Jumat, 04 Maret 2022

KEBEBASAN ITU MAHAL

 

BAGI Bilal bin Rabbah ra, kebebasan itu mahal harganya. Sebagai mantan budak, beliau pernah hampir terbunuh karena dijemur di panas teriknya gurun pasir oleh majikannya yang kejam, Umayyah bin Khalaf, hanya karena ingin bebas menyembah Allah saja.


Kesadaran akan mahalnya kebebasan itu juga yang ditanamkan oleh Rasulullah saw kepada para sahabatnya. Mereka menyebar ke seluruh penjuru dunia sepeninggal wafatnya nabi saw, bersusah payah untuk membebaskan manusia dari penjajahan manusia lainnya.


Al Qur'an menyebut misi membebaskan manusia ini dengan misi Tauhid "Laa ilaha illa Llah" (Tiada tuhan kecuali Allah). "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku" (Qs. 20 ayat 14). Sebab hanya dengan menyembah Allah semata manusia benar-benar bebas dari tuhan-tuhan yang lain. Bebas dari penjara pikiran dan hati untuk menuju kepada kebahagiaan sejati. 


Dalam konteks ini, maka barangsiapa ada yang menghalangi kebebasan manusia dan memenjarakan fisiknya bukan karena kejahatannya dapat disebut sebagai suatu kezaliman yang pelakunya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.  


**


Dalam persidangan Ustadzah Kingkin Anida pada hari selasa pekan lalu, dua saksi dari pimpinan serikat buruh mengatakan bahwa postingan hasil copy paste dari WA grup ke FB beliau bukanlah kejahatan (bukan hoax). Apa yang diposting tersebut hampir sama dengan kajian mereka terhadap draft UU Cipta Kerja saat itu. Bahkan mereka berterima kasih kepada Ustadzah Kingkin Anida karena ikut berpartisipasi memposting aspirasi buruh.


Dua saksi buruh tersebut juga mengatakan bahwa mereka tidak setuju jika postingan Ustadzah Kingkin dituduh menimbulkan keonaran. Sebab demonstrasi besar-besaran yang terjadi pada tanggal 6, 7 dan 8 Oktober 2020 memang sudah menjadi agenda berbagai serikat buruh dalam rangka menolak UU Cipta Kerja, bukan karena terpancing postingan Ustadzah Kingkin untuk membuat keonaran. 


Hari selasa ini tanggal 2 Februari 2021, insya Allah sidang ke-9 akan dilanjutkan dengan menghadirkan saksi yang meringankan dari ahli hukum. Mereka akan memberikan pendapatnya terkait apakah postingan Ustadzah Kingkin bisa disebut sebagai postingan hoax atau tidak. 


Sungguh mengikuti persidangan ini merupakan perjuangan yang masih panjang bagi kami, masih ada beberapa kali sidang lagi sampai akhir Februari untuk sampai pada vonis hakim. Apakah hakim akan menjatuhkan vonis bebas atau hukuman penjara yang lebih lama kepada Ustadzah Kingkin Anida.


Perjuangan yang bagi saya bukan hanya tentang nasib Ustadzah Kingkin Anida sebagai istri saya, tapi juga merupakan simbol perjuangan kebebasan kemanusiaan yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada setiap anak manusia.


Perjuangan yang  membutuhkan ketabahan, baik dari Ustadzah Kingkin sendiri yang sudah mendekam selama lebih kurang 4 bulan di sel sempit ukuran 4x4 meter persegi bersama 8 orang tahanan lainnya, maupun dari saya dan keluarga. Juga ketabahan dari para penasehat hukum beliau, teman, para sahabat serta orang-orang yang mencintai beliau, baik yang kenal secara langsung atau tidak dengan Ustadzah Kingkin Anida.


Ketabahan yang harus tersimpan kuat dalam tekad dan usaha, bukan dengan tangis dan keputusasaan. Ketabahan yang diucapkan oleh Fina, anak saya paling kecil (usia 9 tahun). Yang ketika saya tanya kepadanya, "Koq.. Fina gak kelihatan sedih sih ummi gak pulang-pulang karena dipenjara?" Dengan lugas Fina menjawab, "Kata abi kan kita harus tabah." Jawaban yang mengejutkan bagi saya dan membuat mata saya berkaca-kaca. 


Saya sendiri lupa pernah berkata seperti itu kepada Fina, tapi ia menanam kuat pesan itu dan mengingatkan saya kembali agar tak pernah berhenti untuk tabah menghadapi berbagai cobaan hidup yang pasti dialami oleh setiap manusia dengan cara yang berbeda-beda.


Kebebasan itu memang mahal harganya. Semahal ketabahan yang perlu dimiliki untuk memperjuangkannya. Semahal rasa syukur kepada Allah SWT bagi kita yang berada di luar penjara, sehingga perlu mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat. 


By. Satria hadi lubis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar