Rabu, 16 November 2022

BERSYUKUR ATAS APA YANG LUPUT

 

By. Satria hadi lubis 


BEBERAPA hari yang lalu ketika saya sedang berjalan kaki, sebuah batang pohon besar hampir menimpa saya. Batang pohon tersebut jatuh tepat di depan saya, hanya berjarak 1 meter. 


Saya perkirakan jika batang pohon besar itu menimpa kepala saya maka akan terjadi luka yang cukup parah. 


Namun alhamdulillah hal tersebut tak terjadi. Saya selamat dari kejadian tak terduga yang dapat membahayakan keselamatan saya.


Sering kita bersyukur atas apa yang didapat, tapi sering lupa bersyukur atas apa yang luput dari kita.


Jika direnungkan, betapa banyak kejadian tak terduga yang menyelamatkan kita dari marabahaya. 


Menyeberang jalan itu sebenarnya tidak aman, tapi beribu kali kita selamat.

Mengendarai motor atau mobil juga berbahaya, bayangkan jika tiba-tiba ada anak kecil yang nyelonong lari ke jalan.

Di rumah juga begitu, ibu-ibu yang masak berhadapan dengan api yang bisa membesar tiba-tiba tanpa diperkirakan.


Jadi sebenarnya setiap hari banyak sekali hal-hal yang membahayakan kita, tetapi luput menimpa kita karena penjagaan Allah SWT. 


"Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan (menolong makhluk-Nya). Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?" (Qs. 55 ayat 29-30).


Intinya, mari kita bersyukur lebih banyak terhadap apa yang luput dari kita. Tidak naif, yang hanya bersyukur terhadap apa yang kita dapat saja.


Bersyukur dengan cara : memuji kebesaran Allah atas apa pun yang kita alami, lalu menggunakan apa yang ada tersebut sesuai kehendak Allah. Inilah yang disebut bersyukur atas nikmat Allah SWT.


Tidak termasuk orang yang bersyukur jika menggunakan apa yang ada pada dirinya untuk bermaksiat (melanggar) aturan Allah SWT.


"Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (Qs. 2 ayat 152).

RUMUS DISENANGI ORANG LAIN

 

Rumus disenangi orang lain adalah

3 S :

Senyum

Salam 

Sapa


Tapi lebih baik jika menerapkan 5S :

Senyum

Salam 

Sapa

Sopan 

Santun


Lebih baik lagi jika menerapkan 8S :

Senyum

Salam 

Sapa

Sopan 

Santun

Sama

Siapa

Saja


Dan semuanya tak akan tulus jika tidak ada SYUKUR.


Jadi, akhirnya rumus disenangi orang lain yang paling baik adalah 9S :

Syukur

Senyum

Salam 

Sapa

Sopan 

Santun

Sama 

Siapa

Saja

🙂

FOKUS KEPADA RIDHO ALLAH

 By. satria hadi lubis


Kita adalah orang biasa dalam pandangan orang-orang yg tidak mengenal kita.. 


Kita adalah orang yang menarik di mata orang yang memahami kita..


Kita istimewa dalam penglihatan orang-orang yang mencintai kita..


Kita adalah pribadi yang menjengkelkan bagi orang yang penuh iri..


Kita adalah orang yang jahat di dalam tatapan orang-orang yang dengki..


Pada akhirnya, setiap orang memiliki pandangannya masing masing, maka tak usah berlelah lelah agar tampak baik di mata orang lain..


Cukuplah dengan mencari ridha Allah bagi kita, sungguh mencari ridha manusia adalah tujuan yang tak kan pernah tergapai... 


Sedangkan ridha Allah adalah tujuan yang pasti sampai..


Maka tinggalkan segala upaya mencari keridhaan manusia, dan fokus saja pada ridha Allah...


ORIENTASI HIDUP

 

By. Satria hadi lubis


ADA orang yang hidup dengan masa lalunya.


Ada orang yang hidup dengan masa kininya.


Ada orang yang hidup dengan masa depannya.


Mana diantara mereka yang akan berhasil?


Jawabnya : Yang hidup dengan masa depannya.

Sebab hidup menjadi bergairah dan penuh harapan. Melangkah terus tanpa henti, meraih satu per satu cita-citanya dan...berhasil!


Jika pun tak berhasil, ia puas karena telah berusaha. Hidupnya bernilai karena yang penting telah usaha. Tak ada penyesalan ketika meninggalkan dunia ini.


Apalagi jika masa depan yang dibayangkannya adalah kesejahteraan negeri akhirat. Maka tak ada yang mampu mengalahkannya dan mematahkannya.


Sedang hidup dengan masa lalu adalah trauma. 


Jika masa lalunya indah, teruslah ia bernostalgia. 

Jika masa lalunya buruk, teruslah ia mendendam trauma.


Semuanya menguras energi yang tak perlu. Membuat ia bermimpi kosong atau menangis. Tumbuh dalam jiwa yang sakit dan rapuh.


Tapi yang penting hidup dengan masa lalu membuat ia lalai akan indahnya masa depan.


Hidup dengan orientasi masa kini juga berbahaya. Sebab mudah bersikap pragmatis dan egois. 


Jarang pahlawan muncul dari orang-orang yang orientasi hidupnya di masa kini. Justru yang muncul adalah para manipulator dan koruptor.


Itulah sebabnya Allah menurunkan ayat tentang taqwa yang mengaitkannya dengan orientasi hidup di masa depan. 


"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya UNTUK hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan" (Qs. 59 : 18)


Bukan berarti mengingat masa lalu dilarang. Bukan berarti berbuat untuk masa kini tidak boleh. Tapi janganlah dijadikan orientasi yang mengubur cita-cita dan harapan. Membuat hidup mendendam akan masa lalu dan hedonis akan masa kini.


Hiduplah dengan masa depan. Sebab dari sana muncul orang-orang baik, para pahlawan dan para pemimpin besar. Yang rela mengenyampingkan egonya, bahkan menyerahkan jiwa raganya, demi kemaslahatan orang banyak. 


Demi mendapatkan kemuliaan dan kebahagiaan.

Untuk dirinya dan orang lain.

ANTARA NEKAT DAN TAKUT

 By. Satria hadi lubis


Kadang kita menghadapi dilema dalam hidup ini antara KETAKUTAN atau KENEKATAN, yang keduanya dilarang dalam Islam. 


Takut hanya kepada Allah, nekat tidak sesuai fiqh dakwah atau maqoshid syari'ah. Dan kedua sifat tersebut akan menghalangi kemajuan kualitas hidup kita.


Jalan terbaiknya adalah HATI-HATI. Masalahnya, kehati-hatian itu tak akan kita ketahui sebelum mencobanya.


Seperti hati-hati mengendarai mobil/motor, tak akan kita ketahui sebelum kita mencoba mengendarai sebuah mobil/motor.


Namun jika direnungkan lebih dalam lagi, mana yang lebih besar dosanya dan bahayanya antara takut dan nekat? Maka jawabannya lebih besar dosanya takut. Sebab takut kepada selain Allah itu melanggar aqidah (Tauhid), sebagai dasar ajaran Islam.


"Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit" (Qs. 5 ayat 44).


Dosa terbesar itu adalah melanggar Tauhid, bahkan orang kafir itu masuk neraka gara-gara tidak bertauhid.


Sedang nekat itu "hanya" melanggar ketidakpatutan dalam menjalankan agama. Jadi dosa nekat itu lebih kecil daripada dosa kalau kita takut kepada selain Allah.


Itulah sebabnya rata-rata orang sukses itu, seperti para Nabi, pemimpin besar, pengusaha sukses dan para pahlawan. Lebih punya kenekatan daripada ketakutan.


Jika dibuat bagan sederhana seperti yang tertera di bawah ini..👇. Sikap hati-hati lebih condong sedikit ke nekat daripada ke takut.


Wallahu'alam

JANGAN KELAMAAN MENUNDA MENIKAH, BAHKAN TIDAK MAU MENIKAH


By. Satria hadi lubis


MAKIN banyak saja orang yang tidak mau menikah di zaman sekarang ini. Di Eropa, Amerika dan Jepang fenomena ini sudah lama terjadi. Mereka lebih suka memelihara anjing atau binatang lainnya daripada menikah. Di Indonesia, fenomena ini mulai trend. Beberapa anak muda bertekad untuk tidak mau menikah. Alasannya macam-macam, mulai dari trauma melihat pernikahan orang lain sampai merasa tidak mau terikat kebebasannya.


Memang menikah dan memiliki keluarga banyak ujian dan tanggung jawabnya, tapi menjomblo seumur hidup atau menunda pernikahan jelas lebih banyak ruginya daripada untungnya. 


Beberapa kerugian dari tidak mau menikah atau menunda menikah adalah :


1. Menimbun dosa zina.

Sebagai manusia normal, lelaki dan perempuan tentu membutuhkan pelampiasan seksual. Semakin lama tidak menikah, semakin besar peluangnya menyalurkan kebutuhan seksual dengan jalan haram. Mulai dari zina hati, tangan, sampai zina kelamin. Dosa zina itu akan bertumpuk dari tahun ke tahun menjadi sebuah dosa besar yang mungkin sulit dihapuskan dengan  kebaikan yang lain.


2. Kesepian.

Mereka yang sendirian tentu akan lebih mudah kesepian daripada mereka yang punya pasangan. Yang punya pasangan saja kadang merasa kesepian jika pasangannya pergi atau lagi tidak harmonis, apalagi yang jomblo. Fitrah manusia untuk berpasangan-pasangan demi mengatasi rasa kesepian yang tak bisa diganti dengan kesibukan kerja, asyik nongkrong atau melampiaskan hobi. 


"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya lah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir" (Qs. 30 ayat 21).


3. Kehilangan momentum didoakan anak.

Semakin lama tidak menikah, semakin lama juga kita kehilangan kesempatan untuk didoakan oleh anak-anak kita. Padahal sebagian rezeki dan keselamatan yang kita dapatkan justru datang dari doa anak-anak kita. Mungkin hidup mereka yang jomblo akan lebih baik jika diiringi oleh doa dari anaknya. 


Kelak kalau sudah meninggal juga akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan satu dari tiga pahala yang tidak akan terputus, yaitu doa dari anak (yang sholih).


"Diangkat derajat mayat seseorang setelah meninggalnya, lalu berkata, " Wahai Tuhanku apa yang terjadi ? Lalu dikatakan, " Anakmu memohonkan ampunan untukmu" (H. R. Bukhari).


4. Lambat dewasa.

Mereka yang tidak mau menikah atau yang kelamaan menunda untuk menikah menunjukkan kepribadian yang egois. Mereka hanya mementingkan dirinya sendiri, mementingkan hawa nafsu pribadi semata. Orang yang semacam ini berarti tidak dewasa. Childish-nya kelamaan.


5. Tidak punya keturunan.

Mereka yang tidak mau menikah tentu tidak punya darah daging yang akan melanjutkan namanya atau nama marganya. Kehadirannya di bumi akan lenyap bersamaan dengan usianya yang habis. Keberadaannya tak akan dikenang oleh anak cucunya. Padahal di yaumul qiyamah Rasulullah saw akan bangga dengan umatnya yang banyak keturunannya.


"Nikahilah perempuan yang pecinta (yakni yang mencintai suaminya) dan yang dapat mempunyai anak banyak, karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab (banyaknya) kamu di hadapan umat-umat (yang terdahulu)” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Hibban dan Hakim dari jalan Ma’qil bin Yasar).


Oleh karena itu, segeralah menikah dan jangan punya pikiran buruk untuk tidak mau menikah. Nanti kalau sudah tua dan daya tarik telah berkurang baru menyesal kenapa dulu tidak segera menikah. Sedang mencari jodoh sudah semakin sulit dilakukan. Wallahu'alam.

KETENARAN DAN KEBENARAN

 


By. Satria hadi lubis 


Jangan takut kehilangan populeritasmu untuk menegakkan kebenaran. 


Karena kebenaran menyelamatkanmu di depan Sang Pencipta.


Populeritas melenakanmu di depan manusia sampai lupa diri.


Itulah sebabnya para ulama takut dengan populeritas.


Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Wahai hamba Allah, sembunyikanlah selalu kedudukan muliamu. Jagalah selalu lisanmu. Minta ampunlah terhadap dosa-dosamu, juga dosa yang diperbuat kaum mukminin dan mukminat sebagaimana yang diperintahkan padamu.”


Abu Ayub As Sikhtiyani mengatakan, “Seorang hamba sama sekali tidaklah jujur jika keinginannya hanya ingin mencari ketenaran.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 276.)


Ibnul Mubarok mengatakan bahwa Sufyan Ats Tsauri pernah menulis surat padanya, “Hati-hatilah dengan ketenaran.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 277.)


Daud Ath Tho’i mengatakan, “Menjauhlah engkau dari manusia sebagaimana engkau menjauh dari singa.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278) Maksudnya, tidak perlu kita mencari-cari ketenaran ketika beramal sholih.


Imam Ahmad mengatakan, “Beruntung sekali orang yang Allah buat ia tidak tenar.” Beliau juga pernah mengatakan, “Aku lebih senang jika aku berada pada tempat yang tidak ada siapa-siapa.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278)


Dzun Nuun mengatakan, “Tidaklah Allah memberikan keikhlasan pada seorang hamba kecuali ia akan suka berada di jubb (penjara di bawah tanah) sehingga tidak dikenal siapa-siapa.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 278)


Al Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Rahimahullahu ‘abdan akhmala dzikrohu (Moga-moga Allah merahmati seorang hamba yang tidak ingin dirinya dikenal (tenar)” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 280)


Basyr bin Al Harits Al Hafiy mengatakan, “Aku tidak mengetahui ada seseorang yang ingin tenar kecuali berangsur-angsur agamanya pun akan hilang. Silakan jika ketenaran yang dicari. Orang yang ingin mencari ketenaran sungguh ia kurang bertakwa pada Allah.” Suatu saat juga Basyr mengatakan, “Orang yang tidak mendapatkan kelezatan di akhirat adalah orang yang ingin tenar.” (Lihat Ta’thirul Anfas, hal. 284).


Semoga kita terlindung dari ketenaran yang melenakan. Ketenaran tanpa makna.

MEMBACA AL QUR'AN SAMBIL MENANGIS

 By. Satria hadi lubis


Suatu ketika Nabi SAW berkata kepada Abdullah bin Mas'ud ra, "Bacalah al Qur'an untukku."


Maka aku menjawab, "Wahai Rasulullah, bagaimana aku membacakan Al Qur’an untukmu, bukankah Al Qur’an diturunkan kepadamu?"


Nabi SAW bersabda, "Aku suka mendengarnya dari selainku."


Lalu aku membacakan untuknya surat An Nisa' hingga sampai pada ayat (yang artinya), 'Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (Rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).' (QS. An Nisa' ayat 41).


Beliau berkata, "Cukup."


Maka aku menoleh kepada beliau, ternyata kedua mata beliau dalam keadaan bercucuran air mata" (HR. Bukhari no. 4582 dan Muslim no. 800).


Dari hadist di atas, kita dapat mengambil hikmah bahwa manusia sempurna yang sudah dijamin masuk surga saja menangis karena mendengar ayat suci Al-Qur’an dibacakan. Sebagai muslim sudah semestinya kita mengikuti jejak beliau. Ketahuilah bahwa takut kepada Allah dan menangis saat membaca Al-Qur’an merupakan sifat yang terpuji. 


“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah” (QS. Az Zumar: 23).


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al Anfaal: 2).


Rasulullah SAW pun bersabda, "Sungguh Al-Qur’an ini turun dengan kesedihan, maka jika kalian membacanya, menangislah. Jika kalian tidak dapat menangis, maka berusahalah (paksa) untuk menangis” (HR. Ibnu Majah).


Jika kita tidak bisa menangis ketika membaca al Qur'an atau karena takut kepada Allah, maka hal tersebut menunjukkan kerasnya hati kita. 


Anehnya mereka yang tidak bisa menangis karena membaca al Qur'an atau takut kepada Allah justru bisa menangis ketika disakiti orang lain atau ketika kehilangan sesuatu, baik materi maupun orang yang disayangi. Bahkan ada yang bisa menangis karena patah hati ditinggal pacar. Sedangkan pacaran itu sendiri terlarang dalam Islam.


Oleh karena itu, agar bisa menangis ketika membaca Al-Qur’an renungilah dengan sungguh-sungguh makna yang terkandung di dalamnya agar ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca tersebut berpengaruh terhadap hati kita. Dengan menangis karena takut kepada murka dan siksa Allah merupakan ibadah yang bisa membuat kita benar-benar menjaga diri dari perbuatan maksiat dan dosa. 


Rasulullah SAW bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam (jihad) di jalan Allah” (HR. Tirmidzi (1639), disahihkan Syaikh Al-Albani dalam Sahih Sunan At-Tirmidzi (1338).



SIAPA YANG LEBIH DISAYANGI? AYAH ATAU IBU?



By. Satria hadi lubis 


“Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, lalu ia bertanya, ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab, “ Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” “ Ibumu” “ Siapa lagi?” “ Ibumu” “ Siapa lagi” “Bapakmu” (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).


Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari mengutip pendapat Ibnu Battal tentang alasan Nabi Muhammad SAW mengulang kata 'ibu' tiga kali. Menurut Ibnu Battal, hal ini disebabkan karena sosok ibulah yang menanggung tiga kesulitan yakni ketika mengandung, melahirkan, dan menyusui.

Tiga hal inilah yang harus ditanggung sendirian oleh seorang ibu. Sementara sang ayah ikut serta mendidik anak bersama-sama dengan ibu.


Hadits ini sering disalahartikan bahwa kasih sayang dan cinta seorang anak kepada ibunya harus lebih besar 3x dibanding kepada ayahnya. Ada juga yang menganggap bahwa seorang anak harus lebih nurut kepada ibunya dibanding kepada ayahnya. Bahkan yang lebih parah lagi ada yang menganggap bahwa kepada ibu tidak boleh melawan, tetapi kepada ayah boleh (sesekali) melawan, karena ibunya harus diperlakukan 3x lebih baik daripada ayahnya. 


Pengertian semacam tersebut tentu saja keliru. Bukankah al Qur'an mengatakan bahwa kedua orang tua perlu diperlakukan sama? Yaitu harus dipatuhi dan tidak boleh mendurhakai KEDUANYA?


"Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau patuhi keduanya. Hanya kepada-Ku tempat kembalimu, dan akan Aku beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan" (Qs. 29 ayat 8).


"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia" (Qs. 17 ayat 23).


Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda bahwa seorang anak itu milik bapaknya, bahkan hartanya juga milik bapaknya. Hadits ini ingin memberikan pesan yang kuat bahwa seorang anak harus taat dan tidak boleh durhaka kepada ayahnya. 


Dari Jabir bin Abdillah, ada seorang berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki harta dan anak namun ayahku ingin mengambil habis hartaku.” Rasulullah bersabda, “Engkau dan semua hartamu adalah milik ayahmu” (HR. Ibnu Majah, no. 2291, dinilai sahih oleh Al-Albani).


Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang anak harus menyayangi kedua orang tuanya sama besarnya dan tidak boleh seorang anak mencintai salah satunya lebih tinggi daripada yang lainnya. Begitu pun dalam hal kepatuhan, perlu sama-sama dipatuhi, baik untuk ibu maupun ayahnya. Bukan lebih patuh kepada ibunya, tapi kepada ayah sering melawan. 


Alasan lain bahwa kedua orang tua perlu diperlakukan sama adalah karena kewajiban mendidik anak di dalam Islam adalah kewajiban kedua orang tua, bukan hanya kewajiban ibunya saja atau ayahnya saja. Sehingga wajar jika "imbalan" yang didapat juga sama besar untuk keduanya.


Untuk ayah....

Kami, anakmu, ingin mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala pengorbanan ayah selama ini dalam membesarkan kami, anak-anakmu.  


Maafkan kami yang belum bisa memenuhi semua harapan baikmu. 


Di dalam diammu, engkau bersusah payah menanggung semua ulah kami, anakmu. 


Engkau terlihat tegar di mata kami, anakmu

Karena begitulah pria sejati

tertawa dan menangis di dalam dadanya

Sambil meminta agar kami lebih menyayangi ibu kami


Ayah...

Engkau adalah pecinta tanpa pamrih 

Pahlawan dalam diam bagi kami, anak-anakmu.

Senin, 07 November 2022

ATAS NAMA CINTA


Wahai hamba-Ku..


Bahwasanya Aku mendapati diri-Ku malu kepada engkau

Yang mengangkat tangannya sambil berkata : 


Ya Robb... 


Yaa Robb...


Ampuni aku...


Ampuni..


Maka aku menjawab seruan hamba-Ku..


Walau malaikat berkata : bahwasanya dia bukan hamba yang harus Kau ampuni


Maka Aku berkata : 

Akan tetapi Aku adalah sumber ketaqwaan dan sumber pengampunan...


Aku bersaksi atas kalian wahai malaikat ...bahwa aku telah mengampuni hamba-Ku


Ketahuilah...bahwasanya jika seorang hamba mengangkat kedua tangannya ke langit


Sementara dia adalah orang yang bermaksiat, lalu dia memanggil Tuhannya :


Yaa Robbi....Yaa Tuhanku 


Maka Aku akan menjawab :


Labbaika abdi...

Aku menyambut panggilanmu... wahai hamba-Ku


Labbaika abdi

Aku menyambut panggilanmu wahai hamba-Ku..


Wahai anak-anak Adam..

Aku menciptakan engkau dengan kedua tangan-Ku

Dan aku membimbingmu dengan nikmat-ku

Maka apakah Aku tidak akan mempedulikan-Mu??


Walau engkau menyimpang dari-Ku dan bermaksiat pada-ku

Tapi bila engkau kembali pada-Ku..

maka aku akan memberimu taubat


Maka dimana lagi engkau dapat menemukan Tuhan seperti diri-Ku??


Aku adalah Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang


Hamba-Ku..aku mengeluarkanmu dari ketiadaan menjadi ada

Dan aku menciptakan untukmu pendengaran, penglihatan dan akal


Wahai hamba-Ku..


Wahai hamba-Ku..


Aku telah menyembunyikan aibmu sementara engkau tidak takut kepada-Ku


Aku mengingatmu sementara engkau lupa terhadap-Ku

Bagaimana aku tidak mengingatmu jika rezekimu Aku yang tanggung


Aku malu terhadapmu jika Aku tidak memberikan nikmat kepadamu, sementara engkau tidak malu terhadap-Ku??


Siapakah lagi yang lebih dermawan daripada-Ku?


Adakah seorang hamba yang mengetuk pintu-Ku lantas tidak aku buka?


Adakah seorang hamba yang meminta kepada-Ku lantas Aku tidak memberinya?


Apakah Aku pelit kepada hamba-Ku, sehingga hamba-Ku pelit kepada-Ku??..😢


Ya Robb...Dzat yang memanggilku :


Wahai jiwa yang tenang.

 

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

 

Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,

 

masuklah ke dalam surga-Ku.


Wahai Robb....yang keutamaan-Nya selalu tercurah atas hamba-hambanya.. 


Wahai Zat yang membentangkan kedua tangan-Nya dengan pemberian-Nya.. 


Wahai Zat yang memiliki pemberian-pemberian yang luhur 


Maka ampunilah aku..😭


Dan berilah kepadaku rezeki berupa kehidupan yang ridho dan diridhoi.


By. Satria hadi lubis (disunting dari hadist qudsi)


MENJADI PEJUANG KEMANUSIAAN ATAU PEJUANG ISLAM?

 

By. Satria hadi lubis 


ADA yang bertanya kepada saya, bukankah lebih baik kita memperjuangkan kemanusiaan daripada memperjuangkan Islam? Sebab memperjuangkan kemanusiaan itu lebih luas dan universal, sedang memperjuangkan Islam itu sempit hanya untuk golongannya sendiri (eksklusif dan sekterian)?


Saya jawab : memperjuangkan Islam itu justru lebih luas dan inklusif daripada memperjuangkan kemanusiaan (humanisme).


Alasannya :


1. Memperjuangkan kemanusiaan itu tidak jelas konsepnya. Setiap orang bisa berbeda-beda memahami kemanusiaan (humanity), sehingga konsep kemanusiaan itu sebenarnya absurd dan subyektif. Sebaliknya, memperjuangkan Islam itu jelas konsepnya, yaitu al Qur'an dan Hadits, sehingga lebih ajeg dan objektif.


2. Memperjuangkan kemanusiaan itu jangkauannya dunia saja. Ganjarannya juga duniawi. Apalagi jika motivasinya tidak ikhlas. Sebaliknya, memperjuangkan Islam itu jangkauannya dunia-akhirat. Ganjarannya juga dunia-akhirat. Ada pahala yang didapatkan, jika ikhlas mencari ridho Allah.


3. Memperjuangkan kemanusiaan itu fokusnya hanya kesejahteraan manusia. Sebaliknya, memperjuangkan Islam itu fokusnya alam semesta (menjadi rahmat bagi semesta alam) yakni memperjuangkan kesejahteraan semua makhluk : manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, sumber daya alam, dan lain-lain.


4. Memperjuangkan kemanusiaan bisa jadi akan menghancurkan eksistensi agama. Apalagi jika pejuangnya berideologi atheisme/komunisme. Sebaliknya, memperjuangkan Islam justru akan mempertahankan eksistensi semua agama. Sebab Islam melarang tindakan intoleransi terhadap keberadaan agama lain.


Kesimpulannya, memperjuangkan Islam lebih luas cakupannya daripada memperjuangkan kemanusiaan ansich. Memperjuangkan Islam manfaatnya juga untuk seluruh umat manusia dan alam, bukan hanya demi kepentingan kaum muslimin saja (menjadi rahmat bagi semesta alam). Keliru jika ada yang berpendapat memperjuangkan Islam itu eksklusif, sekterian, sempit, dan intoleran terhadap keberadaan agama lain.


Oleh karena itu, jadilah pejuang (mujahid) Islam....wahai saudaraku.


Hidup ini hanya sekali. Jangan bersikap bodoh dengan tidak menjadi pejuang Islam. Apalagi tidak menjadi pejuang apapun. Yang notabone berarti tidak mendapatkan apapun, kecuali kesenangan diri semata (hedonisme). Cepat atau lambat kita akan pulang ke kampung akhirat. Dan disana yang berlaku hanyalah PAHALA dan RAHMAT ALLAH yang diberikan kepada orang-orang beriman.


Menjadi pejuang kemanusiaan belum tentu membuat sukses di dunia dan akhirat. Namun menjadi pejuang Islam sudah pasti membuat  kesuksesan di dunia dan akhirat (jika disertai keikhlasan). 


"Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. (Jika kamu berlaku demikian) niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (di dunia). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin" (Al Qur'an, surah as Shof ayat 10-13).

BAJU TAHANAN BUKAN UNTUK UMMI

 


Ummi....abi kaget lihat foto ummi pakai baju tahanan dipajang bak penjahat di depan publik hari ini


Ketika mengantar makanan untuk ummi walau tanpa bisa ketemu, abi lihat sih ada yang pakai baju tahanan terus abi mikir, "Apa ummi nanti bakal pakai baju tahanan ya ketika dibesuk abi?"


Wah kalau begitu abi gak mau ah lihat ummi pakai baju tahanan 

Kan ummi bukan penjahat, bukan teroris, bukan koruptor juga


Ummi kan ustadzah...

Ummi kan lebih baik daripada abi

Ummi kan ibadahnya lebih banyak dari abi...

Ummi kan lebih banyak dakwahnya daripada abi


Itulah yang membuat abi belum rela ketemu ummi sampai sekarang

Takut ummi dibawa keluar pakai baju tahanan

Baju tahanan yang tak pantas buat ummi


Abi egois ya mi....maaf ya mi...walau kangen tapi abi tekan selama ini karena gak mau lihat ummi pakai baju tahanan


Namun hari ini abi lihat umi pakai baju tahanan

Bukan hanya di depan abi

Tapi di depan publik bersama tahanan lain yang juga tak pantas memakai baju tahanan 


Abi kaget lihat ummi dipajang seperti itu....direndahkan seperti penjahat

Sedih rasanya.. 

Gak nyangka koq bisa begitu ya perlakuan polisi yang waktu ke rumah nangkap ummi kita sambut dengan ramah dan koperatif


Semoga besok-besok kita bisa ketemu ya mi...

Abi udah gak takut lagi ketemu ummi pakai baju tahanan

Karena abi hari ini sudah lihat ummi dipermalukan di depan publik tapi ummi tetap tabah 


Abi yakin...dibalik masker ummi...ummi tetap zikir meminta kekuatan dari Allah seperti yang biasa ummi lakukan kalau kita sedang bersama

Ummi tetap cantik koq...walau hanya mata ummi yang abi lihat...hehe


Yang tabah ya mi...

Kan ummi gak salah

Ummi hanya korban hoax

Allah bersama orang-orang yang baik seperti ummi


By. Satria hadi lubis

(Suami Ustadzah Kingkin Anida)


# Tulisan yang akan abi sampaikan kalau besok ketemu ummi

KASIH MANUSIA SEPANJANG MALAM


Allah mengasihi manusia kapan saja dan dimana saja. Bahkan terhadap orang yang kurang ajar sekali pun kepada Dirinya, Allah tetap memberikan kasih-Nya. Mereka tetap gratis menghirup udara dan diberikan rezeki, contohnya. 


Sebaliknya, kasih manusia sepanjang malam. Singkat dan tak dapat diterka, seperti gelapnya malam. Kasih manusia seringkali bersyarat dan pamrih.


Karena itu, jangan berharap terlalu banyak kepada manusia. Bahkan terhadap manusia yang baik dan hebat sekali pun. Mereka suatu waktu bisa mengecewakanmu.


Berharaplah kepada kasih Allah yang tak lekang oleh waktu dan jaman. Berharaplah dengan cara beribadah dan berbuat baik untuk-Nya. Bukan untuk manusia.


"Dan diantara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya"(Qs. 2 ayat 207).


By. Satria hadi lubis

REZEKI ANDA YANG MANA?

 


By. Satria hadi lubis 


REZEKI bukan hanya berupa harta benda saja. Rezeki juga melingkupi semua pemberian Allah kepada makhluq-Nya untuk menunjang kehidupannya. Rezeki bisa juga berupa waktu, kesehatan, kecerdasan, teman, tetangga yang baik dan masih banyak lagi yang lainnya.


Ada empat golongan manusia dalam kaitannya dengan rezeki :


1. Manusia yang berusaha secara maksimal untuk mendapatkan rezeki, sambil terus beribadah dan berdoa yang banyak.


Inilah sebaik-baiknya manusia di sisi Allah. Dengan syarat jika usahanya halal dan ibadahnya khusyu'.


Manusia golongan ini rezekinya berkah dan bisa datang dari arah yang tak disangka-sangka (ajaib). Hal itu karena ia menempuh semua jalan bumi dan langit dengan sungguh-sungguh.


Apakah orang golongan pertama ini pasti kaya harta? Belum tentu juga. Kaya atau miskin tak jadi soal baginya. Jika kaya ia tidak bermewah-mewahan. Jika miskin ia tetap bersangka baik kepada Allah. Cukuplah baginya apa yang ditakdirkan Allah. Ikhlas dan bahagia sudah hidupnya.


Namun jika usaha maksimalnya tersebut dicemari dengan keharaman, maka jadilah ia manusia fasik. Atau istilahnya STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan terus). Rezekinya bisa berubah dari berkah menjadi tidak berkah. Cepat habis dan boros.


2. Manusia yang berusaha untuk mendapatkan rezeki secara maksimal, namun kurang dalam ibadah dan doa.


Orang ini jauh dari Allah, mungkin juga tidak mengenal agama (Islam KTP). Orang yang kafir juga termasuk dalam golongan ini.


Mereka bisa menjadi kaya harta atau tetap miskin semata-mata tergantung pada keahlian dan peluang rasional yang ada di depannya.


Nilai rezekinya biasa-biasa saja, bahkan bisa tidak berkah jika usaha yang dilakukannya tidak halal.


Orang kafir dan muslim KTP yang kaya raya dan semakin lupa kepada Allah termasuk golongan ini. Mereka disebut Istidraj. "Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa” (Qs. 6 ayat 44).


3. Manusia yang kurang usahanya dalam mendapatkan rezeki, namun banyak ibadah dan berdoa kepada Allah.


Orang dalam kategori ini peluang kayanya fifty fifty, tergantung dari kehendak Allah. 


Mengapa ia bisa kaya walau usahanya belum maksimal? Sebab usaha sebenarnya tak ada hubungannya dengan rezeki. Rezeki adalah rahasia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa saja. 


Orang dalam golongan ini hidupnya ajaib. Sebab usaha belum maksimal tapi rezekinya sudah datang dari arah tak disangka-sangka dikarenakan kedekatannya dengan Allah. 


Jika usaha yang tidak maksimal tersebut diiringi dengan cara-cara yang haram, maka berlaku ketentuan seperti golongan pertama. Rezekinya menjadi tidak berkah. Cepat habis dan boros.


4. Manusia yang kurang berusaha, sekaligus kurang/tidak beribadah dan berdoa kepada Allah.


Orang semacam ini akan sulit mendapatkan rezeki karena semua pintu ia tutup sendiri.


Hidupnya susah, bahkan menjadi beban orang lain. Inilah seburuk-buruknya manusia. Sebab sudah tidak berusaha, tidak ibadah lagi. Jika pun ada yang kaya harta maka itu juga merupakan hukuman istidraj dari Allah.


Orang semacam ini perlu diberi motivasi agar rajin ibadah dan berusaha, serta diberikan keterampilan agar bisa merubah nasibnya.


Lalu...termasuk yang manakah Anda?


SENSITIF TERHADAP KEPENTINGAN ORANG LAIN

 

By. Satria hadi lubis 


Ada bapak-bapak parkir mobil seenaknya di jalan kecil, sehingga merepotkan pengendara lain. Ada anak remaja parkir motor di depan pintu pagar rumah orang lain. Ada emak-emak yang dengan tenang mengendarai motor di tengah jalan ramai seakan ia sedang tafakur alam.


Saudaraku...salah satu ciri kedewasaan seseorang adalah sensitif terhadap urusan orang lain. Mulai dari yang "kecil" seperti fenomena yang saya sebutkan di atas.


Contoh lain yang menunjukkan kurang sensitifnya seseorang terhadap kepentingan orang lain di area publik adalah :


-Naik eskalator jangan berdiri di tengah. Siapa tahu ada yang terburu-buru ingin mendahului kita.

-Biasakan untuk antri. Jangan main serobot dan pura-pura gak tahu.

-Nyalakan lampu sein kendaraan Anda jika ingin pindah jalur atau berbelok.

-Di tempat makan, jangan bercanda dan tertawa terlalu keras.

-Kalau berjalan berombongan, jangan sampai menutupi jalan.

-Di lift, yang masuk pertama jangan berdiri di depan pintu lift, sehingga menghambat orang lain yang akan masuk.

-Buang sampah jangan sembarangan. Apalagi membuang sampah melalui jendela mobil.

-Dan masih banyak lagi contoh yang lainnya.


Intinya, mari kita tingkatkan sensitivitas dan kepedulian kita terhadap kepentingan orang lain.


Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”. (HR Muslim, lihat juga Kumpulan Hadits Arba’in An Nawawi hadits ke 36).

KASIH IBU SEPANJANG JALAN, KASIH ANAK SEPANJANG GALAH

By. Satria hadi lubis

Orang tua asal kemana-mana selalu ingat kepada anaknya. "Pulang mau dibelikan apa ya?", "Anakku lagi apa ya?" Jika anaknya terlambat pulang selalu ditanya, "Kamu dimana nak?".


Beda dengan anak, mungkin sampai usia 10 tahunan masih ingat dan mencari-cari ayah ibunya. Setelah itu mulai sibuk dengan berbagai agenda. Ingat orang tua makin jarang.


Ketika anaknya sudah dewasa dan sibuk dengan karirnya, orang tua makin tersisih dalam ingatan anak-anaknya. Sebaliknya, orang tua makin ingat, selalu kangen kepada anak-anaknya.


Seperti titah pepatah, "Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.


Jika orang tua tak pandai mengolah rasa dan terus menerus merasa kesepian, bertepuk sebelah tangan dalam kangen, maka bisa berdampak menggerogoti kesehatan mental dan fisiknya. 


Apalagi jika anak belum sesuai harapannya : belum menjadi anak yang sholih (yang mendoakan kedua orang tuanya dan belum dekat dengan Allah).


Terbayang sudah kesulitan menjawab pertanyaan Allah nanti di yaumil hisab. 


Jika orang tua tak pandai mengelola rasa, ia akan semakin bermutu (bermuka tua) melebihi usianya. Bisa-bisa orang tua menua dalam ketidakbahagiaan. 


Namun kata sudah habis, nasehat sudah lemah, tubuh sudah ringkih, mereka hanya bisa menatap diam memendam lara doa. 


Berharap suatu ketika anaknya berubah semakin bertaqwa, agar bisa berkumpul bersama di surga kelak dalam kebahagian abadi.


وَلۡيَخۡشَ ٱلَّذِينَ لَوۡ تَرَكُواْ مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةٗ ضِعَٰفًا خَافُواْ عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلۡيَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدًا


"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar" (al Qur'an, Surat An-Nisa', Ayat 9).


BERMAIN-MAIN DALAM KEALPAAN


By. Satria hadi lubis 


BERAPA banyak mereka yang tak sadar bahwa Allah SWT menyayanginya. 


Diberikan-Nya hampir semua yang ia mau.


Namun Allah Maha Hikmah, sehingga apa yang diberikan-Nya disamarkan dalam selubung usaha yang masuk akal bagi para penerima nikmat-Nya.


Sehingga sang penerima nikmat, jika tak mau merenung sebentar saja, menjadi lupa siapa yang sebenarnya selama ini menjaganya dalam nikmat.


Padahal jika ia tahu kesibukan-Nya menjaga hamba-hamba-Nya maka ia akan berucap seperti Sang Nabi yang beribadah terus-terusan dengan dalih "Bukankah aku layak bersyukur?"


Padahal jauh lebih banyak bencana yang Ia elakkan dari dirinya dalam setiap detik, sehingga musibah yang ia terima jauh lebih sedikit daripada seharusnya.


Rabb....betapa naifnya kami yang tak mampu mengambil hikmah dari kasih-Mu.


Kami bermain-main dengan kealpaan kami dalam menyembah-Mu. Hingga waktu terus berlalu tanpa pernah kami sadar untuk kembali kepada-Mu.


Hingga tinggal penyesalan yang tersisa ketika semua mata terbelalak melihat kebesaran-Mu yang Engkau singkap di dunia lain, di alam barzakh dan alam akhirat.


Ya Robb...Padahal kami tahu perintah-Mu untuk menyembah-Mu semata-mata demi kebahagiaan dan keselamatan kami. 


Padahal Engkau hanya minta agar kami pandai mengambil hikmah dengan kekuatan akal dan hati kami yang telah Engkau berikan.


Sedang Engkau tak butuh apapun dari semesta alam ini.


Mungkin jika "kesabaran-Mu" telah habis, maka yang tinggal adalah kehilangan, yang terlambat kami sadari.


"Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari Kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan" (Qs. Az Zumar ayat 67).

Minggu, 09 Oktober 2022

SETIAP HARI ADA WAKTU YANG ISTIMEWA

 

By. Satria hadi lubis   


Dalam satu hari, ada waktu-waktu khusus yang diistimewakan Allah dan memiliki ganjaran yang besar di sisi Allah swt, yakni waktu subuh dan ashar. Pada waktu tersebut terjadi pergantian malaikat penjaga siang dan malam. Rasulullah saw bersabda,"Para malaikat datang kepadamu pada pergantian malam dan siang, dan mereka semua berkumpul pada waktu shalat subuh dan shalat ashar. Mereka (para malaikat) yang melewatkan waktunya bersamamu naik (ke langit) dan Allah bertanya kepada mereka, meskipun Dia tahu segala sesuatu tentang kamu, "sedang apa hamba-hamba-Ku ketika kau tinggalkan?" Para malaikat menjawab, "Ketika kami meninggalkan mereka, mereka sedang mengerjakan shalat. Dan ketika kami menemui mereka, mereka sedang mengerjakan shalat" (HR. Bukhari).


Selain waktu subuh dan ashar, waktu dhuha juga memiliki keutamaan untuk melakukan sholat dhuha dengan berbagai ganjarannya. Di antaranya, Rasulullah saw bersabda : “Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai shadaqah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no.  720).


Waktu sepertiga malam juga adalah waktu yang utama untuk kita isi dengan ibadah, belajar dan membaca Al Qur’an. Oleh sebab itu jangan disia-siakan waktu malam berlalu tanpa ibadah malam (tahajud). Di antara keutamaannya adalah : “Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat (waktu). Seandainya seorang muslim meminta suatu kebaikan di dunia maupun di akhirat kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap malam.” ( HR Muslim). Nabi SAW bersabda : “Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun (ke langit dunia) ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “Barang siapa yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )


Lalu bagaimana dengan waktu pagi, adakah nash atau dalil tertentu yang mengutamakan waktu pagi? Jawabnya ada. Dalil tentang keutamaan waktu pagi disebutkan dalam hadits, “Ya Allah berikanlah berkah kepada umatku di pagi harinya” (HR. Abu Dawud no. 2606, Tirmidzi no. 1212, Ibnu Majah no. 2236, shahih At-Targhiib wa Tarhiib no, 1693). Dan hadits : “Diberikan barakah kepada umatku di pagi harinya” (HR. Abu Dawud at-Thaayalisy dishahihkan Al Bani dalam Shahih Jami’ush Shaghir no. 2841). Rasulullah saw juga bersabda: “Seusai shalat fajar (subuh) janganlah kamu tidur sehingga melalaikan kamu untuk mencari rezeki.” (HR. Thabrani).


Di dalam tiga hadits tersebut, Rasulullah saw menganjurkan agar mengutamakan waktu pagi dan tidak menyia-nyiakannya dengan bermalas-malasan atau tidur lagi.


Orang yang bermalas-malasan dan tidur lagi di waktu pagi akan terhalang rezekinya. Ibnul Qayyim berkata dalam kitabnya Zaadul Ma’aad, bahwasanya orang yang tidur di pagi hari akan menghalanginya dari mendapat rizki. Karena waktu subuh adalah waktu di mana makhluk mencari rizkinya, dan pada waktu tersebut Allah membagi rizki kepada para makhluk-Nya. Beliau menukil dari Ibn ‘Abbas radliyallahu ‘anhu bahwasannya dia melihat anaknya tidur di waktu pagi maka ia berkata kepada anaknya, “Bangunlah engkau! Apakah engkau akan tidur sementara waktu pagi adalah waktu pembagian rezki?” Tidur yang terlarang adalah tidur ketika selesai shalat shubuh hingga matahari terbit. Karena pada waktu tersebut adalah waktu untuk menuai ghonimah (pahala yang berlimpah). Mengisi waktu tersebut adalah keutamaan yang sangat besar, menurut orang-orang shalih. Sehingga apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mau tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian karena waktu pagi adalah waktu terbukanya pintu rizki dan datangnya barakah (banyak kebaikan).”


Semoga kita senantiasa bisa menggunakan waktu-waktu istimewa tersebut untuk memperbanyak ibadah dan amal sholih.  Aamiin yaa robbal alamin

MELEPAS GUSAR DAN RISAUMU

 

By. Satria hadi lubis 


Berbuat baiklah semampumu

Perbaiki terus dirimu

Agar kualitas dirimu terus melangit


Tak perlu gusar dengan celaan orang lain

Tak perlu berharap dengan pujian siapa pun


"...dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela" (Qs. 5 ayat 54)


Karena eksistensimu sesungguhnya

Hanya di depan Allah


Tak perlu risau dengan cela (kekurangan) orang lain

Mereka punya Allah

Biarlah Allah yang mengurus mereka dengan hikmah-Nya


"Biarlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri telah menciptakannya" (Qs. 74 ayat 12)


Tugas kita hanya mengajak dengan sabar, bukan menghakimi surga neraka mereka


Karena kebahagianmu sesungguhnya 

Hanya ketika engkau melepas gusar dan risaumu

BIARKAN STATUS QUO INI


By. Satria hadi lubis 


"Jika Islam hanya sebatas ibadah dan mu'amalah, niscaya Rasulullah tidak akan pernah ada di medan pertempuran."


Ini quote yang bagus! Yang menunjukkan bahwa Islam itu syamil wa mutakamil (integral dan sempurna), sebagaimana firman-Nya: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu" (QS. 5 ayat 3).


Quote yang menunjukkan bahwa Islam bukanlah agama sekuler.  Sekulerisme adalah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan.


Sekularisme asing dalam Islam, karena meminggirkan Islam hanya sebatas ibadah vertikal saja dengan Tuhan. Rasulullah saw mengajarkan kepada kita bahwa Islam mengatur seluruh aspek kehidupan, bahkan kalau terpaksa siap berperang jika Islam dipinggirkan dan dilecehkan.


Sekulerisme berasal dari Eropa pada abad pertengahan ketika ajaran Kristen diterapkan secara salah dan korup. Lalu sebagai protes, para petinggi Eropa meminggirkan ajaran Kristen, sehingga wujud Kristen seperti yang kita lihat sekarang ini; hanya mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan. Agama jangan dibawa-bawa dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 


Nah...pemahaman sekuler inilah yang coba diterapkan di dalam tubuh umat Islam saat ini dengan berbagai propaganda oleh mereka yang memuja sekulerisme yang sesat itu. Bahkan sekulerisme juga bertentangan dengan ideologi Pancasila sila pertama "Ketuhanan yang Maha Esa" sebagai dasar negara kita.  


"Pemaksaan" untuk menerima sekulerisme dalam tubuh umat Islam ini yang menjadi biang kerok konflik tak berkesudahan antara Islam dan penganut sekuler di dunia saat ini, termasuk di Indonesia. Ada upaya ghozwul fikri (serangan pemikiran) yang dimotori oleh Jaringan Islam Liberal (JIL) dan antek-anteknya. Mereka adalah muslim munafik dan para kafir harbi dari kalangan Kristen, Syi'ah, Komunis, dan lain-lain yang ingin mensekulerkan umat Islam. Kafir yang baik-baik tidak termasuk dalam kelompok perusak Islam.


Umat Islam di Indonesia harus waspada dan selektif menerima  informasi dan propaganda yang dilakukan para pemuja sekelurisme, terutama para generasi muslim milenial. Seringkali propaganda tersebut dibungkus dengan istilah-istilah keren, seperti hak azasi manusia, kesetaraan gender, modernisasi, emansipasi, dan lain-lain.


Bagi kita umat Islam, toleransi bukanlah dengan menerima nilai-nilai sekuler, sehingga setiap agama menjadi urusan individu masing-masing. Atau menjadi sama benarnya. Lalu kita bebas berinteraksi tanpa batas antar umat beragama. Termasuk bebas menikah antar umat beragama. Bukan begitu toleransi dalam Islam.


Toleransi dalam Islam adalah memberikan kebebasan setiap pemeluk agama untuk menjalankan agamanya masing-masing, tanpa saling mengganggu. Jika ada gangguan, maka selesaikan dengan dialog atas dasar itikad baik. Bukan dengan kepura-puraan, yakni berdialog tapi terus menyebarkan agamanya dengan cara tipu daya dan imbalan materi. Tujuan akhirnya adalah ingin mengubah demografi agama penduduk Indonesia, sehingga umat Islam yang tadinya mayoritas menjadi minoritas di negeri ini.


Upaya mengubah demografi agama ini akan memunculkan ketidakpercayaan dan konflik antar umat beragama, sehingga kerukunan umat beragama di Indonesia menjadi terancam. 


Solusinya....


Jangan "paksa" umat Islam menerima sekulerisme. Terapkan toleransi secara adil dan biarkan demografi agama penduduk Indonesia dalam keadaan status quo seperti sekarang ini, dimana umat Islam menjadi mayoritas. Jangan ada upaya untuk mensekulerkan atau memurtadkan umat Islam dengan berbagai tipu daya yang akhirnya memunculkan perlawanan dari tubuh umat Islam yang hidupnya ingin mulia dan matinya syahid karena membela agama Allah.


“Tidak seorangpun yang masuk surga namun dia suka untuk kembali ke dunia padahal dia hanya mempunyai sedikit harta di bumi, kecuali orang yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan karamah (mati syahid)” (HR. Al-Bukhari no. 2817 dan Muslim no. 1877)

BAHAYA TIDAK BERSYUKUR


By. Satria hadi lubis 


AWALNYA adalah nikmat Allah yang dikufuri, sehingga datanglah azab Allah. 


Ada hukum Allah (hukum alam) yang mengatakan "Jika tidak bersyukur atas nikmat Allah maka azab Allah akan datang". 


Dalilnya, "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Qs.14:7).


Bagaimana cara bersyukur? Cara bersyukur itu dengan mengingat Allah atas segala nikmat-Nya. 


Dalilnya, "Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku" (Qs.2:152). Dalam ayat tersebut diawali dengan ingat kepada Allah, sebagai syarat  bersyukur. 


Jadi azab dari Allah yang diterima seseorang atau suatu kaum karena perbuatan manusia itu sendiri yang kurang bersyukur dengan tidak ingat (tidak taat) kepada Allah. 


Firman Allah SWT dalam surah Ar-Ruum ayat 41 :

”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” 


Kembali ke jalan yang benar artinya kembali taat kepada Allah SWT. Sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa "laut" di sini berarti kota-kota besar atau desa-desa yang di pinggir laut. Sedangkan "darat" artinya kampung-kampung atau desa-desa yang terdapat di darat. Artinya kerusakan itu bisa meluas di kota dan di desa-desa. 


Kerusakan bukan hanya berarti kerusakan alam tapi juga kerusakan sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain.


"Kerusakan" ekonomi yang saat ini terjadi juga disebabkan karena pemimpin dan rakyat bangsa ini kurang bersyukur sehingga datanglah azab atas negeri ini. 


Azab adalah siksaan atau musibah. Peringatan dan teguran agar kembali kepada Allah. Banyak orang mengira bahwa azab merupakan istilah yang digunakan hanya untuk azab yang besar, berat, dan mengerikan. Hal ini karena penyebutan azab dalam Al Qur’an seringnya berupa azab yang keras, pedih, hina, besar, berat, kekal, dan sebagainya. Semua itu sebagai bentuk ancaman bagi mereka yang terjerumus dalam syahwat, syubhat, kesesatan, dan pelanggaran.


Namun, Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa Allah mengancam orang-orang yang menentang dan membuat kerusakan dengan suatu azab selain azab yang besar. Dengan harapan, mereka mau kembali dari kesesatan kepada ketaatan dan tersadarkan dari perbuatannya. 


Allah menjelaskan bahwa bencana dan malapetaka yang menimpa orang-orang yang menentang di dunia ini itu hanya azab yang dekat (kecil).


Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (kepada ketaatan).” (as-Sajdah: 21)

JANGAN BUTA POLITIK

 

By. Satria hadi lubis 


Dalam sebuah ceramahnya, seorang ustadz berkata: "Mereka yang berpolitik itu sudah benar gak sholatnya? Sudah sholat berjamaah tidak di mesjid? Sudah baca al Qur'an gak? Perbaiki dulu deh ibadahnya, baru setelah itu berpolitik!"


Ucapan semacam ini sekilas kelihatannya benar, tapi akan lebih benar lagi jika seruannya seperti ini : "Mereka yang berpolitik itu sudah benar gak sholatnya? Sudah sholat berjamaah tidak di mesjid? Sudah baca Al Qur'an gak? Perbaiki dulu deh ibadahnya SAMBIL berpolitik!"


Ibadah dalam Islam itu luas pengertiannya, meliputi ipoleksosbudhankamrata (ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan rakyat semesta). Semuanya sama-sama penting. Bagi seorang muslim, politik tidak bisa ditinggalkan karena asyik mendahulukan ibadah mahdhoh (khusus), seperti sholat, zikir, haji, dan sebagainya. Begitu pun sebaliknya, jangan asyik berpolitik tapi melupakan ibadah khusus.


Walau tidak semua muslim harus berpolitik praktis (dengan menjadi anggota parpol), suka atau tidak suka seorang muslim harus tahu kondisi kaum muslimin, membela kaum muslimin (baca: membela kemanusiaan) dan memahami makar mereka yang membenci Islam. Dan ini berarti berpolitik (high politics). Tidak boleh cuek.


Bukankah Allah sendiri yang memberitahu kita adanya orang-orang yang membenci Islam? "Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya" (Qs.61 ayat 8).


Semuanya itu hanya ditujukan kepada Allah dan dalam rangka mencari ridho Allah SWT. 


"Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam" (Qs. 6 ayat 162).


Jadi jangan menjadi muslim yang buta politik!


Bukankah Allah memerintahkan kita agar jangan setengah-setengah (parsial) dalam memahami dan mengamalkan Islam? 


"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu" (Qs. 2 ayat 208).

CINTA ATAS NAMA AGAMA


By. Satria hadi lubis 


Rasulullah saw telah mencanangkan bahwa yang membuat pernikahan itu langgeng adalah agama (ad dien), bukan yang lainnya.


"Wanita itu dinikahi karena empat hal. Karena hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Namun dari empat itu paling utama yang harus jadi perhatian adalah masalah ad dien (agamanya). Maka pilihlah berdasarkan agamanya, niscaya kamu beruntung" (HR. Bukhari Muslim).


Karena itu, ta'aruf (pengenalan) terhadap calon suami atau isteri itu adalah ta'aruf terhadap dien-nya. Indikatornya   adalah quwatul aqidah (aqidah yang kuat), matanal khuluq (akhlaq yang kokoh) dan shohihul ibadah (ibadah yang benar) dari calon suami atau isteri kita.


Pengenalan terhadap selain dien boleh saja dilakukan tetapi tak terlalu penting. Itulah sebabnya pernikahan dalam Islam tidak diawali dengan pacaran, apalagi pacaran yang lama dan "brutal" sampai melakukan hubungan seksual sebelum nikah dengan alasan mengenal luar dalam. Cukup mengenal ad dien saja.


Sedang perbedaan sifat, karakter, gaya hidup, hobi, dan lain-lain dari suami isteri adalah dinamika dalam pernikahan. Suka duka yang merupakan takdir dalam pernikahan, yang perlu dihadapi dengan sabar dan syukur, sehingga menjadi ladang pahala.


Jangan percaya dengan mitos bahwa nikah itu harus memilih pasangan yang paling banyak persamaannya dengan kita. Tapi percayalah bahwa memilih pasangan harus mengutamakan kualitas dien-nya, sebagaimana yang disabdakan Nabi saw dalam hadits di atas.


Dalam 32 tahun perjalanan pernikahan saya, yang menyatukan saya dengan istri (Ustadzah Kingkin Anida) adalah agama. Cinta kami berdua dibangun atas nama agama. Marah yang kembali reda juga gara-gara pertanggungjawaban agama.

Sedih yang kembali riang juga karena nilai-nilai agama.

Musibah yang kembali aman juga karena dikuatkan oleh agama.


Agama yang dihidupkan dalam bentuk dakwah di internal keluarga dan ke eksternal keluarga telah membuat pernikahan kami, alhamdulillah, bisa bertahan selama 32 tahun (7 Oktober 1990 - 7 Oktober 2022). Dan insya Allah, akan terus langgeng sampai maut memisahkan kami di dunia. Lalu bersatu lagi kelak di akhirat...insya Allah.


Bagi kami....

Cinta atas nama agama adalah cinta sejati dan puncak dari cinta-cinta lain yang paling membahagiakan.


Bagi kami...

Cinta atas nama agama (yang dihidupkan dalam dakwah) adalah cinta segitiga yang agung antara suami, isteri dan Allah, sebagai Sang Pemilik Cinta itu sendiri.


FOTO KEMESRAAN DENGAN PASANGAN


By. Satria hadi lubis 


Sering kita melihat di medsos, postingan foto/video suami istri yang mesra. Bahkan foto/video orang pacaran yang kelewat batas mesranya, sehingga bisa disebut sebagai foto yang mengumbar kemaksiatan.


Kesan dari yang melihat foto-foto kemesraan tersebut beragam. Ada yang turut bahagia, ada yang biasa-biasa saja, ada yang merasa tidak etis, tapi ada juga yang iri dengan kemesraan pada foto/video tersebut.


Dulu saya pernah ditegur via DM, "Ustadz....jangan sering-sering memajang foto kemesraan dengan istri donk....kan jadi iri nih bagi saya yang jomblo atau bagi orang lain yang keluarganya tidak harmonis."


Semenjak itu, saya jadi jarang memasang foto kemesraan dengan istri di medsos. Dulu sering karena ingin menjadikan hal tersebut sebagai arsip keluarga juga. Seperti diketahui, fungsi memposting foto di medsos, seperti di Facebook dan Instagram, bisa juga untuk menjadi alat dokumentasi. 


Lepas dari ikhtilaf hukum agama memasang foto dengan pasangan di medsos (ada ulama yang mengharamkan, ada juga yang berpendapat mubah) sebaiknya perlu dipertimbangkan kembali apa motif kita memasang foto/video kemesraan tersebut. Apakah untuk riya' (pamer), untuk bersyukur, untuk berdakwah, untuk dokumentasi, sekedar iseng, atau bahkan untuk membuat iri orang lain.


Namun bagi kita yang melihat foto/video kemesraan suami istri di medsos sebaiknya tetap bersikap husnuzhon (bersangka baik) dan mendoakan semoga apa yang terlihat di foto tersebut sesuai dengan realitanya. 


Saran saya, sebaiknya foto kemesraan yang kelewat batas jangan sering ditampilkan ke publik agar tidak terkesan pamer imoral dan juga untuk menjaga perasaan yang melihatnya. Janganlah kita bersikap semau gue dan cuek dengan reaksi publik.


Jika pun ingin menampilkan foto kemesraan dengan pasangan sebaiknya itu foto yang jujur dan wajar. Bukan hoax, karena faktanya ada juga yang memposting foto mesra tapi sebenarnya ada kisah sedih dan tragedi di balik foto mesra tersebut.


Postinglah foto dengan pasangan karena niat untuk berdakwah tentang keharmonisan keluarga. Sambil tetap memperhatikan kepatutan etis serta tidak melanggar norma-norma agama dan budaya ketimuran di Indonesia.

Senin, 19 September 2022

KUMPULAN NASEHAT

 

-Jika kamu dinasihati, jangan lihat siapa yg menasihati atau bagaimana cara menasihatinya, tapi lihat apa isi nasehatnya. Sebab hidayah itu bisa datang melalui lidah seorang penjahat sekalipun.


-Banyak manusia yang ambisius mengejar sukses hidup, tapi lalai mengejar sukses mati. Padahal sukses mati nyata, sedang sukses hidup semu.


-Betapa bodohnya manusia mengejar rezeki yang pasti datang, tapi lalai mengejar ridho Tuhannya yang belum tentu datang.


-Jika perbuatan buruk tidak berubah, teruslah menambah pengetahuan dan teruslah bertekad, lama kelamaan perbuatan buruk tersebut akan kelelahan mengikutimu.


-Tanda bahwa hidupmu diridhoi Allah adalah semakin tua semakin suka dan semakin banyak waktumu untuk berlama-lama ibadah kepada Allah. "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (Qs. 51:56).


By. Satria hadi lubis

AKHIRNYA MEREKA BERCERAI



By. Satria Hadi Lubis 


Setiap suami isteri memiliki kekurangan. Yang jika tidak dikelola dengan baik, kekurangan tsb bisa menjadi bencana dalam rumah tangga.


Syahdan, ada sepasang suami isteri yang rukun dan telah dikarunia anak-anak yang pintar dan sholeh.


Sampai suatu ketika di usia pernikahan mereka yang sudah puluhan tahun, sang suami menikah lagi secara diam-diam tapi akhirnya ketahuan oleh sang isteri.


Mengapa bisa ketahuan? Si isteri menyadap hape suaminya. Dan mengapa si isteri punya ide menyadap hape suaminya? Karena si suami sudah berkali-kali ketahuan serong. Ditutupi dan ketahuan lagi. Ditutupi dan ketahuan lagi. Sepertinya si suami punya kekurangan, yakni suka dikagumi banyak perempuan. Mungkin karena ia merasa ganteng dan masih menarik bagi perempuan. 


Sebenarnya alasan si suami untuk mendekati perempuan lain adalah agar bisa menikah lagi. Tapi ia gagal memberikan pemahaman kepada isteri untuk menerima konsep poligami, sehingga upaya mencari isteri baru dilakukan dgn diam-diam. 


Kekurangan sang isteri adalah terlalu mencintai suami, sehingga bawaannya cemburu dan curiga terus. Sampai suami merasa terkekang dan merasa gak nyaman, sehingga akhirnya malah membuktikan kecurigaan istrinya dengan menikah lagi secara diam-diam.


Tidak usah dipermasalahkan mana yg lebih dulu membuat masalah, si suami atau isteri. Ini sama saja dengan berdebat mana yg lebih dulu antara ayam dan telor ayam.


Yang perlu diambil pelajaran  adalah kekurangan masing-masing suami dan isteri perlu dikelola dgn baik. Jangan terpancing membalas kekurangan pasangan dgn tindakan emosional.


Mestinya sang suami paham, jika gagal memberikan penjelasan kepada isteri tentang konsep poligami, maka sebaiknya  jangan ngotot melangkah untuk poligami. Mentang-mentang tidak perlu izin isteri untuk berpoligami, bukan berarti suami bisa melakukan poligami secara diam-diam. Sebab mudharatnya lebih banyak, berbohong yang awalnya sedikit tapi lama kelamaan menjadi bukit. Jika ketahuan, maka bisa menjadi konflik berkepanjangan dalam sebuah rumah tangga.


Si isteri juga cintanya berlebihan. Cinta yg berujung pada cemburu dan curiga akut kepada gerak gerik suami. Membuat suami merasa terkekang dan tidak nyaman.


Mereka tidak mampu mengelola kekurangan masing-masing. Berlebihan dalam urusan kekurangan masing-masing.


Mereka akhirnya bercerai...

GENERASI JOGET

 


By. Satria hadi lubis


Ketika berjoget ria menjadi trend di media sosial dan dianggap prestasi bergelimang apresiasi


Ketika berjoget asyik dilakukan semua kalangan, baik yang muda maupun tua tanpa malu


Ketika itu pula dipertanyakan komitmen kita untuk maju sebagai sebuah bangsa


Bisakah kita maju mengejar ketertinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi jika anak-anak mudanya lebih terobsesi memperbaiki lentur tubuhnya daripada lentur otaknya?


Bisakah kita maju mengejar ketertinggalan moral dan etika jika anak-anak mudanya lebih kesengsem  dengan penampilan keren di luar (outer beauty) daripada penampilan keren di dalam (inner beauty)?


Ketika joget lebih diapresiasi daripada pengetahuan


Ketika nyanyi lebih diapresiasi daripada nasehat


Ketika games lebih diapresiasi daripada science


Ketika pemer kemewahan lebih diapresiasi daripada akhlak


Ketika yang receh lebih diapresiasi daripada yang hikmah


Maka tunggulah kehancuran dari bangsa tersebut


Bangsa yang terus menjadi konsumen daripada produsen


Bangsa yang terus dinina bobokan oleh budaya impor daripada budaya berdikari


Bangsa yang terus terjajah secara ilmu  pengetahuan dan teknologi


Maka tunggulah kebinasaan dari bangsa tersebut


Maka...

Generasi joget adalah 

generasi yang menggali liang kuburnya sendiri

DOA MAMA

 

By. Satria hadi lubis 


Di belakang sebuah truk saya membaca tulisan sebagai berikut : "Dalam doa mama selalu ada namaku". Sayang, saya tidak sempat mengambil fotonya.


Ya ....benar!

Seorang ibu tak pernah lupa mendoakan anaknya. Walau ia sudah sepuh, bahkan setengah pikun dan tertatih-tatih, seorang ibu tetap mendoakan anaknya.


Jangan-jangan keselamatan dan kesuksesan kita selama ini berkat doa ibu kita di malam-malam sepinya, karena anaknya sudah sibuk dengan urusan masing-masing.


Jika doa ibu berhenti, mungkin kondisi kita lebih buruk daripada kondisi saat ini.


Jika tulisan di belakang truk tersebut dibalik menjadi, "Dalam doaku selalu ada nama mama." Apakah betul kita akan melakukannya?


Rasulullah saw bersabda tentang tiga amalan yang tidak terputus kalau seseorang meninggal dunia, salah satunya adalah anak sholeh yang selalu mendoakan orang tuanya.


Sebab memang sesederhana itu keinginan orang tua kita.


Tapi apakah kita melakukannya?


"Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).

DALAM LINGKARAN DAKWAH

 

By. Satria hadi lubis 


Kalau Anda tidak bisa jadi khotib Jum'at, jadilah penceramah (ustadz).


Kalau Anda tidak bisa jadi penceramah, jadilah murobbi (mentor).


Kalau Anda tidak bisa menjadi murobbi, jadilah mad'u (peserta) yang rutin menghadiri liqo' (pengajian).


Kalau Anda tidak bisa menjadi mad'u, jadilah fasilitator (perantara) yang mengajak orang lain menjadi mad'u, mengajak orang masuk ke dalam lingkaran dakwah dengan berbagai sumber daya yang Anda miliki.


Kalau Anda tidak bisa menjadi fasilitator, maka biarkan dan diamlah. Jangan memusuhi dan menggangggu dakwah yang sedang dilakukan oleh saudara-saudara Anda. Inilah selemah-lemahnya iman karena pasif berdakwah.


Rasulullah pernah bersabda: “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka cegahlah dengan tanganmu, apabila belum bisa, maka cegahlah dengan mulutmu, apabila belum bisa, cegahlah dengan hatimu, dan mencegah kemungkaran dengan hati adalah pertanda selemah-lemah iman” (HR. Muslim).


Jangan kemukakan alasan sibuk untuk tidak ikut lingkaran (barisan) dakwah. Sebab orang nganggur juga sibuk rebahan.  


Kalau Anda tak bisa diam dengan cara memusuhi dakwah, bahkan menjadi kaum Islamophobia (pembenci Islam). Lalu buat apa Anda hidup? 


"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan" (Qs. 31 ayat 6).

TIGA SARANA BELAJAR ISLAM

 


By. Satria hadi lubis


Jika kaum muslimin belajar Islam dengan benar, sehebat apa pun makar musuh-musuh Islam tak akan mampu melemahkan kekuatan Islam.


Saat ini, aqidah dan persatuan umat Islam justru dirusak dan dipecah belah oleh orang Islam sendiri yang tidak paham terhadap Islam. Lalu secara sadar atau tidak sadar membantu musuh-musuh Islam untuk menghancurkan Islam. 


Itulah sebabnya, banyak ulama yang berpendapat bahwa kunci kembali kepada kejayaan Islam itu adalah kembali mempelajari Islam dengan benar, rutin dan sungguh-sungguh (back to tarbiyah), sesuai dengan perintah di dalam hadits, "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” (HR. Ibnu Majah no. 224)


Untuk mempelajari Islam dengan benar, ada TIGA SARANA yang tak boleh ditinggalkan dan perlu dilakukan secara bersamaan : 


1. Belajar dengan guru/ustadz secara talaqi (temu muka) dan rutin. Jika di masa pendemi ini, talaqqi bisa diganti dengan pertemuan online.


Tujuan belajar dengan guru/ ustadz adalah agar ada tempat diskusi dan bertanya, sehingga tidak memahami Islam semaunya sendiri. Juga untuk mendapatkan berkah dari forum ta'lim/liqo', seperti yang disebut dalam hadits : “Jika kalian melewati taman surga, maka singgahlah dengan hati senang.“ Para sahabat bertanya, ”Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab, “Halaqah-halaqah dzikir.”   (atau halaqah ilmu) (HR Attirmidzi).


Lebih baik lagi jika ustadznya bisa berperan sebagai coach (murobbi), sehingga ibarat dokter keluarga ia tahu bagaimana cara mengobati kesehatan mental mad'unya, karena hubungan mereka yang dekat dan terus bersama dalam pengajian.


Namun kekurangan ta'lim atau ceramah umum saat ini, termasuk fakultas syari'ah sekalipun, adalah tidak dekatnya hubungan antara ustadz dengan mad'unya. Istilahnya, "Kita kenal ustadznya, tapi ustadznya gak kenal kita." 


Oleh sebab itu, ta'lim umum perlu ditundaklanjuti dengan ta'lim khusus (disebut dengan liqo', halaqoh atau mentoring) dimana pesertanya terbatas dan dipimpin oleh murobbi yang mengenal mad'unya. Murobbi ini yang akan lebih banyak berperan sebagai coach. 


Bisnis yang ingin sukses saja butuh kehadiran coach, apalagi jika ingin sukses di dunia dan akhirat, tentu lebih penting lagi kehadiran coach yang akan membimbing seorang muslim untuk mempraktekkan Islam secara integral, bertahap dan bersungguh-sungguh dalam sebuah amal jama'i (aktivitas bersama yang terprogram).


2. Membaca Al Qur'an. Sarana kedua yang perlu dilakukan adalah membaca Al Qur'an secara rutin. Selain untuk mengetahui pokok-pokok ajaran Islam, juga untuk mendapatkan hidayah Allah swt. “Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus..." (Qs. 17 ayat 9).


Jika tidak mengetahui arti bacaan Al Qur'an, maka bacalah terjemahan Al Qur'an serta tafsir dan Hadits-nya. Jangan sampai berpuluh tahun menjadi muslim tapi tidak tahu arti Al Qur'an sebagai sumber ajaran Islam.


3. Membaca buku-buku agama atau menyimak ceramah agama melalui sarana online (Youtube, WA grup, Web, dll).


Belajar agama juga perlu dilengkapi dengan rajin membaca buku-buku agama atau mendengar ustadz-ustadz di sarana online yang kini semakin banyak jumlahnya. Namun ini hanya sarana pelengkap saja, bukan yang utama.


Sebagian kaum muslimin merasa sudah belajar Islam dengan benar padahal hanya  mengandalkan sarana ketiga saja. Tidak menjalankan sarana pertama dan kedua di atas. Tentu hal ini keliru.


Sarana ketiga akan membuat seorang muslim menjadi Islamolog (tahu banyak tentang Islam), tapi belum tentu tahu sistematika amal Islam, praktek ukhuwah dan sumber hukum Islam (Al Qur'an), sehingga rentan menghasilkan orang-orang sombong yang merasa pintar agama padahal belum tentu pemahamannya benar. Sebagian pembenci Islam (kaum Islamophobia) lahir dari sini. Tidak punya guru/ustadz dan jarang baca Al Qur'an tapi li…

MENOLAK TENGGELAM

 


By. Satria hadi lubis 


Panglima Besar muslim, Musa bin Nushair rohimahullah, menaklukan Andalusia pada saat berusia 79 tahun! 


Ia bersama Thoriq bin Ziyad rohimahullah memimpin jihad membebaskan Semenanjung Andalusia (kini Spanyol dan Portugis) dari penyembahan berhala dan kezaliman. 


Di usia 79 tahun ia masih menarik tali kekang kudanya, menuruni lembah dan menaiki pegunungan di wilayah sangat luas tersebut. 


Di dalam diri Musa terus bergerak iman kepada Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa, sehingga dirinya terus merasa mulia dan semangatnya terus terbarui meskipun kepalanya telah dipenuhi uban.


Musa menolak tenggelam, untuk berhenti berjuang bagi kemaslahatan orang banyak.


Ternyata usia tak menghalangi seseorang untuk selalu produktif mencari keridhoaan Allah.


Bandingkan dengan sebagian muslim di masa kini, yang sudah berhenti mengangkasa dengan alasan usia. Memanjakan tubuh dan pikirannya di kala usia baru separuh baya. 


Dengan dalih sibuk kerja dan keluarga, lingkaran perjuangannya menyempit. Padamlah api potensinya dalam memberi manfaat bagi sebanyak-banyaknya manusia.


Tenggelam dalam keasyikan diri dan keluarga. Tak mau bersusah payah lagi untuk produktif beramal dan berdakwah. 


Seakan Musa tak punya anak dan keluarga, seakan Musa tak punya pekerjaan lain. 


Padahal tempat istirahat kita adalah kematian. Sedang dunia tempat berjuang.

PACARAN : RENCANA MENYAKITI HATI



By. Satria hadi lubis 


Beberapa waktu yang lalu, saya melihat dua pemuda pemudi kisaran anak SMP sedang berpacaran di sebuah restoran.


Saya amati, betapa mesranya mereka. Tatapan matanya bersinar-sinar, senyum selalu mengembang dan muncul kata-kata manja dan kangen. Seakan-akan dunia milik mereka berdua. Yang lain ngontrak. 


Jika itu dilakukan oleh sepasang suami isteri sungguh hal tersebut adalah kebaikan dan keberkahan. Namun jika dilakukan oleh dua lawan jenis yang masih bau kencur (anak baru gede) sungguh ini adalah keburukan dan bencana.


Yang perlu dipahami oleh para remaja adalah sesungguhnya tak ada cinta SEBELUM nikah. Yang ada hanya NAFSU, walau diubah namanya dengan sebutan cinta, gebetan, pacaran, soulmate, bestie, dan nama palsu lainnya.


Anugerah berupa cinta hanya Allah berikan kepada mereka yang sudah menikah. Sedang  mereka yang belum menikah lalu pacaran sebenarnya hanya mengejar pelampiasan nafsu, yang ujungnya hanya dua : kenangan pahit berupa patah hati dan dosa berzina (dengan atau tanpa berhubungan seks). 


Jika kita renungkan,

pacaran sebenarnya adalah rencana untuk menyakiti hati sendiri atau orang lain. Membuat daftar mantan yang dikenang dengan pahit dan sedih berkepanjangan, bahkan mungkin setelah yang bersangkutan menikah kelak dengan orang lain. Buktinya, muncul ribuan lagu dan puisi patah hati yang membuat mewek jutaan pendengarnya karena merasa senasib.


Dosa dari pacaran jangan ditanya lagi. Pasti bejibun dan sulit dihapus, kecuali dengan taubat dan buanyaaakkk beramal sholih.


Zina akibat pacaran adalah dosa besar, yang mungkin baru dihukum oleh Allah dengan musibah puluhan tahun kemudian setelah mereka beranjak menua. Walau dari pacaran tersebut akhirnya mereka menjadi suami isteri. 


Perlu juga dipahami bahwa pacaran yang berujung pada patah hati sampai berkali-kali akan berpotensi mengubah hati pelakunya untuk berpandangan salah terhadap lawan jenis. Melihat lawan jenis sebagai "lawan" bukan lagi mitra. Bahkan sampai ada yang kemudian menyukai sesama jenis, karena trauma dengan lawan jenis.


Ketika menikah, mereka akan melihat suami atau isterinya bukan sebagai mitra tapi "lawan" yang perlu diwaspadai, sehingga mempengaruhi cara berkomunikasi dengan suami atau isterinya. Bawaannya curiga terus, meremehkan dan kasar kepada suami atau istrinya. Hal itu karena dulu punya pengalaman patah hati dengan mantan pacarnya.


Solusinya, hindarilah pacaran, apapun alasannya. Apalagi bagi abege bau kencur yang lulus ujian sekolah saja belum tentu.


Benarlah Allah dengan firman-Nya :


وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا


"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk" (Qs. Al-Isra' ayat 32).

INDIKATOR AKHIR YANG BAIK



By. Satria hadi lubis 


ADA teman saya yang punya cita-cita jika nanti ia meninggal jumlah pelayatnya mencapai 10.000 orang. Baginya, jumlah pelayat sebanyak itu adalah salah satu indikator husnul khotimah (akhir yang baik). Meninggal dalam keadaan dicintai orang banyak. Sebab kepergian orang baik akan ditangisi orang banyak, sebaliknya kepergian orang jahat akan membuat lega banyak orang. Sebagaimana diterangkan dalam hadis saat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar orang yang menebar kerusakan di muka bumi meninggal :


يستريح منه العباد والبلاد والشجر والدواب


“Orang-orang beriman, negeri, pepohonan, serta binatang-binatang lega dengan kematiannya” (HR. Bukhari dan Muslim).


Kita perlu dan bisa juga membuat indikator husnul khotimah sesuai dengan persepsi kita masing-masing, asalkan tidak keluar dari syariat.


Kalau saya sendiri mengukur husnul khotimah dengan empat indikator dan ini pernah saya tulis dalam buku yang berjudul "Sukses Jalan Terus (Unstoppable Success)". Secara singkat indikator tersebut adalah :


1. Selalu SEIMBANG dalam hidup.

Seimbang dalam mengembangkan intelektual, spiritual, emosional dan fisik/kesehatan serta seimbang dalam berbagai peran hidup kita.


2. Selalu ISTIQOMAH. 

Tegak lurus di jalan Allah dan tak tergoda dengan berbagai godaan duniawi.


3. Selalu BERSYUKUR. 

Sebab syukur dan iman bagaikan dua sisi mata uang. Dengan bersyukur nikmat bertambah. Dengan kufur musibah bertambah.


4. Selalu memberikan MANFAAT bagi orang lain. Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain. Manfaat tertinggi adalah ketika seseorang bisa menjadi teladan dalam mendekatkan diri kepada Allah (sebagai da'i), baru setelah itu manfaat lainnya berupa kebaikan yang sifatnya umum.


Insya Allah dengan selalu melakukan EMPAT hal tersebut, seseorang akan meninggal dalam kondisi husnul khotimah. Tidak peduli apakah pelayatnya banyak atau tidak. Mayatnya utuh, wangi dan tersenyum atau tidak, seperti Hamzah bin Abdul Mutholib ra, Ikrimah bin Abu Jahal ra, Abdullah bin Ummu Maktum ra, syahid dalam kondisi tubuhnya hancur tercerai berai di medan perang. Abu Dzar al Ghifari ra meninggal dalam sepi. Hasan al Banna, yang syahid dibunuh penguasa, dimakamkan tanpa dihadiri jutaan pengikutnya. Pemakaman beliau hanya dihadiri keluarganya saja. Sebab ada larangan dari rezim saat itu untuk menghadiri pemakamannya.


Jadi carilah indikator akhir yang baik untuk kematian kita masing-masing, sehingga kita dapat meninggalkan dunia ini dengan tenang tanpa banyak menyesal. 


Semoga kita bisa mengakhiri hidup ini dengan talqin syahadat sebagai simbol bahwa kita lahir dan memulai hidup ini dengan syahadat, mengisinya dengan syahadat serta mengakhirnya juga dengan syahadat.


Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang akhir perkataannya adalah La Ilaha ilallah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah), maka ia akan masuk surga" (HR. Abu Dawud No. 3116).

MEMPERBAIKI CINTA


By. Satria hadi lubis 


Seorang kakek ditanya saat ulang tahun pernikahannya ke-75, "Kek...apa rahasianya hingga pernikahannya awet sampai sekarang?"


Si kakek menjawab, "Saya dilahirkan di jaman dimana kalau kita merusak sesuatu kita memperbaikinya, bukan membuangnya."


Cinta itu menerima kekurangan pasangan apa adanya.


Cinta itu tidak membandingkan kekurangan pasangan dengan kelebihan orang lain.


Justru cinta itu membandingkan kelebihan pasangan dengan kekurangan orang lain.  


Hingga semakin mencintai di haribaan hati.


Sebab jika kekurangan yang dikenang, seribu kelebihan pasangan pun tak akan menarik lagi.

PENGAJIAN DAN KEIKHLASAN

 


By. Satria hadi lubis 


Ketahuilah saudaraku....bahwa hanya orang ikhlas yang bisa masuk surga, "kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih" (Qs. 26 ayat 89).


Pernahkah kamu menguji keikhlasanmu?


Sarana yang paling tepat untuk menguji keikhlasanmu adalah dengan IKUT PENGAJIAN (LIQO') SECARA RUTIN. Sebab dunia liqo' adalah dunia sepi tanpa imbalan uang, tahta dan populeritas. Disana yang ada hanya "wajah" Allah. Disana yang ada hanya pengorbanan waktu, tenaga, dan biaya untuk mencari ilmu dan ridho-Nya. Juga dalam rangka memenuhi perintah Nabi saw : "Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi kaum muslimin" (HR. Ibnu Majah).


Jika kamu betah berlama-lama dalam lingkaran liqo', kamu telah membuktikan kepada Allah 'azza wa jalla bahwa sebagian waktumu benar untuk menuntut ilmu dan berdakwah semata. Di tengah-tengah berbagai aktivitas lainnya yang rentan terganggu keikhlasannya karena ada imbalan gaji, uang, jabatan dan populeritas.


Namun selama kamu belum rutin hadir di liqo' atau pengajian, kamu layak ragu dengan keikhlasanmu. Jika layak ragu dengan keikhlasanmu, maka layak ragu juga dengan bekal keikhlasan apa yang akan kamu bawa untuk masuk surga? Padahal aktivitas lainnya rentan dengan pamrih? 


Buktikan di depan Allah kesungguhanmu, dengan mengikuti aktivitas liqo' yang tidak ada imbalannya, kecuali hanya ada ilmu, pahala dan ridho Allah SWT.


Tak ada alasan untuk berhenti liqo'. Di masa pandemi covid 19 misalnya, liqo' tetap bisa berjalan dengan sarana online (WA, zoom online, dan lain sebagainya). Bahkan bisa lebih fleksibel waktunya dan bisa dilakukan tanpa banyak waktu serta biaya yang dikeluarkan.


Jadi yang penting adalah KEMAUAN. Kemauan untuk membuktikan kepada Allah bahwa "Ya Allah...Saya orang ikhlas!", yaitu dengan hadir di liqo' yang tidak ada imbalannya, kecuali hanya ada pahala dan ridho Allah semata.


Cukuplah perkataan ulama di bawah ini mencerminkan betapa mulianya pengajian (liqo'), jika kamu menyadarinya.


"Andaikan pahala menghadiri majelis ilmu itu ditampakkan kepada manusia, niscaya mereka akan berperang memperebutkan satu tempat duduk di dalamnya sampai mereka akan meninggalkan kekuasaannya dan pasar-pasarnya" ( Kaab Al Ahbar, tabiin).

Senin, 29 Agustus 2022

CINTA YANG DINAMIS



Suatu ketika, seorang sahabat mendatangi Amirul Mukminin Umar bin Khatab ra yang waktu itu sedang duduk santai di bawah pohon kurma.


"Wahai amirul mukminin, aku minta izin kepadamu untuk menceraikan istriku" ujar sahabat tersebut kepada Umar ra. "Mengapa engkau ingin menceraikan istrimu?" Umar bertanya. Lalu sahabat itu menjawab, "Karena aku tidak lagi mencintainya". Mendengar jawaban tersebut Amirul Mukminin Umar bin Khatab yang tadinya duduk santai langsung berdiri dan dengan marah ia berkata, "Jika gara-gara tidak lagi mencintai istrimu engkau ingin menceraikannya, maka sungguh akan banyak keluarga lain yang akan melakukannya!" 


Umar ra tidak setuju jika perceraian terjadi hanya gara-gara tidak ada lagi cinta di antara suami isteri. Apalagi jika bercerai itu gara-gara masalah sepele yang kualitasnya di bawah cinta, seperti masalah ekonomi, cara komunikasi, atau karakter yang berbeda. 


Umar paham, di dalam setiap keluarga akan terjadi cinta yang dinamis. Benci dan cinta datang silih berganti, baik kepada pasangan maupun kepada anak. Cinta bergerak fluktuatif tergantung kualitas interaksi anggota keluarga. 


Cinta yang mati masih dapat ditumbuhkan dengan banyak melakukan "setoran" kebaikan, seperti tersenyum, menatap mesra, sentuhan, kata-kata sayang, perbuatan baik, kejujuran, kesetiaan dan penghargaan. Semakin sering dan berkualitas "setoran" kebaikannya maka semakin megah cinta yang akan terbangun. Begitu pun sebaliknya, semakin jarang "setoran" kebaikan maka akan semakin rapuh bangunan cinta tersebut. Bahkan bisa berubah menjadi benci, jika yang dilakukan adalah "setoran" keburukan, seperti berkata kasar, sering mengungkit kekurangan, jarang menyentuh dan berkata mesra, tidak menghargai, berbohong dan tidak setia.


Jika perceraian terjadi hanya gara-gara tidak lagi mencintai pasangan maka berarti kita sudah "mematikan" perasaan cinta yang pada hakekatnya dinamis. Mendahului takdir Allah tentang perasaan cinta dan benci kepada setiap anak manusia, yang mungkin berubah di masa depan. 


Lebih jauh lagi bisa membuat pelakunya menjadi syirik. Sebab benci dan cinta yang permanen dan sampai mati itu hanya kepada Allah SWT. Sedang kepada selain Allah, benci dan cinta itu dinamis. Itulah sebabnya Rasulullah saw bersabda:


"Cintailah orang yang kamu cintai sewajarnya,

boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau benci.

Dan, bencilah orang yang kau benci sewajarnya,

boleh jadi pada suatu hari kelak ia akan menjadi orang yang engkau cintai” (HR. Muslim).


By. Satria Hadi lubis

SUAMI ISTERI ITU IBARAT BENTOR MEDAN

 


DI MEDAN, ada kendaraan penumpang bernama bentor (becak motor). Kendaraan khas yang berumur panjang itu mengajarkan banyak hal kepada kita. Salah satunya adalah tentang filsafah hubungan suami isteri.


Ketika kita naik bentor, posisi pengemudinya di sebelah penumpang dengan jarak yang cukup dekat. Begitulah semestinya suami isteri, posisinya berdampingan tanpa ada yang lebih rendah atau tinggi antara satu dengan yang lainnya.


Seperti bentor dimana penumpang di sebelah kiri pengemudi, begitu pulalah isteri (Siti Hawa) berasal dari tulang rusuk lelaki (Nabi Adam as). Isteri itu ibarat tulang rusuk yang menurut sabda Nabi Muhammad saw perlu diperlakukan dengan hati-hati. Jangan terlalu keras untuk diluruskan atau dibengkokkan.


Seperti bentor dimana pengemudi mengendalikan bentornya, begitu pulalah suami mengendalikan keluarganya. Ingatlah! Putih atau hitamnya isteri tergantung suaminya.


Seperti bentor yang bisa memuat banyak tapi diletakkan di bangku penumpang, begitu pulalah isteri dengan beban yang berat mengurus anak di rumah. Jangan engkau remehkan ia sebagai ibu rumah tangga, karena di tangannya terletak pembentukan generasi mendatang.


Seperti bentor yang selalu berjalan pelan, sehingga kadang menggemaskan kendaraan di belakangnya, maka seperti itulah ritme hubungan suami isteri yang butuh kesabaran dengan perubahan. Bahkan sebagian perubahan itu hanya bisa datang dengan perubahan waktu, bukan nasihat.  


NAMUN, jika bentor bergonta ganti penumpang, maka janganlah suami bergonta ganti isteri. Tetaplah setia dan anggap istrimu sebagai takdir satu-satunya dalam jodoh, sehingga engkau mau bersusah payah merawat cintamu kepada isteri, sehingga istrimu membalasnya dengan cinta yang bertambah-tambah.

NIKMAT BERKORBAN TANPA PENGORBANAN

 


Banyak sekali hikmah yang didapat dari Hari Raya Idul Adha, diantaranya hikmah memotong hewan qurban yaitu, mengingatkan kepada kaum muslimin bahwa inti kehidupan ini adalah pengorbanan untuk mencari ridho Allah.


"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya" (Qs. 2 ayat 207).


Mengapa seorang muslim harus berkorban sepanjang hidupnya, baik berkorban  harta, waktu, pikiran, perasaan, tenaga sampai nyawa sekali pun di jalan Allah? Jawabannya karena Allah telah membeli diri dan harta setiap muslim dengan surga.


"Sesungguhnya Allah (telah) membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka..." (Qs. 9 ayat 111).


Jadi sejatinya seorang muslim itu tidak memiliki hak lagi untuk mengatur dirinya sesuka hati. Apalagi untuk mengorbankan harta dan dirinya kepada selain Allah, misalnya menghabiskan waktu atau uangnya untuk bermaksiat. Sebab diri dan hartanya sudah dijual kepada Allah dengan keuntungan yang sangat besar, yaitu surga. Bayangkan hanya dengan mengorbankan harta dan jiwa di jalan Allah untuk sementara waktu (hanya dari lahir sampai mati), kita mendapatkan surga untuk selama-lamanya. Bukankah ini jual beli dengan keuntungan yang sangat besar bagi seorang muslim? Bukankah ini pengorbanan yang nikmat? 


"Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? Yaitu kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui" (Qs. 61 ayat 10-11).


Modal kita untuk berniaga dengan Allah adalah diri dan harta. Namun pertanyaan berikutnya, apakah modal tersebut milik kita? Ternyata tidak! Karena diri dan harta kita sejatinya juga milik Allah. Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un (Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali). Diri ini milik Allah, waktu juga milik Allah, harta juga milik Allah. Lalu apa yang kita miliki? Tidak ada!


Jadi kita melakukan jual beli dengan Allah yang imbalannya surga tanpa modal sama sekali. Bukankah ini pengorbanan tanpa pengorbanan? 


Namun anehnya sebagian besar manusia menolak tawaran jual beli dengan Allah tersebut. Mereka malah melakukan jual beli dengan selain Allah, yaitu kepada hawa nafsunya, orang lain, atau tuhan-tuhan sesembahan selain Allah. Sungguh mereka itulah orang-orang yang akan menyesal kelak.


"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal)" (Qs. 2 ayat 165).


Idul Adha (Idul Qurban) mengingatkan kita kembali akan nikmatnya berkorban dengan keuntungan yang besar, yaitu surga. Mengingatkan kita kembali untuk selalu mau berkorban di jalan Allah. Sebab kita berkorban yang pada hakekatnya tidak berkorban. Sebab yang kita korbankan (harta, waktu, pikiran, perasaan dan jiwa) juga milik Allah.


Maha benar Allah dengan segala hikmah-Nya....! 


By. Satria hadi lubis

JANGAN PARSIAL

 


Dalam sebuah ceramahnya, seorang ustadz berkata: "Mereka yang berpolitik itu sudah benar gak sholatnya? Sudah sholat berjamaah tidak di mesjid? Sudah baca Qur'an gak? Perbaiki dulu deh ibadahnya, baru setelah itu berpolitik!"


Ucapan semacam ini sekilas kelihatannya benar, tapi akan lebih benar lagi jika seruannya seperti ini : "Mereka yang berpolitik itu sudah benar gak sholatnya? Sudah sholat berjamaah tidak di mesjid? Sudah baca Qur'an gak? Perbaiki dulu deh ibadahnya SAMBIL berpolitik!"


Ibadah dalam Islam itu luas pengertiannya, meliputi ipoleksosbudhankamrata (ideologi, politik, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan rakyat semesta). Semuanya sama-sama penting. Bagi seorang muslim, politik tidak bisa ditinggalkan karena asyik mendahulukan ibadah mahdhoh (khusus). Begitu pun sebaliknya.


Walau tidak berpolitik praktis (dengan menjadi anggota parpol), suka atau tidak suka seorang muslim harus tahu kondisi kaum muslimin, membela kaum muslimin (baca: membela kemanusiaan) dan memahami makar mereka yang membenci Islam. Dan ini berarti berpolitik (high politics). Tidak boleh cuek.


Bukankah Allah sendiri yang memberitahu kita adanya orang-orang yang membenci Islam? "Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya" (Surat Ash-Shaf, Ayat 8).


Semuanya (termasuk berpolitik dan beribadah khusus) hanya ditujukan kepada Allah dan dalam rangka mencari ridho Allah swt. "Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam" (Surat Al-An'am, Ayat 162).


By. Satria hadi lubis

KECERDASAN BERAMAL SESUAI KAIDAH FIQIH


By. Satria hadi lubis 


Dalam kaidah fiqih, apa saja perbuatan seseorang dapat dikategorikan dalam 5 hal, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.


Ada orang yang hidupnya lebih banyak berpindah dari amal makruh ke haram.


Ada orang yang hidupnya lebih banyak berpindah dari amal mubah ke haram.


Ada orang yang hidupnya lebih banyak berpindah dari amal wajib ke haram.


Ada orang yang hidupnya lebih banyak berpindah dari amal mubah ke makruh.


Ada orang yang hidupnya lebih banyak berpindah dari amal wajib ke makruh.


Ada orang yang hidupnya lebih banyak berpindah dari amal makruh ke mubah.


Ada orang yang hidupnya lebih banyak berpindah dari amal wajib ke mubah.


Ada orang yang hidupnya lebih banyak berpindah dari amal wajib ke sunnah.


Dan seterusnya...


Renungkan!

Dimana kamu lebih banyak menghabiskan waktumu dalam setiap hari?


Secerdas-cerdasnya manusia adalah mereka yang lebih banyak menghabiskan waktunya dalam amal wajib dan sunnah, sehingga dosanya semakin sedikit dan pahalanya semakin banyak.


“Sesungguhnya perkara pertama kali yang dihisab pada hari kiamat dari amal seorang hamba adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka sungguh dia beruntung dan selamat. Jika shalatnya buruk, maka sungguh dia celaka dan rugi. Jika terdapat suatu kekurangan pada shalat wajibnya, Allah Ta’ala berfirman, “Periksalah, apakah hamba-Ku memiliki IBADAH SUNNAH yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?” Lalu setiap amal akan diperlakukan sama seperti itu” (HR. Tirmidzi no. 413, An-Nasa’i no. 466, shahih).


“Allah Ta’ala berfirman, “Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku TERUS MENERUS MENDEKATKAN DIRI KEPADA-KU DENGAN AMAL-AMAL SUNNAH, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, sungguh akan Aku lindungi“ (HR. Bukhari no. 6502). 

OJEK RELIGIUS



By. Satria hadi lubis 


Kemaren naik ojek, ketemu dengan tukang ojek yang religius. Ketika saya tanya, "Tujuannya jauh loh.. pak". Saya tanya begitu karena tukang ojeknya sudah cukup berumur. Eh...malah beliau menjawab, "Sejauh-jauhnya tujuan kan masih di bumi pak", sambil senyum. "Orang kerja aja mau di tempati di Papua...apalagi cuman ngojek," tambahnya sambil tetap tersenyum.


"Saya bukan berdakwah loh pak!" Katanya lagi. Mungkin karena ngeliat jenggot tipis saya kali hehe...Tapi ternyata bapak ini sepanjang perjalanan seperti sudah biasa ngajak ngobrol penumpangnya dengan menyisipkan nilai-nilai dakwah.


Beliau cerita bahwa walau gak punya uang banyak, tapi tetap berusaha sedeqah setiap harinya. Ia juga mengajarkan anaknya kalau punya hajat apa pun sedeqah dulu, walau hanya 2 ribu perak.


Beliau juga selalu berusaha zikir sambil ngojek. Semoga dengan zikir terhindar dari kecelakaan, kata beliau. 


Di jalan juga beliau sopan dan mendahulukan  kendaraan lain. Beliau berprinsip kalau kita begajulan di jalan, maka orang lain akan marah dan mendoakan yang buruk kepada kita. Oleh sebab itu sebaiknya mengalah dan sopan di jalan, sehingga malah kita didoakan oleh orang lain untuk selamat.


Jadi prinsip beliau adalah doa dari orang lain itu penting untuk hidup seorang muslim.


Hebatnya beliau itu ngojek tanpa pakai GPS. Jadi percaya dengan penumpangnya dan selalu minta tolong penumpangnya untuk menunjukkan arah. Mungkin saking tawakalnya kali ya...hehe.


Jarang-jarang saya dapat tukang ojek model gini. Santun, ramah, religius dan tawakal.


Ketika azan berkumandang, dengan sopan ia minta izin kepada saya untuk sholat maghrib berjamaah di mesjid.


Lengkaplah sudah pelajaran hari itu.


Semoga tetap tawakal ya pak...tetap semangat untuk terus mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan yang sederhana tapi penting dalam keberhasilan hablum minannas wa hablum minallah.