By. Satria hadi lubis
SEMESTINYA libur panjang akhir Oktober 2020 ini saya dan istri sekeluarga berwisata sekaligus safari dakwah, seperti kebiasaan kami setiap tahun. Namun takdir berkata lain, istri menjadi korban hoax dan sampai sekarang masih ditahan di Mabes Polri.
Wisata biasanya identik dengan jalan-jalan dan bersenang-senang. Namun wisata (rihlah) di dalam Islam bukan hanya sekedar senang-senang, tapi juga perlu ada sarana tafakur untuk mendekatkan diri kepada Allah, ajang silaturahim dan sekaligus berjihad di jalan Allah.
Khusus wisata sebagai jihad ini dinyatakan sendiri oleh Baginda Rasulullah saw dalam sebuah hadits, "Dari Abu Umamah ra bahwa ada seorang pria berkata, “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk wisata!” Maka Nabi bersabda, “Sesungguhnya wisata umatku adalah berjihad fi sabilillah” (Hadis sahih - diriwayatkan oleh Abu Daud).
Maksudnya adalah jika engkau melakukan perjalanan wisata, maka hendaklah engkau berjihad di jalan Allah, karena inilah perjalanan wisata umatku; karena di dalamnya ada usaha untuk menyebarkan agama Allah (dakwah) dan mengukuhkan prinsip serta kaidah-kaidahnya yang agung.
Jadi kedudukan wisata di dalam Islam tak boleh sekedar bersenang-senang saja, namun ada maksud mulia di dalamnya. Itulah sebabnya istri saya selalu berinisiatif menggabungkan acara jalan-jalan pada libur panjang dengan safari dakwah ke berbagai kota.
Dalam konteks yang lebih luas, hidup seorang mukmin sejatinya memang berpindah dari satu wisata ke wisata lain. Hidupnya selalu asyik dan asyik. Selalu dalam keadaan bahagia dimanapun ia berada. Tak peduli di balik penjara atau di luar penjara sekalipun. Seperti yang dikatakan Nabi Yusuf as, “Wahai Rabbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan diriku dari tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh. Maka Rabbnya memperkenankan doa Yusuf, dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui" (Qs. 12 ayat 33-34). Nabi Yusuf as mencontohkan bahwa kita bisa bahagia di manapun, termasuk di balik penjara.
Rasulullah saw juga kagum kepada orang-orang yang beriman yang selalu berada dalam kebaikan dan kebahagiaan, "Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya” (HR. Muslim).
Saya berdoa semoga istri saya, Ustadzah Kingkin Anida, tetap bahagia walau di penjara, dalam kesabarannya. Dan saya berdoa kepada semua orang-orang yang beriman agar selalu bahagia dalam berbagai kondisi. Sebab kalau tidak bahagia, buat apa kita punya Allah??
Saya pernah membaca sebuah buku yang saya lupa judulnya. Disitu ada seorang ulama mengatakan, "Jangan mimpi bisa masuk surga jika engkau belum merasa hidup di dunia ini bagai di surga (bahagia). Sebab hanya orang-orang yang di dunianya berkarakter penghuni surga saja yang bisa betah berada di dalam surga kelak. Orang yang selalu merasa susah (tidak bahagia) dan suka konflik akan sulit menyesuaikan diri dengan kondisi surga yang damai di akhirat nanti. Ia tak akan betah berada di surga. Makanya menjadi bagian dari keadilan Allah swt jika orang yang tidak berkarakter surga ditempatkan di neraka. Sebab dirimu yang sekarang juga adalah dirimu di hari kiamat kelak!"
Hidup orang beriman adalah wisata (bahagia) selamanya. Wisata dengan jihad dan dakwah di dunia. Wisata dengan kesenangan tanpa batas di akhirat kelak.
"Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan), "Salam, "sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang" (Qs. 36 ayat 55-58).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar