Jumat, 04 Maret 2022

MEMBERSAMAIMU DALAM IBADAH

 

By. Satria hadi lubis 


"Allah memberi rahmat kepada seorang laki-laki yang bangun di waktu malam, lalu sholat dan membangunkan istrinya. Jika ia enggan, maka laki-laki itu memercikan air ke wajahnya, begitu pula sebaliknya" (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).


Suami istri yang cerdas, bukan hanya bekerjasama untuk sukses di dunia, tapi juga bekerjasama untuk sukses di akhirat.


Begitulah yang dilakukan baginda nabi saw, beliau senantiasa membangunkan istrinya untuk sholat tahajud sebagai salah satu bentuk cinta nabi saw kepada istrinya, yakni beribadah bersama. Sukses bersama.


Begitu pun juga yang dilakukan para suami isteri di luar sana yang mereka saling bekerjama dalam ibadah. Tahajud bersama, beribadah bersama. Berkasih-kasihan dalam taat kepada Allah, sinergi dalam beribadah. 


Begitu pun yang dilakukan saya dan istri saya, Ustadzah Kingkin Anida. Jika saya bangun duluan, biasanya saya mengingatkan istri untuk tahajud. Begitu pun sebaliknya. Namun biasanya istri yang lebih sigap membangunkan saya. Saya sendiri malah yang kadang lupa, sehingga istri jadi cemberut kalau saya lupa membangunkannya untuk tahajud. 


Cara istri membangunkan saya tahajud biasanya dengan mengelus-elus kaki saya atau mengguncangkan badan saya dengan lembut. Atau mencium pipi saya, sambil bilang, "Bi....tahajud yuk...". Belum pernah istri saya sampai memercikkan air ke wajah seperti yang disebutkan pada hadits di atas. Apalagi sampai berteriak dengan nada keras. Selama 30 tahun usia pernikahan kami, tidak pernah sekali pun istri saya mengumpat dan berkata kasar kepada saya, apalagi sampai membentak saya.


Kini untuk sementara waktu, tak ada lagi sentuhan lembut dari istri untuk membangunkan saya sholat tahajud. Tak ada lagi suara beliau membaca al Qur'an sehabis sholat tahajud untuk  menyelesaikan target ibadah yaumiah. Sering kami saling bersahut-sahutan membaca Al Qur'an masing-masing di tengah sunyinya malam. Secara tak tertulis, seakan ada kesepakatan di antara kami untuk fastabiqul khoirot dalam pencapaian target ibadah harian.


Dalam suratnya dari penjara, istri saya sudah lapor ke saya bahwa disana ibadahnya makin meningkat. Sudah punya tiga orang mad'u, yaitu ibu-ibu anggota KAMI yang ditangkap untuk kasus yang sama. Pasti saya sekarang kalah banyak dan kalah khusyu' dibandingkan dengan istri dalam pencapaian target ibadah harian.


Saat-saat bersama dalam ibadah kini menjadi hal yang saya kangenkan dari istri saya, Ustadzah Kingkin Anida. Kangen yang insya Allah akan membuat saya semakin tegar dan yakin bahwa makar Allah tak mampu dikalahkan oleh makar manusia.


Demikianlah....momen-momen kebersamaan kami memang lebih banyak dalam ibadah dan dakwah daripada dalam pekerjaan dan bisnis. Profesi saya memang berbeda dengan istri. Saya dosen dan istri adalah ibu rumah tangga yang tidak berbisnis.


Oleh karena itu...berbahagialah kalian wahai suami isteri di luar sana....yang bisa tetap bersama dalam ibadah. Dalam sholat malam dan dalam ibadah lainnya. Nikmatilah kebersamaan tersebut, dan kenanglah dengan manis. 


Jika kalian bertengkar, redakanlah pertengkaran itu dengan mengenang yang manis-manis dari kebersamaan kalian. Tak ada gunanya berlama-lama dalam kesal dan marah kepada pasangan. Sebab Allah telah mempersatukan kalian dalam pernikahan yang suci dengan segala dinamikanya. Jangan patahkan pernikahan tersebut dengan mengikuti ego masing-masing.


Sungguh setan berupaya merusak kehidupan manusia dengan mengawalinya dari merusak sebuah keluarga, dan merusak sebuah keluarga berawal dari merusak keindahan hubungan antara suami isteri.


Ibadah adalah kunci dari keharmonisan hubungan suami istri. Sekaligus sumber dari cinta sejati antara suami istri yang akan menghubungkan mereka di langit dan bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar