarang kalah banyak dan kalah khusyu' dibandingkan dengan istri dalam pencapaian target ibadah harian.


Saat-saat bersama dalam ibadah kini menjadi hal yang saya kangenkan dari istri saya, Ustadzah Kingkin Anida. Kangen yang insya Allah akan membuat saya semakin tegar dan yakin bahwa makar Allah tak mampu dikalahkan oleh makar manusia.


Demikianlah....momen-momen kebersamaan kami memang lebih banyak dalam ibadah dan dakwah daripada dalam pekerjaan dan bisnis. Profesi saya memang berbeda dengan istri. Saya dosen dan istri adalah ibu rumah tangga yang tidak berbisnis.


Oleh karena itu...berbahagialah kalian wahai suami isteri di luar sana....yang bisa tetap bersama dalam ibadah. Dalam sholat malam dan dalam ibadah lainnya. Nikmatilah kebersamaan tersebut, dan kenanglah dengan manis. 


Jika kalian bertengkar, redakanlah pertengkaran itu dengan mengenang yang manis-manis dari kebersamaan kalian. Tak ada gunanya berlama-lama dalam kesal dan marah kepada pasangan. Sebab Allah telah mempersatukan kalian dalam pernikahan yang suci dengan segala dinamikanya. Jangan patahkan pernikahan tersebut dengan mengikuti ego masing-masing.


Sungguh setan berupaya merusak kehidupan manusia dengan mengawalinya dari merusak sebuah keluarga, dan merusak sebuah keluarga berawal dari merusak keindahan hubungan antara suami isteri.


Ibadah adalah kunci dari keharmonisan hubungan suami istri. Sekaligus sumber dari cinta sejati antara suami istri yang akan menghubungkan mereka di langit dan bumi.

BANGGANYA BAPAK DAN IBU

 

SELAMA INI, saya dan istri sepakat untuk tidak memberitahukan kondisi istri (Ustadzah Kingkin Anida) yang sedang di penjara kepada kedua orang tua kami. Sikap ini dilakukan agar orang tua kami tidak stres, sehingga mengganggu kesehatan mereka di masa tuanya. Dan sikap ini didukung penuh oleh keluarga besar kami masing-masing.


Sampai bapak Ustadzah Kingkin Anida meninggal tanggal 1 Januari 2021 lalu, kami juga belum memberitahukan bahwa anaknya sedang dipenjara karena menjadi korban hoax UU Cipta Kerja. Alhamdulillah ....istri sempat diizinkan keluar dari penjara waktu itu. Walau agak terlambat karena ayahnya sudah dikuburkan. 


Di hari itulah, istri saya untuk pertama kalinya bertemu dengan ibunya setelah hampir tiga bulan tidak bertemu. Namun anehnya, ibu tidak menanyakan mengapa istri saya datang terlambat dan mengapa baru sekarang menjenguk orang tuanya. Sebab biasanya minimal sebulan sekali istri saya menjenguk orang tuanya. 


Saya sendiri heran juga.... koq tidak ada nada protes dari ibu terhadap istri saya. Sebab biasanya orang tua akan bertanya jika anaknya yang biasa menjenguk tidak datang-datang. Bapak yang biasanya menelpon istri (waktu beliau masih hidup) juga tidak pernah menelpon selama istri di penjara. Keheranan itu terus menggantung dalam diri saya sampai hari kemaren.


Peristiwanya, kemaren adik istri menjenguk ibunya bersama suami dan anak-anaknya, sekaligus ziarah ke makam bapak. Disitu ibu baru cerita bahwa ia sebenarnya sudah tahu bahwa anaknya sedang di penjara. Ada tetangga yang bilang kata ibu. Ternyata respon ibu luar biasa, katanya: "Ibu ngga sedih anak ibu ditahan, karena dia bukan maling, bukan penjahat, bukan koruputor. Tapi ia sedang membela agamanya. Ibu dan bapak malah bangga." 


Terkuak sudah "misteri" mengapa ibu dan bapak tak pernah bertanya kepada saya, juga kepada istri ketika datang melayat bapak. Ternyata ibu dan bapak sudah tahu dan mengerti mengapa kami tidak memberitahukan kepada mereka. 


Saya menyimpulkan bahwa bapak meninggal dalam keadaan bangga kepada anaknya yang sedang dipenjara karena membela agamanya. Bapak memang paling dekat kepada istri saya, anak pertamanya. Selama hidupnya beliau sering membanggakan Ustadzah Kingkin di depan keluarga besar kami. Bangga karena anaknya tak pernah diam melihat kezaliman dan selalu membela nasib rakyat kecil. Bangga karena anaknya terus berdakwah membela agama Allah. 


Sampai tulisan ini dibuat, saya belum memberitahukan kepada istri bahwa ibu dan bapak sebenarnya sudah tahu dan mereka bangga dengan anaknya yang dipenjara karena membela agamanya. 


Semoga nanti setelah saya beritahu, istri saya semakin kuat dan senang di dalam sana. Di dalam penjara yang semestinya hanya untuk orang-orang jahat. Di dalam penjara yang berdesak-desakan, tidur beralaskan triplek dan sajadah. Tanpa alat pendingin, entah sampai kapan. Wallahu'alam.


Semoga engkau terus kuat dan tabah di dalam sana wahai istriku....seperti yang telah engkau tunjukan selama ini. Love u forever....Allahu ma'ana.

KEBEBASAN ITU MAHAL

 

BAGI Bilal bin Rabbah ra, kebebasan itu mahal harganya. Sebagai mantan budak, beliau pernah hampir terbunuh karena dijemur di panas teriknya gurun pasir oleh majikannya yang kejam, Umayyah bin Khalaf, hanya karena ingin bebas menyembah Allah saja.


Kesadaran akan mahalnya kebebasan itu juga yang ditanamkan oleh Rasulullah saw kepada para sahabatnya. Mereka menyebar ke seluruh penjuru dunia sepeninggal wafatnya nabi saw, bersusah payah untuk membebaskan manusia dari penjajahan manusia lainnya.


Al Qur'an menyebut misi membebaskan manusia ini dengan misi Tauhid "Laa ilaha illa Llah" (Tiada tuhan kecuali Allah). "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku" (Qs. 20 ayat 14). Sebab hanya dengan menyembah Allah semata manusia benar-benar bebas dari tuhan-tuhan yang lain. Bebas dari penjara pikiran dan hati untuk menuju kepada kebahagiaan sejati. 


Dalam konteks ini, maka barangsiapa ada yang menghalangi kebebasan manusia dan memenjarakan fisiknya bukan karena kejahatannya dapat disebut sebagai suatu kezaliman yang pelakunya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.  


**


Dalam persidangan Ustadzah Kingkin Anida pada hari selasa pekan lalu, dua saksi dari pimpinan serikat buruh mengatakan bahwa postingan hasil copy paste dari WA grup ke FB beliau bukanlah kejahatan (bukan hoax). Apa yang diposting tersebut hampir sama dengan kajian mereka terhadap draft UU Cipta Kerja saat itu. Bahkan mereka berterima kasih kepada Ustadzah Kingkin Anida karena ikut berpartisipasi memposting aspirasi buruh.


Dua saksi buruh tersebut juga mengatakan bahwa mereka tidak setuju jika postingan Ustadzah Kingkin dituduh menimbulkan keonaran. Sebab demonstrasi besar-besaran yang terjadi pada tanggal 6, 7 dan 8 Oktober 2020 memang sudah menjadi agenda berbagai serikat buruh dalam rangka menolak UU Cipta Kerja, bukan karena terpancing postingan Ustadzah Kingkin untuk membuat keonaran. 


Hari selasa ini tanggal 2 Februari 2021, insya Allah sidang ke-9 akan dilanjutkan dengan menghadirkan saksi yang meringankan dari ahli hukum. Mereka akan memberikan pendapatnya terkait apakah postingan Ustadzah Kingkin bisa disebut sebagai postingan hoax atau tidak. 


Sungguh mengikuti persidangan ini merupakan perjuangan yang masih panjang bagi kami, masih ada beberapa kali sidang lagi sampai akhir Februari untuk sampai pada vonis hakim. Apakah hakim akan menjatuhkan vonis bebas atau hukuman penjara yang lebih lama kepada Ustadzah Kingkin Anida.


Perjuangan yang bagi saya bukan hanya tentang nasib Ustadzah Kingkin Anida sebagai istri saya, tapi juga merupakan simbol perjuangan kebebasan kemanusiaan yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada setiap anak manusia.


Perjuangan yang  membutuhkan ketabahan, baik dari Ustadzah Kingkin sendiri yang sudah mendekam selama lebih kurang 4 bulan di sel sempit ukuran 4x4 meter persegi bersama 8 orang tahanan lainnya, maupun dari saya dan keluarga. Juga ketabahan dari para penasehat hukum beliau, teman, para sahabat serta orang-orang yang mencintai beliau, baik yang kenal secara langsung atau tidak dengan Ustadzah Kingkin Anida.


Ketabahan yang harus tersimpan kuat dalam tekad dan usaha, bukan dengan tangis dan keputusasaan. Ketabahan yang diucapkan oleh Fina, anak saya paling kecil (usia 9 tahun). Yang ketika saya tanya kepadanya, "Koq.. Fina gak kelihatan sedih sih ummi gak pulang-pulang karena dipenjara?" Dengan lugas Fina menjawab, "Kata abi kan kita harus tabah." Jawaban yang mengejutkan bagi saya dan membuat mata saya berkaca-kaca. 


Saya sendiri lupa pernah berkata seperti itu kepada Fina, tapi ia menanam kuat pesan itu dan mengingatkan saya kembali agar tak pernah berhenti untuk tabah menghadapi berbagai cobaan hidup yang pasti dialami oleh setiap manusia dengan cara yang berbeda-beda.


Kebebasan itu memang mahal harganya. Semahal ketabahan yang perlu dimiliki untuk memperjuangkannya. Semahal rasa syukur kepada Allah SWT bagi kita yang berada di luar penjara, sehingga perlu mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat. 


By. Satria hadi lubis

COBALAH MENGERTI... (Versi Suami)



Cobalah mengerti..

Jika suami banyak diam dan menjaga jarak, itu bukan karena ada pelakor, tapi ia sedang berusaha memecahkan masalah. Lelaki itu memecahkan masalah dengan banyak diam, bukan banyak curhat. Jadi istri yang baik bukan banyak tanya, tapi banyak doa dan membiarkan suaminya masuk ke dalam "gua" dengan masalahnya. Nanti ia akan keluar dari "gua" dengan sendirinya setelah ada titik terang.


Cobalah mengerti...

Jika suami tidak ekspresif dalam kemesraan bukan berarti dia tidak mencintai, tapi karena ia memang lugu dan tak tahu cara mengekspresikan cinta. Lelaki itu perlu diajarkan oleh istrinya bagaimana cara mengekspresikan cinta versi istri.


Cobalah mengerti...

Jika suami selingkuh itu bukan karena hawa nafsu belaka, tapi ia mencari pengakuan dari egonya, dan ironisnya hal itu tidak dilakukan oleh istrinya, tapi malah oleh selingkuhannya. Lelaki akan setia jika ia disanjung dan dihormati oleh istrinya.


Cobalah mengerti...

Jika suami melakukan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) itu karena akumulasi kemarahannya yang sudah disimpan sekian lama. Lelaki itu susah tersinggung, kecuali jika pasangannya mengulang-ulang mencelanya. 


Cobalah mengerti...

Jika suami pelit memberi nafkah, mungkin ia sedang menabung untuk masa depan keluarganya. Bagi lelaki mempunyai rahasia itu merupakan kehormatannya, tapi percayalah hal itu hanya untuk kebaikan keluarganya. 


Cobalah mengerti... 

Jika suami itu paling tidak suka digurui istrinya, sehingga istri yang baik menasehati suaminya dengan sindiran dan jika diminta. Lelaki itu biasanya peka dengan sindiran. Jika pun tidak peka, biarkan ia sadar setelah "kepentok" akibat perbuatannya. 


Cobalah mengerti...

Jika suami hanya butuh kepercayaan dan dukungan (penerimaan) istrinya jika ia punya masalah. Lelaki itu sudah stres dengan banyak masalah di luar sana. Dunianya seluas ambisinya yang mendunia.


Cobalah mengerti...

Jika suami minder dan tak berkembang, itu mungkin akibat perkataan istrinya yang suka "menghabisinya". Isterinya cerewet dan cermat melebih-lebihkan kekurangannya dan mengurang-ngurangi kelebihannya. Ketahuilah...di lubuk hatinya yang terdalam lelaki itu suka dipuji, dan ia akan bangkit jika tahu istrinya memujanya.


Cobalah mengerti...

Jika suami menjadi anggota ISTI (Ikatan Suami Takut Istri), maka bukan hanya dia yang salah membimbing istrinya, tapi istri juga salah karena tidak mendewasakannya. Allah dan Rasul-Nya juga marah dengan suami yang tak mampu memimpin istrinya bergandengan tangan menuju surga (Qs. 66 ayat 6).


Cobalah mengerti...

Bahwa lelaki dan perempuan diciptakan berbeda. Dengan perbedaan itu hidup menjadi indah bak pelangi.


"..Wa laisa dzakaru ka al-untsa (laki-laki itu tidak sama dengan perempuan)" (Qs. 3 ayat 36).

COBALAH MENGERTI... (Versi Istri)

 


Cobalah mengerti..

Jika istri itu banyak diam dan menjaga jarak, ia sedang kecewa dan kesepian, sehingga butuh diangkut suaminya. Perempuan itu butuh keintiman yang ekspresif dan berulang-ulang, sehingga suami yang baik akan berusaha romantis,  walau mungkin ia merasa hal tersebut lebay dan tidak logis.


Cobalah mengerti...

Jika istri tidak ekspresif dalam melayani kebutuhan biologis suami, bukan berarti ia frigid, tapi karena ia tak tahu bagaimana cara melayani suami. Perempuan itu pada dasarnya pemalu mengekspresikan kebutuhan biologisnya, kecuali jika suami aktif memulai dan mengajarinya.


Cobalah mengerti...

Jika istri selingkuh itu bukan karena hawa nafsu belaka, tapi lebih kepada kecewa dan mencari pelarian. Perempuan itu lebih pandai berselingkuh, tapi lebih berat untuk memulai selingkuh karena ia harus melibatkan hatinya yang setia. 


Cobalah mengerti...

Jika istri cerewet dan cermat menjelekkan suaminya, itu bukan karena benci. Namun ia ingin suaminya bangkit dan berubah semakin baik. Perempuan itu bangga dengan prestasi pasangannya. 


Cobalah mengerti...

Jika istri suka meminta tambahan nafkah, itu belum tentu boros, bisa jadi itu memang untuk kebutuhan anak dan keluarga. Perempuan itu konsumsinya lebih tinggi daripada lelaki. Tak adil jika suami menuntut istrinya cantik, tapi tak membiayai istrinya untuk berdandan.


Cobalah mengerti... 

Jika istri mencari nafkah dan berkarir, itu bukan untuk menyaingi suaminya. Perempuan itu sigap dan tangguh untuk menolong pasangannya, jika ia didukung.


Cobalah mengerti...

Jika istri energik untuk mengurus anak dan melayani suami, maka itu bersumber dari perhatian dan kasih sayang suami. Perempuan itu paling bete kalau tidak diperhatikan dan paling senang jika dipuji dan dipuja.


Cobalah mengerti...

Jika istri minder dan tak berkembang, itu mungkin akibat suaminya sibuk dengan dirinya sendiri. Ketahuilah...istri itu paling suka dibimbing dan diatur. Apalagi disertai dengan alasan yang logis untuk kebahagiaan keluarga. 


Cobalah mengerti...

Jika istri tak lagi mencintaimu, itu karena sudah sering disakiti. Perempuan itu tak mudah menata hatinya untuk mencintai, tapi tak mudah juga untuk membenci.


Cobalah mengerti...

Semakin istri mencintai suami, semakin mudah ia sakit hati dengan perilaku suaminya yang dianggapnya mengecewakan. Perempuan itu perlu dibimbing agar kecewa dan sedihnya sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.


Cobalah mengerti...

Bahwa lelaki dan perempuan diciptakan berbeda. Dengan perbedaan itu hidup menjadi indah bak pelangi.


"..Wa laisa dzakaru ka al-untsa (laki-laki itu tidak sama dengan perempuan)" (Qs. 3 ayat 36).